Dia menurunkan kameranya?? Siapa dia?? Kenapa dia memotretku?
Hati Hyeri bertanya-tanya tentang apa yang baru saja dilakukan laki-laki yang duduk tak jauh disampingnya itu. Hyeri akhirnya melihat wajah laki-laki tersebut. Ia berwajah sangat teduh, tampan, dan berambut pirang. Entah kenapa hati Hyeri langsung berdegup didetik pertama ia melihat wajah laki-laki itu. Bahkan, tidak ada rasa marah, kesal dan semacamnya saat ia memergoki orang itu memotret dirinya tanpa izin. Yang dilakukan Hyeri malah sebaliknya. Senyum!
Berselang beberapa detik setelah menghadiahkan senyumannya pada laki-laki itu, Hyeri memperbaiki posisi duduknya dan tidak lagi bersandar pada bangku halte. Hyeri kembali menoleh pada laki-laki tersebut. Akan tetapi laki-laki tersebut terlihat sudah sibuk kembali dengan kameranya dan memotret ke berbagai arah. Objek yang paling banyak difotonya adalah siswa SMA yang sedang berkerumun di halte itu.
Tak lama laki-laki tersebut berhenti memotret dan melihat-lihat hasil jepretan dikameranya. Sepertinya ia puas dengan foto-foto yang diambilnya. Tampak senyuman manis terukir diwajahnya. Sangat teduh. Ingin rasanya Hyeri terus berada disana hanya untuk melihat senyuman serta wajah laki-laki itu.
Laki-laki itu bagaikan magic untuk Hyeri. Entah kenapa, semua rasa sendu yang dirasakannya semenjak pagi tiba-tiba menguap dan menghilang dari dalam hatinya. Dan yang ada sekarang hanya rasa penasaran, siapa dia?. Bisakah Hyeri berkenalan dengan laki-laki berwajah malaikat itu?
Suasana mulai sepi. Halte yang tadinya ramai oleh siswa SMA kini hanya menyisakan tiga orang, Minah, Hyeri dan laki-laki berwajah malaikat disampingnya. Tiba-tiba, Minah memecahkan lamunan Hyeri yang sangat serius menatap wajah laki-laki tersebut.
“Hyeri-ah… Sudah sepi, ayo kita pulang. Itu busnya sudah ada” ucap Minah sambil mengembalikan earphone dan menarik pergelangan tangan kiri Hyeri.
“O? Ne... Kaja!!” jawab Hyeri yang bergegas membawa tas dan ponsel dipangkuannya.
Tatapan Hyeri masih belum lepas dari sosok malaikat tampan itu. Bahkan sampai ia berada di bus, Hyeri bergegas duduk dibangku dekat jendela agar bisa menatap wajah malaikatnya sampai hilang ditelan gedung-gedung tinggi.
***
Ya Tuhan! Apa dia akan marah padaku? Gadis ini sedang menatapku sekarang.
L.Joe yang masih kaget dipergoki oleh gadis yang ia potret, tiba-tiba bertambah kaget karena respon yang diterimanya dari gadis itu sangat bertolak belakang.
Dia tersenyum. Manis sekali. Tapi, kenapa dia tidak marah?
Gadis itu memperbaiki duduknya dan menoleh dari hadapan L.Joe. L.Joe punya kesempatan untuk berpaling dari tatapan gadis itu.
Ayo cari objek lain. Aku bisa-bisa salah tingkah oleh gadis itu.
L.Joe melanjutkan pekerjaannya dengan memotret siswa SMA yang ada disekelilingnya. Dengan cermat L.Joe mengambil setiap jepretan foto yang ia inginkan.
Okay, It’s done. But, she’s still looking at me. Apa yang harus aku lakukan??
L.Joe pun mencoba tenang sambil melihat-lihat hasil jepretan kameranya. Well, semuanya bagus. Terutama foto gadis itu. L.Joe sangat menyukai fotonya.
Gadis itu tak lama pergi meninggalkan halte bus. L.Joe pun kini kembali sendirian.
“Dia pergi. Senyumannya begitu indah. Tapi, kenapa tadi wajahnya sesendu itu?” L.Joe berbicara sendiri pada dirinya.
***
“Iya eomma. Aku sudah dirumah. Tadi Minah yang mengantarku pulang. Jangan khawatir.”
“…”
“O, eomma. Aku sudah makan. Sekarang aku mau belajar lagi.”
“…”
“Apapun yang eomma bawakan, pasti aku makan. Terserah eomma saja.”
“…”
“Ne, eomma. I love you”
Tut tuut!! Telepon ditutup.
Tiba-tiba ponsel Hyeri kembali berdering.
-Chanyeol Oppa Calling-
“Yobuseyo. Oppa?”
“Yobuseyo. O, Hyeri-ah. Eodiya?”
“Aku dirumah. Wae?? Oppa merindukanku dan mau terbang kerumahku?” Tanya Hyeri dengan suara yang dibuat imut.
“Ani. Aku tidak ingin merindukanmu dan tidak mau terbang kerumahmu.” Chanyeol membalas dengan suara yang dibuat datar.
“Ahh wae?? Kau benar-benar tidak rindu aku? Apa kita putus saja??” Jawab Hyeri yang sekarang berubah manja.
“Andwae!! Kenapa kau mudah sekali bilang putus?? Aku bercanda cantik. Aku tidak perlu terbang kerumahmu, karena aku sudah ada didepan pagar rumahmu sekarang. Jadi, aku juga tidak perlu merindukanmu lagi, karena aku akan bertemu denganmu. Ayo keluar, oke??”
“Mwo? Kau sudah kembali?? Apa benar? Kau bohong!” Hyeri tidak percaya karena Chanyeol sering sekali menjahili pacarnya itu.
“Aku tidak bohong kok. Kalau tidak percaya, sekarang coba lihat ke jendela?” Chanyeol mencoba membuat Hyeri percaya.
Hyeri kemudian berjalan menuju jendela kamarnya yang menghadap taman depan dan jalanan depan rumah. Ia melihat mobil berwarna merah yang sangat ia kenal bertengger didepan pagar rumahnya. Ada sesosok laki-laki yang sedang menyandarkan punggungnya dipagar rumah dengan sebelah tangannya yang dimasukkan ke saku celana dan sebelahnya lagi memegangi ponsel. Laki-laki itu kemudian membalikkan badan dan melambai kearah jendela kamar Hyeri. Senyuman manisnya memecahkan kerinduan Hyeri terhadap pacarnya itu. Hyeri membalas lambaian tangan Chanyeol dan bergegas turun untuk menghampiri pacarnya.
“Oppaaaa… Bogoshippo. Kapan kau pulang? Kenapa tidak bilang? Aku kan bisa menjemputmu di bandara.” Hyeri langsung mendekap tubuh Chanyeol yang tinggi itu begitu erat.
“Na do. Mian, tidak memberitahumu. Aku sengaja ingin memberimu kejutan.” Jawab Chanyeol yang masih mendekap dan mengelus-elus rambut pacarnya itu.
Hyeri kemudian melepas dekapannya dari tubuh Chanyeol. Ia beralih untuk menatap lekat-lekat mata dan wajah Chanyeol. Tapi, ada sesuatu yang sepertinya tidak ia temukan saat menatap Chanyeol. Rasa teduh dan nyaman tidak ditemukannya. Hatinya pun bertanya-tanya.
Kenapa rasa teduh dan nyaman itu tidak ada?? Oppa, apa yang salah dengan hatiku??
“Kenapa kau memandangiku seperti itu? Seperti ada pertanyaan di matamu? Apa aku terlihat aneh?” Tanya Chanyeol heran.
“Ah, ani. Aku hanya merindukanmu. Ayo masuk, aku buatkan minum”.
“Hanya minum? Kau tidak masak?”
“Aku tidak masak oppa. Aku kan sedang ujian seminggu ini. Eomma bilang cukup beli makan diluar saja. Lagian aku dilarang capek.”
“Dilarang capek?? Kenapa? Pacarku sakit?” tiba-tiba wajah Chanyeol berubah cemas dan kembali mengelus rambut Hyeri.
“Penyakitku tadi pagi kambuh. Hampir saja aku tidak ikut ujian hari ini. Untungnya ada eomma. Minah juga bantu aku sewaktu disekolah.” Jawab Hyeri sambil tersenyum agar pacarnya tidak khawatir.
“Mian, Hyeri-ah. Aku tidak ada saat kau sakit. Saat kau butuh aku.” Chanyeol merasa bersalah telah lama meninggalkan Hyeri.
“Bu,, bukan begitu oppa. Kenapa kau minta maaf? Oppa tidak salah apa-apa. Kau kan kuliah. Tidak perlu menyalahkan dirimu, oppa. O??” Hyeri kemudian mengelus-elus pipi Chanyeol, kemudian hanyut dalam dekapan Chanyeol.
Mereka berdua pun masuk kedalam rumah sambil bergandengan tangan. Siang itu Hyeri dan Chanyeol menghabiskan waktu bersama hingga malam hari. Hyeri memesan ayam goreng dan minuman soda untuk Chanyeol, dan Chanyeol membantu Hyeri belajar untuk ujian besok.
***
[ Minah-ya~ Tadi oppa-ku kesini ]
Message Sent.
1 message!
[ Jinjja?? Syukurlah. Sepertinya Hyeri-ku yang tadinya sakit sudah sembuh karena ketemu pacarnya. Haha~ ]
[ Ani. Aku ingin cerita. Tapi nanti saja disekolah. See you, Minah-ku :* ]
Message Sent.
1 message!
[ Ah, wae? Aku jadi penasaran? Masalah Chanyeol? Atau masalah lain? ]
[ Besok saja, Oke?? Tunggu aku digerbang sekolah seperti biasa. Tidurlah, jalja~ ^^ ]
Message Sent.
1 message!
[ Oke. See you, Hyeri-ku ^^ ]
***
Apartemen, Lantai 10.
Sudah pukul 10 malam, tapi L.Joe masih bertahan dimeja kerjanya sambil mengecek dan mengedit foto-foto yang ia dapatkan hari ini. Sebelum ke kampus, ia harus mengantarkan foto-fotonya pagi-pagi sekali kekantornya.
“Oke, semua foto sudah beres. Save!” ucapnya bersemangat.
Tanpa sengaja saat ia akan mematikan laptopnya, ternyata masih ada satu file foto yang masih belum ditutup dan terpajang indah. Foto Hyeri!
“Foto gadis ini? Kenapa aku seperti ingin melindunginya?” L.Joe pun tanpa sadar mengelus-elus layar laptopnya sendiri.
Ahh!! Bicara apa aku ini? Gadis itu entah siapa, tapi aku malah memikirkannya. Sudahlah, lebih baik aku tidur.
L.Joe berbicara dengan dirinya sendiri sambil memukul-mukul kepalanya karena merasa bodoh memikirkan gadis yang tidak ia kenal. Tiba-tiba saja, dering ponselnya berbunyi.
-Niel Calling-
“O , yobuseyo??”
“O, hyung! Kau sedang apa? Besok sebelum kekampus, bisakah menjemputku?”
“Mwo?? Kenapa tiba-tiba? Kemana mobilmu?” Tanya L.Joe yang tidak tertarik untuk menjemput model sekaligus sahabatnya itu.
“Ahh, ayolah hyung. Mobilku sedang di bengkel, kemarin mogok dijalan. Baru besok sore bisa aku ambil. Please brother… O?.” Rayu Niel manja pada hyung-nya itu.
“Oke oke. Arasseo. Bangunlah yang pagi. Aku tidak akan menunggumu kalau terlambat.”
“Ne… hyung. Aaaa, gomawo hyung. Saranghae… Kau hyung terbaikku, jinjja!” rayu Niel lagi sampai-sampai membuat L.Joe ingin muntah.
“Aaa, keumanhe keumanhe... Aku jadi mual mendengarnya. Sudah, kututup ya.”
“Ne, hyung.”
L.Joe kembali menatap foto Hyeri di laptopnya.
Apa aku menyukai gadis ini? Aku seperti jatuh padanya pada pandangan pertama.
“Apa kita akan bertemu lagi, gadis berwajah sendu?” L.Joe pun menyunggingkan senyuman disudut bibirnya.
L.Joe kemudian mematikan dan menutup laptopnya. Saatnya untuk tidur.