CHAPTER 3 : Annoying Day (When A Idol Meet 'Her')
Changmin berjalan tergesa-gesa sambil menyeret kopernya dan tidak lupa sesekali melihat kertas yang terdapat tulisan alamat hotelnya berada. Bibirnya tidak berhenti berkomat-kamit seperti memberi mantra atau mengutuk lebih tepatnya kepada sang manager, Yunho. Seseorang yang bertanggung jawab atas pengurusan holidaynya selama 2 minggu kedepan.
Bagaimana bisa Yunho hyung mengirimnya ke sebuah pulau yang sangat terkenal dengan tempat para pasangan untuk honeymoon, HONEYMOON?? OMG! Demi spongebob menjadi bulat, dan patrick menjadi ilmuwan. Yang benar saja managernya itu telah benar-benar salah menempatkan dirinya berlibur layaknya orang nyasar.
Ya ya ya benar sekali Changmin sekarang berada di pulau Jeju. Pulau Jeju yang selain terkenal dengan "Hawaiinya Korea", pulau tersebut juga terkenal karena sering menjadi tempat syuting drama-drama korea. Eh oke tapi bukan itu masalahnya.
Pulau Jeju? Yang benar saja. Tolong tenggelamkan Changmin kedasar laut sekarang juga! Changmin sedang patah hati bukan sedang senangnya menikmati masa pernikahan. Dirinya membutuhkan tempat yang tenang bukan tempat romantis. Tempat yang membuatnya move on bukan tempat dimana dirinya harus envy -_-.
" Arghhh Yunho hyung!!!! I wanna kill you!!! " Jeritnya frustasi sambil meremas kertas yang berada ditangannya.
Dan setelah sampai ke alamat tujuan hotelnya, dia pun memasuki hotel tersebut guna check in. Segera ingin mengistirahatkan dirinya yang sangat lelah karna perjalanan yang lumayan panjang.
Akhirnya Changmin bisa merebahkan tubuhnya dikasur yang empuk, ya sekarang Changmin sudah berada dikamar hotelnya. Saat ini dirinya sedang tidur-tiduran sebentar dan melalaikan kopernya yang masih berada di samping meja nakasnya. Mengingat dirinya sangat kesal dihari pertama holidaynya Changmin pun segera mengambil ponselnya dari saku celananya dan mendial nomor managernya itu.
Tut... Tut... Tut...
" Ya hyung! Lu mau ngeledek gue hah?! " Serunya langsung setelah sambungan telponnya diangkat.
" Maksudnya? " Tanya diseberang telpon Changmin -Yunho- sambil mengerutkan dahinya yang tentu saja tidak terlihat oleh Changmin.
" Jeju island... " Geramnya tertahan. " Gue lagi patah hati bukan lagi honeymoon. Bisa kali yah lu nggak menambah penderitaan hati gue. " Ucapnya sedikit berteriak sambil mendudukan dirinya.
" Oh... " Sedangkan Yunho hanya beroh ria. Dan itu berhasil menyulut emosi Changmin.
" Oh? Hyung, gue kaya orang nyasar disini. Kebanyakan yang liburan kesini itu orang yang sedang menikmati bulan madu. PASANGAN SUAMI-ISTRI! "
" Jangan marah-marah Chang, nanti keriput lu. Dan gue punya alasan khusus kenapa gue menggiring lu kesana baby. "
" Lu tuh yah, samanya kaya Jaejoong hyung! Apaan hah alasannnya? Dan jangan panggil gue baby ih jijik! "
Yunho tak bergeming, dirinya masih mencerna ucapan Changmin yang masih bergurat emosi. Tapi apa-apaan dirinya disamakan dengan Jaejoong?? Sajangnim Lebay sok gaul yang cerewet layaknya emak-emak dipasar ikan. Dan jika Jaejoong tau dirinya dikatain seperti emak-emak, bisa dipastikan Yunho akan tamat riwayat hidupnya detik itu juga.
Dan apakah Changmin lupa bahwa kejadian sebelumnya sifatnya lebih menjijikan dengan berhyperbola dengan Jaejoong?? Dasar anak jaman sekarang. ABABIL.
" Hyung????? " Changmin berteriak menyadarkan dari -mari-melamunnya- Yunho. Dan itu membuat Yinho sedikit menjauhkan jarak ponselnya dari telinganya.
" Apa?? Nanti lu akan ngerti maksud gue ngirim lu kesana, sekarang gue mau urus anak asuh/? yang mau debut dulu ya. Bye! "
"Hyu-..."
Tut... Tut.. Tut...
Sambungan pun terputus.
Hah? Apa-apaan coba Yunho Hyung mematikan sambungan telpon yang dimana dirinya itulah yang menelpon. Manager macam apa coba Yunho hyung. Gerutunya sambil membanting ponselnya kesampingnya.
Mengurusi anak asuh baru yang mau debut? Siapa? Kris kah? Seorang juniornya yang tidak ingin menjadi member sebuah boyband tetapi kekeuh ingin menjadi seorang aktor. Eh tapikan itu bukan urusannya-_-.
Changmin menghela napasnya, daripada dia mengisi hari pertamanya dengan hal yang tidak berguna seperti marah-marah lebih baik dirinya berjalan-jalan. Refeshing, menikmati pulau Jeju. Dia pun bangkit dan keluar dari kamar hotelnya.
***
" Jiejie. " Panggil seorang lelaki bertubuh mungil menyadarkan seorang gadis yang melamun sambil memainkan pulpen didagunya.
Tidak ada respon dari sang gadis, lelaki yang bekerja sebagai chief di cafe tersebut pun mengacak rambut gadis tersebut yang lebih tua darinya.
" Yak, Luhan! Apa yang kau lakukan huh? " Mendapati rambutnya di acak oleh seorang lelaki lebih muda darinya -Luhan, sang gadis tersebut pun mendelik dan bangun dari duduk manisnya. Mungkin sedang mengeluarkan jurus mengambeknya?
Luhan pun hanya mengendikkan bahunya, tertawa tertahan melihat gadis tersebut sempat mempoutkan bibirnya lucu dan berjalan menuju keluar cafe meninggalkan Luhan yang berdiri disampingnya.
" Sori, Qian Jie. " Teriaknya berlalu sambil menyusul sang gadis -Qian. Tidak peduli dengan tatapan para pengunjung cafe yang sempat memperhatikannya.
" Huft! I hate you. " Ujar Qian sambil menolehkan kepalanya dan melanjutkan aksi ngambeknya.
Song Qian, gadis yang sudah hampir selama 4 tahun tinggal di pulau Jeju dan hampir selama itu pun dirinya mengenal sosok Luhan. Seorang yang sudah dianggapnya sebagi adik laki-lakinya. Seseorang yang menjabat sebagai chief di cafe milik keluarganya, dan mungkin seseorang yang selalu kekeuh mengajaknya kabur ke kota Seoul. Seoul? Mungkin sangat tidak asing bagi dirinya, walau dirinya berkebangsaan China akan tetapi hampir selama 5 tahun dirinya dan keluarganya sempat tinggal do kota tersebut. Dan dirinya masih sangat mengingat bahwa Seoul merupakan mimpi terburuknya. Mimpi terburuknya yang selama 4 tahun ini dirinya berusaha hilangkan dari ingatannya.
Kenapa Luhan selalu ingin pergi ke kota Seoul? Apa karna member boyband yang sering disangkutpautkan dengan dirinya?
" Jie... " Luhan duduk disebelah Qian, menepuk bahunya guna menyadarkan dari melamunnya lagi. Sedangkan Qian hanya menyunggingkan senyumnya. " Melamun lagi hm? " Tanyanya.
Qiang hanya mengendikkan bahunya, " Hanya menunggu inspirasi. ".
" Memangnya jie lagi nulis cerita apa? "
" Orang yang jatuh cinta untuk kedua kalinya, setelah terpuruk seseorang ini bangkit dan menemukan sosok pengganti yang lebih baik. Akan tetapi.... " Dirinya menjeda perkataannya, dia pun menghembuskan napasnya. " Akan tetapi apa? " Luhan penasaran dengan lanjutan ucapan perkataan Qian.
" Entahlah, Jie tidak dapat menemukan inspirasi untuk kelanjutannya. " Jawabnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.
" Dasar, hm apakah Fei jie belum keluar istirahat? " Luhan mengalihkan permbicaraan. Dan berbasa-basi menanyakan jiejienya itu yang belum datang ke cafenya. tidak seperti biasanya dia akan ontime mengingat waktunya istirahat, dan Luhan juga sudah menyiapkan bekal makan siang untuk kakak kandungnya itu.
" Sepertinya belum, katanya tadi dihotelnya tempat bekerja ada idol terkenal yang menginap dan mungkin dirinya sedang fangirl-an. "
Ah, kakaknya itu sangat tidak ingat usia, harusnya kakaknya itu berhenti menjadi seorang fans dan sibuk mencari seorang pendamping. Luhan sangat khawatir dengan kakaknya yang bahkan usianya 3 tahun diatasnya(26) itu bersikap seperti layaknya adiknya yang berusia 12 tahun. Apakah mama beserta papanya yakin menitipkan kepada sang kakak di Pulau Jeju ini selama beberapa tahun kedepan??? Oh iya bahkan dirinya sudah selama 4 tahun tinggal bersama dengan kakaknya itu-_-.
" Jie... " Panggil Luhan. Dan Qian hanya menolehkan kepalanya. " Kita balik kedalam cafe yuk? Cafe lagi rame dan jie meninggalkan laptop jie-. " Belum Luhan melanjutkan perkataannya, Qian sudah bangun dan berdiri meninggalkan Luhan kedalam cafe, tepatnya ketempat duduk dirinya yang meninggalkan laptop serta benda persegi pintarnya berada.
" Aish.... " Luhan berdesis, pasalnya ini kedua kalinya ditinggalkan oleh Qian begitu saja. Dan dirinya pun menyusul Qian kedalam cafe.
Dan dirinya sungguh terkejut ketika mendapati Qian sang jiejie yang sedang beradu mulut dengan seorang lelaki bertubuh tinggi yang menduduki tempat Qian sebelumnya.
" Kau! Bangun. Kau tidak lihat kalau tempat duduk ini sudah ada orang yang menempati. " Serunya dengan suara yang lumayan berteriak dihadapan lelaki tersebut dan jangan lupa jari-jari tangannya yang menunjuk laptop serta ponsel miliknya yang bertengger di atas meja. Sedangkan lelaki tersebut pun terbangun dan melihat sekelilingnya. Suasana cafe memang sangat ramai ditengah jam makan siang seperti ini.
" Sudah gue bilang berkali-kali nona, lu gak bisa liat kalau keadaan cafe lagi rame? Dan bukan salah gue jika ada tempat kosong yang bisa membuat gue menunggu pesanan gue datang da-... " Ucapannya pun terpotong.. " Tapi kan kau bisa liat kalau ada laptop dan ponsel milik orang lain. Tandanya kau harus permisi dan ijin terlebih dahulu! Lai- " Ya kali ini ucapan Qian yang terpotong dan menoleh ke arah Luhan.
" Kalian berdua jika ingin ribut harap diluar cafe.... " Bentaknya menghampiri kedua orang sang pembuat onar dicafenya.
" Tapi, Lu. Kamu harus tau jika orang ini mengambil tempat dudukku! " Bela Qian. Dan seseorang lelaki tersebut pun tidak mau kalah. " Kau supervisor cafe disini? Tolong bilang kepada nona ini bahwa tempat duduknya sekarang hanya dipinjam untuk menunggu pesanan dan dia bisa duduk di kursi yang satunya lagi. "
Luhan menghela napasnya, kepalanya berdenyut. Bagaimana bisa hal sepele seperti ini menjadi bahan pertengkaran dua orang dewasa dihadapannya ini.
" Qian Jie, aku tau ini tempat duduk favorit dan tempat duduk yang telah bersegel atas namamu. Tapi bisakah sekali ini saja untuk membiarkan pemuda ini duduk sambil menunggu pesanannya? Tempat duduk lain sepertinya tidak ada yang kosong. Plis, jie. " Luhan memberi penjelasan dan sedikit memohon.
Ya dirinya tau, jika tempat duduk ini sudah di tag-in atas nama Song Qian dari 4 tahun silam. Tempat duduk untuk mengisi hari-harinya sekedar menuliskan inspirasinya atau hanya sekedar duduk manis sambil sarapan, makan siang atau makan malam. Tempat favorit yang menjadi singgahsananya untuk sekian lamanya. Biasanya tidak ada yang berani duduk ditempatnya itu walau keadaan cafe seramai ini karna diatas meja tersebut ada tulisan "RESERVED". Dan kenapa sosok lelaki ini dengan beraninya menduduki singgahsana jiejienya itu??
" Tidak bisa. " Ucapnya mantap sambil melipat kedua tangannya.
" Hey, nona jidat. Gue cuma sebentar duduk disini. Oke? " Lelaki tersebut pun menduduki bokongnya kembali kekursinya.
What? Nona Jidat? Batinnya geram.
" Yak! Kau tiang, bangun atau aku akan menyeretmu. "
" Apa lu bilang? Memangnya lu nggak tau siapa gue? "
Lelaki itupun akhirnya tidak tahan harus berlama-lama beradu mulut dengan wanita dihadapannya. Memangnya dia tidak tau apa bahwa dirinya sedang berhadapan dengan siapa?
" Nggak, dan itu nggak penting. Get out! " ujar Qian Sarkartis.
" No. Yak itu penting, asal lu tau ya nona jidat. Perkenalkan gue itu SHIM CHANGMIN! " Changmin yang tidak dapat menahan emosinya pun akhirnya mengenalkan siapa dirinya. Idol papan atas ternama yang sangat terkenal di kalangan Asia.
" Whatever. Dan segeralah cari tempat duduk lain tuan tiang berjalan... " Ejeknya sambil menyeret Changmin keluar dan menyingkir dari tempat duduknya.
Qian pun kembali berjalan ketempat duduknya, dan mulai membuka laptopnya yang sempat ditutupnya tadi. Dan menjulurkan lidahnya ketika mendapati lelaki tiang berjalan -Changmin itu terus menatapnya tajam.
***
*Part 2 semoga nggak kecewa yah. hahaha. Maklumin untuk part yg mnegecewakan. bhay!
fmey18