Baro mempersilahkan Joong-Ki untuk masuk dan duduk di sofa.
"Bora tolong ambilin air minum dong buat Joong-Ki." Pinta Baro pada Bora yang masih berdiri kesal.
"Ih ogah!!!" Bora langsung menolak dan malah masuk ke kamarnya dengan membanting pintu.
"Oh ya udah, biar gue aja yang ambil." Jae Hyun menawarkan diri dan langsung kembali ke dapur.
"Gamsahabnida" Baro langsung duduk di sofa.
"Baro, tadi Jae Hyun kan?" tanya Joong-Ki.
"Iya, oh iya gue ganti baju dulu sebentar ya"
"Oke."
Baro bangun dari tempat duduknya dan menuju kamarnya, di tengah perjalanannnya menuju kamar dirinya berpapasan dengan Jae Hyun yang membawa poci di tangan kanannya dan gelas di tangan kirinya.
"Jae Hyun, lo masih punya hutang ya sama gue!" bisik Baro mempertajam matanya.
"Hutang apa?"
"Ah lo pura-pura gak tau!"
"Loh serius gue. Emh.... nanti kita bicarakan. Oke."
Baro mengangguk-anggukkan kepalanya dan melanjutkan langkahnya menuju kamarnya.
Di ruang tama, Joong-Ki berusaha merangkai kata-kata yang bagus untuk diucapkan pada Bora di atas kertas buku catatannya.
Bora, maaf tadi aku hanya ....
Bora, sepertinya aku telah membuatmu salah paham!
Bora, aku tak bermaksud membuatmu marah.
Kumohon maafkan aku.
"Hai Joong-Ki" sapa Jae Hyun menuangkan minuman untuk Joong-Ki dan duduk di atas sofa. "Diminum Joong-Ki".
"Hai juga. Iya, terimakasih" Balas Joong-Ki dan langsung meminum minuman dari Jae Hyun.
"Apa yang lagi lo tulis?" tanya Jae Hyun sambil mencoba melirik tulisan Joong-Ki.
"Ah tidak. Aku tidak menulis apa-apa." Jawab Joong-Ki gugup dan mencoret semua tulisannya dan langsung memasukkan ke dalam tasnya.
"Oh iya, gue boleh tanya sesuatu gak?"
"Tentu. Apa yang ingin kamu tanyakan?"
"Kenapa Bora tampak sangat marah sama lo ya?"
"Oh itu karena..." Joong-Ki bingung untuk menjelaskan permasalahan pada Jae Hyun.
"Joong-Ki, maaf bukannya gue gak suka lo main kesini tapi kayanya gue lagi repot nih!" Baro tiba-tiba berlari ke ruang tamu dan langsung menghampiri Joong-Ki.
"Kamu lagi repot apa? Tapi bisakah aku berbicara dengan Bora?" tanya Joong-Ki penuh harap.
"Nah itu dia masalahnya, kayanya alergi itu bocah kumat." Jawab Baro dengan wajah rada panik.
"Alergi Bora kumat? Oke gue beli obat dulu ya." Jae Hyun bangkit dari duduknya.
"Gak usah Jae Hyun, biar gue aja yang beli. Lo tolong masakkin air aja ya." Ucap Baro.
"Oke" Jae Hyun langsung ke dapur.
"Bora alergi apa?" tanya Joong-Ki penasaran.
Baro tak menjawab pertanyaan Joong-Ki namun dirinya malah mengisyaratkan Joong-Ki untuk mengikutinya ke sebuah kamar. Sesampainya di depan kamar, Baro membuka sedikit pintunya yang ternyata pintu kamar Bora.
"DASAR BONEKA BERUANG SIALAN!!!" Bora marah-marah sambil menggaruk-garuk tangan, pipi, kakinya yang muncul bercak-bercak merah di sekujur tubuhnya.
Baro menutup pintu kamar Bora.
"Lo lihat kan? Gue sekarang kudu beli obat ke apotek atau Hyung gue bakal marah besar sama gue kalo dia sampai tahu gue gak ngurus Bora. Dan maaf banget, kalo lo masih di sini kayanya gue bakal gak bisa nemenin lo ngobrol" Ucap Baro berupaya menjelaskan kepada Joong-Ki.
"Tidak masalah kok. Emh... bagaimana jika aku yang mengantarkan kamu ke apotek? Setelah itu aku baru pulang ke rumah" Joong-Ki menawarkan diri.
Baro menganggukkan kepalanya tanda setuju.
Di dalam halte Manggarai TransJakarta
Katty duduk dekat dengan stop kontak sambil mengisi ulang baterai ponselnya. Setelah dirasa penuh, dirinya menyalakan ponselnya yang sebelumnya mati karena kehabisan daya baterai.
"Sepertinya menarik nih jika aku memberitahu ke anak-anak G-School kabar terbaru yang aku dapat tentang Ketua OSIS!" Gumam Katty sambil mengetik di ponselnya dan kemudian menekan tombol send.
