home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Into The Void

Into The Void

Share:
Author : HeoMicha
Published : 06 Jun 2017, Updated : 09 Nov 2017
Cast : Produce 101 season 1 & 2
Tags :
Status : Ongoing
5 Subscribes |19029 Views |5 Loves
Into The Void
CHAPTER 2 : CHAPTER 1

Seoul, May 1993

Seorang yeoja dalam balutan dress nan cantik berdiri di dekat sebuah festival musim semi yang diadakan di salah satu sudut kota Seoul. Senyum tak henti tergambar di wajahnya setiap kali mengingat bahwa hari ini adalah kencan pertamanya dengan sahabatnya yang belum lama ini menjadi kekasihnya. Muda mudi berlalu lalang di sekitarnya, membuatnya semakin tak sabar menanti datangnya sang kekasih. Hingga tak lama kemudian, apa yang dinantikannya pun tiba. Ia melihat namja yang dinantinya sejak tadi di seberang jalan.

Yeoja itu melambaikan tangannya dengan ceria, seolah memberi sinyal agar sang namja segera menghampirinya. Dari kejauhan, ia bisa melihat sang namja hanya tersenyum, menatap lurus ke arahnya. Ia sama terlihat bahagianya dengan dirinya. Ia juga bisa melihat sebuah buket bunga berukuran sedang di tangan namja itu. Namja itu melangkah perlahan ke arahnya. Namun sang yeoja menangkap sesuatu yang aneh dalam pandangannya. Kedua matanya melebar kala menyadari sesuatu dan ia segera berlari ke arah sang namja yang merupakan kekasihnya tersebut. Ia tiba di tengah jalan dan refleks mendorong sang kekasih hingga namja itu terjatuh ke pinggir jalan. DUAAAKK!! Sebuah suara benturan terdengar keras dan tubuh yeoja itu terpental beberapa meter dari tempt ia berada sebelumnya. "K-Kim Chungha....", gumam namja itu tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. "KIM CHUNGHAAAA!!!!", seru namja itu histeris.

"NGUOOONNGG~!!", di saat bersamaan, mobil yang menabrak yeoja itu melaju kencang meninggalkan tempat kejadian perkara.

"YAAAA!!!", seru namja itu penuh amarah kala melihat hal tersebut. Ia lekas menghampiri yeoja bernama Chungha yang merupakan kekasihnya tersebut.

 "Chungha-ya...bertahanlah!", ujarnya panik ketika melihat sang kekasih sudah berlumuran darah. Orang orang berkerumun menyaksikan kejadian memilukan tersebut.

Tangan Chungha yang kini berlumuran darah menyentuh wajah namja itu. "M-Mianhae..hiks...", gumamnya lemah.

"Andwae! Andwae! bertahanlah!", ujar sang namja panik. Ia menatap kerumunan di sekelilingnya. "TOLONG PANGGILKAN AMBULANS!! JEBAAAL! SALLYEOJUSEYO!", teriaknya pada kerumunan tersebut. Salah satu dari kerumunan tersebut bergegas mencari telepon umum terdekat dan lekas menghubungi ambulans.

"Bertahanlah...hikss...ambulans sedang menuju kemari...jebal...", gumam sang namja gemetar.

"M...mianhae...aku..hh...aku menghancurkan...kencan pertama...hhh...kita...", gumam Chungha yang kondisinya semakin melemah. "M...mian...mianhae...", sambung Chungha untuk yang terakhir kalinya sebelum ia menutup kedua matanya seutuhnya.

*** 

Februari, 4th 2017

3 PM  

"Yaedeuraaa~~!", Seorang gadis berambut panjanh hitam legam, berjalan dengan penuh semangat sembari menarik sebuah koper. Ia melangkah cepat menuju sebuah rumah yang merupakan sebuah boarding house yang sudah beberapa bulan terakhir ini ditempatinya bersama beberapa anak lainnya.

Pintu rumah terbuka dan dua orang namja sudah siap menyambutnya di depan pintu. Pria pertama, memiliki struktur wajah kecil dengan rambut comma style yang merupakan ciri khasnya. Sementara pria kedua, berambut agak kecokelatan, berkulit putih, dan memiliki eye smile yang menjadi ciri khasnya setiap kali ia tersenyum. Kedua namja itu merentangkan tangannya seolah siap menyambut yeoja yang baru tiba ini. "Jieqiongie watdaaaa!!", seru Seongwoo.

"Ong Seongwoo!! Kang Daniel!!", seru Jieqiong itu melambaikan tangannya. Ia bergegas mempercepat langkahnya dan tiba di depan pintu rumah. Ia hendak memeluk kedua namja itu tapi....SYUUNGG~ seorang yeoja lainnya muncul menyeruak di antara Seongwoo dan Daniel, dan menghambur memeluk Jieqiong. Kedua namja itu hampir saja terjatuh.

"ONNIEEE~~!!", rengek yeoja itu memeluk Jieqiong. "Bogoshippeoyooong~", ujarnya penuh aegyo.

"Aigoo~ apa aku tidak salah dengar? uri Maknae, Park Shiyeon merindukanku?", ledek Jieqiong pada Shiyeon, yang merupakan penghuni termuda di rumah itu.

"Selama Onnie tak ada, kamar kita selalu dikunjungi namja namja byuntae!", Adu Shiyeon sambil melirik sebal pada OngNiel, sebutan untuk Ong Seongwoo dan Daniel.

"Mworago?! Byuntae katamu?! Ya! Kau ini masih kecil, berani beraninya menyebut kami byuntae?!", sungut Seongwoo. "Ah matta! Pasti yeoja petinju itu yang mengajarkanmu hal hal seperti itu", ujar Seongwoo. "Arasseo...karena aku anak baik, aku yang teraniaya ini hanya bisa berdoa agar Tuhan mengampuni dosa dosamu...aminkan", ujar Seongwoo.

"AMIN!", sambar Daniel bersemangat.

"Ya Shiyeonnie bikyeo! Giliranku dan Daniel menyambut Jieqiong!", sungut Seongwoo. "Jieqiongie!! Dewi penyelamat perutku sudah kembali! Penderitaanku berakhir! Tak ada lagi sup asin dan telur gosong! Jieqiongie swaranghaee~", seru Seongwoo menunjukkan lambang hati pada Jieqiong. Ia dan Daniel hendak memeluk Jieqiong, namun...BLEPAK!! Seseorang dari belakang menghajar kepala Seongwoo. "AAAKK!! AISH!", seru Seongwoo sebal. Ia menoleh ke belakang. Seorang yeoja berambut lurus, sedang, terlihat mengepalkan tangannya pada Seongwoo dan Daniel.

"Petinju? Gurae! Akan kutunjukkan tinju superku ini!", sungut Sejeong mengelus elus kepalan tangannya.

"Wow wow! S-Sejeong-ah...calm down", ujar Daniel mencoba menenangkan Sejeong.

"Shikkeuro~ kau sama saja dengannya", gerutu Sejeong.

"Aniya!  yang mengatakan kau petinju itu Seongwoo! Bukan aku!", sanggah Daniel.

"Aah geurae?", ujar Sejeong. Yeoja itu lekas mengaitkan lengannya di leher Seongwoo. "Rasakan ini rasakan!!", sungut Sejeong.

"Arrgh! Y-Ya! Kang Daniel! Neo! Woah...jincha...teman macam apa! Aaarggg! Ya! Tunggu giliranmu ya! Aaakkkh!", seru Seongwoo.

Daniel menyatukan jari jempol dan telunjuknya membuat gerakan setengah melingkar pada mulutnya, memberi kode bahwa ia tak akan bicara apapun.

"Ah onnie!", sambar Shiyeon tiba tiba. "Tadi Ong oppa mengatakan bahwa sup buatanmu asin dan telur buatanmu selalu gosong", ujar Shiyeon mengadukan ucapan Seongwoo.

"Y-YA ya! Park Shiyeon!", seru Seongwoo hendak menghentikan Shiyeon.

"Mworago?! Ya ish neo!", sungut Sejeong sebal sambil menjegal leher Seongwoo. Takkk tak! "Rasakan ini!", sungut Sejeong sembari menjitaki kepala Seongwoo. Jieqiong hanya tersenyum sembari menggelengkan kepala melihat tingkah laku kedua temannya yang memang sulit akur tersebut. Sejeong dan Seongwoo selalu bertengkar setiap kali ada kesempatan.

Seorang namja lainnya melongo menatap keributan yang terjadi tersebut. Ia selalu terkejut setiap kali melihat keributan dan keanehan penghuni penghuni lainnya meskipun mereka sudah tinggal bersama selama beberapa bulan. Ia adalah Lai Guanlin, seorang namja muda yang pendiam. Ia merupakan bagian dari penghuni boarding house tersebut. Ia juga berasal dari negara dan kota yang sana dengan Jieqiong. Keduanya baru saja kembali dari liburan musim semi mereka di Cina. Guanlin jarang berinteraksi dengan penghuni lainnya karena kepribadiannya yang tertutup.

Drukk drukkkk drukkkkkk.... Suara seseorang berlarian dari arah tangga sangat kencang terdengar hingga menarik perhatian semua anak disana. GEDUBRAK! BRUUUKKKKK !!!!!! suara gaduh lainnya terdengar menyusul setelahnya. Seorang bocah laki-laki lainnya terjatuh di anak tangga ketiga terbawah. Untung saja ia sudah hampir mendarat (?). Jika tidak mungkin nasibnya akan buruk. Silly boy, Ahn Hyungseob, ia baru 4 bulan lamanya bergabung bersama di boarding house tersebut. Wajahnya yang terlihat polos, membuatnya sering dijuluki silly boy. Ia memiliki kepribadian yang ceroboh. Menyadari pandangan tak biasa anak lain ke arahnya “Jweisonghabnida” ucapnya mencoba terlihat tegar dan kuat.

Druk druk! Seorang namja lainnya terlihat menuruni tangga dengan terburu buru, namun tetap terlihat berhati hati. Ia bergegas menghampiri Hyungseob. "Hyungseob-ah, gwenchana?", ujarnya membantu Hyungseob berdiri.

"Ne hyung, gwenchanayo...gomawoyo", ujar Hyungseob polos.

Seongwoo dan Daniel mendekat dan merangkul Hyungseob. "Aigoo aigoo~ berhati hatilah lain kali", ujar Seongwoo.

"Maja! Jatuh itu sakit rasanya", ujar Daniel menambahkan ucapan Seongwoo.

"Kata siapa jatuh itu enak", sungut Sejeong pelan. "Kurang kurangilah bergaul dengan hyungdeul yang tidak beres seperti mereka ini", sindir Sejeong.

"Tto?! Ya! Kau ini ada apa sih denganku? Sedikit sedikit menyindirku! Tidak punya kerjaan sekali...pantas saja kau sulit memiliki kekasih", sungut Seongwoo.

"Mworago?!", seru Sejeong tersulut ucapan Seongwoo. Ia hendak menghajar Seongwoo namun Daniel menahannya.

"Ya ya Sejeong-ah, geuman", ujar Daniel.

"Yaedeura...geumanhae jebal", ujar Jonghyun menengahi pertengkaran Tom dan Jerry tersebut.

Sejeong cemberut karena gagal menghajar Seongwoo. Namja itu menjulurkan lidahnya, meledek Sejeong dari balik tubuh tinggi Daniel yang melindunginya. "Auh Jincha!", sungut Sejeong sebal.

Daniel menangkap sesuatu pada Hyungseob. "Ya Hyungseob-ah...kakimu terluka", ujar Daniel menunjuk lutut Hyungseob yang terlihat memar.

Jieqiong dan Shiyeon mendekat untuk melihat luka tersebut. "Omo ottokhae? Hyungseob-ah...manhi apha?", tanya Jieqiong khawatir.

"Jogeum....geundae...gwenchanayo noona...jangan khawatir", ujar Hyungseob.

"Ya neo illeowa", ujar Shiyeon menyeret Hyubgseob dengan menarik jambang Hyungseob.

"Ahhh ahh apha!", rintih Hyungseob.

"Mwol gwenchana?! kakimu terluka begitu! masih untung kau tidak mati!", seru Shiyeon memarahi Hyungseob sambil membawa namja itu pergi. Memang sedikit nyentrik, namun seperti itulah cara Shiyeon mengungkapkan perhatiannya pada anak anak di dalam boarding house tersebut. Di tengah jalan, Shiyeon dan Hyungseob bertemu dengan salah seorang penghuni lainnya, yaitu Bae Jinyoung yang muncul dari arah ruang tamu.

Bae Jinyoung adalah penghuni terakhir yang belum lama bergabung di dalam boarding house tersebut. Ia baru saja bergabung tiga hari yang lalu. Kepribadiannya tak jauh berbeda dengan Guanlin. Ia juga belum begitu dekat dengan para penghuni boarding house lainnya. "Annyeonghaseyo", gumamnya pelan sembari membungkuk pada Jieqiong dan yang lainnya.

Daniel dengan santainya menghampiri namja itu dan merangkulnya. "Ya Baejin-ah...perkenalkan...ini adalah Zhou Jieqiong dan Lai Guanlin...kau belum sempat berkenalan dengan mereka matchi?", ujar Daniel. "Ia baru pindah kemari tiga hari yang lalu", sambung Daniel memperjelas ucapannya.

"Annyeonghaseyo!", sapa Jieqiong ramah sementara Guanlin hanya membungkuk pelan.

"Annyeonghaseyo", gumam Jinyoung pelan.

Shiyeon muncul tak lama kemudian dan merangkul Jinyoung, membuat namja itu terkejut. Semburat kemerahan muncul di wajah Jinyoung. "Ya Baejin-ah, bantu aku mengobati kaki anak itu", perintah Shiyeon sambil menunjuk Hyungseob yang masih berdiri melongo menatap teman temannya. "Kita akan mengoperasinya", ujar Shiyeon.

"Ne?!", seru Hyungseob terkejut mendengar ucapan Shiyeon. Ia refleks bersembunyi di balik tubuh Jonghyun. "Na gwenchana jincha!! Andwaeee! jangan sakiti aku jebaaal", rengek Hyungseob sembari berpegangan pada Jonghyun. "Hyung~~ Sallyeojuseyo", pinta Hyungseob pada Jonghyun.

Jonghyun hanya tersenyum memperhatikan interaksi teman temannya tersebut. Di rumah itu, ia dianggap sebagai penghuni yang paling bijaksana. Maka tak heran jika para penghuni lainnya, terutama yang lebih muda darinya, sering sekali mengadu padanya. "Mereka hanya akan mengobatimu", ujar Jonghyun menyentuh pelan pucuk kepala Hyungseob.

"Aniya! Aku akan memotong kakimu itu", ujar Shiyeon meledek Hyungseob.

"Hyung igo bwayo!", seru Hyungseob pada Jonghyun.

"Ani! Kaja Hyungseob-ah", gumam Jinyoung menarik Hyungseob menjauh dari yang lainnya dan diikuti Shiyeon tak lama kemudian.

"Hyung! Hyunnngg!! Sallyeojyeoooo!!", seru Hyungseob memberontak meminta bantuan Jonghyun.

*** 

3.15 PM

Jonghyun membantu Jieqiong membawa kopernya naik ke lantai dua, di mana kamar para yeoja berada. Karena hanya terdapat tiga yeoja di dalam boarding house tersebut, maka mereka mendapatkan kamar terbesar dan menjadi teman sekamar. Sementara, untuk para namja, kamar mereka hanya bisa ditempati oleh dua orang.

"Guanlin-ah, sini biar kuban-", ujar Daniel menawarkan bantuan, tapi Guanlin hanya melengos melewati Daniel. "Sabar Kang Daniel sabaarr~", gumam Daniel mencoba menenangkan dirinya sendiri. SYUUNGG~ BLUK! sebuah tas tangan mendarat di kedua tangan Daniel. Tas itu milik Jieqiong yang dilemparkan Seongwoo padanya.

"Bantu Jieqiong membawakan barangnya ke kamar", ujar Seongwoo menarik salah satu koper Jieqiong yang belum sempat dibawa Jonghyun.

"Ya, kau hanya ingin mengunjungi kamar yeoja saja matchi?", tuduh Daniel.

Seongwoo menghentikan langkahnya sejenak seraya berpikir. "Eum...sedikit sih...siapa tahu Jieqiong akan memberi kita oleh oleh jika kita membantunya", bisik Seongwoo pada Daniel.

"Ahh! Matta! Ya kenapa kau tak bilang dari tadi!”, ujar Daniel segera membawakam tas milik Jieqiong lainnya dengan bersemangat. Keduanya tiba di depan kamar para yeoja dan Jonghyun sudah ada di sana, sedang berbincang dengan Sejeong.

"Yeokshi...uri Jonghyunnie...jincha namjatda!", puji Sejeong. Ia kemudian mendapati Seongwoo dan Daniel menyusul Jonghyun setelahnya. "Tak seperti..."

"Mwo? Kau buta? Ini namanya koper dan ini tas", sambar Seongwoo yang sudah mengendus bahaya dari radius beberapa meter.

"Ara!", sungut Sejeong. “

Merasa di atas angin, Seongwoo dengan percaya diri menghampiri Sejeong dan menyibak rambutnya ala wanita. "Gurae, nan yeojaya", ledek Seongwoo sembari bertingkah seperti wanita lalu masuk ke dalam kamar.

Daniel pun melakukan hal yang sama dengan sahabatnya tersebut. "Nan Daniella...aigoo Jonghyun oppa neomu mosisseoyo~", ujar Daniel genit lalu menyusul Seongwoo masuk ke dalam kamar.

"Auw jincha...anak anak itu belum minum obat", ujar Sejeong sebal.

Jonghyun hanya tertawa melihat tingkah teman temannya tersebut. "Ah jincha...mereka membuatku merinding hahaha!", ujar Jonghyun.

Kedua anak itu muncul kembali setelah meletakkan tas milik Jieqiong. Masih bertingkah seperti wanita, Seongwoo menatap Sejeong dengan tatapan genit. "Mwo?!", bentak Sejeong.

"Eyy onnie! Kenapa kau begitu galak pada kami?", ujar Seongwoo genit.

"Neo jugullae?", gumam Sejeong mengancam akan menghajar Seongwoo. Tangannya begitu gatal untuk menghajar Seongwoo.

Mengendus bahaya yang mengintainya, Seongwoo pun segera siap siaga. "Ya gunung merapi akan meletus! kita harus lari!", seru Seongwoo pada Daniel dan keduanya pun berlari menjauh terbirit birit. "YA!", seru Sejeong sebal. Ia berlari mengejar OngNiel.

Jonghyun hanya tertawa sembari menggelengkan kepalanya. Ia lalu memasukkan tas Jieqiong ke dalam kamar. Yeoja itu terlihat sedang duduk di sisi kasurnya sembari merogoh tas tangannya. "Dimana harus kuletakkan tas ini?", tanya Jonghyun.

"Ah...tolong letakkan di sini", ujar Jieqiong menunjuk spot yang dekat dengannya.

Jonghyun mendorong koper milik Jieqiong mendekat pada yeoja itu. Jieqiong tiba tiba menyodorkan sebuah boneka pada Jonghyun. Sebuah boneka pokemon, yaitu Onibugi. Para penghuni boarding house sering mengatakan jika Onibugi begitu mirip dengan Jonghyun. "Ige..."

"Sonmul", ujar Jieqiong tersenyum. "Ah...k-keundae...aku juga membawakan hadiah untuk yang lainnya!", sambar Jieqiong cepat, khawatir Jonghyun akan salah paham akan aksinya.

Jonghyun menerima pemberian Jieqiong. "Gurae? Gomapta", ujar Jonghyun tersenyum. Suasana canggung kemudian menyeruak di antara keduanya. Bahkan suara keributan yang berasal dari Sejeong versus OngNiel pun juga tak turut membantu meredakan kecanggungan itu..hingga...PRAAAANGGG! Jonghyun dan Jieqiong begitu terkejut melihat hal tersebut. Keduanya lekas berlari keluar dan di depan sebuah kamar, yang merupakan kamar dari Guanlin, beberapa meter bersebrangan dengan kamarnya, Jieqiong dan Jonghyun melihat Bae Jinyoung berdiri di depan kamar Guanlin. Ia baru saja naik setelah membantu Shiyeon mengobati Hyungseob.

Jonghyun dan Jieqiong segera menghampiri Bae Jinyoung, disusul dengan OngNiel dan Sejeong setelahnya. "Gwenchana?", tanya Jieqiong pada Jinyoung.

"Ne......Guanlin-ssi memecahkan sesuatu di dalam kamar", ujar Jinyoung.

"Aku akan membantunya membereskan pecahan itu...kau tunggu di sini sebentar gwenchana?", ujar Jieqiong. Ia lekas masuk ke dalam kamar begitu Jinyoung mengiyakan. Ia menutup pintu kamar dari dalam.

"Wae?", tanya Seongwoo menghampiri Jinyoung.

"Guanlin-ssi terkejut ketika mendapati aku masuk ke kamar...aku lupa memberitahunya jika aku sekamar dengannya sekarang", ujar Jinyoung merasa tak enak hati.

"Eyy gwenchana! itu hanya kecelakaan kecil", ujar Daniel santai.

"Tapi kenapa harus ditutup begini? kami juga ingin membantu", ujar Seongwoo menghampiri pintu kamar dan memegang gagang pintu hendak membukanya. "Eo? Issanghae...ini dikunci dari dalam", ujar Seongwoo. "Ya!", Seru Seongwoo. Ia hendak menggedor pintu namun Sejeong menahannya. Sesekali yeoja itu melirik ke arah Jonghyun yang ekspresinya mendadak berubah. "Ah wae?!", sungut Seongwoo.

"Ah jincha...igo bwa!", bisik Sejeong memberi kode pada Seongwoo agar menyadari perubahan ekspresi pada Jonghyun. Ia lekas menarik Seongwoo menjauh dari sana sekaligus memberi kode pada Daniel dan Bae Jinyoung untuk menjauh.

"Ya Bae Jinyoung", ujar Jonghyun menahan langkah Jinyoung.

"Ne?"

"Malam ini kau bisa menggunakan kamarku...kurasa Guanlin butuh waktu untuk bisa menerima penghuni baru di kamarnya...ia cukup tertutup", ujar Jonghyun.

"Ne Hyung...gomawoyo", ujar Jinyoung kemudian menyusul Sejeong dan OngNiel ke bawah. Namun langkahnya terhenti ketika ia melihat Shiyeon berlari terburu buru ke atas.

Druk Druk Druk. Shiyeon berlari cepat menaiki tangga. Nafasnya terengah begitu ia sampai. “Shiyeon-a, jangan berlarian di tangga bergitu, bagaimana kalau kau sampai terluka seperti Hyungseob tadi”

“H.. H.. eonnie.. h..” Shiyeon mengatur nafasnya "Yaaa!! Onniedeul oppadeul!! Gawaatt!!" ujar Shiyeon panik.

"Wae Shiyeon-ah?", tanya Jonghyun.

“Baru saja rumah sakit menghubungi, mereka mengatakan Paman Hwang mengalami kecelakaan dan keadaannya sedang kritis” Sontak apa yang Shiyeon sampaikan membuat anak lainnya shock.

"Mworago?!", seru Jonghyun terkejut atas kabar mengenai Hwang ahjussi yang merupakan pemilik dari boarding house tersebut.

*** 

The next 3 days

Boarding House, 5.45 AM

Kesibukan sudah mulai terlihat di dapur boarding house pagi itu. Sejeong dan juga Jieqiong sudah terlihat rapi dalam balutan seragam sekolah, namun mereka masih sibuk menyiapkan sarapan untuk yang lainnya, mengingat belum ada kemajuan dari kondisi Tuan Hwang yang kini tengah mengalami koma akibat kecelakaan yang dialaminya.

Selain Sejeong dan Jieqiong, Jinyoung juga berada di sana membantu kedua yeoja itu memotong sayuran sebagai bahan untuk membuat kimbab dan seorang lainnya yang duduk di lantai sembari bersandar pada rak dapur dengan mata setengah mengantuk, yaitu Shiyeon. Drrt~ drrt smartphone milik Shiyeon bergetar. Dengan malas, ia mengecek chat singkat yang masuk ke smartphonenya tersebut:

 

From : Winkeu Prince

Shuu~~ Shuu~~~ Morninggg ^^

Ireonaaa.. Ireonaaaa

Note : Jangan memarahi ku,

karena kau yang meminta untuk dibangunkan kkk ^_~  Winkeu Winkeuu

 

Sontak, kedua mata Shiyeon yang semula mengantuk berubah segar kala melihat pesan tersebut. Ia yang semula tengah duduk malas di lantai langsung berdiri dengan sigap. "Onniedeul~~ ada yang bisa kubantu?", tanya Shiyeon bersemangat.

Jieqiong dan Sejeong menatap Shiyeon dengan heran. "Neo gwenchana?", tanya Jieqiong.

Sejeong mengecek cuaca di luar melalui jendela dapur. "Cerah...kupikir petir akan menyambar tiba tiba", ledek Sejeong.

"Eyy onnie wae guraeyo~", sanggah Shiyeon. Ia kemudian melihat Jinyoung tengah memotong sayuran. "Ya Baejin-ah! Sini biar kubantu memotong wortel!", ujarnya menghampiri Jinyoung.

"Omo?", gumam Jieqiong terkejut dengan aksi Shiyeon.

"Ne? Ah ne! Hati hati dengan tanganmu...jangan sampai tergores", ujar Jinyoung.

"Ne!", jawab Shiyeon bersemangat. Ia tak menyadari jika Jinyoung sesekali melirik ke arahnya sembari tersenyum.

"Ya", gumam Jieqiong sambil menyenggol lengan Sejeong.

"Mwo?", respon Sejeong.

"Igo bwa", bisik Jieqiong memberi kode agar Sejeong melihat ke arah Shiyeon dan Jinyoung.

"Omo", gumam Sejeong tak percaya. Tapi ia dan Jieqiong tersenyum bersamaan kala melihat kedekatan Shiyeon dengan Jinyoung.

***

6.30 AM

Bus station

Tepat pukul 06.30 Sungwoo cs menunggu di halte bus. Di halte tersebut bus sekolah mereka biasanya akan mengangkut siswa siswi. Mereka membiarkan bus pertama lewat, karena bus pertama biasanya lebih ramai. Mereka tidak terburu-buru karena lokasi sekolah dan boarding house mereka juga tidak jauh. Bus pertama dan ke 2 datang dengan hanya berjeda 10 menit saja.

Bus ke 2 sudah terlihat. Daniel menengok mengamati situasi. “Eishh.. bus ke 2 juga ramai”, keluhnya.“Yokshi.. hari pertama masuk sekolah kembali selalu ramai”

“Sepenuh apa biasanya?” Tanya Hyungseob polos “Apa kita tidak bisa naik dan harus menunggu bus biasa?”

“Kita bisa terlambat kalau harus menunggu Bus lain lewat. Mau tidak mau kita akan berdiri” Jelas Jonghyun diikuti oleh anggukan dari Hyungseob “Ahh Geuriguna” jawabnya.

“Ahhh. Aku tidak mau berdiri huaaa T.T aku masih mengantuk”, keluh Shiyeon.

“Aku akan berlari ke dalam lebih dahulu, jika masih ada tempat kosong akan ku tempatkan untuk mu” Jawab Guanlin yang sejak tadi hanya diam sembari memainkan game pada ponselnya.

Shiyeon bertepuk tangan menganggapi ucapan Guanlin “Yokshi Lai Guanlin. Kau tampan dan baik hati.. jincha wambyeokhae.. perfect”

“Psh” Desis Guanlin hanya tersenyum kecil.

Jinyoung di sampingnya terus tertunduk. Ia jarang sekali mengangkat kepala. Jinyoung menggigit-gigit ujung kuku pada ibu jarinya. “Nado..” Ucapnya pelan. Shiyeon disampingnya sempat mendengar Jinyoung bicara. Ia menoleh mendekatkan wajahnya “Wae?” Tanya Shiyeon.

“Aku juga akan memberi kan tempat untuk mu jika aku menemukan tempat kosong” Ucap Jinyoung dengan kepala tetap tertunduk. Wajahnya sama sekali tak terlohat karena ia juga mengenakan topi. Bluk.. Siyeon menepuk pundak Jinyoung sebanyak 2x “Aigoo.. aku tersentuh. Akhirnya tuhan menurnkan teman-teman yang keren dan baik hati untukku, setelah 2 tahun lama nya tumbuh besar bersama Oppa-Oppa tak tahu diri” Ucap Shiyeon menyindir Sungwoo dan Daniel yang sering sekali menggoda Shiyeon sejak dulu.

Sejeong ikut angkat bicara karena pembicaraan mulai menjurus kepada hal yang ia sangat gemari “Baejin-ah.. ku harap kau tak pernah tertular oleh Hyung-hyung di depan ini” tunjuk Sejeong.

“Eii.. aku juga hyung” Sahut Jonghyun

“Maja!! Kau juga termasuk contoh buruk.. Onibugi.. telinga mu sudah tak bisa mendengar lagi kalai sudah bermain game. Sekalipun terjadi gempa bumi mungkin kau juga tidak akan menyadari nya. Meskipun kau tidak separah.. Uhuk” Sejeong menunjuk Sungwoo dan Daniel dengan gerakan bibirnya “Ya Baejin-a jadilah anak baik, araseo”

“Bus datang!! Atur formasi!”,Seru Sungwoo. “Mendengarkan halmeoni bicara tak akan ada habisnya”, ledek Sungwoo. Bus sampai bersamaan setelahnya. Sebelum menjadi sasaran tinju sejeong. Sungwoo dan Guanlin berlarian masuk ke dalam Bus lebih dahulu. Jinyoung dan Hyungseob mengikuti dibelakang mereka. Kemudian ketiga anak wanita. Daniel dan Jonghyun bertugas memastikan tidak ada yang tertinggal bus, karena itu mereka selalu naik paling belakang dan selalu saja mengalah untuk tidak duduk. Mereka masuk melalui pintu depan Bus. Tak jauh dari mereka, beberapa anak juga memasuki Bus melalui pintu bagian belakang.

Bus pagi itu ternyata benar-benar penuh. Seongwoo dan Guanlin yang masuk lebih dahulu pun tak mendapati adanya tempat duduk kosong. Tapi mereka menemukan spot untuk berdiri yang sedikit sepi. Mereka mengangkat tangan, agar anak-anak wanita menemukan keberadaan mereka.

Hyungseob tidak banyak membantu, kakinya yang terluka juga sifat dasar Hyungseob yang memang  sering kehilangan signal di otaknya membuat ia justru harus dituntun oleh Jieqiong dan Sejeong agar tak terjatuh karena terdorong-dorong siswa lain. Disisi lain Jinyoung hilang dari pandangan. Ia berjalan ke bagian belakang seorang diri.

***

Tepat di depan mata Jinyoung, sebuah kursi kosong terlihat. Ia tersenyum tenang. Segera didudukinya kursi tersebut. Ia hendak mengangkat tangan untuk memanggil Shiyeon. Ia telah berjanji akan memberikan kursi untuk Shiyeon.. tetapi.. sebelum hal tersebut terjadi, Tiba-tiba saja...

“Ya! Bikyeora!” Seru seorang namja bertubuh cukup kekar. Tertulis nama Kang DongHo pada namtag seragam anak itu. 3 anak laki-laki lain, juga seorang anak wanita berada di dekatnya. Siswa yang duduk di samping Jinyoung langsung menyingkir, begitu juga siswa yang duduk di baris depan dan belakang Jinyoung. Jinyoung sendiri hanya bisa diam dan menunduk. Ia mendengar perintah untuk menyingkir, namun hatinya teguh bertahan disana untuk menempati kursi milik Shiyeon tersebut.

Namja bernama Kang DongHo tadi berjalan menempat kursi didepan Jinyoung bersama salah satu namja yang tadi bersamanya. Kwon Hyunbin, begitu name tag di seragam sekolah anak bertubuh tinggi tersebut tertulis. Mereka tidak langsung duduk. Mereka bertelak pinggang mempeehatikan Jinyoung belum mau bergeming dari kursinya. “Ya! Kau tuli?” Sentak Dongho.

Melihat kejadian tersebut. Sungwoo, Daniel, dan Jonghyun tidak bisa tinggal diam. Ketiganya segera menghampiri mereka. Jieqiong, Guanlin, Sejeong, Shiyeon dan Hyungseob mengikuti mereka. Jinyoung belum mengenal siapa anak-anak itu, sekalipun kelompok mereka sudah sangat terkenal diantara siswa siswi di sekolah.

“Ya! Kau ingin mencari masaah dengan kami?” Pekik seorang anak lainnya, bertubuh kurus dengan rambut blonde “Dongho hyung, kita harus melakukan sesuatu terhadap anak ini” adu sang anak bertubuh kurus.

“Chamkan!” cegah Daniel. Jonghyun lebih dulu mendekat ke arah Jinyoung. Ia meminta Jinyoung berdiri dengan sebuah tarikan sabar dan pelan. “Baejin-ah.. Kau berdiri dengan hyungdeul saja, gwenchana” pinta Jonghyun.

“Jweisonghabnida hyung.. Jeo.. gwenchanseumnida” Jawab Jinyoung. “Aku hanya telah berjanji pada Shiyeon untuk mencarikan nya tempat duduk, lagipula aku sampai kebih dahulu dari mereka” Sanggah Jinyoung membela diri meski ia bicara dengan kepala tertunduk seperti biasanya.

“Yaedul-a” Ujar anak terakhir yang berada dalam kelompok Dongho. “Aku akan berdiri, gwenchana” Ucapnya mengalah. “Ya Daehwi, duduklah disana” Perintah Jihoon. Senyum lebar ditunjukkan namja bernama Park Jihoon tersebut. “Kau bisa berdiri, aku akan membiarkan Shiyeon duduk disini” Ujar Jihoon menengahi.

“Neon wae gurae?” Protes Namja bertubuh kurus, Lee Daehwi.

“Shutt!” Perintah Jihoon meninggi. Mau tidak mau Daehwi duduk di samping Jinyoung. Jinyoung sendiri bergegas untuk berdiri setelahnya. Shiyeon menggantikan posisinya. Jinyoung merasa senang melihat senyum Shiyeon kala itu.. sebelum ia menyadari.. bahwa Shiyeon.. tersenyum bukan ke arahnya. Melainkan Jihoon. Jihoon sendiri berdiri tepat di samping kursi Shiyeon dengan tenang.

Seongwoo memepet Daniel disampingnya “Ku rasa aku pernah melihat kejadian semacam ini dalam adegan drama” Daniel mengangguk menyetui ucapan Seongwoo. Suasana panas tadi mulai berubah tenang.

Satu-satunya yeoja dalam kelompok Dongho mengambil tempat duduk bagian belakang kursi Shiyeon dan Daehwi, tapi sebelum itu.. tak lupa ia menarik tangan seseorang “Oppa!” Serunya merangkul tangan namja itu “Kau serius sekali sampai tidak menyapa ku”

“Oh Chaeyeon-a.. mianhae” Benar, ia adalah Jonghyun. Sudah 4 bulan terakhir Jonghyun dan Jung Chaeyeon, yang juga merupakan saudara sepupu dari Jihoon ini, menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. “Oppa ayo duduk dengan ku?” Ajak Chaeyeon. Jonghyun hendak menolak, tapi Chaeyeon menariknya duduk. Pucat wajah Jonghyun. Ia adalah namja yang banyak berfikir tentang orang-orang disekitarnya lebih dari ia memikirkan dirinya sendiri, ia berasa bersalah harus duduk tenang sementara 2 orang teman wanitanya Jieqiong dan Sejeong masih berdiri.

Jieqiong sendiri terlihat harus berjinjit, tubuhnya yang tak terlalu tinggi membuat ia kesulitan menjangkau pegangan di bagian atas bus. Jonghyun hendak berdiri, ia sungguh tidak bisa menjadi egosi seperti ini, begitu pikirnya. Namun di sisi lain, ia tidak tahu bagaimana harus bicara pada Chaeyeon. “Oppa” Chaeyeon menyadarkan Jonghyun dar lamunan “Anak itu siapa? Aku tidak pernah melihatnya sebelum ini” Tanya Chaeyeon menunjuk ke arah Jinyoung dan Hyungseob.

“Ah.. Kedua anak itu penghuni baru boarding house kami. Anak yang duduk di kursi tadi Jinyoung, Bae Jinyoung. Satu lagi Hyungseob. Mereka seusia dengan mu” Jawab Jonghyun dengan pandangan yang tidak fokus. Kekhawatirannya pada Jieqiong dan Sejeong membuatnya menjadi semakin tak nyaman.

Jieqiong justru mendapatkan pertolongan lain. Sebuah tangan menepis tangan Jieqiong yang berusaha meraih pegangan gantung. Guanlin lau orangnya. Ia yang beru saja menepis tangan Jieqiong. Diambilnya tas milik Jieqiong. Ia menggembol tas berwarna putih milik Jieqiong. Disandarkannya tubuh Jieqiong pada tubuhnya sendiri, tangan Guanlin melintang dibawah dagu Jieqiong, mengait tenang pada pundak yeoja itu.

“Awhh..  Lai Guanlin.. Namjada!”, ujar Sejeong iri.

“Kau ingin juga?” Ledek Seongwoo hendak merangkul Sejeong dengan posisi yang sama dengan  Guanlin terhadap Jieqiong. Bukan sebuah pujian yang ia terima justru sebuah kepalan tangan. "Neo jugullae?"

“Pfff” Daniel menahan tawa melihat adegan tersebut.

 Jieqiong sendiri sempat kaget, ia takut orang tak dikenal melakukan tindakan tersebut “Oh.. Guanlin-a Gomawo ^^”

“Psh” Desis Guanlin tersenyum kecil “Jangan berusaha terlalu keras, nanti tangan pendek mu itu patah sebelum bisa menggapai pegangan haha” Canda Guanlin. Pipi Jieqiong menggembung sebal. “Kau sudah berani mengatai ku.. sssh.. awas saja nanti”

Bus berjalan kurang lebih 10 menit. Bus sempat berhenti di halte lainnya, mengangkut siswa lainnya dari halter tersebut. Alhasil disana me jadi semakin sesak. Wajah Jinyoung terlohat semakin pucat. Hyungseob menyadari lebih dahulu hal tersebut. Ia menjadi panik karenanya “Jinyoung-a Gwenchana?”

“Kepala ku sedikit pusing” Jawab Jinyoung memegangi kepala.

“Omo ottokhae?” Seru Hyungseob panik. “Hyung.. Seongwoo Hyung, Daniel Hyung, ku rasa Jinyoung akan pingsan” Adu Hyungseob dengan segala kepanikannya.

Jonghyun juga jelas mendengar ucapan Hyungseob. Ia tidak lagi bisa berfikir panjang. Ia bisa memberi penjelasan pada Chaeyeon nanti. Ia segera berdiri “Hyungseob-ah illowa..” Jonghyun dibantu Sungwoo, Daniel, Sejeong dan Hyungseob agar Jinyoung segera duduk.

Diluar dugaan Jonghyun, Chaeyeon sama sekali tidak keberatan Jonghyun memberikan kursi kepada Jinyoung. Chaeyeon justru sempat ikut berdiri untuk membantu Jinyoung duduk. Chaeyeon juga mengajak bicara Jinyoung dengan ekspresi khawatir “Gwenchana?”

“Ne” Jawab Jinyoung singkat. Ia menatap Jonghyun yang berdiri di samping kursinya “Hyung Mianhae.. aku terus merepotkan” ucapnya tulus. Jonghyun mengelus pelan kepala Jingyoung “Jangan terlau dipikirkan” Jawab Jonghyun, ia kemudian mengarahkan pandangannya pada Chaeyeon “Chaeyeon-a oppa akan berdiri disini”

“Araseo, aku mengerti...Oppa jjang!” Puji Chaeyeon. Jonghyun dapat bernafas lega mendengar jawaban dari Chaeyeon.

***

Suasana kembali tenang setelah apa yang terjadi pada Jinyoung tadi. Anak anak itu kembali sibuk sendiri dengan diri mereka sendiri. Halte bus sekolah hanya tinggal dua halte lagi. Sejeong berdiri di antara Seongwoo dan Daniel yang mengapit dirinya.

"Ya Seongwoo-ya...aku baru saja menamatkan level terbaru dari overwatch semalam", ujar Daniel.

"Ah jincha? Aish neo! kenapa tak memberitahuku!", sungut Seongwoo.

"Aku berhasil menamatkannya karena video ini", ujar Daniel menunjukkan video overwatch pada Seongwoo. Namun Seongwoo tak bisa melihatnya dengan jelas karena mereka terhalang Sejeong yang berdiri di antara mereka. "Aku akan melihatnya nanti", ujar Seongwoo pada Daniel. Mereka kembali sibuk dengan diri masing masing hingga di saat bersamaan, seorang siswa yang merupakan salah satu dari anggota geng Kang Dongho bergerak diam diam mendekat ke arah Sejeong. Ia sengaja berdiri di belakang yeoja itu. Tangan namja itu perlahan terulur hendak menyentuh bagian belakang tubuh Sejeong yang kala itu mengenakan seragam sekolah berukuran pendek namun..."Agh!", siswa itu merintih ketika sebah tangan lainnya mencengkram pergelangan tangannya. Ia menoleh ke sisi kanannya dan seseorang menatap tajam ke arahnya seolah melontarkan ucapan: "Apa yang kau lakukan?". Siswa itu berusaha melepaskan cengkramam tangannya hingga akhirnya tangannya benar benar dilepaskan dan ia kembali ke posisinya sebelumnya karena merasa malu aksinya diketahui orang lain.

Sejeong tengah asyik mendengarkan musik, tiba tiba merasakan seseorang berdiri di belakangnya. Ia sedikit menoleh ke belakang. "Ah kkamjakgiya!", serunya pelan. "Ya Ong Seongwoo mwohae?!", sungutnya ketika menyadari bahwa Seongwoo yang semula berada di sisi kanannya, kini sudah berada tepat di belakangnya.

"Mwo? geunyang...aku ingin melihat video yang akan ditunjukkan Daniel padaku", ujar Seongwoo santai.

"Awas saja kalau kau berbuat macam macam padaku", ancam Sejeong.

"Aku tak tertarik padamu", balas Seongwoo menjulurkan lidahnya.

"Tch..jincha", balas Sejeong kembali asyik mendengarkan musik melalui headphonenya.

Bis berhenti di salah satu halte dan penumpang yang duduk di depan Daniel pun turun sehingga bangku di depan Daniel kosong. "Ya anja...", ujar Seongwoo pada...Daniel.

"Eo", ujar Daniel mematuhi ucapan Seongwoo.

Sejeong menatap Daniel dan Seongwoo tak percaya. Ia sedikit menoleh ke sisi kanannya untuk bicara pada Seongwoo yang berdiri tepat di belakangnya. "Na yeojaya...", gumam Sejeong tak percaya bahwa Seongwoo justru menyuruh Daniel untuk duduk dibandingkan dirinya yang jelas jelas seorang yeoja.

"Ah neo yeojaya? Ah...ottokhae? Aku lupa...karena kau ini petinju, jadi kupikir kau ini laki laki", ledek Seongwoo. DUK! Sejeong menginjak kaki Seongwoo. "Aish! Agh...jincha! Ya ish neo Kim Sejeong!", sungut Seongwoo pelan.

"Ah..mian...kakiku pegal...aku tak melihat jika ada kakimu", balas Sejeong acuh. Ia kembali mendengarkan musik.

"Tch...jincha", sungut Seongwoo melirik Sejeong diam diam. Senyum tipis tergambar di wajahnya.

***

June, 4TH  2017

Hospital, 6 PM

Jendela kaca tembus pandang membatasi posisi berdiri Jieqiong, Jonghyun, Guanlin juga Shiyeon dengan sosok Tuan Hwang yang telah genap empat bulan lamanya terbaring dalam kondisi koma. Karena tidak memiliki seorangpun keluarga, anak-anak yang tingal pada boarding house miliknya mengurus semua seluruh kebutuhan dokumen pelengkap asuransi yang memang sudah dimiliki oleh Tuan Hwang. Mereka semua disana sudah layak disebut sebagai sebuah keluarga.

“Kapan Paman Hwang akan sadarkan diri hh~” hela Shiyeon berat. Tuan Hwang sudah seperti pengganti orang tua bagi Shiyeon, mengingat ia menjadi penghuni Boarding House dalam waktu yang terbilang panjang.

“Kita hanya bisa berdoa yang terbaik untuk paman hwang, Shiyeon-a....Himnaera”, Hibur Jonghyun mengusap kepala Shiyeon. Shiyeon, Sungwoo dan Jonghyun merupakan penghuni terlama diantara anak-anak lainnya. “Kaja, Sebaiknya kita kembali ke rumah sebelum hari menjadi gelap”

Guanlin dan Jieqiong mengangguk. Berbeda dengan Guanlin dan Jieqiong, Shiyeon tiba-tiba saja melingkarkan tangan pada Guanlin. “A mwoya.. Guanlin-ah! bukan kah kita ada janji hari ini?” Shiyeon mengedip-ngedipkan mata karena Guanlin nampak melupakan rencana mereka.

Jonghyun mencurigai permainan mereka, namun ia hanya tersenyum tenang. Dirangkulnya pundak Jieqiong. “Baiklah kalau begitu, Kita pulang berdua” Ajak Jonghyun. “Kami duluan” Jonghyun dan Jieqiong meninggalkan Guanlin dan Shiyeon lebih dahulu.

Shiyeon yang sjeak tadi menahan nafasnya, kini bisa bernafas lega. “Ah Wae.. Guanlin-ah?! hampir saja Jieqiong eonnie curiga! kalau sampai eonnie mengadu kepada Sejeong eonnie, atau Babodeul Oppa habislah aku”

“Aku benar-benar lupa, mau bagaimana lagi” Jawab Guanlin santai tanpa beban.

Shiyeon mengerutkan dahi “Ya sudah kalau begitu. Heheh” Tawanya berubah dalam sekejap mengingat tentang apa yang akan ia lakukan malam ini. “Aku tetap berterima kasih banyak pada mu, Kau akan mengantar ku sampai halte bus? Aku takut Jieqiong eonnie dan Jonghyun Oppa masih di sekitar sini”

Guanlin mengangguk pelan “Mengantar sampai tujuan pun tidak masalah, kaja”

“Awhh.. Ku harap Tuhan segera memberi mu yeojachingu, Jika di dalam hati ku tidak ada namja lain, 100% aku akan jatuh cinta pada mu Lai Guanlin.. aigoo Jincharo”, Shiyeon tidak berhenti bicara saking bahagianya ia mendapat bantuan dari Guanlin. Namun Guanlin bukanlah anak yang peduli dengan pujian-pujian berlebihan tanpa tujuan seperti apa yang diucapkan Shiyeon. “Sesuka mu saja” Jawab nya cool. Ia berjalan lebih dulu sebelum Shiyeon lanjut bicara.

Shiyeon menggerutu “Tapi kau menyebalkan, itulah sebabnya kau tidak punya kekasih.. psh .. siapa peduli” Shiyeon mengejar Guanlin sembari memegang kaca kecil, memastikan make up nya tidak luntur sebelum bertemu dengan pujaan hatinya nanti.

***

6 PM

Chaeyeon turun dari mobil yang hitam secara terburu-buru. Ia meminta supir pribadinya untuk menunggu. Mobil miliknya terparkir tak jauh dari halte bus di depan sebuah rumah sakit. Dari tempatnya berdiri dapat dilihat jelas olehnya 2 orang anak lelaki yang memang sengaja ia ikuti sejak awal, turun dari salah satu bus. Chaeyeon menunggu kedua anak tadi menyebrang jalan.

“Bae Jinyoung!!” Pekik Chaeyeon memanggil salah satunya. Ya, anak itu memang Jinyoung yang ditemani oleh Hyungseob. Hyungseob melihat ke belakang karena mendengar panggilan Chaeyeon, tapi Jinyoung memiliki alasan sendiri untuk acuh. “Ya Bae Jinyoung!!” Teriak Chaeyeon sekalin lagi. Nyatanya respon yang sama juga kembali diterima oleh Chayeon. Ia yang kehabisan kesabaran berjalan cepat menyusul Jinyoung dan Hyungseob.

“J..Jinyoung-ah...”

“Joyonghae!” Bentak Jinyoung memutus kata-kata yang hendak terlontar dari bibir Hyungseob. Jinyoung terlihat sedikit berbeda malam itu. Kesal tergambar di wajahnya. Ia tidak pernah seperti itu sebelumnya.

Chayeon berhasil mengejar Jinyoung dan Hyungseob. Yeoja itu merentangkan tangan untuk menghalagi langkah Jinyoung dan Hyungseob. Jinyoung berbalik badan enggan bicara pada Chaeyeon. Semakin tertolak, Chayeon justru semakin keras. Diremasnya pergelangan tangan Jinyoung dengan begitu keras. “Na hante Wae Gurae?!!!!” Teriak Chaeyeon. “Geu yeoja temunae? Park Shiyeon!!! Malhae!!!”

Hyungseob terhimpit di dalam situasi yang sama sekali tidak ia mengerti. Ia begitu kalut melihat ke kanan dan ke kiri, tidak mengerti apa yang harus ia perbuat.

“Malhae? Hal malhi eopda na” Jawab Jinyoung singkat “Ije Geumanhae, khaseyo” Pinta Jinyoung mengatur nada bicaranya agar tidak menarik perhatian orang-orang disekitar mereka. Jinyoung menepis tangan Chayeon. Ditariknya nafas panjang untuk menenangkan diri, udara menerpa wajah Jinyoung pelan. Tak sengaja ia melihat sosok Shiyeon dan Guanlin di sebrang jalan menuju halte bus. Tanpa menunjukkan gelagat mencurigakan Jinyoung kembali menyebrangi jalan.

“Jweisonghabnida.. annyeongikhaseyo” Pamit Hyungseob pada Chaeyeon “Jinyoung-a.. chamkanman, katchikha” Hyungseob berlari mengejar Jinyoung menyebrang jalan sebelum lampu hijau kembali datang.

Chayeon terdiam dengan air mata membasahi pipinya “Neomuhada.. hh  hhks..”

***

6.10 PM

In front of the hospital

Jinyoung dan Hyungseob berjalan bersama menuju rumah sakit. "Bagaimana jika mereka sudah pulang?", tanya Hyungseob khawatir karena mereka terlambat menyusul yang lainnya karena mereka pergi terlebih dahulu sebelumnya.

"Solma....kudengar mereka baru saja tiba satu jam yang lalu", ujar Jinyoung santai. Tak lama kemudian, langkahnya terhenti ketika menangkap sosok dua orang yang familiar baginya keluar dari area rumah sakit. "Bukankah itu Shiyeon dan Guanlin?" ,gumam Jinyoung dalam hati.

*** 

Next 30 Minutes

6.30 PM

Senandung kecil dilakukan oleh Jonghyun sejak awal perjalan ia bersama Jieqiong. Seminggu terakhir, Jonghyun membawa mobilnya sendiri untuk mempermudah akses mereka berkendara mengingat saat ini Tuan Hwang yang sering menjadi ‘supir pribadi’ anak-anak belum juga menunjukkan kemajuan. Mereka tidak selalu dapat mengandalkan kendaraan umum, apalagi untuk kebutuhan-kebutuhan penting yang harus cepat dikerjakan termasuk masalah asuransi tuan Hwang.

“Kau terlihat bahagia sekali sejak tadi, ada hal menyenangkan terjadi?” Tanya Jieqiong penasaran. Ada sesuatu di dalam hatinya yang sesungguhnya menolak untuk melempar pertanyaan tersebut. Karena tidak semua jawaban mungkin akan membuat hatinya tenang. Mungkin justru dapat merusak suasana hati Jieqiong.

“Geunyang mwo kkk” Jawab Jonghyun setengah bercanda “Berada di dalam mobil nan tenang dengan seorang Zhou Jieqiong, tidak kah itu alasan yang cukup istimewa” Sambungnya beriring tawa kecil.

Semburat kemerahan muncul di pipi Jieqiong. Ia berdesis pelan “Cih.. Jangan meniru-niru Kang Daniel dan rekan sejawatnya. Terdengar aneh mendengar mu melontarkan kata-kata semacam itu. Kau bukan seorang penggoda yang baik”

“Gurae? Haruskah aku berguru kepada mereka?” Jawab Jonghyun belum juga melepas senyum lebar di wajahnya nan ramah tersebut. Mobil mereka berhenti karena lamou merah menyala “Ice cream mokgollae?”

Jieqiong menatap lekat Jonghyun. Ia benar-benar berbeda malam ini, Mood nya mungkin sedang benar-benar baik. Jonghyun terus tersenyum dan membumbui ucapannya dengan candaan-candaan. Ia tidak seperti dirinya yang terkadang akan terdiam setelah bercanda. Jonghyun banyak berfikir juga tak terlalu pandai bercanda seperti Seongwoo ataupun Daniel. Cukup lama waktu yang dibutuhkan Jonghyun untuk menyadari Jieqiong tengah terpaku pada sosoknya “Wae?” Tanya Jonghyun “Ah~ Apa aku seaneh itu sampai-sampai membuat mu begitu heran?” Ia mendapat jawaban berupa sebuah anggukan dari Jieqiong. Jonghyun menampar pelan pipinya sendiri. “Huu.. Jongshinjaryeot Kim Jonghyun!”  perintah Jonghyun untuk dirinya sendiri. Ia terdiam setelahnya, meski sesekali menunjukkan senyum yang sulit ia sembunyikan entah karena alasan apa.

Jieqiong melihat ke luar jendela. Menyaksikan pemandangan malam berhias lampu-lampu pedagang kaki lima di sisi jalan. “Tteokboki mokgoshipeo?” Lagi-lagi Jonghyun mengangkat suara. Jieqiong hanya tersenyum kecil tanpa menatap Jonghyun.

Pelupuk mata Jieqiong melebar. Ia melihat seseorang yang dikenalnya di luar sana. Ia menjadi panik seketika. “Jonghyun-ah”

“Wae?”

“Aku turun disini” Jawab Jieqiong. “Aku teringat ada yang harus ku lakukan, kau pulang lah lebih dahulu” Jieqiong sangat terburu-buru. Ia bahkan langsung membuka pintu mobil, bungkukan ia berikan sebelum ia pergi “Sampai jumpa di rumah”

“Kundae Jieq..” Jieqong pergi begitu saja. Senyum di wajah Jonghyun menghilang tersapu angin yang berhembus. “Hufhh~” Desahnya. Ia membanting pelan pundaknya pada Jok mobil. Dari kaca spion mobilnya, Jonghyun memperhatikan sosok Jieqiong berjalan mendekati seorang namja. Matanya memicing tajam. “Hokshi..”

***

07.00 PM

Dalam senyap malam, Jihoon duduk dengan perasaan resah menunggu seseorang datang. Ia sengaja memisahkan diri dengan Dongho, Hyungbin dan Daehwi. Dingin malam itu membuat Jihoon meniup-niup pelan kedua tangannya.

Apa yang Jihoon tunggu mulai memperlihatkan diri. Senyum lebar terlukis indah di wajah Jihoon. Debaran jantungnya bertambah cepat. Jihoon mengangkat tangan, juga menggerakkan ke kanan dan kiri. Shiyeon lah yang ia tunggu. Yeoja itu sudah berada disana meski sebelumnya Jihoon tidak yakin bahwa Shiyeon akan datang menemuinya.

Bukan hanya Jihoon, debaran jantung yang semakin cepat juga dirasakan Shiyeon begitu sosok Jihoon berlari menghampirinya, ia juga berhenti membiarkan Jihoon mendekat. Mencoba mengatur nafasnya sebisa mungkin mengurangi gugup dalam dadanya. “Annyeong” sapa Shiyeon malu.

“Annyeong” sapa Jihoon manis seperti ia biasanya “Ku pikir kau tidak akan datang, aku sudah putus asa tadi”

Shiyeon tersenyum malu. Ia ingin bicara namun ia terlalu gugup. Malam itu.. adalah kencan pertama Shiyeon dan Jihoon yang mereka lakukan secara sembunyi-sembunyi. Hubungan kurang baik antara para eonniedeul dan hyungdeul Shiyeon dengan teman-teman Jihoon membuat mereka harus sampai seperti itu. “Aku juga sudah sangat putus asa. Tapi syukurlah keberuntungan masih berpihak pada kita”

Jihoon menggaruk kepalanya. Ia berfikir berulang kali sebelum akhirnya ia memberanikan diri untuk menjulurkan telapak tangannya ke arah Shiyeon “Apa yang harus kita lakukan lebih dahulu?” Tanya Jihoon.

Rona merah di wajah Shiyeon terlihat jelas. Ia meletakkan telapak tangannya ditas tangan Jihoon, kemudian tangan mereka bersatu dan Jihoon mengenggam erat tangannya. “Terserah kau saja” Jawab Shiyeon merasakan kupu-kupu di perutnya. Kedua anak yang baru beranjak dewasa ini merasakan arti sebuah cinta untuk pertama kalinya dalam hidup mereka. Mereka bahagia namun juga tidak dapat berfikir banyak karenanya.

Jihoon dan Shiyeon melangkah beriringan. Dinginnya angin yang bertiup kehilangan kekuatannya karena kehangatan genggaman tangan Jihoon pada tangan Shiyeon, setidaknya begitulah yang mereka rasakan.

Kebahagiaan mereka tidaklah bertahan beberapa lama. Seseorang yang sudah sejak tadi mengikuti Shiyeon rupanya sudah tidak lagi bisa bersembunyi. “Chamkaman!”

Shiyeon dan Jihoon begitu terkejut dengan kemunculan sosok Bae Jinyoung disana. “Mwohaneun geoya yeogi?” Seru Shiyeon kaget. Shiyeon dan Jihoon sontak melepaskan pegangan tangan mereka.

Jinyoung menyambar tangan Shiyeon, menarik tangan Shiyeon hingga mendekat ke arahnya. “Jibe khaja” Ajak Jinyoung setengah memaksa.

“Shireo!” Tolak Shiyeon.

“Shiyeon-a..” Jinyoung berbicara pelan berusaha memberi nasehat pada Shiyeon, tapi Shiyeon dengan cepat menepis tangannya.

Jihoon membaca situasi dengan cepat. Ia tidak ingin masalah ini berbuah panjang. Ia mengalah demi kebaikan mereka berdua “Shiyeon-a.. gwenchana, sebaiknya kau segera pulang” Pinta Jihoon.

“Kau dengar, ia bahkan meminta mu pulang.. khaja..” Bujuk Jinyoung halus. Ia tidak lagi memaksa Shiyeon.

Shiyeon melempar pandang ke arah Jihoon. Jihoon tersenyum ke arahnya. Berharap dapat sedikit memperbaiki perasaan Shiyeon. Mata Shiyeon memerah pertanda ia menahan amarah dan tangis. Shiyeon berbalik badan. “Jangan mengikuti ku.. aku bisa pulang sendiri!!” Seru Shiyeon meninggi.

Hyungseob berdiri tak jauh dari sana. Ia hanya bersembunyi karena ia takut Shiyeon akan memarahinya kalau sampai Shiyeon tahu ia juga berada disana bersama Jinyoung. Hyungseob pun bersembunyi di dekat tiang saat Shiyeon berjalan melewatinya. Shiyeon sendiri nampak tak sadar dengan keberadaan Hyungseob, karena ia dalam keadaan kalut.

Jihoon menahan Jinyoung sebelum Jinyoung mengejar Shiyeon. Tatapan tajam Jinyoung ditujukannya untuk Jihoon. "Bikyeora", ujar Jinyoung dingin.

“Kau tuli? Ia bilang ia akan pulang sendiri” Jawab Jihoon.

DUKK!! Jinyoung mendorong keras pundak Jihoon. Ia untuk pertama kalinya ia berani melakukan hal semacam itu. “Aku bukan seorang namja yang dengan sengaja membuat Shiyeon harus mengambil sebuah tindakan bodoh yang kelak akan melibatkannya ke dalam masalah besar. Karena keegoisan mu, kau mengabaikan perasaanya. Aku bukan diri mu Park Jihoon. Aku hanya berusaha menghindarkan Shiyeon dari....”

BRAKKKKKKKK!!! Sebuah kotak sampah berukuran cukup besar terpelanting menimbukan bising yang membuat Jinyoung menghentikan ucapannya. “Menghindarkan Shiyeon dari apa Bae Jinyoung-ssi?”, ujar tiga orang yang tak lain adalah Dongho, Hyunbin dan Daehwi berjalan santai mendekati Jihoon dan Jinyoung. Sreet.. Donghoo menarik kerah baju Jinyoung kencang. “Dari kami? Begitu maksud mu bocah tengik”

 ** TO BE CONTINUED **

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK