home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > The Nerd Xi Luhan

The Nerd Xi Luhan

Share:
Author : natadecocoo
Published : 24 Nov 2014, Updated : 26 Jan 2016
Cast : Xi Luhan, Yoo Jihye (you), Kim Taehyung, Kim Yura,Hong Jonghyun
Tags :
Status : Ongoing
8 Subscribes |54606 Views |16 Loves
The Nerd Xi Luhan
CHAPTER 18 : Hello, Hospital

Hello, Hospital

            “Setidaknya Sir, seorang ayah dan anak yang lama terpisah kini telah bertemu..Untuk saat ini, anggaplah ini berita baik bagimu...”


 

            Taehyung dan Jihye  masih berada dalam taxi. Tatkala Taehyung merasakan suatu berat yang tertumpu pada pundak kirinya, ia menengok dan melihat bahwa Jihye sedang dalam keadaan tak sadarkan diri.

            “Jihye-a. Ireona! YA!”

            Seberapa kuat Taehyung mengguncang tubuh Jihye, Jihye tak kunjung bangun. Matanya tertutup dan beratnya tertumpu padanya yang semua itu berarti satu hal—kesadarannya hilang. Jihye sedang tak sadarkan diri.

            “Aish jinjjha. Sebenarnya ada apa dengan kalian berdua?!”

            Taehyung benar-benar tidak tahu apa yang terjadi dengan kedua temannya itu. Mengapa tiba-tiba mereka seperti ini setibanya di Restoran itu. Pasti ada yang salah dengan Restoran itu..Ia benar-benar tidak tahu namun ia lebih tidak tahu lagi mengapa kedua temannya ini bisa merasakan hal yang sama.

            Taehyung mengutuk dirinya sendiri mengapa ia mengajak Jihye ke Restoran itu.

            Berbagai pikiran akan kemungkinan berkeliaran di kepalanya. Hal itu membuatnya teringat akan Luhan.

            Dengan cepat Taehyung mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu untuk dikirim ke Luhan.

            Aku membawa Jihye ke Rumah Sakit. Ia sedang tak sadarkan diri.

            Setelah terkirim, ia lalu memasukkannya ke dalam kantung jas seragamnya dan kembali mencoba membangunkan Jihye. Ia merasa tidak enak meninggalkan Luhan namun yang terpenting saat ini baginya adalah Jihye—karena ia tahu Luhan akan bisa mengurus dirinya sendiri, berbeda dengan Jihye.

            “Ahjussi. Sepertinya tujuan kita berubah. Bawa kita ke Rumah Sakit terdekat saja.” 

---------------------------------------------- T N X L ----------------------------------------------

            Dengan segala sisa kekuatan yang ada, Luhan menyetir mobil yang sedang ia kendarai. Bahkan kini ia telah mengambil kopling 3, lalu naik menjadi 4. Saat ini, tak hanya ia berusaha untuk lari dari Saturnus namun juga ia mengkhawatirkan keadaan Jihye.

            Mengapa Taehyung membawanya ke Rumah Sakit?

            Memang apa yang telah terjadi pada Jihye?

            Mengapa dirinya dan Jihye mendadak seperti ini ketika memasuki Restoran itu? Apakah mungkin...

            “Tidak mungkin, bukan? Yeoja kecil di Restoran itu...pasti bukan Jihye, bukan? Semua ini terasa terlalu kebetulan!” Luhan menggumam sendiri seraya membunyikan klasksonnya sebanyak mungkin agar semua kendaraan di sekitarnya memberinya jalan. Bahkan ia juga telah menyalakan lampu kedip baik lampu kanan maupun kiri menandakan bahwa ia sedang dalam keadaan terburu-buru.

            Tak lupa, ia juga mengendalikan lampu di jalan raya untuk hijau ketika ia lewat. Ia tak ingin membuang se detik pun waktunya di traffic lamp. Sedetik pun bahkan sangat berharga baginya saat ini.

            Ia tidak ingin Jihye dalam bahaya—lagi. Karenanya. Ia telah berjanji untuk melindunginya. Berada di dekatnya untuk melindunginya. Karena ia pernah memutuskan untuk meninggalkan Jihye saat itu tapi apa yang telah terjadi? Jihye malah berada dalam bahaya. Kini selalu berada di dekat Jihye lah yang akan menjadi keputusan akhirnya.

            Tapi siapa tahu bahaya akan terus terjadi..Itulah mengapa Luhan memilih jalan hidup untuk selalu sendiri.

            Dengan hidup sendiri, ia tidak akan me;ibatkan siapapun dalam hidupnya.

            Luhan terus menyetir—dengan kecepatan di luar normal. Seizurenya sewaktu di restoran masih tersisa. Meski tidak sedahsyat sebelumnya.

            Ia memegang dahinya, mencoba menahan denyut yang sepertinya bertahan lama. Pembuluh darah di kepalanya seakan mau pecah saja. Jika saja ia segera mengingat utuh ingatannya itu..Semua penderitaan ini tidak akan terjadi.  

            “Sial! Mengapa wajah yeoja kecil itu tak kunjung tampak! A-aku ingin tahu siapa dirinya...sesungguhnya...” Luhan membanting tangan kirinya ke setir mobil—yang menimbulkan jeritan suara klakson.
           

---------------------------------------------- T N X L ----------------------------------------------

            “Jadi..Jihye juga mengalami bangkitan yang sama dengan seperti yang Luhan alami selama di restoran tadi?” tanya seseorang dengan jubah hijau lumut pada seseorang di belakangnya. Suaranya telah diubah sedemikian rupa sehingga identitasnya tak akan diketahui, kecuali oleh Tuhan dan dirinya sendiri.

            “Ndae, boss.” jawab Namja berapron yang menampakkan diri di Restoran beberapa menit yang lalu. Kini kesadarannya telah pulih setelah dipengaruhi oleh controlling dari Luhan.

             “Wow. Menarik.” respon seseorang yang namja itu panggil ‘boss’. “Lebih menariknya lagi...Luhan mengecoh kita lagi, membuat kita berpikir bahwa dirinya masih berada di Restoran..Untung saja mobil yang ia kendarai memiliki pelacak”

            Namja berapron itu tahu apa maksud dari kalimat bosnya.

            Sesuatu akan terjadi.

            “Maaf boss. Itu—adalah kesalahan saya.” Ia membungkuk.

            “Yaah~ Mau bagaimana lagi~ ” Seseorang dengan mantel itu kemudian berdiri dan mendekat ke arah namja berapron. Melihat namja berapron itu masih dalam posisi membungkuknya, ia memanfaatkannya dengan menendang kakinya ke perut namja berapron itu.

            “Malam sepertinya akan terasa panjang bagimu jadi bersiaplah.” lanjutnya.

            Ia lalu memetikkan jarinya dan seketika kaki tangannya mendekat ke arahnya. “Selidiki yeoja itu.. Jika aku tidak salah, mungkin dia lah anak kecil yang berada di lokasi penyanderaan 9 tahun yang lalu..”

            ---------------------------------------------- T N X L ----------------------------------------------

            Luhan’s POV

            Tak elak aku mengumpat tatkala melalui rearview dapat kulihat berbagai jenis kuda baja dan benda kotak besi itu mengejarku. Sepertinya aku tidak bisa meremehkan Saturnus begitu saja..Pengecohan yang kulakukan tampaknya kurang berhasil. Seharusnya mereka saat ini sedang memberondong ke arah Restoran itu. Apa mereka sudah bisa membaca kecohanku sejak awal?

            “Aish serangga-serangga itu!” kesalku

            Kini, aku hanya bisa mengendalikan sisa energiku yang mulai melemah. Sepertinya rasa gejolak di kepalaku ini memakan cukup banyak tenaga.

            Melihat sebuah truk di depanku, aku segera menyalipnya dengan segenap kecepatan mesin mobil sedan hitam ini. Setelah pada akhirnya aku bisa menyalip truk besar itu, lampu riting kiri aku hidupkan dan kubanting setir ke arah kiri hingga akhirnya memasuki sebuah jalan ke kiri.

            Hal itu sukses membersihkan mereka semua karena akses pandangan mereka terhalang oleh truk besar yang telah melaju jauh itu. Untuk sesaat, aku mengehembuskan napasku lega. Setidaknya selama ini aku merasa terbebas dari mereka.

            Tapi kemudian, sebuah pemikiran mengusikku. Aku merasa sangat konyol. Terang saja mereka tidak tertipu oleh kecohanku. Terang saja mereka tahu dimana diriku berada meskipun aku telah melakukan controlling pada namja berapron di restoran. Hanya ada satu kemungkinan yang terbesit di kepalaku...Mobil ini memiliki pelacak. Semua mobil anggota Saturnus memiliki pelacak.

            Holy-shit. Tak elak aku mengumpat.

            Tentu saja mereka mengejarku dan tahu dimana aku berada.

            Sekarang ini aku berada di dalam mobil lawan—yang mungkin saja memiliki pelacak di dalamnya.

            “Oh, crap!” aku mengumpat lagi, menghentakkan tanganku ke setir mengingat betapa bodohnya diriku tak memikirkan hal tsb.

            Hal itu membuatku memutuskan untuk segera turun dari mobil yang kunaiki. Segera setelah menemukan sebuah mobil yang terparkir di pinggir jalan, aku menghentikan mobil ke tepi jalan dengan cepat lalu turun dari dalam mobil. Dengan kemampuan yang kumiliki, aku mengetuk jendela mobil di jok pengendara dan membuat pengendara mobil itu keluar dengan sendirinya.

            “Naiklah mobil sedan ini sebagai gantinya, Tuan.” perintahku pada seseorang di dalam mobil calon curianku.

            Oh, jika saja aku tidak sedang dikejar-kejar oleh kelompok itu mungkin aku tidak akan melakukannya. Mungkin ini bisa disebut sebagai perbuatan mencuri oleh karena itu aku mematikan cctv dan black box terdekat dengan kemampuanku. Yaya, sesungguhnya aku tidak mencuri. Aku hanya meminjamnya sebentar. Suatu saat nanti akan kukembalikan ke tempatnya dan jika polisi menemukan kembali mobil ini mungkin mereka akan menganggap sang pemilik mobil sedang mabuk berat atau apa sehingga lupa dimana ia terakhir memarkir mobilnya.

            Kuinjak pedal gas dan  mobil SUV curianku ini pun melaju kencang. Aku tak ingin membuang satu detikpun.

            Di saat yang sama,dapat kudengar sebuah suara ringtone dari ponsel yang berada di saku celana seragamku. Tentu saja aku tak mengindahkan panggilan tsb—jika saja panggilan itu hanya berbunyi sekali atau dua kali. Siapa yang menelponku di saat genting seperti ini. Kuletakkan ponselku di tempat handphone dan kugeser tanda hijau.

             “YAA Ini hyungmu. Lama sekali kau mengangkatnya? Aku baru saja sampai di bandara. Nan eodiya?”

            “Aish hyung kau sedang dalam waktu kurang tepat.” kesalku seraya membanting setir ke arah kanan. Sebisa mungkin aku mencari gang yang sepi sehingga jika aku terpojokkan aku tidak akan menjadi pusat perhatian banyak orang. Oh tapi tetap saja aku tidak ingin hal itu terjadi.

            “Kurang tepat? jangan bilang kau sedang...diburu?”

            “Sort of.”

            “Suaramu bahkan terdengar sangat parau. Apakah sangat parah?”

            “Hyung..Bukankah kau sudah lama tidak bermain?” tawarku—malas menggunakan kata bernada minta tolong kepadanya.

            “Ah ayahmu melarangku untuk melakukannya selama di persembunyian—”

            Lajuku mendadak melambat. Setelah mendengar kata ayahku dan kata persembunyian. Setahuku aboeji telah...

            “Hyung..Kau bercanda kan?”

            Aku tertawa getir.

            “Kau akan tahu setelah ini.”

            Jadi memang ada yang disembunyikan padaku selama ini? Keberadaan eomma yang kini sudah kuketahui dimana, lalu sekarang aboeji? Mengapa hanya untuk mengetahui keberadaannya saja seakan seperti mencuri rahasia suatu negara saja. Mereka keluargaku dan aku bagian dari mereka namun aku merasa diasingkan dari mereka.

            “Hyung..KAU PASTI BERCANDA KAN?”

            Diam. Selama mungkin 5 menit. Air mata tampak menitik dari sudut mataku. Sudah 2 tahun lamanya aku tak bertemu dengan aboeji dan terakhir kali aku bertemu dengan abeoji adalah di sebuah ruangan berisi banyak guci—dimana aboeji telah menjadi abu.

            “Luhan-a. Kamu tahu kan mengapa aku ke Korea sekarang? Keadaan semakin membahayakan..Ketua Saturnus telah berganti dan ia...lebih berbahaya dari yang kau bayangkan. Kemarin itu ia hanya mengetesmu saja. Untuk selanjutnya kuyakin mereka mengerahkan segala cara untuk mendapatkanmu.”

            “Siwon-hyung..Aku tak peduli tentang Saturnus or that damn leader! Aku hanya ingi n tahu keberadaan keluargaku..dan adikku.Lalu kau bilang ayahku ada di persembunyian.”

            Aku tahu tidak mungkin ayahku masih hidup akan tetapi aku ingat betul akan satu hal yang mungkin saja mendukung hipotesaku ini.

            Hidupku tidak normal.

            Ada sesuatu yang salah tentang diriku dan keluargaku.

            Eomma dan aboeji telah lama bergabung dalam Kelompok Penelitian di Departemen Peneletian Sains dan Teknologi di Korea Selatan sehingga tak heran jika orang yang kurang baik seperti Saturnus menginginkan ilmu dari mereka. Bahkan sesungguhnya sampai sekarang aku masih membenci aboeji mengapa aboeji mau membuat kesepakatan dengan mereka dan membuat diriku menjadi seperti ini ketika pada akhirnya mereka mengingkari janji mereka—untuk tidak menyentuh eomma dan adikku.

            “Jadi..apa yang harus kulakukan Luhan-a?” panggilan masih tersambung dan dapat kudengar Siwon hyung bertanya padaku.

            “Hyung.Kau ingat yeoja yang pernah bertaruh untuk mendapatkanku? Bisakah kau melacak keberadaannya untukku?”

            “Kau memperdulikannya?”

            “Apa yang membuatmu berpikir aku tidak memperdulikannya, hyung?”

            “Luhan-a. Ya kau harus membuat yeoja itu mnjauh darimu—“

            “Semuanya sudah terlambat hyung. Sepertinya aku menyukai yeoja itu dan sepertinya, ia adalah bagian dari masa laluku.”

            “Shit. Kau akhirnya mengetahuinya.”

            “Hyung. Sepertinya kau menyimpan terlalu banyak rahasia.”

            “Jika saja kau mau menurut untuk tetap tinggal di China..”

            “China? Hyung, aku masih ingin mencari adikku yang kemungkinan masih di Korea.”

            “Adikmu baik-baik saja—“

            “Hyung. Berhentilah bercanda.”

            “Sudah kubilang kan aku akan memberitahumu segalanya dalam jangka waktu dekat?

            “Ah aku jadi ingin bertemu denganmu dan menghajarmu.”

            “Jadi berapa nomor ponsel milik Jihye?”

            “Kau bisa meretasnya sendiri di ponselku hyung. Situasiku sedang tidak baik—“

            “Arra.”

            “Arra?”

            “10 detik lagi kita akan bertemu.10,9,8,7,6,5,4,”

            “...Hyung kau tahu aku sedang tidak ingin bercand—“ Tiga detik bagiku untuk mengucapkan kalimat ini dan sebuah mobil Lambhorgini datang dari jalan yang lain di dekat perempatan. Meskipun masih agak jauh, aku sudah dapat menerka bahwa itu Siwon hyung.

            Lamborghini...adalah selera Siwon hyung. Ia memang manusia tidak biasa. Seleranya sangat tinggi. Maksudku, apa dia sedang bercanda mengendarai Lamborghini hanya untuk diikuti sederetan mobil polisi.

            Choi Siwon nama lengkapnya. Ia bukan hyung kandungku juga bukan saudara sepupu atau semacamnya. Ia adalah mantan anggota Saturnus yang membantuku keluar dari organisasi itu dua tahun yang lalu. Keahliannya adalah gadget dan berkelahi. Namun ia lebih sering diandalkan kemampuan meretasnya daripada berkelahinya meskipun secara fisik ia seharusnya berada di garda depan ketika berkelahi. Siwon hyung sangat dekat dengan aboeji. Mereka sudah seperti ayah dan anak. Ia hampir tidak memiliki kelemahan. Jika menjadi seseorang yang unik adalah sebuah kelemahan, mungkin itu adalah kelemahannya.

            Caranya menangani musuh pun juga unik.

            “Whats your plan A actually sir?” tanyaku pada Siwon hyung yang masih tersambung panggilannya denganku.

            “Ya Luhan-a. Tambahlah kecepatanmu..”

            Kuhela nafasku panjang. Aku pun melakukannya. Dan dalam hitungan detik Siwon hyung membuat sebuah perempatan berubah menjadi sebuah pasar malam.

            Ia menggunakan jarak yang ada antara diriku dan serangga yang mengikuti di belakangku sebaik mungkin dengan melajukan lambhorgininya di antaranya dan dengan tiba-tiba mengerem mobil mewahnya itu. Namun ia tak sebodoh itu untuk melukai Lamborghininya. Karena laju mobilnya yang lebih cepat dari mobil polisi yang ada di belakangnya membuat mobilnya berada di sisi jalan lain dan mobil polisi yang berada di belakangnya lah yang menjadi penghalang antara diriku dan juga Saturnus.

            Beberapa mobil para serangga Saturnus itu tampak menabrak mobil polisi yang mengerem mendadak di depan mereka dan beberapa mengerem dengan selamat di belakang.

            Sudah kubilang kan, cara Siwon hyung melawan musuh memang sangat unik. Kini aku berhutang padanya.

            “Siwon-Hyung. Sepertinya kau sudah rindu untuk bermain. Whats next? Kau masih menjanjikanku untuk melacak keberadaan Jihye.”

            “YA Miccheosso? Memangnya aku bisa melakukannya dalam keadaan seperti ini.”

            Panggilan pun terputus.

            Akupun terkekeh.

            Lalu aku menekan nomor Taehyung dan memanggilnya.

            Namun Taehyung tak kunjung mengangkatnya.

            Dia ini, apa dia tahu fungsi dari handphone di saat-saat seperti ini? Apa dia sedang berusaha menguji kesabaranku? Aigoo..

            Aku pun mencoba menelponnya lagi hingga entah berapa kali.

            Tak lama panggilan pun tersambung—oleh teriakan Taehyung, membuatku menjauhkan ponsel itu dari telingaku.

 

            “YAAA MENGAPA KAU MENELPONKU DI SAAT SEPERTI INI.”

 

            “Haaish..Pelan-pelan saja, will ya? Bagai—“

            “AISH. SATURNUS SIALAN ITU ADA DIMANA-MANA. HINGGA MENYAMAR MENJADI SUPIR TAKSI.”

            “Lalu?”

            “Beruntunglah kau memiliki teman sepertiku yang bisa menemukan sebotol Kloroform di bawah jok..” suara Taehyung mulai terdengar pelan, meski terdengar sedikit terengah-engah.

            Luhan lalu terkekeh, dan menyempatkan mengucapkan terimakasih pada Taehyung. “Gomawo Luhan-a. Bagaimana keadaan Jihye saat ini?”

            “Jihye? Um. Kurang baik. Ia sedang tak sadarkan diri namun tenang saja lima menit lagi kita akan sampai ke rumah sakit.” Jawab Taehyung. “YA. Aku juga seharusnya menanyakanmu..Suaramu terdengar sangat parau dan lemah..Gwaench—“ Belum selesai Taehyung bertanya, aku memutus panggilannya.

            Sial. Umpatku dalam hati.

            Tenagaku sangat terkuras hari ini. Tubuhku terasa seperti tidak mau digerakkan lagi. Tidak, bukan karena aktivitas fisik yang kulakukan. Sesungguhnya seberat apapun aktivitas fisik yang kulakukan, aku tidak akan seperti ini. Ini semua karena aktivitas di kepalaku yang bekerja berlebihan. Yea, aktivitas di otak yang berlebihan memang lebih cepat membuat kelelahan. Layaknya orang yang cepat lapar dan jenuh ketika sedang belajar. Bahkan otak mengkonsumsi 70% dari tenaga yang ada di tubuh kita.

            Setelah memasuki sebuah perumahan di pinggir kota Seoul, aku memberhentikan mobil curian sementara ini, membuka pintunya lalu keluar dari mobil itu.

            Karena aku masih ingin hidup dengan low profile..Tanpa terlibar dengan polisi ataupun aparat lainnya. Aku masih ingin menjadi seorang anak SMA yang berusaha menunggu keuargaku.

            Kutinggalkan mobil itu di perempatan gang dan kau berjalan ke arah entah kemana. Aku terus berjalan dan berjalan hingga akhirnya kutemukan sebuah minimarket 24 jam kecil dengan beberapa tempat duduk berpayung di depannya. Kuhela nafasku panjang dan aku terduduk di sana dan tanpa sadar semuanya berubah menjadi hitam.

            End of Luhan’s POV

---------------------------------------------- T N X L ----------------------------------------------

            Jihye’s POV

           

            Aku berlari dengan penuh tenaga. Nafasku sudah tidak lagi beraturan. Entah berapa kali nafas yang kuambil selama satu menit. Kemudian aku terjatuh, entah tersandung apa. Lalu aku berdiri lagi. Aku takut. Eomma, dimana kau berada? Bayangan hitam itu terus megejarku. Terus menerus. Aku semakin mempercepat lariku. Terus. Sekencang mungkin aku mengejar cahaya di depanku. Cahaya itu terus kukejar.

            Hingga akhirnya aku terjatuh lagi, aku terbangun lagi.

            Ini sangat menyiksa. Apakah ini mimpi? Kumohon bangunlah dari mimpi ini.

            Kupejamkan mataku namun rasa mencekam di belakangku terus memburu sehingga aku mencoba untuk bangkit lagi dan berlari lagi. Hingga pada akhirnya aku menemukan sebuah rumah pondok kecil di tengah sebuah padang rumput. Aku mendekat ke arah pondok kecil itu. Lalu sebelum bisa sampai ke pondok kecil itu aku terjatuh lagi, dan tak sadarkan diri. Semuanya berubah menjadi hitam kelam.

            Kubuka mataku. Dapat kulihat seorang pria dengan usia berkepala 3 tersenyum ke arahku. Akan tetapi aku tidak dapat melihat wajahnya.

            “Selamat datang Yoo Jihye.” Tutur pria dengan jas putih seperti seorang laboratorian pakai jika mereka sedang berpraktikum.

            Aku terbangun dari bedku dan berusaha mengucapkan sesuatu. Namun tidak bisa. Aku tidak bisa berbicara apapun.

            Tak sepatah kata pun bisa lolos dari mulutku. Aku terus berjuang namun sepertinya sia-sia.

            Pria itu kemudian mendekat ke arahku, dan mengelus rambutku pelan. Setelah itu ia menatap wajahku dari dekat, membuatku terlonjak. Refleks, aku menutup mulutku dengan mata membelalak saing terkejutnya.  Pria yang sudah lama sekali tidak kutemui..

 

            Tuan Yoo Jaehyuk?

 

            Semua ini terasa seperti mimpi...tapi bukankah ini memang sebuah mimpi?

 

            “Kurasa saat ini  kau sudah tumbuh sangat besar, Jihye-a. Tumbuh besar dengan cantik...” ujarnya, kemudian berbisik cukup pelan, namun aku masih bisa mendengarnya.. “...seperti eomma-mu.”

            Aku masih tidak bisa berbicara. Ia terus melihat ke wajahku, seakan meneliti wajahku namun dari kalimatnya sepertinya ia tidak dapat melihatku?

            “Padahal dulu kau masih sangat kecil...Bermain ke pondok kecil ini setiap pulang dari sekolahmu hanya karena ahjussi menawarimu beberapa permen gulali, pankuk kimchi dan yoghurt..Itu adalah kesukaanmu ketika kecil dulu.” Kemudian ia terkekeh kecil, seraya memandang ke arah lain, mengingat-ingat masa ketika aku kecil.

            “Jihye-a.. Kau boleh untuk tidak mempercayai apa yang kuucapkan. Namun kau akan bisa menemukan jawabannya sendiri nanti jadi.... simpan saja apa yang kukatakan di ingatanmu baik-baik, ndae?”

            Aku hanya bisa mengangguk.

            Tuan Yoo Jaehyuk...Dulu aku memanggilnya Yoo ahjussi. Beliau orang yang sangat baik. Dulu, beliau tinggal di lingkungan kompleksku. Orangnya sangat ramah dan menyenangkan. Beliau seorang penyendiri. Namun anehnya, aku bisa akrab dengannya. Beliau juga seorang dokter akan tetapi ia tidak membuka praktek secara resmi. Ia hanya bisa memeriksa, mendiagnosis dan meresep namun ia tidak menganggap dirinya sebagai seorang dokter. Karena ia mengatakan bahwa ia hanya bisa-bisaan saja dan ia mengaku bahwa ia bukan lulusan dokter. Pekerjaan aslinya adalah seorang teknisi jam dinding. Namun hanya satu tahun lamanya ia berada di kompleksku, kemudian ia pindah. Entah kemana. Ia tak pernah megabariku.

            Namun, mengapa ia menggunakan sebuah jas lab saat ini?

            “Mungkin ini akan sangat megagetkanmu Jihye-a. Namun kau memiliki masa lalu yang terhapus..Tepatnya 9 tahun yang lalu..”

            Tuan Yoo terdiam. Ia mengambil nafas sebentar lalu matanya terlihat basah.

            “Kamu pasti selama ini tidak akan bisa mengingat namja itu pernah hadir di hidupmu 9 tahun yang lalu bukan..”

            Namja itu?

            “Tapi aku yakin..Kau bisa bermimpi ini karena sekarang ini kau bertemu dengannya...”

            Dengannya? Nya? Siapa yang Tuan Yoo maksud?

            “Ingatanmu tentang 9 tahun yang lalu seharusnya terkubur dalam dalam Jihye-a..Sehingga kau bisa tumbuh layaknya remaja lainnya..Belajar banyak hal, berteman, dan..menemukan seseorang yang kau sukai..”

            Mata Yoo ahjussi bertambah basah. Rautnya terlihat begitu sedih..

            “Saat itu kupikir aku tidak perlu melakukan ini semua Jihye-a..Namun aku bisa menduga bahwa Saturnus adalah organisasi yang kuat..dan kau bisa bertemu dengan namja itu kapan saja selama kalian berada di Benua yang sama..Sehingga aku menyimpan ingatan ini tetap utuh di kepalamu..Aku hanya menyembunyikannya..”

            Ingatan yang disembunyikan?

            Gila!

            Memangnya apa yang pernah terjadi padaku.

            “Aku juga tahu kau selama ini telah menyembunyikannya Jihye-a..Memang begitulah seharusnya..Kau sudah seharusnya menyembunyikannya..Hingga akhir pertarungan ini nanti.”

            “Mafia itu..Mereka telah merampas segalanya, Jihye-a. Mereka bukan lawan yang mudah sehingga kau harus berhati-hati..”

            Tuan Yoo terus berbicara—aku hanya bisa mendengarkannya.

            “Jika suatu saat nanti kau harus bertarung Jihye-a, bertarunglah. Ketahuilah kau memiliki darah yang mengalir itu..Kau memiliki sesuatu yang tak orang lain miliki..”

            Nafasku tercekat sebentar.

            Kemudian Tuan Yoo melanjutkan ucapannya.

            “Jihye-a..Tarik nafaslah...Setelah ini, banyak ingatan yang akan bermunculan di kepalamu..”

            “Aku tahu kau yeoja yang kuat Jihye-a.”

            End of Jihye’s POV

---------------------------------------------- T N X L ----------------------------------------------

            No One’s POV

            Jonghyun menengok ke arah Jihye yang sedang tak sadarkan diri di ruangan kubus bercat putih itu dari jendela. Dari jauh dapat terlihat betapa Taehyung yang cemas berada di sampingnya. Begitu juga Yura yang kini sedang memegang tangan Jihye erat-erat. Jelas saja mereka cemas bukan main, Jihye selalu saja mengigau, menjerit dan terlihat sedang bermimpi buruk. Meski begitu, betapa pun mereka berusaha membangunkan Jihye, Jihye tak kunjung bisa terbangun.

            Setelah menghela nafas, Jonghyun lalu berjalan menjauh seraya menekan tombol pada jamnya.

            “Sir..Ingatan Jihye telah terbuka.. Ia akhirnya melihatmu di mimpinya..”

            Ia kemudian mengambil beberapa koin uang dan memasukkannya ke vending machine, memilih untuk meminum sekaleng kopi sembari terduduk di salah satu bangku rumah sakit.

            “Tapi sepertinya karena sebuah kejadian tadi sore, Saturnus telah lebih tau tentang Jihye..Bahwa dia seorang yeoja dari 9 tahun yang lalu..”

            Kembali, Jonghyun menghela nafas seraya menyeruput kopinya. Kali ini bos yang ia ajak bicara tidak marah, pun tidak membanting barang apapun, seperti  biasanya.

            Wajar, batin Jonghyun. Bosnya tentu sedang mendalami emosinya saat ini.. Berita ini tentu saja sebuah berita buruk namun di sisi lain berita yang menyentuh bagi Jonghyun.

 

            Menghabiskan kopi kalengannya sekaligus, Jonghyun membuang kalengnya ke sebuah tempat sampah dengan melemparnya.

            Kemudian ia kembali berjalan ke arah jendela untuk melihat keadaan Jihye sekali lagi—yang masih sama. Peluh keringat bercucuran di kepala Jihye dan kadang ia bergerak ke kanan dan ke kiri.

 

            “Setidaknya Sir, seorang ayah dan anak yang lama terpisah kini telah bertemu..Untuk saat ini, anggaplah ini berita baik bagimu...”

 

            Jonghyun menyentuh kenop pintu, sebelum memutarnya, ia mengucapkan kata terakhir yang keluar dari mulutnya.

            “..Tuan Yoo Jaehyuk.”

            Panggilan pun terputus. Tugas Jonghyun untuk melaporkan keadaan telah selesai, ia tidak ingin mengganggu Tuannya saat ini.

 

---------------------------------------------- T N X L ----------------------------------------------

TBC

 

Haiii

Jadi bagaimanaaa?

Maaf ya baru bisa update

Mungkin udah pada lupa sama ceritanya ya hehe Mianhaee

Yah alurnya aku cepetiin banyak dikit karena ceritanya masih panjaaang

Tenang sajaa setelah ini masih ada romance nya kok hehe

Comment juseyo~ Biar author semangat buat update ^^

Ohiya, bedakan antara panggilan Sir dengan Boss yaa. Mereka adalah dua orang yang berbedaaa hehe Sejak awal juga udah kubedain biar pada enggak nyangka kalo bosnya Jonghyun itu sama kayak bosnya Saturnus dannnn di chapter ini kejawab kan yaa~ Maaf ya kalo bahasaku lagi kurang enak dibacaa. Udah lama bgt kaga nulis tpi karena ini liburan aku usahain update deh jadi usahanya untuk sekedar komen like subscribe yhaa~ ^^

natadecocoo

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK