Yi Lin menangis di kamarnya. Membayangkan hidupnya tanpa Tabi. Mino kembali ke kamarnya, dan dihantui rasa bersalah yang amat besar.
[---]
Seminggu sudah kepergian Tabi menjalani wajib militer. Yi Lin perlahan lahan sadar, mencoba bangun dari keadaan menyedihkan yang dia alami. Yi Lin ingin memulai dari awal segalanya. Bersama Mino, yang adalah suami nya dan ayah bagi bayi nya. Dia perlahan lahan berusaha memaafkan Mino dan menerima kejadian ini. Dia berpikir tak ada gunanya menyimpan dendam ini, toh tidak akan ada yang berubah.
Malam, di kediaman Mino dan Yi Lin. Mereka makan malam berdua. Keadaan hening. Mino menyantap makanannya segera. Berpikir tidak ingin berlama-lama bersama Yi Lin. Yi Lin makan perlahan seperti tidak selera. Kemudian Yi Lin mual, segera beranjak ke kamar mandi. Mino khawatir lalu memberi tisu dan segelas air putih kepada Yi Lin, menunggu Yi Lin keluar dari kamar mandi.
“Gomawo oppa,” ucap Yi Lin ketika menerima pemberian Mino. Mino membalas dengan senyum simpul.
Makan malam selesai, mereka kembali ke kamar masing-masing. Yi Lin memilih tidur. Mino melanjutkan pekerjaan yang dibawanya ke rumah, karna di kantor tidak sempat selesai. Malam pun berjalan, menunjukkan pukul 00.30 malam. Yi Lin terbangun, dia merasa sangat lapar sekali. Yi Lin keluar kamar mencari makanan di kulkas, tidak menemukan apapun, dia lupa membeli stok makanan. Tidak dapat menahan lapar lagi, dia pun berpikir untuk keluar, tapi tidak mungkin, malam sudah larut. Dia berniat membangunkan Mino, dan meminta tolong pada Mino, tapi dia malu. Takut Mino tidak akan membelikannya apapun dan takut membangunkan Mino. Beberapa menit dia meminum air putih saja, tetapi perutnya berbunyi, tidak mungkin bayi dalam perutnya tidak di beri asupan makanan. Nekat, Yi Lin akhirnya membangunkan Mino. Dia berjalan selangkah demi selangkah, ada keraguan dalam hatinya untuk masuk ke kamar itu, tapi bagaimana lagi, dia harus membangunkan Mino.
Yi Lin membuka pintu kamar Mino. Di lihatnya lelaki itu tertidur di meja kerjanya, Yi Lin menghampirinya, mencoba menepuk pundak Mino. Mino bangun setelah 3x Yi Lin memanggil namanya. Mengucek kedua matanya terheran heran.
“Mwo?” tanya Mino penasaran karna ini adalah kejadian pertama seumur hidup nya di bangunkan oleh Yi Lin dan Yi Lin berani menyentuhnya.
“Oppa... Mianhae. Aku mengganggu malam begini. Tapi, aku lapar sekali saat ini. Di kulkas tidak ada apapun. Aku tidak bisa lagi menahan lapar ku,” ucap Yi Lin dengan nada lembut. Mino yang mendengarnya segera bangun dan mengambil jaket. Mencari kunci mobil.
“Aku akan membeli makanan di supermarket. Kamu tunggu di sini ya?” Mino melesat cepat. Yi Lin juga kaget melihat reaksi itu. Lalu dia menunggu di meja makan, meminum air putih lagi untuk mengganjal laparnya.
Sementara Mino dalam perjalanan, merasa sangat senang sekali. Akhirnya Yi Lin berbicara padanya. Setelah pernikahan itu, 5 bulan lamanya Yi Lin tidak pernah sekalipun mengajaknya berbicara, menatap wajahnya, meminta pertolongannya. Mino segera mencari supermarket terdekat. Bayi ku, akhirnya kau satu satunya yang bisa menolong hubungan antara ayah dan ibumu... Mino sangat senang. Dia sangat ingin menyentuh perut Yi Lin, dimana bayi mereka berada. Memang Mino bersalah, telah membuat Yi Lin dan Tabi berpisah, tapi setidaknya bayi itu adalah alasan mereka untuk saling memaafkan satu sama lain. Mino mengambil banyak makanan dan cemilan yang ada di supermarket. Segera kembali pulang.
Sesampainya di apartemen, Mino membuka pintu, melihat Yi Lin berada di ruang makan. Yi Lin menyambut Mino gembira, segera mengambil makanan yang di bawa Mino. Membuka apa yang bisa dimakan, dan segera melahapnya. Mino memperhatikan tingkah Yi Lin yang terlihat sangat kelaparan.
“Neomu gomawo oppa,” ucap Yi Lin sambil mengunyah. Yi Lin memegang perutnya, mengelus perutnya. Mino beranjak dari tempat itu, kembali ke kamarnya dalam keadaan sangat amat senang. Ya, begitulah malam itu berakhir.
[**]
Hari ini Yi Lin berniat pergi mengecek kandungannya ke dokter. Awalnya dia tidak ingin memberitahu Mino, tapi, bayi itu tidak hanya miliknya. Yi Lin masuk ke kamar Mino tanpa mengetuk pintu, lalu dia terperangah ternyata melihat Mino tidak menggunakan pakaian, hanya celana d*l*m, karna Mino baru selesai mandi.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!” Yi Lin berteriak seketika, menutup mata, dan segera keluar dari kamar, menutup pintu kamar. Mino mencoba menutupi tubuhnya karna dia juga terkejut Yi Lin masuk begitu saja. Yi Lin ke ruang tivi, menenangkan dirinya. Yi Lin baboo!!! Aaah memalukan sekali melihatnya seperti itu. Ini adalah keduakali Yi Lin masuk ke kamar Mino, tapi sudah mendapat pengalaman menyeramkan. Mino keluar dari dalam kamar, sudah berpakaian santai, karna hari ini hari liburnya. Dia mencari Yi Lin ingin menanyakan apa yang ingin dikatakan tadi. Mino menghampiri Yi Lin yang duduk di sofa, tapi Yi Lin segera menjauh dan menutup wajahnya.
“Yi Lin, wae?” Mino bertanya padanya.
“Uhhhh, oppa mian. Aku tidak sengaja melihat itu. Aku tidak bermaksud untuk masuk mendadak, miaan,” Yi Lin menutup wajah terus menerus.
“Gwenchana... Setidaknya kamu adalah istriku, jadi tidak ada masalah. Tapi, ya mungkin karna kita tidak terbiasa dengan semua ini,” ungkap Mino. Dan Yi Lin perlahan menarik tangannya dari wajahnya. Memandang Mino ragu. Mino segera duduk di sofa bersebelahan dengan Yi Lin.
“Oiya tadi kamu mau mengatakan apa?” “Emmm, hari ini aku ingin ke rumah sakit, oppa ada waktu mengantarku?” kata Yi Lin. Mino mengangguk tanda setuju. Mereka pun bersiap siap berangkat.
Sampai di rumah sakit, mereka menemui dokter spesialis kandungan. Yi Lin di dalam kamar, sementara Mino menunggu di luar. Setelah pemeriksaan, Mino di panggil menghadap dokter. Dengan kondisi Yi Lin terbaring di kamar, mereka melihat kondisi bayi itu melalui mesin USG. Terdengar detak jantung bayi di sana. Yi Lin menatap tanpa henti.
“Begini, bayi ini sebenarnya dalam keadaan sempurna, tetapi, dia kekurangan asupan gizi, karna sang ibu mengalami stress, dan berdampak kepada bayi. Detak jantung normal. Untuk berikutnya, saya mohon anda menghindari stress Nyonya Song. Dan, bayi anda adalah laki-laki, lihat disini,” sementara Yi Lin terharu karna mengetahui keadaan bayi itu. Mino menatap bayi nya tanpa henti. Bayi yang membuatnya bertahan selama ini untuk tidak meninggalkan Yi Lin karna sifat Yi Lin padanya, walaupun kesalahannya lebih besar dari semua itu. Anak ayah, tumbuh yang sehat didalam perut ibu ya, ayah menunggu kelahiranmu. Bertahanlah demi ayah dan ibu, ayah akan membuat ibumu mencintai kita berdua, Mino tersenyum.
Mereka pulang. Yi Lin lebih banyak diam dan memegang perutnya. Dia terlihat sedih untuk beberapa saat, Mino menyadari itu, tapi Mino tidak bertanya padanya. Ketika makan malam, Yi Lin mempersiapkan banyak makanan. Dia fokus kepada sayur dan buah-buahan. Mereka makan berdua, senyap. Selesai makan, Yi Lin memilih duduk di ruang tivi. Menyalakan televisi. Mino mendatanginya.
“Kamu tidak istirahat?” tanya Mino yang duduk di sebelahnya. “Aniya oppa, masih ingin menonton. Oppa tidak tidur? Besok kan oppa kerja,” “Kalau begitu aku temani kamu boleh?” hanya di jawab dengan anggukan kepala oleh Yi Lin. Sudah setengah jam mereka menonton bersama tapi keadaan tidak berubah. Masih senyap. Mino ingin berbicara kepada Yi Lin tentang apa yang selama ini dia rasakan. Tentang kejadian kejam itu, Mino samasekali belum pernah meminta maaf pada Yi Lin, karna dia tidak berani, dan hanya meminta maaf kepada Tabi.
“Yi Lin-ssi,,, bisa kita bicara?” tanya Mino penuh keraguan.
“Ne, silahkan oppa...” “Aku dari dulu belum pernah meminta maaf kepada mu Yi Lin secara langsung, aku selalu meminta maaf lewat Tabi hyung. Aku mungkin terlihat jahat olehmu, dan kamu sudah pasti membenciku, maafkan aku Yi Lin... Merusak hidupmu dan masa depanmu bersama Tabi hyung... Aku sungguh bersalah...,” Mino menatap wajah Yi Lin. Beberapa menit mereka bertatapan, Yi Lin menangis. Mino semakin merasa bersalah pada Yi Lin. Akhirnya Mino memegang tangan Yi Lin.
“Oppa, aku ingin membunuhmu,” Yi Lin menangis lagi. Mino mencoba menenangkannya, Mino memeluknya. Yi Lin-ssi, aku tidak tau seberapa besar luka yang ku torehkan karna menghancurkan masa depanmu bersama Tabi hyung, tapi dari sekarang aku berjanji tidak akan menyakitimu sedikitpun. Maafkan aku. Mino memeluk Yi Lin dan membelai kepalanya, menepuk pundaknya, dan Yi Lin pun segera berhenti menangis. Ini kejadian pertama dalam hidup Mino dan Yi Lin, mereka berdua memulai segalanya dari awal. Berusaha memperbaiki.
“Oppa aku tidak bisa mencintaimu karna cintaku hanya untuk Tabi oppa, tapi aku akan mencoba menerimamu, sebagai suami dan ayah untuk bayi ini. Aku sedang mencoba tidak mengingat lagi kejadian itu oppa. Dan memaafkan oppa. Mungkin seiring berjalannya waktu semuanya akan membaik,” ucap Yi Lin sambil menyeka air matanya dan tersenyum. Senyum yang tidak pernah di lihat Mino 5 bulan belakangan ini. Mereka berdua tersenyum lega atas semuanya.
[**]
Yi Lin dan Mino berdamai, keadaan rumah pun berubah sedikit lebih cerah. Setiap Mino pulang kerja, selalu melihat Yi Lin yang tersenyum menyambutnya ramah. Walaupun Yi Lin tidak akan mencintai Mino sekarang, setidaknya Yi Lin sudah mau membuka hatinya untuk Mino. Perut Yi Lin semakin membesar.
“Yi Lin-ssi, bolehkah aku memegang perutmu sebentar?” tanya Mino ketika mereka berdua menonton tivi bersama. Yi Lin langsung menarik tangan Mino dan meletakkannya ke atas perut Yi Lin. “Bayi ibu, ini ayah memegangmu, ingin mengetahui keadaanmu sayang...” Yi Lin berbicara seakan akan bayi itu mendengar. Yi Lin tersenyum, dan didalam perutnya terjadi sesuatu gerakan. “Hyaaaa, dia bergerakkah?” tanya Mino terkejut. “Ne oppa. Sekarang mungkin dia memberi respon kepada oppa,” ungkap Yi Lin tersenyum. Sekarang aku mengerti mengapa Tabi hyung sangat mencintaimu Yi Lin, kamu adalah wanita yang sangat amat baik dan lembut, aah, duniaku benar benar rumit sekarang, aku mencintaimu Yi Lin, terimakasih sudah memaafkanku, dan memberiku kesempatan.
[**]
9bulan masa kehamilan, Yi Lin menjadi sangat gemuk. Kakinya membengkak. Mendekati hari hari kelahiran bayi, Mino sangat khawatir, apa dia bisa menjadi ayah yang baik untuk bayi itu. Yi Lin terlihat lebih khawatir lagi, dia takut akan merasakan sakit. Apa yang dialaminya adalah yang pertama.
“Oppa, bisa kah kita menjenguk Tabi oppa bersama? Aku benar benar merindukannya saat ini, aku ingin memberitahunya keadaan bayi kita,” ajak Yi Lin sambil memohon. Mino tersenyum dan meng-iyakan. Merekapun berangkat ke tempat Tabi melaksanakan wajib militer. Waktu jenguk hanya 20 menit. Yi Lin masuk ke area sedangkan Mino hanya menunggu diluar, tidak diperbolehkan 2 orang masuk bersamaan.
“Yi Lin!” Tabi berteriak memanggil Yi Lin, segera Tabi mendekat dan mencoba menahan diri memeluk Yi Lin.
“Oppa... Bogoshippo ... Neomu Bogoshippoooo... ,” akhirnya Yi Lin yang menarik Tabi dalam pelukannya, meneteskan air mata. Tabi membalas pelukan itu perlahan, karna di batasi oleh perut buncit Yi Lin. Perut Yi Lin dan perut Tabi bersentuhan, Tabi merasa ada sebuah gerakan di dalam sana.
“Ige mwoya? Ada gerakan di perutmu Yi Lin,” Tabi yang penasaran segera melepas pelukan Yi Lin dan memegang perut Yi Lin. Yi Lin mengangguk pertanda iya. Tabi tersenyum simpul. “Oppa disini semakin kurus saja? Apakah tidak makan?” Tabi hanya terdiam mendengar pertanyaan Yi Lin. “Anak ini akan menjadi anak kita bertiga kan? Dia harus memanggil ku ayah nanti. Tunggu ayah datang ya bayi kami,” Tabi mengatakan itu dan setelahnya mencium perut Yi Lin. Yi Lin tersenyum lebar, dan berakhir dengan memeluk Tabi lagi. Mereka pun berpisah, Mino datang menggantikan Yi Lin. Pertemuan mereka kali ini terlihat lebih damai. “Hyung, apa kabar? Bagaimana keadaanmu disini?” tanya Mino sungkan. “Seperti yang kau lihat, aku baik baik saja. Apa kalian sudah berbaikan?” “Ne hyung, sudah. Maafkan aku hyung, sampai sekarang aku benar benar merasa sangat bersalah. Yi Lin tidak pernah berhenti mencintai mu hyung... Dan untuk bayi itu, Yi Lin bilang bahwa hyung juga akan merawat nya dan kita akan menjadi orang tua bayi itu. Aku berterimakasih hyung, kau memaafkanku,”
“Hm, arraseo. Yi Lin tidak akan berhenti mencintaiku Mino, tapi dia akan segera menyayangimu seperti dia menyayangi bayi itu. Wanita seperti dia tidak bisa menyimpan benci dalam jangka waktu lama. Tolong jaga dia selagi aku tidak ada, aku berharap kau bisa semakin dewasa dengan semua ini. Dan kalian sudah taukah apa jenis kelamin bayi nya?” “Laki laki hyung. Ne, aku akan menjaga Yi Lin untuk kita berdua. Segeralah kembali hyung, saat hyung kembali bayi itu pasti sudah besar,” ucap Mino tersenyum dan bersalaman dengan Tabi. Lalu Mino pergi menuju Yi Lin yang menunggu nya di luar.
[**]
“Oppaaaa!!! Segeralah pulang! Perutku sakit sekali. Ppalli !!!” teriak Yi Lin melalui telepon. Yi Lin menghubungi Mino yang sedang berada di kantor karna perutnya mulai terasa sakit. Secepat kilat Mino berangkat menjemput Yi Lin dan membawanya kerumah sakit. Mino dan Yi Lin terlihat sangat panik.
Sesampainya di rumah sakit Mino langsung menggendong Yi Lin. Yi Lin menangis menahan sakit.
Yi Lin masuk ke dalam kamar rumah sakit untuk bersalin, Mino menunggu dengan panik di luar. Dan mencoba menghubungi ibunya untuk menolong Yi Lin, karna ibunya lebih berpengalaman menghadapi bayi.
1 jam berikutnya, terdengar suara tangisan bayi dari dalam kamar. Seorang perawat keluar dari kamar itu.
“Bayi nya sudah lahir, anda suami dari Nyonya Song kan? Silahkan masuk,” dengan perlahan Mino memasuki kamar itu, berhubung ibunya belum datang. Dia gugup. Dia melihat keadaan kamar, Yi Lin yang sedang berkeringat sambil menangis dan tersenyum dalam waktu bersamaan, menggendong bayi mungil. Mino mendekat, di lihatnya kulit bayi itu masih merah, tangannya kecil mungil, dan menatap mata bayi itu, terkagum akan keadaan sekarang.
“Oppa ini bayi kita, cobalah untuk menggendongnya,” kata Yi Lin kepada Mino dan di sertai kehadiran ibu Mino. Ibu Mino tersenyum lebar, segera memeluk Yi Lin. Mino sudah menggendong bayinya, gugup untuk pertama kali di pertemukan dengan nya. Menatap wajah bayi itu lekat, matanya mirip sekali dengan mata Tabi hyung, astaga...
“Bolehkah kita memberinya nama Seung Hyun oppa?” tanya Yi Lin kepada Mino. Ibu Mino dan Mino saling berpandangan, terlihat raut wajah mereka sangat terkejut tapi tetap menjaga keadaan hati Yi Lin.
“Baiklah, kita beri dia nama Seung Hyun, Song Seung Hyun.” ucap Mino.
***
20 bulan kemudian...
“Seunghyun-aaa, ppalli. Kita jemput ayah di kantor,” Yi Lin memanggil Seung Hyun, dan dia berlari kecil ke arah Yi Lin. Yi Lin mendekapnya dan menggendongnya. Mereka menaiki mobil menuju kantor Mino. Hari ini, Tabi menyelesaikan wajib militer dan akan di jemput oleh mereka.
“Oppa odieso? Aku dan Seung Hyun segera ke sana untuk menjemput oppa eoh?” Yi Lin menutup telepon.
[**]
“Hari ini kita akan menjemput seseorang, kamu harus panggil dia ayah ya? Dia ayah kamu juga,” ucap Yi Lin perlahan kepada Seung Hyun.
“Em, ne eomma,” dijawab dengan anggukan juga oleh Seung Hyun.
“Hyun-aah, tidak boleh jahat dengan appa yang nanti akan kita temui, arraseo?” Mino memperingati Seung Hyun. Seung Hyun mengangguk. Seung Hyun mengambil beberapa mainan dan membawanya bersama mereka.