Desiran angin terdengar mesra di telinga orang-orang yang berada di sekitar pantai,hempasannya membuat rambut setiap orang yang ada disana menari-nari bagaikan api dihembus sang angin. Pasir putihnya menandakan jika pantai itu sangat terawat, bersih, dan indah. Deburan ombak dari laut menghempas karang dan pasir putih yang ada di dekat gelombang yang surut atau pasang dari arah laut.
Donghae
Donghae menoleh kearah pantai ketika ia ingin melangkahkan kakinya keluar dari arena pantai, berharap bahwa suara yang memanggilnya itu bukan hanya sekedar ilusi. Tapi sia-sia, hari ini pun bisikan itu hanya sekedar halusinasinya saja. Akhirnya Donghae membalikan badan dan kembali berjalan menjauhi pantai.
---
“Donghae, apakah kau akan ikut dalam kompetisi high voice tahun ini?” suara nyaring Ailee memekakan telinga Donghae.
“Tidak” jawab Donghae sambil sibuk membolak-balikan novel Sherlock holmes yang tadi ia pinjam dari perpustakaan universitas.
“Ayolah Donghae, kau mempunyai suara emas, kau pasti bisa memenangkannya dan mendapatkan hadiahnya” ucap Ailee lagi setengah memaksa.
Donghae berdiri dari tempat duduknya lalu melirik Ailee sampil menggenggam tangan Ailee yang gemetar karena tatapan matanya.
“Kalau begitu kau saja yang mendaftar, setelah itu kau mengambil hadiahnya, bukannya kau tidak mau kalah saing dariku?nona Ailee” jawab Donghae sinis.
Donghae lalu langsung berjalan pergi meninggalkan Ailee yang masih syok dengan kata-kata dan tatapan Donghae barusan.
“Cih, apa-apaan dia? Aku kan hanya memotivasinya supaya bangkit lagi, kenapa dia bersikap menyebalkan seperti itu” gerutu Ailee yang masih berdiam diri di kursi taman tempat Donghae membaca buku tadi.
---
“Donghae oppa, ayo kita main bersama” ujar seorang gadis yang berambut sebahu.
“Tidak mau, kau saja yang bermain, kerjaanmu kan hanya bermain saja bersama teman-teman kelabmu itu” jawab Donghae yang masih terfokus pada bukunya.
“Ayolah oppa, kenapa hanya buku itu terus yang kau perhatikan dari dulu. Anggaplah kali ini kau akan melihat banyak buku seperti itu disana” ujar gadis berambut sebahu itu manja sambil merangkul bahu Donghae yang sedang duduk tidak jauh darinya.
“Cih, buku di kelab yang bising, yang benar saja kau nona Krystal” jawab Donghae menyingkirkan tangan Krystal dari bahunya. Krystal hanya bisas mencibirkan bibirnya sambil melihat Donghae yang berjalan pergi.
“Mau kemana kau?” Tanya Krystal agak keras sehingga Donghae menghentikan langkahnya.
“Aku mau pulang” ujar Donghae ketus.
“Cih, dasar oppa menyebalkan” gerutu Krystal sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.
Krystal hanya bisa mendengus kesal melihat tingkah Donghae hari ini, padahal ia hanya mau mengajak Donghae bermain di pantai, berdua dengannya. Hanya berdua, tetapi Donghae mengira ia akan mengajaknya ke kelab tempat ia bermain dan bertemu dengan dirinya untuk pertama kalinya, ketika dirinya menemukan seorang pemuda yang kebingungan di dalam kelab tersebut. Dan juga ketika Donghae meneriakan kata cinta pada Krystal saat Krystal sedang marah karena perlakuan aneh Donghae ketika dia memukul, lebih tepatnya menonjok temannya yang mengajak Krystal berdansa.
“Setidaknya biarkan aku memilikimu untuk hari ini, sebelum semuanya terlambat” ujar Krystal sambil terus menatap punggung Donghae yang semakin menjauh.
“Dan jangan salahkan aku bila semuanya terlambat” ujar Krystal lagi dibarengi dengan tetesan airmatanya.
--
“Donghae, donghae bangun!” teriakkan ibunya memaksa Donghae untuk membuka mata dan mendudukkan dirinya di ranjang king size di kamarnya.
Ketika Donghae mencoba memperjelas pandangan matanya dengan cara mengusap-usap keras di daerah matanya, ibunya memberikan Donghae sebuah surat yang dibarengi dengan sebuah kotak besar. Donghae yang kaget dengan pemberian ibunya ini bertanya “Apakah ibu memberiku hadiah? ini bukan ulang tahunku, bu”.
“Anak bodoh!” jawab ibunya sambil menjitak kepala sang dengan agak keras.
“Tentu saja ini bukan ulang tahunmu, kau mendapat paket” ujar ibunya lagi sambil berjalan keluar kamar Donghae.
Donghae yang masih mencerna kata-kata dari ibunya hanya bisa terdiam terpaku sebelum suara handphone yang mengejutkannya membuatnya mencari-cari benda elektronik itu.
“Halo” sapa Donghae.
“Permisi? Tidak, alamat Krystal benar disitu, saya tidak mungkin salah, karena saya adalah kekasihnya” jawab Donghae lagi.
“Apa? Hadiahnya ditolak karena tidak ada yang bernama Krystal di alamat itu, tidak mungkin ajjushi*paman*” Donghae terlihat mulai serius berbicara.
“Baiklah, akan aku periksa lagi alamatnya” katanya akhirnya sambil mengakhiri pembicaraan di teleponnya.
Donghae lalu menghela nafasnya kemudian melirik paket yang baru saja diterimanya dan sebentar kemudian, ia mulai membaca surat di atas paket itu, surat kecil berwarna oranye. Warna kesukaan Krystal.
Nafasnya memburu ketika mulai membaca surat itu, keringatnya mulai keluar dari pelipisnya dan sebentar kemudian, ia membuka kotak besar yang berwarna sama dan terperanjat melihat isinya.
---
“Donghae!” suara pekikan Jonghyun, teman satu kampusnya, membuat Donghae bangun dari kenangan buruknya.
“Nanti malam aku mengadakan acara makan malam bersama, tenang, aku yang traktir” ujar Jonghyun sambil merangkul pundak Donghae.
“Cih, kau kesini hanya untuk memberitahuku itu? Hah, kau menggangguku saja jjong” jawab Donghae.
“Hey, bisakah kau berhenti membaca bukumu dulu? Kau butuh refreshing bro, ayolaaah” ajak Jonghyun sambil menunjukan puppy eyes andalannya.
Sejujurnya, Donghae tidak pernah suka dengan Jonghyun jika sudah melihat puppy eyesnya itu, tetapi di sisi lain, ia juga kasihan melihat sahabatnya memasang tampang yang menurutnya sangat jelek itu.
“Baiklah, kau yang bayar kan?” jawab Donghae akhirnya.
“Benarkaaaah? Jinjjaeyo? Are you serious? YEEEEEEES” seru Jonghyun sambil menarikan tarian bodohnya itu di depan Donghae yang membuat semua mata tertuju pada Jonghyun.
“Kau bodoh jjong” ujar Donghae sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Jonghyun yang kurang waras itu.
---
Donghae berjalan santai kearah Jonghyun yang sedang berdiri bersama Victoria. Ia terlihat gentlemen dengan kaos putih polos yang ditutupi sebagian dengan kemeja hitamnya, ditambah lagi dengan topi hitamnya dan kacamata guessnya yang menggantung di kaos putihnya.
“Hyung, wasso?” *hyung, sudah datang* ujar Jonghyun dengan senyumnya yang khas lalu segera menghampiri Donghae yang hanya berjarak 7 kaki darinya. Victoria yang melihat kedatangan Donghae pun langsung membungkuk 90o.
“Annyeonghaseyo” salam Victoria sambil membungkuk 90o. Dongae pun balas membungkuk dan memeberi salam kepada Victoria.
“Annyeonghaseyo, Victoria-ssi. Bagaimana kabarmu?” Tanya Donghae basa-basi.
“Ah, aku baik-baik saja, bagaimana dengan oppa?” jawab Victoria
“Baik-baik saja. Hm bagaimana dengan kuliahmu di Paris? Apakah menyenangkan?” Tanya Donghae lagi. Victoria hanya mengganggukan kepalanya dan tersenyum.
“Bagus, artinya kau betah belajar disana. Tidak sia-sia orang tuamu menyekolahkanmu disana Vic” Puji Donghae tulus sambil mengacak-acak rambut Victoria, Victroria hanya menggerutu dan merapihkannya kembali dengan jari-jari tangannya.
Donghae lalu menepuk bahu Jonghyun dan mengucapkan salam kepada Victoria lalu berjalan-jalan lagi menikmati pesta, hingga akhirnya suara halusinasi itu dating dan membuat Donghae berhenti sejenak dan mencoba menyimak apa yang baru saja didengarnya.
“Donghae”
Donghae menggelengkan kepalanya dua kali lalu memfokuskan lagi untuk memastikan bahwa ia tidak sedang berimajinasi. Tetapi sepertinya Donghae tidak mendapatkan jawaban yang tepat. Suara itu terus menggema di gendang telingga Donghae.
“Donghae, aku merindukanmu”
“Donghae”
“Aku selalu disini Donghae”
“Hiduplah dengan normal”
“I love you, always”
Donghae yang frustasi hanya mengacak-acak rambutnya dan sebentar kemudian sudah berlari meninggalkan ruangan pesta, memilih untuk tidak bergabung dengan keramaian pesta yang membuatnya tidak lebih baik. Kini ia berhenti dan mengatur nafasnya di depan sebuah lorong kamar hotel, tepat berada tidak jauh dari pintu masuk hallroom hotel tempat pesta diadakan.
“Hh hh hh” deru nafasnya terdengar semakin cepat. Donghae terlihat seperti orang yang sedang dikejar oleh penagih hutang, mengumpat di tempat yang sepi dan menghindari keramaian, rasanya ia seperti menghindari keramaian, seperti orang yang bersikap antisocial.
BRUUUUK
Bahu Donghae menyenggol tubuh seorang gadis yang sedang berlari tergesa-gesa kearah Donghae sehingga tubuh gadis itu hampir terjatuh. Tetapi barang bawaan gadis itu menjadi berantakan. Donghae lalu membereskan barang-barang gadis itu dan meminta maaf kepada gadis itu sambil membungkukan badannya 90o.
“Jeuseonghamnida, gwaencanayo?” Tanya Donghae kepada gadis didepannya yang sedang sibuk merapihkan rambut panjangnya yang berantakan.
“Gwaencanayo” jawabnya dengan suara lembutnya. Dia hanya tersenyum kepada Donghae lalu membungkuk dan meninggalkan Donghae kearah kamar nomor 102, membukannya dengan kartu lalu memasuki kamar dengan tergesa-gesa yang menyebabkan ujung gaun malamnya terjepit di ambang pintu.
Donghae yang melihat kejadian itupun membantu melepaskan ujung gaun malam gadis itu. Gadis itu berterimakasih kepada Donghae sambil membungkukan badannya. ‘Wangi tubuh gadis ini sering aku cium, tetapi, wangi tubuh siapa?’ ujar Donghae dalam hati.
Gadis itu tersenyum kepada Donghae dan bersiap untuk masuk ke dalam kamar hotel, tetapi niatnya terutung dikarenakan ponsel gadis itu berbunyi. Gadis itu meminta maaf sejenak kepada Donghae lalu menjawab ponselnya yang berdering.
“Benarkah? Baiklah aku tidak akan bermain bersama teman-temanku besok, aku akan menyempatkan waktu untuk ke perpustakaan, kau bilang Onnie menyimpan datanya di computer perpustakaan kan?” Suara gadis itu membuat Donghae menoleh kearah gadis itu dengan muka yang aneh. Awalnya gadis itu tidak mempedulikan tatapan Donghae sampai akhirnya dia tersadar jika yang ditatap Donghae seperti melihat alien adalah dirinya.
“Permisi, apa ada yang aneh dariku? Sepertinya sedari tadi kau menatapku aneh” Tanya gadis itu sopan kepada Donghae.
Donghae hanya terdiam yang membuat gadis itu semakin meyakinkan dirinya sendiri bahwa ada yang salah dengan penampilannya.
“Kau kembali, Krys” ujar Donghae sambil menatap lekat-lekat gadis yang sedang bingung didepannya.