home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Between You And Me

Between You And Me

Share:
Author : aikishi
Published : 18 May 2015, Updated : 28 May 2015
Cast : Airin, Park Seung Jin, Lillian, and others. all Original cast.
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |10287 Views |1 Loves
Between You and Me
CHAPTER 8 : Fate?!

Aku sebenarnya tidak begitu menyukai sorotan kamera, perhatian banyak orang yang tertuju kepadaku, kerumunan-kerumunan orang-orang yang saling memuji satu sama lain dan saling mencoba merebut spotlight seperti saat ini. Aku terjebak di tengah-tengah begitu banyak orang yang tidak pernah aku lihat sebelumnya, meskipun sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang saat ini tengah menjadi idola bagi sebagian besar remaja di Korea. Mungkin di seluruh Asia. Entahlah. Mereka adalah tipe orang yang terbiasa berada di depan layar, sementara aku adalah orang yang terbiasa bekerja di belakang layar. Kalau bukan karena permintaan Noona, mana mungkin aku secara sukarela mengajukan diri untuk berada dalam acara seperti ini. Terlalu ramai, terlalu mewah. Untunglah aku berhasil menculik Yura untuk ikut menemaniku agar aku memiliki satu orang untuk aku ajak berbicara. Atau setidaknya begitulah yang ada di pikiranku saat mengajaknya. Siapa sangka ternyata pria bodoh itu memiliki banyak sekali relasi dari kalangan entertainment seperti ini dan sekarang malah meninggalkanku terduduk bodoh sendiri di kursiku. Aku hanya bisa duduk sambil menikmati minuman yang disediakan di meja di hadapanku. Sesekali aku hanya tersenyum meladeni sapaan dari orang-orang disekitarku. Sementara Yura entah sudah berada di mana, dia sudah menghilang sejak bertemu dengan temannya tadi. Aku memutuskan untuk menghabiskan waktuku dengan memeriksa kembali kameraku dan sesekali mengambil foto keadaan di sekelilingku. Saat aku sedang asik memotret, kurasakan ada seseorang yang menarik celanaku. Aku menunduk dan menemukan seorang anak perempuan sedang memegangiku. Wajahnya mendongak menatap balik kepadaku. Matanya yang bulat dan besar membuatnya semakin terlihat menggemaskan. Aku berjongkok dan mencoba mengajaknya berbicara.

Annyeong? Ireum-eun mwoeyo agasshi?”, tanyaku sambil mengusap kepalanya.

Anak itu hanya memandangiku. Kemudian dia menyentuh kamera yang memang sedari tadi masih berada dalam genggamanku. Aku mengalungkan talinya ke lehernya kemudian mendudukkannya di pangkuanku. Aku membantunya memegang kamera dan membantunya melihat-lihat foto-foto yang ada di kameraku. Gadis cilik itu kemudian menunjuk-nunjuk ke sesuatu dan kemudian menunjuk kameraku berulang kali. Rupanya dia memintaku mengajarinya cara memotret. Akupun mengambil foto dari hal yang ditunjuk olehnya. Dia sangat antusias sekali melihat hasil foto tersebut. Berulang kali kami melakukan ritual yang sama dan tawa gadis itu menjadi semakin lebar semakin berjalannya waktu. Sepertinya dia sudah nyaman berada di pangkuanku.

“Hei, kamu kutinggal sebentar saja sudah bisa memiliki putri seperti ini. Bagaimana kalau aku tidak kembali?”, ujar Yura yang tiba-tiba muncul dari belakangku.

“Sebentar kamu bilang? Aku sudah satu jam duduk disini sendiri, tahu?!”

“maaf maaf. Sudah lama aku tidak bertemu dengan temanku itu, semenjak aku memutuskan pindah ke Jepang. Siapa anak ini?”

“Entahlah, tadi dia tiba-tiba datang menghampiriku. Mungkin anak salah seorang tamu”, jawabku.

Agasshi, ireum-eun mwoeyo?”, Yura mencoba mengajak gadis cilik itu berbicara.

 “Na eui ireum-eun Angel ibnida.”, gadis cilik itu membuka mulutnya. Sedikit mengejutkanku.

“Ahh, Angel. Nama yang sangat cantik. Berapa usiamu?”, tanyaku setelah mengetahui dia mengerti bahasa Korea.

Gadis itu hanya menjawab dengan mengacungkan 3 jarinya. Aku mengusap kepalanya sebagai tanda memuji kepintarannya. Gadis cilik itu hanya tertawa saat aku melakukannya. Yura yang juga menyukai anak-anak sekarang sudah sibuk membujuk gadis cilik itu untuk pindah ke pangkuannya. Meskipun ragu-ragu, akhirnya anak itu mau. Walaupun berkali-kali dia melirikku seolah meminta persetujuan. Aku hanya tersenyum dan mengangguk, meyakinkan kalau Yura akan bersikap baik. Kini mereka sudah asik bercengkrama. Tepatnya, Yura sibuk bercerita sementara gadis cilik itu hanya tertawa-tawa mendengar Yura meniru suara-suara hewan untuk menunjang ceritanya. Aku mengambil beberapa foto Yura dan gadis cilik itu. Mereka terlihat sangat lucu. Tidak berapa lama suara MC terdengar, mengumumkan bahwa acara akan dimulai dalam 15 menit lagi. Aku dan Yura berpandangan. Acara akan dimulai sementara kami masih belum mencari siapa orang tua dari anak ini. Belum sempat kami menanyakan kepadanya, gadis cilik itu sudak melompat turun dari pangkuan Yura dan berlari. Aku dan Yura terkejut dan langsung bangkit untuk mengejar. Namun, melihat gadis cilik itu sudah berada dalam genggaman seseorang yang mungkin adalah Ibunya, akhirnya aku mengurungkan niat. Angel menoleh kepada kami kemudian melambaikan tangannya dengan bersemangat. Sementara ‘Ibu’ nya ikut melihat ke arah kami dan kemudian membungkukkan tubuh. Kami membalasnya dengan membungkukkan tubuh.

Lampu tiba-tiba redup dan kemudian mati sepenuhnya. Hanya lampu yang berada di sekitar runway yang menyala. Orang-orang mulai bertepuk tangan. Acara sudah akan dimulai rupanya. Aku dan Yura sudah bersiap dengan kamera kami. Noona memang sudah menempatkan kami tepat di depan runway agar kami bisa mengambil banyak foto dengan baik. Terdengar sebuah suara yang memperkenalkan acara hari ini dan penyelenggaranya. Di atas panggung terlihat seorang wanita separuh baya berdiri dengan ditemani oleh dua orang model yang salah seorangnya adalah Noona. Wanita itu adalah Jung Ji Hye, desainer sekaligus model yang menyelenggarakan acara malam ini. Dia juga orang yang sangat dikagumi oleh Noona. Noona bahkan menolak banyak sekali tawaran kerja khusus untuk memenuhi undangan darinya. Aku segera mengambil beberapa foto untuk mengabadikan momen itu.

“Saya mengucapkan terima kasih banyak atas segala pihak yang telah menyempatkan waktunya untuk meramaikan acara ini. Terima kasih untuk dukungannya selama ini sehingga akhirnya saya berhasil mewujudkan salah satu mimpi saya yaitu mengadakan fashion show di Seoul. Saya harap kalian semua dapat menikmati acara hari ini. Terima kasih.”

Wanita itu kemudian membungkukkan tubuh sebagai penghormatan. Orang-orang membalas dengan memberikan tepuk tangan yang sangat meriah. Setelah Nyonya Jung turun, acara mulai benar-benar dimulai. Satu persatu model bergantian berjalan di atas runway. Aku harus mengakui bahwa Beliau memang seorang desainer yang luar biasa. Karyanya terlihat elegan namun tidak berlebihan. Aku memang tidak begitu paham tentang fashion, namun aku menikmati acara hari ini. Aku tidak melewatkan kesempatan ini untuk mengambil banyak foto. Noona terlihat lebih bercahaya dari biasanya. Entah karena pengaruh baju yang dia kenakan atau karena memang dia sangat bangga karena akhirnya bisa bekerja sama dengan Nyonya Jung. Didalam balutan gaun malam berwarna merah maroon membuat Noona terlihat sangat menawan. Begitu Noona berada tepat dihadapanku dan berpose, aku tanpa ragu mengambil banyak sekali fotonya. Entah berapa banyak model dan berapa banyak karya yang ditampilkan. Ketika semua model satu persatu mulai memenuhi panggung dan berbaris, aku menyadari bahwa acara ini sudah hampir selesai. Mereka berbaris memenuhi runway yang berbentuk seperti huruf ‘T’ itu sambil melambaikan tangan dan berpose. Kamera tidak pernah lepas dari mataku yang mebidik setiap sudut yang terlihat mengagumkan. Ketika sebuah spotlight mengarah ke ujung panggung dimana model biasanya keluar, serempak semua model yang berada di atas panggung menoleh dan bertepuk tangan dan berdiri di tepi runway seolah membukakan jalan. Akupun segera membidikkan kameraku ke tempat dimana spotlight mengarah. Nyonya Jung keluar dengan mengenakan sebuah gaun berwarna hitam yang menonjolkan keindahan tubuhnya. Benar-benar tidak terlihat seperti seseorang yang sudah berusia nyaris setengah abad! Gaun tersebut menutupi tubuhnya hingga mata kaki namun terbuka di bagian bahu (strapless). Beliau mengenakan sarung tangan yang penjangnya hingga siku. Beliau melambaikan tangan kepada semua orang yang datang dan berjalan hingga ke ujung runway, tepat dihadapanku. Dan aku benar-benar bisa melihat kecantikan dan kharisma yang membuat Noona sangat mengaguminya. Setelah beberapa kali melambaikan tangan dan berterima kasih, seseorang memberikannya sebuah mic dan beliau mulai berbicara.

“Terima kasih atas sambutan yang sangat diluar dugaan ini. Terima kasih banyak sekali lagi untuk semua orang yang telah mendukung kami sehingga acara ini bisa berjalan dengan sangat sukses. Terima kasih untuk semua model yang sudah bersedia memberikan waktu yang berharganya untuk membantu saya memperkenalkan karya-karya saya. Terimakasih kepada Nona Park Ga Hee yang bahkan ikut mebicarakan konsep acara ini. Juga kepada semua yang hadir di acara ini. Ah, sebelum acara ini benar-benar ditutup, saya ingin memperkenalkan seseorang yang selama ini selalu memberikan saya ide dalam setiap karya yang saya hasilkan. Bisa dikatakan, tanpa keberadaannya mungkin tidak akan pernah ada Jung Ji Hye sang desainer di hadapan kalian. Saya harap kalian mau memberikan tepuk tangan yang meriah untuk sumber inspirasi saya, desainer kesayangan saya, model ekslusif, sekaligus anak saya tercinta Soo Yun.”

Semua orang menoleh ke arah yang ditunjukkan oleh Nyonya Jung. Akupun sudah bersiap membidik dari balik lensa kameraku. Seluruh lampu dipadamkan, hanya spotlight yang menyoroti ujung panggung. Seseorang melangkah keluar dari sana. Mengenakan gaun terusan dengan model yang sama seperti Ibunya hanya saja berwarna putih dan hanya sebatas lutut. Saat itulah aku terkejut. Airin! Apa yang dia lakukan disini?! Aku menurunkan kameraku dan mencoba melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Itu benar-benar Airin! Gadis itu berjalan dengan anggun, seolah sudah terbiasa melakukannya. Senyum manis tidak pernah terlepas dari wajahnya. Rambutnya yang panjang dibuat bergelombang dan dibiarkan terurai. Sebuah bandana berwarna senada menghiasi rambutnya. Kakinya yang jenjang tampak semakin indah dalam balutan stilleto berwarna perak. Gadis yang saat ini berada di bawah spotlight itu benar-benar Airin-ku!

“Wah, cantik sekali gadis itu. Tidak heran, ibunya saja secantik itu di usianya sekarang. Bagaimana menurutmu, seung jin?”, tanya Yura sambil menyikut tubuhku.

“Airin. Gadis itu Airin yang selalu aku ceritakan kepadamu Yura.”, jawabku terbata.

“Apa?! Kau bercanda kan?!”

Aku hanya memberikan ponselku dan membiarkannya melihat sendiri wajah gadis yang selalu ada di ponselku. Yura berkali-kali memastikan dengan melihat ke ponsel lantas ke gadis itu. Diapun tercengang. Tidak menyangka. Dia memperhatikanku yang mungkin saat ini sudah lupa untuk bernafas. Aku tidak pernah menyangka bahwa gadis sederhana yang sudah membuatku seperti orang kehilangan semangat hidupnya selama dua bulan terakhir ini adalah gadis yang sama dengan yang saat ini tengah berdiri di bawah sorotan lampu di atas panggung itu. Aku mengangkat kembali kameraku dan membidiknya dengan lensaku.

Aku berulang kali mengambil foto gadis tersebut. Masih dengan perasaan tidak menentu. Gadis itu kini sudah berada tepat dihadapanku, bersama dengan Ibunya dan Noona-ku. Gadis itu melambaikan tangannya kemudian membungkukkan tubuhnya. Sambutan meriah dan tepuk tangan seolah tidak pernah berhenti mengiringinya. Setelahnya, Nyonya Jung diikuti oleh Soo Yun, Noona, dan satu per satu model mulai kembali ke backstage sambil tidak henti-hentinya tersenyum dan melambaikan tangan. Semua orang berdiri dan memberikan standing ovation akan keberhasilan acara tersebut. Lampu-lampu mulai dinyalakan. Wajahku tentunya sudah pucat sekali karena Yura saja memandangku dengan ngeri. Aku melihat kembali foto gadis itu dan menghempaskan diriku kembali ke kursi. Itu benar-benar Airin. Lelucon macam apa ini? Ponselku bergetar, sebuah pesan dari Noona.

‘Segera ke backstage. Ada seseorang yang ingin aku perkenalkan kepadamu! Jangan lupa ajak Yura!’

Aku menunjukkan pesan itu kepada Yura dan segera bangkit dari dudukku, Yura berjalan mengikutiku. Aku mempercepat langkahku, ingin segera menemui Noona sekaligus mencari tahu mengenai Soo Yun. Dua orang berbadan besar yang merupakan security menghalangi jalanku ke backstage. Aku yang masih tidak bisa berpikir dengan jernih sangat tertolong dengan keberadaan Yura yang menunjukkan ID kami sehingga kami diberikan izin untuk masuk ke backstage. Dia memegang pundakku, seolah memberikan kekuatan dan berusaha mengembalikan kesadaranku. Kami menghampiri sebuah ruang ganti bertuliskan nama Park Ga Hee, Noonaku. Yura mengetuk pintu dan membukanya setelah dipersilahkan. Di dalam kulihat Noona tengah berbicara dengan Nyonya Jung yang masih mengenakan gaunnya. Aku membungkukkan tubuh ketika beliau menoleh ke arahku yang dibalasnya dengan senyuman keibuan.

“Seung Jin, kemari! Perkenalkan ini adalah Jung Ji Hye, seorang model yang sangat Noona kagumi yang sering aku ceritakan kepadamu. Nyonya Jung, ini adikku Park Seung Jin seorang fotografer. Ini Yura, sahabatnya.”

Aku dan Yura bergantian memperkenalkan diri kami kepada Nyonya Jung. Beliau tersenyum sangat ramah kepada kami sambil menyambut uluran tangan kami.

“Jadi kamu adik yang selalu dibanggakan oleh Ga Hee. Aku selalu mengagumi karyamu. Namamu Grey bukan?”, ujarnya sambil mengulurkan tangannya kepadaku.

“Ah, benar namaku Grey. Darimana anda tahu?”, jawabku bingung.

Sebagai jawabannya, dia hanya menunjuk ke arah dinding di belakangku. Sebuah foto sunset berukuran besar terpajang di sana. Dengan inisial “Grey” di ujung kanan bawah, inisial yang selalu aku berikan di setiap foto yang aku pamerkan.

“Aku selalu menyukai sunset, jadi ketika aku datang ke pameran yang kau adakan di Jepang beberapa bulan yang lalu aku memutuskan untuk membelinya. Sunset itu sangat indah sekali, seperti yang sering aku lihat di pantai di dekat kampung halamanku. Kamu memang sangat berbakat.”, jelasnya melihat kebingunganku.

Aku hanya tersipu mendengar pujian dari beliau. Lama kami saling bercengkrama. Sesekali aku mencoba melirik ke luar pintu, siapa tahu gadis itu akan muncul atau sekedar lewat. Namun, tidak juga ada tanda-tanda gadis itu akan muncul. Aku mulai gelisah. Berkali-kali kakiku diinjak oleh Yura karena aku tidak mendengarkan apa yang dibicarakan oleh mereka. Akhirnya aku tidak tahan lagi dan memutuskan untuk keluar dari ruangan ini. Dengan dalih ingin ke kamar kecil, aku bergegas keluar dan menyusuri lorong tersebut. Membaca satu per satu nama yang tertuliskan di masing-masing pintu. Tidak ada nama Airin atau Jung Soo Yun. Bahkan setelah aku tiba hingga ujung lorong, pintu terakhir. Aku berbalik dengan kecewa. Dengan langkah gontai aku berjalan menuju ke arah ruangan Noona berada. Tiba-tiba aku merasa ada yang mencengkram celana ku. Aku menoleh ke bawah dan menemukan gadis cilik itu lagi!

“Angel, apa yang kamu lakukan disini?”, ujarku yang langsung menggendongnya dan mencium pipinya.

Eomma. Model”, terpatah gadis cilik itu menjelaskan.

“Oh, ibumu seorang model? Tentunya ibumu sangat cantik sekali bukan? Apakah dia secantik dirimu yang seperti putri ini?”, tanyaku sambil mengusap-usap kepalanya.

Eung! Eomma neomu neomu areumdawo. Cheonsa gateun!”, jawabnya bersemangat.

“benarkah? Jadi, dimana ibumu sekarang? Kenapa kamu berkeliaran sendiri?”, tanyaku.

“Angel!”, sebuah suara yang sangat aku kenal memanggil dari belakangku.

Eomma!”

Angel meronta turun dan berlari ke arah sumber suara itu. Dia berlari ke pelukan seseorang. Gadis itu berdiri di sana. Balik menatapku dengan penuh keterkejutan yang tergambar jelas di wajahnya. Aku mematung, begitu pula dengannya. Kami hanya bisa saling menatap untuk beberapa saat. Angel terlihat menarik-narik tangan gadis itu. Mengajaknya untuk berjalan mendekatiku. Gadis itu ragu-ragu mengikuti langkah Angel yang setengah menariknya untuk mengikuti. Ketika tiba di hadapanku, Angel mengulurkan tangannya kepadaku, isyarat ingin digendong. Akupun segera menggendongnya dalam pelukanku. Gadis itu hanya bisa diam terpaku.

ajeossi, igo neun na eui eomma! Eomma, igo neun geu chakhan ajeossi.”, gadis cilik ini mencoba memperkenalkan kami.

Its been a long time, oppa”, gadis itu akhirnya bersuara.

“Ya, sudah sangat lama sekali sejak kamu pergi begitu saja tanpa salam perpisahan”, jawabku yang entah kenapa terdengar dingin.

Aku memperhatikan tiap sudut wajahnya. Wajah yang terus menerus membayang-bayangiku selama ini. Astaga, apakah dia memang selalu secantik ini?

“Hei, apa yang kalian lakukan di sana! Ayo bergegas, Ibu ingin segera pulang dan beristirahat”

Kami bertiga menoleh ke arah sumber suara tersebut. Ternyata Nyonya Jung dan seorang wanita muda yang tadi kupikir adalah ibu dari Angel sudah berdiri di belakang kami. Angel segera meminta diturunkan dan langsung berlari menuju beliau yang langsung menggendongnya. Nyonya Jung yang menyadari keberadaanku kemudian berjalan mendekat sambil membawa Angel.

“Seung Jin-ssi, apakah anda sudah mengenal putriku? Ai, ini adalah Park Seung Jin, adik dari Park Ga Hee. Dia juga merupakan fotografer yang sering ibu ceritakan, Grey. Seung Jin-ssi, perkenalkan ini Jung Soo Yun putriku”, Nyonya Jung berusaha memperkenalkan kami.

“Aku mengenalnya, Ibu. Dia adalah pria yang bertemu denganku di rumah nenek saat liburan kemarin. Mmm Ibu, bisakah kau pulang duluan? Sepertinya aku dan Seung Jin-ssi akan membutuhkan waktu untuk bertukar cerita.”

“Benarkah? Baiklah kalau begitu. Sampai bertemu lagi, Seung Jin-ssi. Kau berhati-hatilah di jalan pulang,”

Setelah Nyonya Jung dan Angel berlalu, aku kembali memusatkan perhatianku kepada gadis itu. Gadis itu balas memandangku. Kami hanya bisa terdiam sampai akhirnya gadis itu memecahkan kesunyian.

“Aku akan berganti pakaian terlebih dahulu. Maukah kamu menungguku di lobi? Aku akan segera menyusul”

Aku hanya mengangguk dan berjalan menuju lobi. Namun kemudian aku teringat satu hal.

“Airin, bisakah aku meminta nomer ponselmu?”, ujarku seraya mengeluarkan ponselku.

Gadis itu ragu sesaat kemudian dia menyebutkan sederet angka.

 

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK