home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > EXO COLLECTION ♥

EXO COLLECTION ♥

Share:
Author : LatifahNL999
Published : 29 May 2015, Updated : 11 Dec 2016
Cast : ALL MEMBER EXO OT9
Tags :
Status : Ongoing
6 Subscribes |6148 Views |8 Loves
EXO COLLECTION ♥
CHAPTER 2 : [Ficlet] Love You Goodbye - Sehun & OC

LOVE YOU GOODBYE

 

Acu Present

Cast Oh Sehun – Son Reah [OC]

Genre  Sad – Romance – Angst

Rating PG15

Disclaimer I just own the storyline

Summary
“Sejak awal semuanya sudah jelas. Akhir bahagia itu bukan milik kita.”

.

.

Sehun menatap gadis di hadapannya itu tanpa berkedip. Tubuhnya menegang sejak kali pertama gadis itu memulai ceritanya. Tubuhnya terasa begitu panas dan dingin pada saat yang bersamaan. Keringat dingin mengucur dari dahinya.

 

Sekuat tenaga, pemuda itu menahan rasa marah, sedih dan sakit yang berkecamuk di dadanya. Dia marah karena mengetahui cintanya selama ini hanyalah sebatas pengorbanan tanpa henti. Tapi ia juga dapat melihat luka yang tergambar jelas di wajah gadisnya itu. Ia dapat merasakan beban besar yang dirasakan gadisnya itu.

 

“Reah, tolong katakan kepadaku jika kau sedang bercanda.” ucap Sehun dengan nada bergetar.

 

Gadis itu menggeleng. Ia menelan salivanya dengan berat, berusaha mengucapkan kalimat itu sekali lagi. “Aku–– aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini lagi. Aku akan menikah dengan pria pilihan kedua orang tuaku. Aku juga tidak sedang bercanda, Sehun.” Air mata menetes perlahan di pipinya. Ia tidak peduli dengan rasa yang begitu sakit ketika mengucapkan semua itu kepada pemuda yang ia cintainya selama tiga tahun terakhir itu. “Maafkan aku, Hun. Aku melakukan semua ini karena tidak ingin menyakiti siapa–”

 

“Apa? Kau sudah menyakitiku, menyakiti hati kita berdua, Re. Aku tahu itu.” Potong Sehun dengan nada menuduh dan frustasi. Namun, sebenarnya itu bukanlah tuduhan, itu adalah kenyataanya. Ia mengepal kedua tangannya sebelum ia mencengkeram kepala dengan satu tangan dan meringis frustasi.

 

“Kurasa ini adalah keputusan yang  sangat benar, Hun. Berpisah adalah keputusan yang tepat untuk kita.”

 

Ini benar-benar seperti mimpi buruk. Tiba-tiba dua tetes air mata jatuh membasahi pipi pemuda itu. Ia menghapus air mata itu dengan cepat, bahkan sangat kasar. Ia menghela napas dalam-dalam dan menunduk sejenak. Lalu ia mengangkat wajah dan menatap ke mata gadis itu langsung.

         

“Apa kau yakin itu adalah keputusan yang benar? Tidak, Re. Kurasa kau butuh waktu untuk berpikir. Kumohon pikirkan lagi.” Sehun menggapai tangan gadis itu dan memohon.

 

Gadis itu menunduk menahan isakan tangisnya yang terdengar sejak tadi. Ia membuka mulut, tetapi tidak ada yang keluar. Ia juga tidak tahu apa yang harus dikatakannya lagi.

         

“Reah–” panggil Sehun pelan dan tersendat. Ia menelan salivanya ketika air mata mulai mencekat tenggorokannya. Suara lembut itu, terdengar sangat menusuk di telinga Reah. Gadis itu, oh tidak, semua orang juga pasti mendengar nada sedih dalam suara itu. Nada keputusasaan, disaat kita tidak dapat melakukan apa pun lagi.

 

Sehun pun melanjutkan. “Kumohon jangan lakukan ini. Lupakan perjodohan itu, Re. Aku akan berusaha membahagiakanmu. Aku sungguh-sungguh. Bukankah kita sudah berjanji akan melewati semua ini bersama-sama hingga cinta itu memang untuk kita?!”

 

Reah kembali mendongak menatap mata Sehun. Air matanya tidak bisa berhenti mengalir. Perlahan-lahan ia maju selangkah mendekati pemuda itu, lalu berjinjit dan melingkarkan kedua lengannya di leher Sehun. “Aku tahu, Hun. Karena selama ini kau adalah kebahagiaanku. Tapi aku juga mencintai Ayahku. Bagaimana pun beliau tetap Ayahku.” Gumamnya lirih yang lebih terdengar seperti sebuah bisikan serak.

 

Sehun bergeming. Kedua lengannya terkulai di sisi tubuhnya. Tangannya tidak mampu bergerak sekedar untuk melingkari tubuh gadis itu. Ia memejamkan matanya, berharap dengan keras segalanya hanya mimpi dan saat ia membuka mata, gadis itu akan tersenyum lalu tertawa terbahak-bahak dan mengatakan, bahwa semua ini hanyalah gurauan. Namun, semua itu hanya harapan. Kenyataan adalah hal yang tak dapat dikendalikan. Sekeras apa pun ia berusaha menjaga gadisnya itu, hal yang harus terjadi tetap akan terjadi.

 

Gadis itu melonggarkan pelukannya dan mundur selangkah. Ia menunduk dan meraih tangan Sehun. Ia tidak berani untuk menatap mata pemuda bergaris Oh tersebut. Ia tidak sanggup untuk melihat mata bening yang melengkung sedih itu. Dengan sisa keberaniannya––.

 

“Kau dan aku tidak ditakdirkan untuk berada dalam satu kisah yang indah. Percaya atau tidak, begitulah kenyataannya. Sejak awal semuanya sudah jelas. Akhir bahagia itu bukan milik kita.” ––ia pun mengutarakan segalanya.

 

“Aku mencintaimu, Hun. Tapi kita harus berpisah.” Gadis itu menangis tapi juga tersenyum. Seakan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Yah, baik-baik saja. “Terimakasih, untuk semuanya, Oh Sehun.” Ia menarik napas, lalu melanjutkan; “Selamat tinggal.” Tanpa pikir panjang lagi, ia berbalik dan melangkah pergi meninggalkan pemuda itu.

Ini adalah keputusan yang terbaik, Son Reah. Kau sudah melakukan yang terbaik.

 

Sehun bergeming. Ia tidak menangkap pergelangan tangan gadis itu untuk menahannya. Kemampuannya hanyalah berteriak dalam hati. ‘Jangan pergi’, itulah teriakan keras dalam hatinya. Isakan pertamanya berhasil melompat keluar dari tenggorokannya. Ia dengan  cepat menutup mulutnya.

 

Ketika gadis itu melangkah semakin jauh, saat itulah Sehun meluapkan segala tangisnya. Ia sama sekali tidak bisa mengendalikan tangisnya. Isakannya pun, bertambah keras.

 

Reah pun tahu pemuda itu menangis, karena ketika ia membalikkan tubuh dan melangkah pergi, ia mendengar isakan pemuda itu. Butuh tekad kuat dan segenap kendali dirinya untuk tidak berbalik dan kembali memeluk pemuda itu. Ia tahu, jika ia berbalik dan melihat pemuda itu, ia takut tidak akan sanggup meninggalkan pemuda itu.

 

Hatinya sudah cukup sakit sekali ketika memeluk tubuh pemuda itu, tapi jauh lebih sakit lagi ketika ia harus melepaskan pelukannya. Tapi ia yakin, semua tidak akan apa-apa, setelah ini hatinya tidak akan sakit lagi. Ia yakin itu. Karena pada saat itu, hatinya juga akan mati. Tidak akan merasakan apa-apa lagi.

 

~END~

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK