home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > A WHITE PAPER

A WHITE PAPER

Share:
Author : kyunita11
Published : 04 May 2015, Updated : 04 Jun 2015
Cast : baesuji, leejongsuk, kimmyungsoo, kimsoohyun, jungsoojung, leejieun
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |6330 Views |2 Loves
A WHITE PAPER
CHAPTER 4 : “I AM HERE…”

******

04

******

Bae Suji datang pukul enam pagi kekantor untuk mempersiapkan audisi pemeran wanita utama drama “Sky of Heaven” hari ini. Mengenakan setelan jas warna merah muda dan celana pensil berwarna senada, CEO Staragency ini terlihat menawan hati semua orang yang berpapasan dengannya di pintu masuk pagi yang agak mendung ini.

Diruangan auditorium yang menjadi tempat audisi, Suji melihat seseorang sedang duduk dengan serius di meja juri. Begitu mendekati meja, Suji terlihat sedikit terkejut melihat Kim Soohyun sedang duduk sambil membaca skrip dramanya untuk acara audisi nanti.

“Oh! Selamat pagi, Suji!” sapa Soohyun sambil beranjak dari tempat duduknya. Ia pun menghampiri Suji dan menjabat tangannya.

“hmm… kamu datang pagi sekali, Soohyun-shi!” jawab Suji sambil membalas uluran tangan sang hallyu star.

“haha, mungkin saya terlalu excited! “Sky of Heaven” adalah project drama pertama saya di Staragency dan drama ini juga akan jadi comeback saya setelah satu tahun vakum…” jelas Soohyun sambil menyilakan Suji duduk di kursi juri disampingnya.

“Soohyun-shi sudah sarapan di rumah?” tanya Suji sambil mengeluarkan satu kotak makan warna merah yang berisi nasi kepal dengan isi daging didalamnya. Ia menyodorkannya kepada Soohyun yang terlihat kaget dengan kebaikan hati bosnya ini. “uri omma dan aku yang membuatnya pagi ini. Omma bilang, kamu suka sekali memakan masakan buatan beliau… apa benar begitu?”

Soohyun mengangguk pelan mendengar jawaban Suji. ia teringat memori saat dirinya masih berusia lima belas tahun, ketika nyonya Bae Jonguk yang saat itu masih menjadi manager dari ibunya, Kim Sungryung, selalu membawakannya sekotak nasi kepal isi daging sebagai sarapannya sebelum berangkat kesekolah. Nyonya Bae selalu menemani Soohyun sarapan di meja makan sambil menunggu ibunya selesai di make-up oleh seorang stylish. Soohyun merasa sedih karena lebih dianggap sebagai anak oleh nyonya Bae dibandingkan oleh ibunya sendiri yang bahkan tidak peduli apakah dirinya sudah sarapan atau belum.

“makanlah..!” Suji menyodorkan sumpit ke tangan kanan Soohyun dan meletakkan kotak makan itu didepan sang hallyu star. Sekilas saja, namun mata Soohyun yang teliti bisa melihat tanda lahir berbentuk bintang di pergelangan tangan kiri Suji. Dengan gerak reflex, Soohyun menggenggam tangan kiri Suji yang membuat bosnya ini merasa terkejut.

“wae?! Soohyun… ada apa?” Suji berusaha menahan dirinya untuk tidak terlalu kaget dengan tindakan actor terkenal ini. Sekali lagi semenjak ia menjabat tangan Soohyun, Suji merasakan kehangatan menjalari dirinya ketika mereka berdua bersentuhan, menciptakan sebuah sensasi yang sangat familiar bagi memori masa kecil Suji. Sentuhan Soohyun sangatlah berbeda dengan sentuhan Jongsuk, jika sentuhan kekasihnya itu membuatnya merasa sempurna sebagai wanita, sentuhan tangan Soohyun membuat Suji merasa nyaman didekatnya.

“Sujiyaa…” Soohyun masih menatap tanda lahir Suji dengan seksama, “heoksi,… apa kita pernah bertemu sebelumnya? Tanda lahirmu ini… sangat familiar untukku….”

Suji tidak siap mental untuk mendengarkan terusan kalimat Soohyun. Meskipun ia sangat berharap Soohyun adalah kunci untuk membuka masa lalunya, Suji tidak ingin mendengarkannya secepat ini. Wanita berambut hitam panjang ini pun merasakan detak jantung sangat cepat hingga membuat aliran darah dengan cepat berkumpul di kepalanya. Seketika, Ia merasakan pening yang tidak tertahankan.

“Sujiya… kenapa wajahmu pucat?” Soohyun menyentuh pipi Suji yang dingin. Ia cemas melihat wajah Suji yang langsung panic begitu dirinya bertanya mengenai tanda lahir itu.

Suji berusaha kembali kealam sadarnya dan menjaga agar dirinya tidak pingsan dihadapan Soohyun. Dengan tenaga yang tersisa, Suji bangkit dari kursinya dan melepaskan genggaman tangan Soohyun, “a..aku harus kekamar mandi… permisi…”.

Soohyun menatap punggung Suji yang tampak bergetar karena terkejut, sebuah reaksi yang membuat Soohyun semakin bertanya-tanya mengenai hubungannya dengan Suji.

‘kenapa aku merasa sangat mengenalmu,Sujiya? Waee??’ batin Soohyun.

******

Jongsuk mengamati bunga tulip kuning di meja yang berada di samping ranjang Kim Soeun. Produser tampan ini pagi-pagi sekali datang berkunjung ke rumah sakit setelah tadi mendapatkan sms dari asisten Soeun bahwa penulis drama “Sky of Heaven” sudah siuman dan akan datang ke acara audisi hari ini.

Soeun baru saja keluar dari kamar mandi dan dipapah oleh Luna, asistennya. Langkah kakinya masih lemah namun wajahnya sudah mulai berseri.

“nona Kim, apa anda yakin bisa datang ke acara audisi? Aku bisa bilang ke Suji untuk menunda audisi jika kesehatan anda masih belum baik”

Soeun duduk di kursi dihadapan Jongsuk yang terlihat tampan dan rapi dengan setelan jas hitamnya. “aniya, tak perlu kamu menyuruh Bae Suji membatalkan audisinya Jongsuk-ah… aku sudah sehat sekarang. Lagipula aku sudah lama sekali menunggu kesempatan ini” jawab Soeun, “Aku sangat ingin bertemu dengan nona Bae Suji….”

“tapi nona Kim..” wajah Jongsuk diliputi kekhawatiran.

Soeun tersenyum untuk meyakinkan produser tampan dihadapannya ini, “aku akan baik-baik saja. Kamu tahu sendiri kan siapa suamiku? Dia sudah menyiapkan semua obat untukku. Selama aku meminum obatnya, sakit jantungku tidak akan kambuh lagi, Jongsuk-ah…”

******

Myungsoo baru saja memarkirkan sepedanya di parkir lantai satu basemen Staragency. Pagi ini ia ada janji untuk menemui penulis lagu debut boyband yang bernama Tuan Han. Mereka berdua akan bersama memonitor koreografi yang sudah disempurnakan oleh Myungsoo bagi boyband baru dari StarAgency yang akan diberi nama VIXX. Meskipun sangat lelah karena semalaman ia harus mengajari setiap member VIXX koreo yang ia ciptakan, Myungsoo sangatlah bersemangat dengan pekerjaaan barunya ini. Kembali ke korea setelah tiga tahun belajar b-boy di Amerika membuatnya merasa lebih tertantang untuk membuktikan pada Suji bahwa dirinya adalah seorang pria yang bisa dihandalkan.

Pintu lift terbuka dan Myungsoo segera menaikinya. Ia memencet tombol lantai Sembilan dan pintu lift pun tertutup. Tak lama kemudian, pintu lift itu terbuka lagi di lantai dua. Myungsoo sangat terkejut melihat Jieun dan Soojung berdiri di luar lift. Ketiganya terdiam beberapa saat, lalu Myungsoo dengan inisiatifnya sendiri mundur ke bagian kiri belakang lift untuk menyilakan kedua wanita itu masuk.

Soojung merasakan dirinya berkeringat dingin saat berhadapan dengan Myungsoo, pria yang ia temui dalam mimpinya kemarin. Hingga detik ini, Soojung masih belum tahu apa maksud dari mimpinya. Ia sangat ingin bertanya pada Myungsoo, namun ia tahu bahwa mereka hanya pernah bertemu sekali di kafe yang berada di lobi lantai satu kemarin. Soojung berdiri di depan Myungsoo dengan tangan yang basah karena gugup. Stylish baru Jieun ini pun menaruh dua tas besar di hadapannya karena merasa terlalu berat. Soojung merasakan tengkuknya berkeringat sehingga secara reflex ia menyampingkan rambut hitam panjangnya.

Myungsoo yang sedari tadi menatap Jieun yang memakai kacamata hitam untuk menutupi mata sembabnya karena semalam menangis setelah bertemu dengan dirinya kini beralih memandangi tengkuk leher Soojung yang memiliki sebuah tanda lahir berbentuk bulan sabit. Sebuah degupan kencang dari jantung Myungsoo membuatnya bertanya-tanya apa yang sebenarnya pernah terjadi antara dirinya dengan Soojung.

waeiree?? Apa yang terjadi denganku? tanda lahir itu rasanya tidak asing untukku’ batin Myungsoo.

Jieun segera keluar dari lift begitu pintunya terbuka di lantai enam. Soojung mengikutinya dari belakang sambil menjinjing dua tas besar yang berisi make-up dan pakaian Jieun. Karena terlalu berat dan tangannya yang basah karena keringat, tas make-upnya jatuh didepan pintu lift. Dengan cepat Myungsoo keluar dari lift dan menolong Soojung merapikan peralatannya. Jieun yang hanya bisa memandangi mantan kekasihnya dari balik kacamata hitamnya itu benar-benar merasa frustasi dengan kebaikan hati Myungsoo untuk menolong Soojung.

Soojung merasakan tubuhnya dibasahi oleh keringat saat ini ketika tangan Myungsoo tidak sengaja menyentuhnya. Ia tak pernah menyangka bahwa bertemu dengan Myungsoo akan membuatnya merasa sangat gugup.

Bibir Soojung bergetar saat dirinya mengucapkan, “goo…gomawoyo…Myung..Myungsoo…”

Myungsoo menatap wajah Soojung dan ingin mencari manik mata wanita berponi dihadapannya ini, namun tak pernah berhasil karena Soojung selalu menghindari tatapan matanya. Ingin sekali Myungsoo menggenggam tangan Soojung dan memberitahunya bahwa mereka sama-sama kehilangan memori masa kecil karena AMD. Tapi Myungsoo tak bisa melakukannya didepan Jieun yang memandangi mereka berdua saat ini dengan tatapan penuh kekesalan.

“hati-hati, Soojungah… apa perlu kubantu bawakan?” tawar Myungsoo sambil menyerahkan tas make up itu kepada Soojung.

Jieun segera mengambil tas make-up dari tangan Myungsoo dan membawanya pergi tanpa berbicara sepatah katapun kepada keduanya.

Soojung segera berdiri dan berkata, “terima kasih sekali lagi, Myungsoo…”. Ia pun segera menyusul Jieun sambil menenteng satu tas besar berisi pakaian Jieun.

Myungsoo memandangi punggung Soojung dan tanda lahir yang terlihat dari tengkuk lehernya dengan perasaan menyesal.

******

“Soohyun oppa….” Jieun melihat sang hallyu star sedang berdiri didepan auditorium sambil membawa sebuah kotak sepatu. Segera saja Jieun menyerahkan tas make-up kepada Soojung yang berjalan dibelakangnya dan berjalan menuju hadapan Soohyun.

“Jieun-ah… kamu sudah datang rupanya..” Soohyun tersenyum sambil menyerahkan kotak sepatu itu kepada Jieun, “ini special untukmu…”

“untukku?” Jieun terkejut melihat isi kotak sepatunya.

“nee… kamu kemarin malam bilang padaku di k-talk kan, sepatu merah bisa membantumu meningkat kan rasa percaya dirimu..” Soohyun terlihat senang melihat wajah Jieun yang terkejut.

“gomawoyo oppa…” Jieun merasa terharu dengan hadiah dari Soohyun. Ia pun merentangkan tangannya dan memeluk Soohyun untuk mengungkapkan rasa terimakasihnya.

Suji yang baru saja keluar dari kamar mandi setelah berhasil menenangkan sakit kepalanya dengan obat dari dokter Jaerim menghentikan langkahnya saat melihat Jieun yang sedang memeluk Soohyun. Ada perasaan yang aneh dalam dirinya. Ia pun segera masuk kembali kedalam kamar mandi untuk menunggu Jieun dan Soohyun pergi. ‘ini pasti efek obat sakit kepala dari dokter Jaerim…’ batin Suji sambil memegangi jantungnya yang sekali lagi berdetak cepat.

Soojung hanya bisa menundukkan kepalanya melihat adegan paling awkward dihadapannya saat ini. Jieun yang sangat gembira menerima hadiah dari Soohyun, dan Soohyun yang salah tingkah melihat Jieun yang tiba-tiba memeluknya.

Begitu melepaskan pelukannya, Jieun pun berkata, “oppa pasti ingin sekali aku yang memenangkan audisi ini kan?”

Soohyun mengangguk dengan canggung, “nee.. aku harap… kamu berusaha dengan baik, Jieunah”.

******

“Kudengar kamu akan melangsungkan pertunangan dengan nona Bae…” Soeun duduk dikursi roda menuju auditorium StarAgency yang berada di lantai enam.

“nee… tiga minggu lagi, nona Kim. Kami sangat berharap kedatangan anda dan dokter Jaerim nanti…” jawab Jongsuk sambil mendorong kursi roda Kim Soeun untuk masuk kedalam lift di lantai satu Staragency.

“akan kuusahakan…” jawab Soeun, “kalian saling mencintai kan?”

“nee?” Jongsuk agak terkejut mendengar pertanyaan yang tiba-tiba dari Soeun yang sudah ia anggap seperti kakak perempuannya sendiri.

“jika kalian saling mencintai, maka akan mudah bagi kalian untuk saling memahami tanpa perlu banyak bicara…” jawab Soeun sambil tersenyum menatap Jongsuk yang kini berdiri disampingnya didalam lift.

Jongsuk membalas senyuman Soeun. Lalu, Jongsuk menatap refleksinya di depan pintu lift yang tertutup, tangan kanannya ia masukkan kedalam saku celana kain warna hitam yang ia kenakan. Sebuah sapu tangan warna biru langit yang ada didalam saku celana itu digenggam oleh Jongsuk, seolah mengingatkannya untuk bertanya pada Suji mengenai suatu hal yang sangat penting nanti.

******

Bae Suji menyambut nona Kim Soeun yang datang ke StarAgency dengan menggunakan kursi roda bersama asistennya ketika mereka keluar dari lift di lantai enam. Jongsuk yang berdiri disamping sang penulis tersenyum melihat kekasihnya yang hari ini terlihat sangat cantik.

Dilain sisi, Kim Soeun benar-benar syok dan merasa tidak percaya bahwa wanita dihadapannya yang kini menjadi CEO StarAgency dulunya memiliki kenangan pahit dengan obat Anti Memory Depressant.  Ia pun menjabat tangan Suji dengan erat. Kemudian, Soeun menggenggam kedua tangan Suji dan melihat sebuah tanda lahir berbentuk bintang di pergelangan tangan kirinya. Ingatan Soeun kembali pada peristiwa yang telah terjadi di malam nahas itu, empat belas tahun yang lalu.

Kim Soeun adalah satu-satunya orang yang tahu dengan pasti bahwa obat itu adalah percobaan gagal dari ibu kandungnya yang dulu adalah seorang peneliti pengobatan herbal. Ibu Soeun, Kim Solbi, yang maniak sekali dengan penelitian untuk menemukan obat yang bisa membuat ingatan lebih tajam melakukan berbagai kesalahan dan merasa frustasi terhadap dirinya sendiri. Solbi sudah meneliti obat herbal itu selama tiga tahun dan masih belum bisa menyempurnakan formula untuk obat itu.

Saat itu, pendanaan atas penelitian obat Anti Memory Depressant ini terancam dihentikan oleh seorang investor bernama Tuan Lee Jinhyuk. Kim Solbi yang saat itu juga bekerja sebagai kepala asrama panti asuhan “Haneuli” pun mengambil kesempatan dari empat anak panti asuhan yang terlambat pulang ke asrama malam itu, empat belas tahun yang lalu, untuk menguji coba obat buatannya demi memberi bukti kepada tuan Lee Jinhyuk bahwa obat buatannya layak untuk terus diteliti. Kim Soeun yang saat itu berumur dua puluh tahun dan menjadi salah satu pengasuh muda di panti asuhan Haneuli memergoki ibunya sedang mengamati keempat anak panti yang pingsan setelah meminum obat AMD di dalam gudang yang berada di bagian belakang panti.

Soeun sangat panik dengan perbuatan ceroboh ibunya, “ibu!! Apa yang ibu lakukan pada mereka?? Kenapa byul, tae, yang, dan reum jadi pingsan begini?.... Heoksi,…. ibu menguji coba obat AMD itu pada mereka??”. Soeun sangat hafal betul pada empat orang anak ini yang memiliki tanda lahir berbentuk benda langit yang memudahkannya untuk menemukan mereka.

Kim Solbi yang ketakutan dengan apa yang ia telah perbuat kepada keempat anak itu mundur perlahan-lahan sambil menyembunyikan botol obat AMD di belakang punggungnya.

“JAWAB AKU BUU!!!” Soeun benar-benar panik setelah menyentuh tubuh Byul yang mulai dingin.

“aniya… aniyaa… Soeunahh… kamu tidak boleh memberitahukan hal ini pada tuan Lee Jinhyuk…” Solbi terisak dihadapan anak perempuannya, “ibu harus mendapatkan dana itu untuk melanjutkan penelitian… soeunahh…”

“ibu benar-benar sudah gila! Apa yang akan terjadi pada mereka buu??!!! Apa efek obat itu buu??!!” Soeun memegangi kedua bahu ibunya yang sudah lemas.

“bawa mereka keluar dari gudang, soeunah… bawa mereka pergi dari hadapan ibu!!!” perintah ibunya dengan nada gemetar.

Soeun segera menggendong satu persatu anak itu sambil mengamati ibunya yang dengan tergesa-gesa mengeluarkan berbagai macam obat dari lemari kaca yang ada digudang.

Tanpa Soeun sadari, ibunya ternyata mengeluarkan sebotol besar spiritus dan menyiramkannya ke seluruh tubuhnya.

Soeun melihat satpam penjaga panti, Tuan Kim Minsoo, sedang melakukan patroli disekitar panti asuhan. Ia pun memanggil tuan Minsoo, “tolong jaga mereka sebentar..”

“Soeun, apa yang terjadi pada mereka??”

“akan kujelaskan nanti, aku harus….” Suara Soeun terhenti ketika terdengar suara ledakan dari dalam gudang dan ia menoleh kearah gudang yang tiba-tiba dijalari oleh api dengan cepat.

Soeun berteriak keras memanggil ibunya yang masih ada didalam gudang, “IBUU!!! IBUUU!!!! IBUUU!!!”. Soeun ingin sekali menerobos masuk kedalam gudang namun dicegah oleh tuan Kim MInsoo. “tolong ibuku… tolong ibuku….”, suara isak tangis Soeun membuat Minsoo merasa iba dan berniat menolong sebisanya.

Pemilik panti asuhan yang juga ibu kandung dari Jieun dan Jongsuk, nyonya Lee Jinri, berlari kearah kebakaran dan merasa ngeri melihat seluruh gudang yang merupakan tempat khusus untuk sahabatnya, Kim Solbi, melakukan penelitian kini terbakar didepan matanya.

“Soeunah… ada apa ini?? Kenapa bisa begini???” Nyonya Lee Jinri berusaha memeluk Soeun dan mencegah gadis muda itu berlari masuk kegudang untuk menyelamatkan ibunya.

Jung Jiah yang merupakan salah satu pengasuh di Haneuli baru saja menghubungi pemadam kebakaran. Ia pun segera berlari dan melihat di samping semak-semak gudang ada empat orang anak yang tergeletak tak bergerak. Jiah mengecek nafas dari hidung Byul dan merasa lega bahwa mereka berempat hanya pingsan.

Tuan Minsoo segera berlari kedepan pos penjagaannya dan memberi tahu istrinya yang baru datang untuk membawakan persedian bahan makanan untuk panti asuhan Haneuli, nyonya Kim Hera, bahwa ada kebakaran di gudang belakang panti.

Nyonya Hera pun menyuruh suaminya untuk menanti petugas pemadam kebakaran. Namun, tuan Minsoo nekat untuk berusaha menolong Solbi.

Sambil membawa tabung gas untuk memadamkan api, satpam ini pun meminta pada istrinya, “Hera-yaa, aku akan berusaha menolong Solbi. Ingat, segera lari jika api mulai membesar… mengerti???”

Tanpa nyonya Hera sadari, itu adalah kalimat terakhir dari suaminya sebelum pergi meninggalkan dunia ini untuk selamanya.

Setelah api berhasil dipadamkan, Soeun mengalami syok dan harus dirawat selama hampir satu bulan di rumah sakit. Setelah siuman, Soeun diberitahu sahabatnya, Jung Jiah, bahwa keempat anak yang menjadi korban obat AMD itu sedang menjalani perawatan di rumah sakit Amerika. Tanpa diketahui Soeun, selanjutnya keempat anak itu telah diadopsi diam-diam oleh empat keluarga berbeda yang sangat menginginkan seorang buah hati.

Nyonya Lee Jinri merasa bersalah atas kejadian itu dan memohon kepada suaminya, Lee Jinhyuk, untuk membawa pulang keempat anak itu pulang kekorea. Atas permintaan istrinya, keempat anak itu pun kembali ke korea. Namun, Jinhyuk tidak ingin istrinya bertanggung jawab penuh atas empat anak yang kini kehilangan memorinya. Ia pun menghubungi rekan-rekannya untuk mencari orang yang bersedia mengadopsi keempat anak ini.

Kemudian, Nyonya Kim Hera datang ke rumah nyonya Jinri dan mengatakan bahwa dia mengetahui keberadaan keempat anak itu dari pembantu dirumah ini. Ia ingin sekali mengadopsi salah satu dari empat anak itu demi almarhum suaminya yang sedari dulu ingin sekali memiliki seorang anak lelaki. Ia pun membawa pulang Yang dan menamainya Kim Myungsoo.

Jung Jiah yang mendengar kabar bahwa keempat anak itu kini menginap di rumah nyonya Jinri segera mendatanginya. Ia terkejut ketika nyonya Lee Jinri mengatakan bahwa hanya ada satu anak perempuan saja yang masih berada didalam rumahnya. Ketika Jiah menanyakan siapa yang telah mengadopsi tiga orang lainnya, nyonya Jinri bungkam. Jiah pun mengajukan kesediaannya untuk mengasuh anak perempuan yang telah ditinggal sendirian oleh tiga temannya itu. Jiah pun mengganti nama Reum menjadi Soojung dan merawatnya.

Setelah menikah dengan Jaerim setahun yang lalu, Soeun melihat semua arsip dokumen pasien yang ditangani suaminya. Saat itulah Soeun menemukan arsip data milik Bae Suji yang mengalami gejala kehilangan memori saat berusia empat belas tahun. Di halaman terakhir datanya, Jaerim menyimpulkan bahwa Bae Suji merupakan satu dari empat anak panti asuhan yang mengonsumsi obat Anti Memory Depressant.

“Nyonya Kim?? Nyonya Kim Soeun…?” suara Suji menyadarkan Soeun dari ingatannya yang menyedihkan. Tangannya masih menggenggam tanga Suji dengan erat. Setetes air mata jatuh membasahi pipi pucat Soeun.

Suji menatapnya dengan tatapan tidak mengerti, “anda tidak apa-apa, nyonya kim??”

“mianhae… mianhae… byul-ah…” ujar Soeun lirih sambil menundukkan kepalanya. Tangan Suji yang masih digenggam oleh Soeun kini basah dengan airmata.

“byul?... siapa byul? Apa anda mengenalnya?” Suji menjadi penasaran atas ucapan soeun. Ekspresinya menunjukkan kebingungan karena ia tidak menyangka Soeun menyebutkan nama gadis yang pernah muncul dimimpinya.

“Sujiya, kita bawa nyonya kim keruang kantorku dulu untuk istirahat…” Jongsuk mencoba untuk menenangkan kedua wanita dihadapannya.

“benar, mungkin nyonya kim kelelahan, Tuan Lee…” jawab Luna, asisten nyonya Kim sambil membantu mendorong kursi roda majikannya.

Suji hanya berdiri dalam diam sambil memandangi punggung Soeun yang semakin menunduk dan gemetaran karena menangis. Ia melihat pergelangan tangan kirinya dan mengusap tanda lahirnya yang basah oleh airmata Soeun. 

******

“Jieun-ah, ini sepatu merah yang kuambil dari mobil… kamu mau memakainya kan untuk audisi?” tanya Dongwoo sambil membawa sepasang sepatu merah ke ruang tunggu auditorium.

“ani…” Jieun menoleh kearah Soojung yang sedang membereskan peralatan make-upnya. Ia pun tersenyum kecil dan membawa sepasang sepatu merah yang dibawa Dongwoo kepada stylishnya itu, “Soojung-ah, sepatu merah ini untukmu!”

“nee??” Soojung terkejut melihat sepasang sepatu hak tinggi berwarna merah yang merupakan favorit Jieun saat ia tampil menyanyi di atas panggung itu diserahkan kepadanya, “geundae, waee nona Jieun?”

“aku sudah punya sepatu merah yang lebih baru dan lebih bagus daripada yang lama ini…” balas Jieun sambil mengamati kotak sepatu pemberian Soohyun yang ada di atas meja rias.

“tapi…” Soojung menerima sepasang sepatu itu dengan wajah tak percaya.

“lagipula orang yang memberiku sepatu merah itu sudah tak lagi mengingatkanku… aku jadi malas memakainya…” jawab Jieun sambil mengamati sepatu merah yang kini berada ditangan Soojung dengan tatapan penuh kekecewaan, sebuah tatapan yang sama saat dirinya menatap Myungsoo tadi malam.

******

“hey, bro!” sapa Ahn Jaehyun, sutradara drama Sky of Heaven, begitu ia tiba kedalam auditorium dan melihat Soohyun sedang duduk sendirian.

Kim Soohyun tersenyum melihat sutradara muda yang juga teman seumurannya ini datang untuk menjadi juri audisi, “Jaehyun-ah! Kukira kamu akan menolak tawaran untuk menyutradarai drama ini…”

“mana mungkin aku menolak kesempatan untuk bekerja sama lagi denganmu, my brother!” balas Jaehyun sambil menjabat tangan Soohyun, “lagipula, Jongsuk bisa membunuhku kalau sampai aku menolak tawarannya kali ini…hahaha…”

“oh, kamu kenal produser Jongsuk?” tanya Soohyun.

Jaehyun mengangguk, “ya, kami teman sekelas sejak smp. Tapi nasibnya ternyata jauh lebih bagus daripada aku. Jongsuk sekarang sudah jadi produser handal, sedangkan aku… masih sutradara amatiran…”

“kamu ini… selalu merendah… ayo duduk…” ajak Soohyun.

“Jadi, siapa aktris yang akan audisi hari ini?” tanya Jaehyun sambil membuka daftar peserta audisi yang ada diatas mejanya.

******

 “nyonya Kim Soeun, apa anda tidak apa-apa?” Jongsuk khawatir melihat wajah Soeun yang pucat.

Soeun menggeleng pelan. Ia menatap Suji yang duduk disamping Jongsuk dengan tatapan penuh kesedihan. Suji mencoba untuk tersenyum kepada Soeun yang menatapnya dengan mata berlinang.

“mungkin aku harus menghubungi dokter Jaerim agar bisa membawa anda kembali ke rumah sakit…” ujar Suji yang berniat untuk menelepon suami Kim Soeun.

“aniya… aku akan pulang ke rumah sakit setelah audisi selesai… sebaiknya kita mulai langsung saja audisinya…”

“tapi nyonya kim, anda tidak perlu memaksakan diri seperti ini…” Suji mencoba membujuk Soeun.

“aku perlu memaksakan diri, Sujiya… aku harus melakukannya… proyek drama ini bukanlah sebuah permainan kecil untukku…”

“nee?” Suji mengerutkan keningnya mendengar ucapa Soeun.

“baiklah kalau anda masih ingin mengikuti penjurian audisi ini. Anda bisa ikut nyonya kim. Tapi hanya sampai tiga peserta saja. Setelah itu, biarkan kami saja yang mengaudisi peserta, anda harus kembali ke rumah sakit dengan Luna” jawab Jongsuk sambil menggenggam tangan Soeun yang dingin.

******

Myungsoo baru saja selesai memonitor gerakan dance dari setiap member VIXX bersama tuan Han. Keduanya cukup puas dengan gerakan yang kompak dari semua anggota boyband baru StarAgency ini.

“semua sudah oke” ujar tuan Han pada Myungsoo, “Cuma kamu masih perlu memperbaiki sedikit bagian  ending-nya… buat gerakan yang lebih eye-catching… oke?”

“siap bos! Aku akan mencoba mengubah sedikit gerakan mereka di ending…” ucapan Myungsoo terhenti karena suara dering ponselnya, “maaf, saya angkat telepon dulu…”

Begitu Myungsoo keluar ruangan, ia melihat nomer telepon yang tidak ia kenal yang menghubunginya.

“Halo…” sapa Myungsoo saat mengangkat teleponnya.

“halo, ini Kim Myungsoo?” tanya suara dari ujung telepon.

“ya, benar ini saya sendiri. Anda siapa?”

“saya… dokter Song jaerim…”

“dokter Song… Jaerim?...” Myungsoo baru ingat bahwa dia memang seharusnya segera mencari dokter herbal satu ini. Ia tidak menyangka justru sang dokterlah yang terlebih dulu meneleponnya, “maaf, saya belum sempat menghubungi anda, dok”

“tidak masalah. Aku memang baru saja mengecek data mu dari dokter Kwon Sangwon. Kamu ingin melanjutkan penyembuhan memori masa kecilmu karena obat Anti Memory Depressant kan?”

“benar dok…” jawab Myungsoo dengan mantap.

“kamu bisa datang ke rumah sakit Seoul besok sore jam empat? Kita bisa mengobrol untuk mengecek perkembangan memorimu…”

“nee… akan saya usahakan untuk datang, dok” balas Myungsoo dengan suara penuh keyakinan.

******

“anyeonghaseyo, nama saya Lee Jieun…” sapa Jieun yang kini berdiri diatas podium dan menghadap kearah Suji dan keempat juri lainnya.

“apa menurutmu karakter Hanbyul akan bisa kamu bawakan dengan baik, Jieun-shi?” tanya Suji sambil menatap wajah sang pop star.

“nee… saya yakin bisa. Kecuali ada diantara para juri ini yang merasa bahwa dirinya mirip Hanbyul, saya mungkin akan menyerah untuk mendapatkan peran ini…” Jieun seolah menantang Suji.

“menurutmu Hanbyul ini wanita yang seperti apa?” tanya Suji lagi yang tidak sekalipun mengalihkan pandangannya dari Jieun.

“Hanbyul… adalah wanita yang malang. Ia kehilangan ingatannya karena obat Anti Memory Depressant, ia terpisah dari pria yang ia cintai, Taehwan, sehingga hidupnya terasa kosong…”

“kamu tahukan bahwa saya masih merahasiakan ending drama ini. apa yang kamu harapkan terjadi di ending drama ini, Jieun-shi?” tanya penulis Kim Soeun sambil tersenyum kepada Jieun.

“saya berharap… Hanbyul mengingat kembali cintanya pada Taehwan… happy ending is a must in this drama, right?” jawab Jieun dengan percaya diri sambil melirik Soohyun yang sibuk menulis di kertas penjuriannya.

“Baiklah, Jieun-shi… silahkan coba kamu recite ucapan Hanbyul di halaman dua… saat dia terbangun dari mimpi buruk setelah mengingat masa kecilnya dengan Taehwan di panti asuhan…” pinta Jaehyun sambil menyodorkan skrip kepada Jieun.

Suji mengamati Jieun dengan seksama. Ia membayangkan bahwa dirinya kini berada di posisi Jieun diatas podium, melakukan adegan saat dirinya terbangun karena mimpi buruk dua malam lalu setelah bertemu Kim Soohyun.

Suji pun melirik kearah Soohyun yang tersenyum kecil menatap Jieun yang sedang berakting dengan meyakinkan.  Soohyun melihat sepatu merah yang dikenakan Jieun juga cocok untuk wanita yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri itu.

******

Soojung menunggu Jieun yang sedang audisi dengan membeli kopi di kafe yang lobi lantai satu StarAgency. Saat duduk, Soojung mengamati kedua kakinya yang kini terlihat lebih cantik dengan sepatu merah pemberian Jieun tadi.

Tak lama kemudian, Myungsoo masuk kedalam kafe bersama semua anggota VIXX untuk rehat sebelum latihan dance lagi. Myungsoo melihat Soojung yang sedang mengamati kedua kakinya sendiri. Pria bermata tajam itu merasa familiar dengan sepatu merah yang dikenakan Soojung.

Myungsoo pun mendekati Soojung dengan menyapanya, “hai, Soojungah…”

Soojung sangat terkejut melihat Myungsoo dan segera berdiri untuk membalas sapaan sang koreografer, “Myung… myungsoo…”

“boleh aku duduk disini?” tanya Myungsoo sambil menunjuk kursi dihadapan Soojung.

Stylish cantik itu mengangguk pelan. Ia benar-benar salah tingkah dan tak berani sedikitpun menatap mata Myungsoo.

“sepertinya akan turun hujan… mendungnya gelap sekali pagi ini…” Myungsoo mencoba berbasa-basi pada Soojung.

“hmm… iyaa…” Soojung menoleh kearah jendela yang berada di sisi kiri dirinya.

“sepatu mu bagus, Soojungah…” ujar Myungsoo lagi.

“hmm.. ini sepatu pemberian nona Lee Jieun…” jawab Soojung.

“Jieun memberikanmu sepatu merah ini?” Myungsoo mulai curiga bahwa sepatu merah yang dikenakan Soojung adalah pemberiannya untuk Jieun sebagai penanda satu bulan mereka berpacaran.

Soojung mengangguk pelan dan memberanikan diri untuk menatap Myungsoo, “apa ada yang ingin kamu bicarakan denganku?”

“hmmm… aku tertarik sekali padamu”

“nee?!”

“maksudku, aku tertarik sekali pada kepribadianmu. Kuberitahu ya, sebenarnya kita ini mungkin saja punya banyak persamaan…”

“maksudmu? Aku ga paham…”

“yaa… seperti tanda lahir bentuk bulan sabit di tengkuk lehermu itu…”

“nee?” Soojung membulatkan matanya karena terkejut, “kapan kamu melihatnya?”

“tadi waktu kita naik lift yang sama” jelas Myungsoo, “aku juga punya tanda lahir seperti itu di lengan kiriku. Mau lihat?”

“tak perlu…” jawab Soojung malu, “aku percaya padamu…”

“apa kamu juga percaya kalau kita bisa saja sebenarnya saling mengenal saat masih kecil dulu?”

“nee??... entahlah… aku tidak tahu…” Soojung mengerutkan dahinya memikirkan pertanyaan Myungsoo.

******

“kamu sudah pulang, Soeunah… kukira acara audisinya akan lama…” ujar Jaerim saat melihat istrinya masuk ke kamar pasien bersama Luna.

“kamu boleh pulang, luna. Terima kasih ya untuk hari ini…” ujar Soeun pada asistennya.

“baik nyonya Kim. Saya permisi dulu!” jawab Luna sebelum akhirnya pergi meninggalkan Soeun dan Jaerim.

Soeun duduk di pinggir ranjang pasien. Jaerim membukakan sepatu istrinya dan menyuruhnya berbaring.

Soeun menggenggam tangan suaminya itu dengan erat dan berkata, “aku bertemu dengan Byul, oppa…”

“lalu?” jaerim mengusap lembut tangan istrinya yang dingin.

“dia sama sekali tidak berubah, oppa… byul masih tetap cantik seperti empat belas tahun yang lalu…”

“arra… aku senang kamu akhirnya bertemu dengan byul. Nah, sekarang, sebaiknya kamu istirahat. Kamu pasti lelah…” jawab Jaerim sambil tersenyum memandangi wajah istrinya.

Soeun memejamkan matanya yang sembab. Suara kaca yang diketuk-ketuk oleh buliran hujan mengantarkan Soeun terlelap.

******

Suji menatap kaca yang basah oleh air hujan di ruang kantornya. Audisi untuk mencari pemeran utama wanita baru saja selesai. Semua kertas penjurian sudah ada ditangan Jaehyun sebagai sutradaranya. Suji, Jongsuk, Soohyun, dan Soeun sudah melimpahkan wewenang untuk memilih pemeran utama kepada sang sutradara.

Suji menghela nafas panjang. Hari ini menjadi hari yang panjang bagi Suji. ia masih memikirkan kenapa Soeun tadi menangis saat melihat tanda lahirnya. Ia pun masih belum bisa menemukan jawaban atas pertanyaan Soohyun tentang apakah mereka saling mengenal sebelum bertemu di StarAgency. Ada banyak pertanyaan yang perlu dijawab, namun Suji begitu ketakutan memikirkan kemungkinan jawaban atas kedua pertanyaan itu.

‘apa mungkin mereka mengetahui siapa diriku sebenarnya empat belas tahun lalu?’

Suara pintu diketuk membuyarkan lamunan Suji. Jongsuk datang dan menghampiri Suji yang masih berdiri di dekat kaca jendela.

“Sujiya… sebenarnya, ada yang ingin kutanyakan…”

“katakanlah oppa… ada apa?”

“Sujiya… apa kamu tidak ingat tentang sesuatu yang harusnya kamu ambil empat belas tahun lalu dariku?”

“nee?” Suji semakin bingung dengan pertanyaan Jongsuk yang tiba-tiba membebani pikirannya.

“ada sesuatu yang harusnya kamu miliki empat belas tahun lalu, Sujiya…” Jongsuk mendekatkan wajahnya pada wajah kekasihnya yang masih kebingungan, “jika kamu benar Suji yang kucintai, cobalah untuk mengingatnya… aku akan menunggu sampai kamu mengingatnya, Sujiya…”

Jongsuk menarik Suji dalam pelukannya dan berujar, “aku disini, Sujiya, aku selalu dihadapanmu… sampai kapanpun…”

****** 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK