Aku bingung dengan diriku sendiri. Sudah dua tahun berlalu, tapi rasa itu begitu sulit kuenyahkan. Ingin rasanya aku berteriak pada dunia bahwa aku mencintainya. Akan tetapi, kenyataan di hadapanku seakan menantangku dan aku kalah telak. Tak pernah kusangka aku bertemu dengannya di Université de Strasbourg saat akan bertemu dengan Maïa dan sepupuku. Mau tak mau aku harus bertindak. Ya, harus. Kalau tidak, mungkin perasaan ini akan mengendap di dasar hatiku dan terus merongrong hidupku.