home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > EXO The Lost Planet

EXO The Lost Planet

Share:
Author : natadecocoo
Published : 17 May 2015, Updated : 29 Aug 2015
Cast : Chanyeol Park, OC, Byun Baekhyun, EXO
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |4049 Views |2 Loves
EXO The Lost Planet
CHAPTER 1 : Keberangkatan

Park Chanyeol, 12 Mei 2115

           

            “Meninggalkan planet ini? Hellno! Tidak akan pernah terjadi!” Teriakan itu mengejutkan wanita yang berada di depannya. Setelahnya, wanita itu hanya bisa mendesah—karena ia tahu inilah yang akan terjadi. Chanyeol tak peduli, emosinya kian meledak. Jika ia benar-benar tidak ingin  melakukannya, maka ia tidak akan melakukannya.

            Wanita di depan Chanyeol itu mulai mendekati anak sulungnya itu yang masih berdiri dari kursi meja makannya. Memasang raut tidak suka dan memandang ke bawah. Beban tubuhnya ia topang menggunakan kedua tangannya ke meja makan di depannya itu. Ia menekan sebuah tombol bergambarkan sendok dan garpu yang tengkurap lalu piring tak berbentuk itu seketika menghilang bersama sisa makanannya yang masih cukup banyak untuk ukuran krisis makanan yang sedang terjadi di bumi akhir-akhir ini.

            “Chanyeol-a, kau tahu sendiri kan, eomma akan tetap tinggal di sini. Pergilah dengan yeo-dongsaengmu. Kalian pantas mendapatkan dunia baru yang lebih pantas dari dunia sekarang ini.”

            Berkali-kali wanita itu menggunakan kalimat itu sebagai alasannya, termasuk saat ini.

             “Eomma..Bukankah aku sudah pernah bilang.. Apapun yang terjadi, aku tidak akan pergi dari Bumi ini.”

            Chanyeol terus mengeras. Ia tak berani memandang ke wajah eommanya karena ia yakin jika ia melakukannya, semua usahanya akan sia-sia. Usaha ia untuk marah dan bersikeras untuk mempertahankan pendiriannya; tinggal di bumi.

            “Dengarkan eomma nak.. Ini demi kepentingan kalian semua. Bumi sudah bukan tenpat yang layak lagi bagi kalian untuk ditempati. Dan bukankah Pemerintah menyaratkan bahwa hanya mereka yang berusia kurang dari 45 tahun saja yang dapat pergi ke sana? Eomma akan baik-baik saja di sini, tidak usah khawatir..”

            “Shireoyyo, eomma! Lalu siapa yang akan menjaga eomma di sini? Aku tidak akan pergi ke sana. Nama planetnya saja terdengar aneh.!”

            Kali ini, wanita yang sudah cukup beruban itu mengelus lembut kepala anaknya itu. Chanyeol tidak tahu, saat itu air mata mengalir deras dari sepasang mata eommanya. Sebenarnya tidak hanya kali ini saja mereka membahas hal ini namun perbedaan pendapat masih saja terjadi. Chanyeol masih kekeuh pada pendiriannya untuk tetap tinggal di bumi.

            “Chanyeol-a.. Jika kau dan Park Gaeun berada di sana..Kau tak perlu lagi mencuri roti untuk Gaeun. Tak perlu lagi bekerja part time untuk membantu menambah uang sakumu...”

            Belum selesai eommanya berujar, Chanyeol menepis tangan eommanya dan berlalu menuju ke lorong yang mengarah ke kamarnya. Sebelumnya suara “Dzzzt” itu terdengar dan kursi virtual itu menghilang.

            Chanyeol menelusuri lorong sempit rumahnya. Keluarganya memang tidak terlalu miskin daripada keluarga lainnya, namun itulah keadaannya sekarang. Pangan menurun. Tempat tinggal menjadi lebih sempit. Bahkan sebuah kamar hanya berukuran 2,5 x 3 m saja.

            Chanyeol menghempaskan tubuhnya ke atas bed itu—seraya memandang langit-langit dan tanpa sadar, ia menitikkan air matanya.

            “Eomma..Seandainya kita hidup 100 tahun lebih awal daripada hari ini...”

-------------------------------

 

1 Bulan Kemudian...

 

            Pelukan itu berlangsung cukup lama. Hangat dan erat. Meski banyak kalimat yang ingin kedua orang itu sampaikan namun hanya diam yang menguasai atmosfer. Air mata sedikit menitik dari mata Chanyeol. Ia telah siap akan hari ini. Ia tak memiliki pilihan lain. Eommanya telah membuat sebuah keputusan yang mengharuskan Chanyeol untuk melakukannya dan Chanyeol tidak memiliki pilihan lain selain untuk menurutinya. Ini semua demi kebaikanmu,nak. Eomma akan baik-baik saja jika mengingat hidupmu akan lebih sejahtera dengan tinggal di sana.

            Sejak adanya iklan besar-besaran imigrasi umat manusia ke planet baru, Chanyeol sudah berfirasat bahwa eommanya ingin dirinya dan Gaeun untuk tinggal di sana. Pemerintah serta agen luar angkasa itu benar-benar hebat dalam membuat iklan itu dimana semua kenyamanan menggiurkan siapa saja untuk tinggal di sana. Terkecuali Chanyeol. Ia tak ingin meninggalkan eommanya. Sering kali ia berpikir, mengapa program itu harus bersyaratkan hanya mereka yang berusia kurang dari 45 tahun saja yang dapat pergi ke sana? Sementara usia eommanya benar-benar tepat berusia 45 tahun...

            Ia sebenarnya tidak ingin meninggalkan eommanya. Sangat tidak ingin. Tapi bisa apa Chanyeol untuk menentang eommanya. Bisa-bisa penyakit eomma kambuh dan Chanyeol takut hal itu memperburuk kesehatan eommanya.

            Chanyeol mempererat pelukannya. Setelah dirasa cukup, ia melepas pelukan itu dan memandang wajah tenang milik eommanya. Kali ini tak ada tangisan, tak ada pemberontakan.

            “Eomma... Jaga kesehatanmu baik-baik, ndae?”

            Wanita bersanggul itu tampak mengangguk—menghasilkan sebuah senyuman lebar dari Chanyeol.

            Kali ini giliran Gaeun, adik dari Chanyeol. Yeoja berusia 17 tahun itu tak dapat berhenti menangis tatkala ia dapat merengkuh sosok wanita yang telah membesarkannya. Tentu saja berbeda dengan saat ia berpelukan dengan Chanyeol. Gaeun seorang yeoja dan umurnya lebih muda dari Chanyeol yang berusia 20 tahun.

 

            “Lihat! Tetangga kita Kyungsoo saja juga akan pergi ke sana. Kurasa eomma akan sering pergi ke rumah Kyungsoo mulai besok.” ujar eommanya, berusaha mengusik air mata yang akan mengalir dari sepasang kelopak matanya. Meskipun ia sudah meyakini semua tindakannya ini namun tetap saja. Semuanya terasa tidak mudah jika ia harus berpisah dengan kedua anaknya.

            Kyungsoo merupakan tetangga cukup dekat dari rumah keluarga Park dan Kyungsoo merupakan anak satu-satunya yang itu berarti keluarga Do juga bernasib sama dengan keluarga Park. Hal itu membuat Chanyeol sedikit lega. Setidaknya ada yang menemani eommanya di bumi.

            Keluarga Kyungsoo mendekat. Segera saja Chanyeol menyapa Kyungsoo yang merupakan salah satu teman dekatnya itu.

            “Yo!” Ia melayangkan tangannya ke arah Kyungsoo yang tentu saja disambut oleh Kyungsoo pelan. Meski pelan, Chanyeol tidak bodoh untuk tidak dapat membaca ekspresi bahagia di wajah Kyungsoo. Ekspresi sangat bahagia. Meski bagi orang pada umumnya ekspresi yang ditampilkan Kyungsoo tidak tampak terlalu bahagia. Well, kita berbicara tentang Kyungsoo yang terkenal dengan wajah datarnya dan Chanyeol telah menjadi rekan hidup Kyungsoo selama bertahun-tahun.

            “Jadi...apakah kau melihat tanda-tanda poltergeist lagi pagi ini?” tanya Chanyeol—mengubah kesumringahan wajah Kyungsoo menjadi berlipat dua kali.

            “Oh, aku mulai takut kepadamu. Kurasa kau bisa membaca pikiranku saat ini.” balas Kyungsoo datar dengan memainkan matanya. Chanyeol memandang ke arah Kyungsoo tak percaya.

            “Geumanhae! Kau sudah menyumpaliku dengan topik poltergeist itu berkali-kali akhir-akhir ini!”

            Kyungsoo terkikik mendengar kalimat Chanyeol—entah karena alasan apa. Kadang tak ada yang tahu dia tertawa karena apa dan tampak murung karena apa. Kyungsoo adalah sosok yang jarang bisa ditebak oleh sebagian orang.

            “Dan firasatku benar, bukan? Mereka mengundang kita ke rumah tinggal mereka.”

            “Yah.. Mungkin kau benar. Poltergeist yang kau rasakan itu mungkin sinyal dari mereka?”

            Chanyeol tahu ia memaksakan diri tapi ia ingin tampak bahwa ia tertarik akan kepindahannya dari bumi. Padahal sebenarnya ia sangat membencinya. Sangat sangat membencinya hingga ingin rasanya ia berdebat kembali dengan eommanya akan hal itu.         

            Tapi tak mungkin bukan? Ia melirik ke arah eommanya dan dapat ia dapati eommanya kini tampak asik berbicara dengan keluarga Do.

             

 

            Di tengah-tengah keramaian itu, sebuah suara yang sangat keras terdengar. Suara seorang announcer sedang berusaha untuk mengumumkan sesuatu. Ribuan manusia yang mengelilingi gedung berbentuk bulat itu pun sedikit lebih tenang dari sebelumnya.

            “Perhatian-perhatian. Pemanggilan imigran akan dilakukan 15 menit lagi. Perhatian-perhatian. Pemanggilan imigran akan dilakukan 15 menit lagi.”

            Chanyeol segera bergerak menuju eommanya—ia memeluknya lagi.

            Untuk yang terakhir kali. Benar-benar terakhir kali.

            “Apakah benda ini ...mungkin... dapat menjangkaumu di s-sana?” Sejenak, eommanya tampak ragu menanyakannya seraya memandang ke arah wristband dengan bagian menonjol kecil di tengahnya. Wrsitband itu merupakan salah satu alat komunikasi yang digunakan pada tahun 2115—berfungsi sama seperti ponsel. Hanya saja layarnya akan muncul setelah kita menekan tombol di tengah tersebut dan layar tersebut adalah layar virtual yang dapat disentuh.

            Dalam hati Chanyeol menjawab tidak. Tentu saja, bumi dan planet itu memiliki jarak yang sangat jauh.

            Namun tetap saja, ia tidak ingin mengecewakannya dengan berkata lugas “tidak bisa”. Ia memilih untuk menggeleng. “Mollayo, eomma.”

            Sekilas dapat ia lihat raut kekecewaan di wajah eommanya. Chanyeol sedikit merutuk mengapa eommanya harus menunjukkan raut wajah kehilangan itu di saat ia sebentar lagi pergi meninggalkannya. Padahal sudah satu bulan ini eommanya bersikeras agar Chanyeol untuk pergi ke planet itu.

            “Sekalipun tidak bisa, bukankah kita bisa berkomunikasi melalui cara lain eomma? aku dan Gaeun akan selalu memimpikan eomma di setiap tidur kami.”

           

            Eomma Chanyeol tampak tersenyum—dan sekilas Chanyeol dapat melihat tetesan air bening itu mengalir dari kelopak matanya walaupun agak samar oleh cahaya matahari yang semakin hari semakin terang.

           

            Eomma, kumohon jagalah kesehatanmu untukku.

 

---------------------------------

 

            Chanyeol terduduk di sebuah kursi panjang yang melingkari bangunan di tengah dan berlapis-lapis itu. Di samping kanannya duduklah adiknya yang masih saja menangis. Ia mendekapnya dan meletakkan kepala adiknya itu ke lengannya. “Gaeun-a..Kau telah memutuskannya bukan? Buatlah eomma yakin akan pilihannya.” Sejenak Chanyeol melihat ke arah luar—ke arah eommanya yang tersenyum ketika melihat sosoknya.

            Di samping kiri, tak jauh berbeda. Kyungsoo tampak begitu berbeda dari sebelumnya. Meskipun ia bersemangat akan hal ini, ia tak bisa tidak sedih jika harus berpisah dengan kedua orang tuanya. Matanya yang sembap menampakkan ia telah menangis di balik hoodienya selama satu setengah jam ini. Ya, satu setengah jam dan Chanyeol, Kyungsoo serta Gaeun tak kunjung mendapatkan panggilan. Wajar saja, hampir semua remaja Korea mendaftarkan diri.

            Chanyeol menghela nafasnya. Ia sedih tentu saja. Namun ia tak bisa menangis. Ia telah meyakininya—untuk menuruti keputusan eomma yang selalu mengatasnamakan kebaikan dirinya dan juga Gaeun. Dilihatnya sebuah benda sangat besar berbentuk mentimun runcing itu di tengah bangunan bundar yang berlubang di tengahnya itu. Sebuah kapal luar angkasa yang akan membawanya ke sebuah planet yang tak pernah ia injak sebelumnya. Benar-benar sebuah planet asing.

            Begitu besar hingga Chanyeol bertanya-tanya “Di tengah krisis pangan mereka sempat untuk membuat benda sebesar ini?”

            Dua jam berlalu—Gaeun mulai tampak tertidur di lengannya yang membuat Chanyeol merasa sedikit lega. Ia tak tega harus terus menerus mendengarkan isakan adiknya. Meskipun itu hanya isakan ringan.

            Chanyeol kembali menengok ke arah luar. Beberapa pasang orang tua sudah mulai meninggalkan pelataran luar gedung bundar ini kecuali eommanya dan beberapa orang tua dari anak mereka yang belum terpanggil. Chanyeol kembali bertukar senyum dengan eommanya. Tak lama, sesuatu aneh terjadi. Terjadi sebuah keributan.

            Memang tidak tampak orang berlarian namun tanpak bisik-bisik keras dan sebuah kerumunan yang terpusat pada satu tempat.

            “Jaggaman.” Chanyeol menyerahkan Gaeun yang sedang tertidur kepada Kyungsoo.

            Ia melangkah menuju ke sumber keributan itu. Mendekat,mendekat dan terus mendkat. Hingga didapatinya kerumunan itu mengerumuni seseorang—teman sekelasnya. Seorang anak kaya yang bagi beberapa teman sekelasnya menyebalkan dan suka semaunya.  

            Kim Suho namanya.

            Langkah Suho tampak tak stabil seraya berbicara tidak jelas sedari tadi. Tampak sekali ia telah meminum beberapa kaleng alkohol saat itu.

            “Kalian semua bodoh! Bodoh-bodoh-bodoh!” Suho tampak menuding ke semua orang yang mengelilinginya. “Apa otak kalian kembali ke zaman Pitecanthropus? Huh? Huh??”

            Nadanya meninggi---setelah itu ia tertawa terbahak-bahak.

            “Apa kalian tidak menyadari kalian sedang ditipu?”

            Bisik-bisik semakin mengeras—beberapa tampak panik dan melihat ke arah luar, seakan ingin membatalkan perjalanannya.

            Beberapa acuh dan tampak kesal dengan omong kosong Suho.

            Beberapa penasaran dengan apa yang akan dikatakn Suho selanjutnya dan melangkah semakin dekat.

            “Ya! Apa kalian tidak tahu apa arti dari program imigrasi ini? Huh? Huh?!”

 

            “Tentu saja karena bumi mulai tidak ramah kepada kita kan! Kita sudah tidak diperbolehkan tinggal di sini lagi oleh bumi! Apa salah jika kita mencari planet lain?”

            Suho tampak terkekeh. Kali ini lebih dalam dan lama dari sebelumnya.

            Sebelum akhirnya sebuah suara sirine berbunyi dan tak lama, tangan Suho terikat oleh tali virtual itu dan di atasnya tampak sepasang polisi keamanan yang sedang berada di atas piring terbangnya sedang berusaha menangkap Suho dengan mengurungnya dengan sebuah tabung virtual.

            “Suho Kim, 20 tahun. Ditangkap karena telah mengganggu ketertiban.”

            Suho mulai berteriak tidak terima. Namun suara itu semakin menjauh karena kedua polisi itu telah membawanya menjauh dari kerumunan manusia menuju ke lantai atas entah lantai berapa.

           

            Chanyeol tampak mngernyitkan alisnya. Ia sempat memikirkan beberapa kalimat yang Suho ucapkan. Begitu serius—hingga ia tak sadar bahwa beberapa orang menabrak bahunya.

            Namun kembali, ia menatap ke arah eommanya yang mengangguk kepadanya dan hal itukah yang membuatnya yakin bahwa keputusannya sudah benar.

            Tak lama, namanya dipanggil. Ia pun segera mengambil kopernya dan menuju ke sumber suara.

----------------------------------------------

Akhirnya ada waktu buat nulis juga! Lalala~ Tapi gatau kenapa aku nulis ini nggak ngelanjutin ff lainnya. Aneh ya? heuheu ceritanya lagi pengen bikin cerita setting distopia gitu tapi ini masih kayak sejenis pengantarnya gituuu sih jadi bikin ngganjel (?). Romance tetep ada kok tapi yaah rada dikit dan belum keliatan karakternya. Jadi yah, ini iseng bikin cerita pengantar dulu sih. Nanti kalo pada suka dan penasaran aku lanjutin. Sekali lagi sori kalo rada aneh ceritanya karna imajinasiku ga terlalu canggih heuheu dan lagi pengen aja nulis cerita kayak gini.

Ada yang tau distopia?

Distopia itu sepenangkepku kayak sebuah masa depan yang tidak diinginkan, menakutkan dan sarat dehumanisasi. Kebalikannya utopia gituh. Sejenis hunger game divergent juga distopia ituu.

Di sini emang aku namain EXO walaupun di internet exo planet itu maksudnya planet di luar galaksi bimasakti dan planet kayak bumi mars lalala itu namanya endo planet. Koreksi ya kalo salah itu udah baca lama banget si hehe

Apa sih yang ada di planet EXO?

Peraturan apa sih yang aneh?

Dua belas pemuda itu sih siapa?

 

Pengen lanjut? LOVE COMMENT SHARE

Ga pengen lanjut? YAUDAH TINGGALIN AJAH STORYNYA (*trus author mewek)

Dan sebenernya aku gaenak juga sih storyku yang belum finished masih ada tigaa aaack

-          The Nerd Xi Luhan

-          Chajatta

-          Little Red Riding Hood

 

Kasih saran dong mau yg mana dulu yang aku selesain.. Karena kuliah yang benerbener full author jadi bingung mau apdet kapan dan yang mana dulu heu

Tapi insyaallah ff2 terbengkalai itu akan author usahakan untuk diselesaikan waktu liburan nanti *sekitar Juni atau waktu weekend

Yang jelas kuliah harus beres dulu heuheu

Semangaaat fighting! 9^^)9

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK