home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Hallucination

Hallucination

Share:
Author : yongshin1004
Published : 28 Feb 2015, Updated : 03 Mar 2015
Cast : Kim Jiwon & Park Haejin
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |29143 Views |0 Loves
Hallucination
CHAPTER 2 : This Is Living

“Orang-orang menghilang, begitupun dengan cinta

Lalu, siapa yang ‘kan memberi rasa nyaman di hati?

Hidup terasa hampa

Bahkan, diri ini terlihat menyedihkan

Dengarkan aku, ini serius

Aku kesepian. . .

Hati ini beku, air mata tak jatuh lagi

Dapatkah kau rasakan perihnya?

Maaf. . .

Tinggal kenangan yang tersisa

Semua orang meninggalkan,

Aku sendirian. . . . .”  no-name.

 

Chapter 2 – This Is Living.

“Ajumma.” Seorang wanita membuka pembicaraan. Tidak ada jawaban dari seberang. Wanita itu terlihat sekitar 20 tahun-an. Cantik, ya cukup cantik sekilas. Dia berada di dalam mobil, sedang mengemudi. Disaat bersamaan menekan tombol on di earphones yang dikenakannya di telinga kanan dengan sebelah tangan. Ditutupinya earphones itu dengan rambut kemudian. “Ajumma. Kau dengar aku?” Tanyanya lagi.

“Di perempatan depan, kau belok ke kanan. Dalam 10 menit, berhentilah di TOUS Les JOURS. Dia seorang wanita berumur 50-an.” Wanita yang dipanggil Ajumma di telepon itu menjelaskan. “Aku sudah mengirimkan foto dan biodatanya kepadamu. Namanya Choi Sora. Hanya seorang ajumma biasa. Tidak ada yang istimewa.”

“Aish. Ajumma!” Wanita lainnya dibelakang kemudi terlihat ingin protes. Ia mengarahkan setir ke kanan dan berbelok di perempatan depan. “Kau kan bisa menyuruh hyung melakukannya. Dia bahkan lebih handal daripada aku. Aku ini masih banyak pekerjaan lain.”

“Hyungmu itu sedang sibuk dengan pekerjaan barunya. Biarkan dia merasakan sedikit ketenangan.” Balas ajumma diseberang.

Diambilnya ponsel dari kotak disebelahnya dan di sambungkan pada layar mobil. Terlihat sebuah foto beserta biodata seorang wanita setengah abad yang dikirimkan Ajumma itu padanya. Diperhatikannya sekilas, tetap dalam sikap fokus menyetir. “Berapa bayarannya kali ini?”

 Ajumma diseberang tertawa ringan. “Kalau kau bisa menyelesaikan dengan baik, aku kirimkan bonus ke rekeningmu. Kau tak perlu tau berapa bayarannya kali ini, percaya saja kali ini lebih banyak dari sebelumnya.” Jawabnya yakin.

 

Di sisi lain, wanita yang dipanggil Ajumma itu terlihat berada di sebuah ruangan kecil dengan penerangan samar-samar. Sebuah ruangan yang bahkan tidak terlihat adanya kasur ataupun televisi. Hanya ada dapur seadanya, kamar mandi dan komputer. Tidak hanya satu, ada lebih dari 3 komputer diatas meja diletakkan secara berdampingan. Ia mengenakan kacamata dan headphones, duduk menghadap layar sambil tetap berkutat dengan cekatan pada komputer dihadapannya itu. Seperti sedang memeriksa sesuatu yang penting, terlihat di salah satu layar komputer titik keberadaan wanita yang sedang mengemudi di telepon. Salah satu lainnya berisi biodata wanita yang dikirimkan kepadanya beserta foto. Terlihat juga keadaan di area sekitar TOUS Les JOURS yang akan dituju wanita itu. Sungguh hebat. CCTV daerah sana telah berhasil di-hack dengan sempurna olehnya.

“Ajumma.” Panggilnya pada wanita itu dengan nada sedikit meninggi. Ia baru saja sampai di depan TOUS Les JOURS, memarkirkan mobilnya dan bersiap turun.

“Oh? Wae?” Sahutnya cepat. “Kau terlalu banyak memanggil. Bisakah kau bertanya setelah bekerja?” Katanya ringan. “Kau lihat, wanita berambut pendek didalam toko yang sedang memilih kue-kue ulangtahun? Itu dia yang klien inginkan.”

Wanita di dalam mobil itu berdecak kesal. Ia ingin sekali protes tidak mau mengerjakan pekerjaan begini hari ini. Tapi, ia tau ajumma akan tetap memberikannya panggilan hari berikutnya sampai pekerjaan ini berakhir. “Ya, aku melihatnya.” Ia memperhatikan wanita yang dibicarakan dari dalam mobil dengan saksama. “Aku akan turun.” Katanya. Diambilnya sebuah kacamata.

Kacamata itu bukan kacamata biasa. Ajumma bisa memantau setiap pergerakan yang wanita itu lakukan. Benda itu bisa memberikan gambaran langsung pada layar monitor ajumma. Ya, hebat bukan? Tentu saja. Karena benda secanggih itu khusus dibuat olehnya.

Wanita itu melangkah turun dari mobil. Pakaiannya serba hitam. Jaket kulit, celana panjang, sepatu boots disertai topi, menyempurnakan pakaiannya. Dia menyeberang dan masuk ke dalam toko. Ia mengamati sekeliling toko, berpura-pura mengambil nampan dan beberapa kue kering, sambil mengamati wanita lainnya. Ajumma memantau dari layar monitornya, mengarahkannya untuk mendekat ke arah wanita yang diinginkan klien-nya itu.

Sambil membawa nampan berisi kue, ia berjalan mendekat ke arah wanita yang diketahuianya dengan nama Choi Sora itu. Diletakkannya nampan yang dibawanya di sebuah meja dekat sana. Tubuhnya yang lebih tinggi dari wanita itu memungkinkan dia untuk mengambil sekotak kue yang terletak di rak atas tempat wanita itu berdiri. Ia sengaja mengangkat sebelah tangan berpura-pura mengambil kotak kue lainnya.  Dengan cepat ia mengaitkan ujung kancing jaket hitam yang dikenakannya pada rambut wanita itu.

“Ah..” Wanita itu meringis, merasakan ada sesuatu menyangkut pada rambutnya. “Ia berusaha membalikkan badan.

“Oh, maaf!” Sahut wanita berjaket hitam. “Sebentar saya coba lepaskan.” Ia menarik beberapa helai rambut wanita itu dengan cepat dan diopernya ke tangan lainnya.

Sebentar kemudian, kaitan itu lepas. Ia membungkuk minta maaf mengatakan bahwa ia tidak sengaja, tanpa menatap mata wanita itu. Wanita di hadapannya hanya tersenyum kecil mengatakan tidak apa-apa kemudian pergi meninggalkannya ke meja kasir. Wajah-wajah menakutkan, gumamnya dalam hati setelah wanita itu meninggalkan. Ya, wajah yang terlihat baik seperti wanita di hadapannya itu adalah kesan pertama yang menyeramkan baginya. Biasanya mereka tidak sebaik yang terlihat. Well, who knows.

Dengan santai ia berjalan keluar dari toko dengan helaian rambut yang sudah dimasukannya ke dalam sebuah plastik kecil transparan. Ia berdiri di pinggiran toko dan tidak sampai semenit seseorang dengan motor datang kepadanya. Dibukanya kaca helm dan diambilnya plastik kecil transparan itu. “Hati-hati di jalan Daeyoung-ah.” Kata wanita berjaket hitam pada seseorang diatas motor. “Jangan kebut-kebutan di jalan.” Ucapnya lagi mengingatkan.

Seorang diatas motor itu adalah perempuan. Rambutnya panjang, namun wajahnya tidak begitu terlihat. Pakainnya serupa, ya mereka berdua. Tentu saja, karena dia juga adalah suruhan ajumma. “Araseo, unnie. Aku pergi.” Katanya kemudian, sembari memasukkan plastik kecil itu ke kantong jaket. Ia menutup kaca helm dan menyalakan mesin motornya lagi. Wanita yang dipanggil unnie itu mengangguk pelan sambil tersenyum.

Sepeninggal perempuan dengan motor itu, ia kembali ke dalam mobil. Menyambungkan earphones kembali pada ajumma diseberang sana. “Ajumma, pastikan untuk mengirim bonus ke rekeningku, eoh?” Katanya. Dinyalakannya mesin mobil dan mulai mengemudi, berlalu dari sana.

“Ahn Yena, jangan khawatir. Hari ini pasti langsung kukirimkan ke rekeningmu.” Jawab ajumma itu bersemangat. Ia lalu menyenderkan tubuhnya ke senderan kursi dan bersenandung kecil.

 

Terdengar sebuah nama dilontarkan dari orang diseberang sana. Ya, dia Ahn Yena. Kau tidak salah dengar. Ku ulangi lagi agar kau mengingatnya, nama wanita itu Ahn Yena. Pekerjaan apa yang dia lakukan sebenarnya? Kau pasti bertanya-tanya. Dia bekerja sebagai pengganti ‘Healer’ sementara dan untuk pekerjaan tertentu saja. Sudah sekitar 9 sampai 10 tahun, ia bekerja bersama Healer dan ajumma. Kau tau Healer? Atau baru pertama mendengarnya? Kau pasti bercanda jika tidak tahu soal Healer. Kau tidak tahu? Benarkah? Well, baik kujelaskan sedikit. Healer itu adalah panggilan untuk seorang pria bayaran yang melakukan pekerjaan sulit. Kau tidak akan bisa bayangkan beratnya pekerjaan itu. Bahkan polisi dan detektif saja tidak sanggup mengerjakannya. Apakah sudah terbayang bagaimana hebatnya dia? Healer selalu bekerja pada malam hari, terkadang jika kasusnya penting ia bekerja pada siang dan malam.

Tapi, Healer itu kan pria? Dan wanita ini...? Sudah kubilang dia hanya pengganti sementara. Meskipun mereka saling bekerjasama, wanita bernama Ahn Yena ini melakukan pekerjaan khusus klien perempuan saja dan tidak sesulit yang dilakukan Healer. Dia yang bertugas pada pagi sampai siang hari jika saat ada panggilan. Sedangkan Healer akan mengambil alih sisanya pada saat matahari tenggelam. Cukup unik bukan? Apalagi tergiur bayaran yang akan mereka dapatkan. Bola matamu bisa berubah hijau dan mulutmu akan terbuka menganga saat mendengar digitnya.

Perempuan lain yang tadi mengendarai motor berjalan ke stasiun MRT bawah tanah. Namanya Kang Daeyoung. Salah satu bala bantuan yang bekerja untuk ajumma bersama Healer dan Yena. Dengan langkah ringan ia berjalan menuju loker umum yang ada disana. Di salah satu tangannya terdapat sebuah amplop cokelat. Isinya sudah pasti permintaan klien, helaian rambut yang tadi diambil Yena. Kalau kau mau menebak, mungkin untuk keperluan pengetesan DNA? Who knows. Dibukanya salah satu loker kosong yang ada disana dan dimasukkannya amplop cokelat itu. Ia menekan 4 digit nomor dan mengirimkan pesan berisi kode 4 digit pada seseorang lainnya – nomor klien yang menginginkan barang tersebut.

And then, pekerjaan selesai.

 

####### <3

 

Seoul 3.15 pm.

Sebuah kantor berita Online dengan nama SOMEDAY terlihat sedang sibuk hari itu. Salah satu diantaranya adalah reporter ternama, Kim Moonho sedang memberikan pengarahan pada beberapa kru-nya yang akan meliput di lapangan. Ia memberikan catatan kecil kepada anggota kru yang bertugas meliput. Seorang wanita muda berumur 28 tahun menempelkan post-it yang diberikan Moonho di hand-book kecilnya.

Wanita itu hadir dengan nama Chae Yongshin. Seorang reporter muda yang sedang belajar untuk menjadi reporter sukses seperti Kim Moonho. Ia sudah bersiap meliput kasus yang beberapa menit lalu terjadi di sebuah kafe ternama “UPTOWN” salah satu lantai gedung UP-67. Tahun baru kali ini, akan dibuka dengan adanya berita mengenai kasus bunuh diri dari seorang karyawan perusahaan  NYX, bernama Park Youngjae (Pria - 38 tahun).

Ini adalah tahun pertama Moonho setelah membeli SOMEDAY dan menjadi direktur disana. Berkat kredibilitas dan kemampuannya membawakan berita. SOMEDAY menjadi salah satu kantor berita online paling terkenal di Internet. Berita-berita yang mereka suguhkan sejak kedatangan pria itu menjadi lebih hidup dan sering kali menjadi topik pembicaraan hingga berminggu-minggu. SOMEDAY kini menjadi salah satu media live streaming terbaik yang pernah ada.

“Pastikan kau mencatat semua kesaksian dari orang-orang disana. Jangan lupa catat semua fakta-fakta yang ada. Setelahnya baru kita telusuri sama-sama sebelum diberitakan.” Kim Moonho mengingatkan lagi.

“Ya. Aku mengerti sunbae.” Wanita bernama Chae Yongshin yang memanggil Moonho, sunbae ini mengangguk cepat. Ia lalu keluar dari ruangan kerja Moonho dan memanggil seseorang. “Jeonghoo-ya, ayo cepat. Kita harus segera pergi.” Katanya sambil berberes barang seperlunya. Ia sesekali melirik sosok pria yang dipanggil Jeonghoo itu dengan sigap memasukkan beberapa kamera dan perlengkapan lainnya ke dalam sebuah tas.

 

Memberikan salam terakhir pada teman-teman di tempat kerjanya, mereka berlalu dari tempat itu. Mereka itu adalah Chae Yongshin dan Seo Jeonghoo, namjachingunya. Sesampainya mereka di parkiran depan, Jeonghoo langsung mengendalikan kemudi mobil sedangkan Yongshin duduk di sebelahnya. Dalam perjalanan Yongshin mengecek kertas kecil yang ditulisnya sebagai pegangan untuk melakukan pemberitaan. Jeonghoo mengambil sebuah earphones, menggunakannya di telinga dan menekan tombol on pada benda itu.

“Ajumma.” Panggil Jeonghoo. Saat itu ia sedang memberikan panggilan pada ajumma. Ya, ajumma yang sama dengan yang memberikan tugas pada Ahn Yena. Kau tidak perlu bingung siapa Seo Jeonghoo itu. Dia? Dia itu Healer. Dia tidak sembarang memanggil ajumma, kau tenang saja. Hanya beberapa orang terdekat saja yang tahu soal siapa wujud asli dibalik name Healer. “Ada apa, aku sibuk. Aku harus ke lokasi kejadian sekarang.” Katanya masih sambil fokus menyetir.

“Hyung! Ini aku Yena.” Terdengar suara diseberang. Ternyata bukan ajumma, melainkan Ahn Yena. “Susah sekali mau meneleponmu. Kau tidak mau berita eksklusif ya?” Suara di seberang semakin meninggi. “Cepat datang, atau kau akan kehilangan berita eksklusif. Aku harus ke rumah sakit setelah ini. Kutunggu dalam 15 menit.” Ancamnya.

Belum sempat menjawab, telepon sudah terputus. “Yena-ssi?” Yongshin melirik ke arah Jeonghoo. “Pasti dia memarahimu karena kau terlalu lamban.”

“Ani.” Bantah Jeonghoo. “Dia bilang mau memberi kita berita eksklusif. Tapi, jika kita sampai disana kurang dari 15 menit.” Lanjutnya santai.

“Kalau begitu kita harus cepat. Sebelum kita ketinggalan berita.” Sahut Yongshin bersemangat. “Yena selalu tahu banyak. Kita harus yang pertama mendapatkan informasi paling akurat tentang kasus kali ini.”

Jeonghoo hanya menyeringai. Ia menginjak pedal gas lebih dalam dan membuat mobil melaju lebih cepat dari sebelumnya. 15 menit kemudian mereka sampai ke lokasi kejadian. Di area parkiran bangunan itu terdapat garis kuning polisi yang melingkar dan ramai dikerumuni. Terlihat mobil-mobil dari stasiun TV nasional dan kantor berita online yang akan meliput dan orang-orang yang berdatangan untuk melihat kejadian.

Mereka turun dari mobil dan berlari kecil mendekat ke arah line kuning polisi itu. Di bagian tengah lingkaran, terdapat kain besar berwarna hitam yang menutupi. Diyakini sebagai tempat jatuhnya korban yang melompat dari atas gedung. Yongshin kemudian mengambil beberapa foto dengan camera poket-nya sedangkan Jeonghoo mulai merekam situasi kejadian. Beberapa reporter sudah mulai melakukan pemberitaan. Entah itu live atau rekaman.

 “Yo.” Yena mendatangi Jeonghoo dan Yongshin yang sedang berdiri di dekat tempat kejadian. Saat sedang bersiap-siap menyampaikan berita. “Ini sudah lewat dari 15 menit.” Katanya. Yongshin hanya tertawa ringan sambil berkata maaf padanya.

Wanita itu sudah berganti pakaian menjadi pakaian kerja yang formal, padahal di hari yang sama tidak sampai setengah jam sebelumnya ia baru saja menyelesaikan tugas yang diberikan ajumma. Rambutnya dibiarkan tergurai bergelombang. Tidak yakin kapan wanita itu membuatnya bergelombang. Dia mengenakan floral print shirred mini dress berwarna hitam berbintik putih bunga-bunga dengan stilettos putih. Penampilannya terlihat menawan.

“Katakan padaku apa yang kau tau.” Yongshin berhambur disebelahnya. Mempersiapkan catatan untuk menulis dan menatap Yena dengan saksama. “Mengapa Park Youngjae melompat dari kafe di gedung ini? Apa kau sudah tau alasannya?” Ia mulai memberikan pertanyaan-pertanyaan.

“Ganti ucapan melompat itu dengan kata ‘menjatuhkan diri’.” Ucap Yena. “Menurut saksi mata, Park Youngjae datang untuk makan siang. Ia kemudian memilih tempat duduk di bagian luar kafe, katanya pada pelayan ingin menikmati pemandangan dan lebih suka berada di tempat terbuka. Siang itu kafe masih sepi. Bisa dibilang dia hanya sendirian diluar sana.” Yena menjelaskan panjang lebar. “Beberapa menit sebelum aksi menjatuhkan diri itu seorang pelayan melihat sekilas ia menerima telepon lagi. Sesaat setelahnya tubuhnya sudah remuk terjatuh di tanah. Nah, sebenarnya,” Yena berbisik pada Yongshin. “Ada beberapa bagian yang aneh dalam kasus ini, menurutku.”

 “Dimana yang aneh?” Gumam Yongshin sambil mencatat semua yang dikatakan Yena. “Aku hanya merasa ini memang bunuh diri, meskipun belum tahu alasannya.”

 “Kupikir juga begitu sebelumnya, tapi bahkan tidak ada barang bukti apapun tertinggal. Alat komunikasi berupa ponsel yang digunakan oleh Park Youngjae, hilang seperti ditelan bumi. Bagaimana bisa? Aku yakin ini bukan sekedar bunuh diri biasa. ” Yena mendengus bingung. “Chae Yongshin-ssi, beritakan saja dulu informasi seadanya. Nanti, aku akan secepatnya meng-update informasi lain yang kuketahui.” Yongshin mengangguk mengerti. Yena lalu mengecek ponselnya, melihat ada tanda panggilan masuk. “Hyung, Yongshin-ssi, aku pergi dulu.” Katanya cepat sambil melambai pergi.

“Lihat dia, benar-benar sangat sibuk di hari yang panas seperti ini.” Jeonghoo berkomentar. “Kapan dia punya waktu untuk berkencan ck. Aku sepertinya harus mengenalkannya pada beberapa pria, supaya dia tidak selalu bersemangat dalam urusan pekerjaan. Kapan dia akan merasakan indahnya jatuh cinta?” Gumamnya konyol sambil melihat punggung Yena berjalan menjauh.

“Seo Jeonghoo!” Yongshin memukul lengan pria disampingnya itu dengan buku notes kecilnya. Jeonghoo hanya tertawa kecil. “Jangan berusaha untuk menjodohkan Yena. Kau tau kan dia sudah menolaknya berkali-kali. Aku tidak mau dia menolak memberikan bahan berita eksklusif gara-gara kau.” Ancamnya. “Yena itu salah satu Public Relations freelance ternama. Ia tentu akan berdedikasi untuk pekerjaannya sekarang ini. Siapa tahu, dia bisa dapat direktur nantinya!” Canda Yongshin pada Jeonghoo.

“Ya, ya. Aku mengerti.” Dia mengangguk pelan. “Tapi, tidakkah kau pikir dia lebih cocok jadi detektif? Kemampuannya menganalisa itu sungguh luar biasa. Tidak ada kasus yang tidak terselesaikan saat ia tangani.”

“Kalau dipikir benar juga.” Yongshin menyetujui. Mereka larut dalam pikiran sambil menatap Yena dari belakang. “Ah, sudahlah. Lebih baik kita mulai rekaman videonya dulu. Baru membahas soal Yena lagi.” Katanya kemudian membuyarkan lamunan.

Seorang perempuan, memanggil laki-laki yang lebih tua beberapa tahun diatasnya dengan sebutan “hyung”. Padahal terlihat, laki-laki itu bisa dibilang dekat dengannya. Tidakkah kau pikir harusnya ia dipanggil “oppa”? Tetapi tidak bagi Ahn Yena. Dia merasa akan lebih nyaman memanggil Seo Jeonghoo dengan sebutan “hyung”. 

Lalu, apa kau bingung mengapa kata-kata “melompat” itu diubah menjadi “menjatuhkan diri”? Kupikir, aku bisa menjelaskannya sedikit. Seseorang “Melompat” dari ketinggian seperti itu, bukankah pasti ada alasan yang aneh jika kita menelusuri kebelakang? Bagaimana jika kita ubah menjadi “menjatuhkan diri”? Kata-kata ini dapat mengartikan bahwa pihak pertama – korban, sadar sepenuhnya saat dia melompat dari kafe itu. Hal ini bisa dikatakan sebagai sebuah permainan kata yang dapat menyelamatkan perusahaan/organisasi. Bagaimana penjelasanku? Benar juga? Lalu, apa kau sudah mengerti? Yah, kuharap kau mendapatkan sesuatu yang baru dan berguna dari kasus ini, untuk penyelidikan selanjutnya.

Baiklah, episode ini akan kututup dengan foto keadaan bagian luar kafe “UPTOWN”, jadi kau bisa membayangkan bagaimana sebenarnya peristiwa terjun bebas dilakukan oleh Park Youngjae siang itu. Have a good day!

####### <3

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK