Acu Present
Cast Do Kyungsoo – Son Reah [OC]
Slight mention Kim Jongin [Kai] #Just Slight Mention His Name
Genre Friendship – Fluff
Rating Teen
Disclaimer I just own the storyline
Summary
Tidak peduli berapa umurku, selagi itu masih berhubungan dengan salju, aku akan tetap menyukainya.
.
.
Rasanya ada yang aneh. Kyungsoo merasa ada yang aneh. Ibu, Ayah, bahkan kakaknya berkumpul di ruang keluarga. Obrolan, canda, dan tawa juga terdengar saat itu. Memang, terbayangkan seperti membahagiakan. Tapi, Kyungsoo tetap merasa aneh. Sangat aneh. Seharusnya saat ini keluarga besarnya sudah berkumpul di rumahnya. Dengan para wanita sibuk di dapur, dan para pria tua mengobrol di ruang duduk sambil membicarakan pertandingan bola. Tapi, apa ini? Kenapa suasananya biasa saja. Kenapa tidak dipenuhi kebahagiaan yang diharapkan Kyungsoo.
Kyungsoo melirik jam besar yang tergantung 50 senti di atas TV. Waktu sudah menunjukan pukul 21.00 KST, dan tiga jam lagi sudah akan berganti hari. Lalu, manik bulat nan pekat miliknya melirik Sang Ayah, Ibu, dan kakaknya secara bergantian. Ia masih belum melihat ada tanda-tanda yang akan membuatnya terharu. Apa mereka melupakan sesuatu? Entahlah, tapi sepertinya begitu, karena terlihat saat ini, kekecewaan sangat terpatri di wajahnya.
Karena sudah terlanjur kecewa dengan keluarganya, Kyungsoo pun memutuskan meninggalkan ruang keluarga lebih awal tanpa mengucapkan–kata basa-basi seperti–selamat malam. Ketika ia hendak berjalan menuju kamarnya, tiba-tiba ponsel di sakunya berdenting menandakan pesan masuk. Seulas senyum tersungging di bibirnya ketika tahu siapa pengirim pesan itu. Reah.
From : Reah
Hya, pendek, sedang apa?
Senyum Kyungsoo langsung melebar. Ia langsung berjalan masuk ke kamarnya. Kemudian, tangannya mulai menari-nari di atas layar yang lebar 5,7inch itu.
For : Reah
I’m not okay
Di lain tempat, gadis–bernama Reah–itu mengerutkan keningnya, tatkala membaca pesan balasan dari sahabatnya itu. “Eii, dasar bocah. Lain ditanya lain dijawab.” Akan tetapi, sesaat kemudian, ia mendapati dirinya menyimpulkan seulas senyum yang indah.
For : Kyungsoo
Cepat buka jendelamu sekarang juga atau aku akan memecahkannya sekarang juga! Kuhitung sampai tiga. Satu..
Kyungsoo menautkan sebelah alisnya. Ia pun langsung bergerak cepat ke jendela kamar tidurnya. Kemudian ia membuka jendela kamarnya dan melongok keluar. Saat itu, Kyungsoo mendapatkan Reah sedang bermain salju di perkarangan rumahnya. Ia melihat gadis itu meletakkan ponsel ke telinganya, detik itu juga, Kyungsoo merasakan ponsel yang berada dalam genggamannya, bergetar hebat.
Rere
Kyungsoo menggeser tombol hijau ke kanan, sebelum menempelkan ponselnya ke telinga.
“Apalagi yang kau lakukan di atas sana. Cepat turun, aku membutuhkan bantuanmu.” Seru Reah dari ujung telpon.
“Apa yang kau lakukan di luar sana. Ini sudah malam dan cuaca sangat dingin, nanti kau demam.”
“Bla..bla..bla.. jangan cerewet, cepat turun.”
“Baiklah, aku akan segera turun, Gidaryo!” Kyungsoo cepat-cepat menutup jendela dan menggosok-gosok kedua tangannya sambil menggigil. Tak butuh waktu lama, setelah memakai jaket tebal dan syal, ia bergegas keluar dari kamar dan menuruni tangga tanpa mempedulikan pertanyaan sang kakak yang baru saja ia lewati.
Untuk sampai di halaman rumah gadis itu, Kyungsoo tak harus membutuhkan waktu yang lama. Dalam langkah yang ke-50 pun, ia tiba di halaman rumah sahabatnya itu. Saat itu juga, ia langsung disambut oleh Reah–sang sahabat–dengan ceria.
“Hai,” sapa gadis itu.
Kyungsoo–juga–mengembangkan senyumannya. “Bantuan apa yang dibutuhkan sahabatku?” tanya Kyungsoo sembari duduk di hadapannya.
“Temani aku saja, aku bosan sendirian saja,”
Wajah Kyungsoo langsung berubah. Mimik wajah kecewanya terlukis kembali. Memangnya apa yang diharapkan pemuda 23 tahun ini. Ia mengamati Reah yang sedang berusaha membuat orang-orangan salju yang sepertinya tanpa hasil.
“Apa kau tidak membutuhkan bantuanku dengan boneka saljumu, Re?” tanya Kyungsoo.
Dengan sentakan cepat, Reah memekarkan kelima jari kanannya ke arah Kyungsoo. “Aniya. Tetaplah di sana! Aku bisa menyelesaikan ini dengan segera. Tetap di sana dan jangan bergerak kemana-mana. Ini perintah!”
Kyungsoo memutar kedua bola matanya dan tetap duduk di hadapannya dan di belakangi oleh boneka saljunya. “Baiklah,” Kyungsoo menekuk kaki dan menumpu kedua siku di atas lututnya. Ia terus memandangi Reah yang–benar-benar–sibuk dengan boneka saljunya. Kyungsoo menyukai Salju, tapi malam ini ia memutuskan untuk tidak membekukan kedua tangannya. Demi memuaskan hasratnya yang sangat menyukai salju.
Ketika Kyungsoo memainkan ponselnya, disaat itulah, Reah mencuri pandang ke arahnya. Gadis itu tertawa geli melihat Kyungsoo yang–sangat ia tahu pasti jika sahabatnya itu–kesal. Menurut Reah, Kyungsoo sangat bodoh dalam menyembunyikan ekspresi. Jika dia marah, kilatan mata sendunya akan terpancar sangat datar, dan ia sebenarnya tidak menyukai itu. Lalu, Jika Kyungsoo sedang senang, maka dia akan tersenyum sepanjang hari. Sekarang ini, ia sedang kecewa, Reah tahu itu. Bersahabat dengan Kyungsoo dari semasa taman kanak-kanak, sudah cukup membuktikan bahwa ia sangat mengenal dan memahami pemuda bergaris Do itu melebihi dari siapa pun, bahkan melebihi dari diri Kyungsoo sendiri. Untuk malam ini saja, ia berjanji untuk malam ini saja, ia membuat sahabatnya itu kecewa.
Reah terus berusaha dengan boneka saljunya sembari mendengar suara lembut Kyungsoo. “Uhm, Kyung,”
Akhirnya, Kyungsoo merasa eksistensinya dianggap oleh sahabatnya itu. Ia mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menatap langsung ke mata Reah.
“Apa?” tanyanya datar dengan ekspresi wajah yang masih sama.
“Eii. Sepertinya aku membutuhkan bantuanmu,” Reah menjungkit sudut kiri kanan bibirnya hingga terlukis senyuman yang penuh harap kepada Kyungsoo, tak lupa dengan kedua alis yang melengkung menyedihkan.
Jika sudah melihat ekspresi seperti itu, Kyungsoo hanya bisa memutarkan kedua bola matanya. Ia pun beranjak dan menghampiri Reah. “Bantuan seperti apa yang kau butuhkan, Nona Son?”
Reah diam sebentar sembari memperhatikan bibir Kyungsoo. Lalu, ia kembali melirik boneka saljunya. Gadis itu memiringkan kepala seakan-akan tidak puas.
“Kenapa susah sekali.”
“Apa?” Tanya Kyungsoo keheranan.
“Bibirmu. Kenapa susah sekali membuat lengkungan bibir pada boneka saljuku?!”
Kyungsoo memicingkan matanya ke arah Reah. “Ini aku?”
Reah mengangguk pelan tanpa terlukis keraguan di wajahnya. “Ya, aku tahu. Jika saja aku bisa membuat bibirmu sama persis di boneka salju ini, mungkin akan mirip denganmu. Hehe.” Ia mengembangkan senyum hingga matanya tidak terlihat.
Bantu Kyungsoo mendeteksi perasaannya. Ia tidak tahu perasaan seperti apa yang dirasakannya. Lucu, bahagia dan kecewa. Ketiga perasaan itu menyatu dalam hatinya. “Kenapa kau membuatku seperti ini?!” Kyungsoo menyentuh ranting yang dijadikan Reah hidung di bonekanya. “Ini, aigoo, ini juga tidak mirip sama sekali. Lalu, perutnya–”
“Apa?” Sentak Reah. “Ckckck, kau ingin protes juga kenapa perutnyamembelendung? Karena aku lebih menyukai Kyungsoo yang bantethahahaha..” gadis itu tertawa terbahak-bahak sembari merogoh tas sandang biru yang dipangkunya.
“Hya! Neo Jinjj–”
“Selamat ulang tahun, Kyung.” Potong Reah dengan cepat sembari menyodorkan sesuatu.
Seketika Kyungsoo langsung bungkam. Bibir mungilnya terkatup rapat. Sangat rapat, sehingga tidak tahu bagaimana cara membuka mulut lagi. Kedua manik bulatnya tak dapat teralihkan dari bola salju yang terpampang jelas di hadapannya kini.
“Apa yang ini tidak suka juga?” Reah melemaskan tangannya yang masih memegang bola salju itu sembari menekuk wajah sedihnya. “Aku lupa, jika Kyungsoo sudah besar, tidak bisa dibilang bocah lagi.”
Kyungsoo dengan cepat mengambil alihkan bola salju itu, sebelum gadis itu berniat meletakannya kembali ke dalam tas sandang biru miliknya yang saat ini masih terbuka lebar. “Siapa bilang aku tidak menyukainya?”
Reah tersentak dan menatap Kyungsoo keheranan. Sedangkan Kyungsoo mengguncang bola salju itu, lalu tersenyum ketika melihat salju dalam kerangka bola yang terbuat dari kaca itu beterbangan. “Tidak peduli berapa umurku, selagi itu masih berhubungan dengan salju, aku akan tetap menyukainya.” Ia menilik ke arah Reah. Begitu juga dengan gadis itu.
“Terimakasih, kupikir kau sama saja seperti keluargaku. Tidak mengingatnya sama sekali.”
Reah berdecak geli. “Astaga, Kyung. Sadarlah, kau bukan lagi bocah 4 tahun, kau sudah 24 tahun. Sepertinya aku kan menarik lagi kata-kataku. Bahwa kau belum dewasa. Kau masih bocah. Aigoo.” Ia menekuk lutut dan memeluknya ke dada. Lalu, ia menempelkan dagu di lututnya.
Kyungsoo hanya tersenyum. Ia sama sekali tidak marah dengan ucapan sahabatnya itu. Ia menggerakkan tubuhnya dan lebih mendekatkan dirinya.
“Oh, iya. Apa kau sudah menyiapkan hadiah untuk Jongin juga?”
Reah tersentak, ia menempelkan telapak tangan ke dahinya. “Astaga aku hampir lupa. Hya, kenapa tidak memberitahuku dari tadi. Kau ini. Ah, kenapa aku lupa jika kedua sahabatku ulang tahunnya berdekatan.” Ia beranjak berdiri dan berlari masuk ke dalam rumahnya meninggalkan Kyungsoo begitu saja.
Kyungsoo hanya diam saja ketika ditinggal Reah masuk ke dalam rumah. Ia pun sungguh tidak bisa menahan senyumnya ketika melihat hidung, mata dan perut dari boneka salju itu.
Ting
Kyungsoo memperhatikan layar ponselnya karena baru saja menerima pesan masuk.
From : Reah
Apalagi yang kau tunggu, cepat pulang. Nanti kau demam.
Kyungsoo tidak bisa menahan senyum lebar yang menghiasi bibirnya.
For : Reah
Iya, aku pulang. Terimakasih untuk bola saljunya, dan terima kasih juga karena sudah menciptakan kembaranku. Aku menyayangimu.
~Fin~