home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > I'd Rather Hear The Truth

I'd Rather Hear The Truth

Share:
Author : leni
Published : 23 Sep 2013, Updated : 23 Sep 2013
Cast : Park Jiyeon, Choi Minho, Oh Sehun, Kim Suho
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |1984 Views |1 Loves
I'd Rather Hear The Truth
CHAPTER 1 : Chapter 1

Park Ji Yeon, gadis cantik berusia 20 tahun, mahasiswi Seoul Arts University jurusan kesenian. Dia berjalan penuh percaya diri dengan senyuman yang selalu terlukis di wajah cantiknya. Gayanya yang sangat fashionable dengan riasan wajah yang terlihat natural berhasil memikat sepasang mata mahasiswa yang melihatnya. Tak ayal karena kelebihannya yang memiliki paras yang mudah memikat para pria membuat gadis lain iri dan cemburu padanya. Setiap kali kehadirannya selalu menjadi pusat perhatian terutama di kalangan para pria.

Senyum Ji Yeon semakin melebar dan mengembang ketika sepasang mata indahnya menangkap sosok pria tampan bertubuh tegap yang terlihat mengobrol dengan beberapa mahasiswi lain.

“Selamat pagi Minho sunbae.” Sapa Ji Yeon.

Choi Minho juga tidak kalah populer di Seoul Arts University. Selain Minho memiliki paras yang tampan, ia juga jago dance dan rapp. Ia juga banyak digilai para gadis, salah satunya Park Ji Yeon.

Sapaan Ji Yeon tersebut menghentikan pembicaraan antara Minho dan beberapa mahasiswi itu, lalu mereka memandang Ji Yeon yang masih mengembangkan senyuman ramahnya. Minho menatap datar tanpa reaksi apapun, sedangkan beberapa mahasiswi itu meninggalkan Minho dan Ji Yeon begitu saja.

“Sepertinya menyapaku di pagi hari sudah menjadi rutinitasmu.” Ucap Minho tenang, memandang Ji Yeon dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Ji Yeon sama sekali tidak bisa menebak arti dari setiap kali Minho memandangnya. Membuat Ji Yeon kecewa, senyumnya sedikit memudar karena sikap Minho selalu dingin seperti tidak ada rasa ketertarikan dari Minho untuknya. Berbeda dengan pria lain yang selalu menunjukan secara terang-terangan bahwa mereka tertarik pada Ji Yeon.

“Ne, Minho sunbae.. Apakah kau sudah sarapan?” tanya Ji Yeon gugup. Ji Yeon tidak pernah segan hanya untuk sekedar memberikan sedikit perhatian bagi pria yang ia sukai.

“Sudah.” Jawab Minho.

“Baguslah. Bagaimana dengan tidurmu tadi malam?” Ji Yeon masih memberikan senyuman indahnya untuk pria yang ia sukai ini.

“Tidurku nyenyak.”

“Syukurlah. Jagalah selalu kesehatanmu.” Ji Yeon menundukkan kepalanya. Ia tidak habis pikir, kenapa sikap Minho selalu bersikap dingin dan tenang seperti itu padanya.

“Aku harus segera masuk ke kelasku.” Minho meninggalkan Ji Yeon begitu saja. Sedangkan Ji Yeon yang perlahan kembali menegakkan kepalanya hanya memandang lirih punggung Minho yang semakin menjauh dari posisinya.

‘Apakah dia tidak tahu kalau aku ini menyukainya? Choi Minho, aku menyukaimu!!!’ jerit hati Ji Yeon.

***

Minho memasuki kelasnya dengan tenang tanpa ekspresi lalu duduk di kursinya.

“Park Ji Yeon, gadis cantik itu sepertinya benar-benar menyukaimu.” Ucap seorang pria yang duduk di sebelah kanan Minho. Sebut saja namanya Suho.

“Semua orang yang melihat caranya menatapku akan mudah menebaknya. Dia memang menyukaiku.” Sahut Minho dengan tenang tanpa ekspresi.

“Kalau kau tahu dia menyukaimu, kenapa kau masih bersikap datar dan dingin padanya? Jika aku jadi dirimu, aku akan membalas rasa suka Ji Yeon dan menjadikannya sebagai pacarku.”

“Sayangnya aku adalah Choi Minho, bukan Kim Joon Myeon.”

“Aisshh.. Minho, apakah kau benar-benar tidak tahu cara tersenyum dan bersikap baik pada setiap gadis?” sindir Suho dengan pertanyaan yang sering ia lontarkan pada Minho.

“Itu karena tidak ada hal apapun yang bisa membuatku tersenyum. Semuanya tidak menarik bagiku.”

“Park Ji Yeon, gadis populer dan tercantik di kampus pun, kau sama sekali tidak tertarik padanya?” Suho menatap tidak percaya ke arah Minho yang hanya menyahut dengan mengangkat sepasang bahunya.

“Jadi, kau tidak tertarik pada Ji Yeon?” tanya antusias seorang pria yang ikut bergabung dalam obrolan Minho dan Suho secara tiba-tiba.

“Yak!! Oh Sehun!! Pelankan volume suaramu!!” tegur Suho yang agak risih dengan reaksi Sehun yang entah sejak kapan mendengar pembicaraannya dan Minho.

“Minho, kau benar-benar tidak tertarik pada Ji Yeon?” tanya Sehun menatap serius ke arah Minho dengan antusias.

“Ne, aku sama sekali tidak tertarik padanya.” Jawab Minho.

“Jeongmal? Kalau begitu aku akan lebih keras mendekatinya. Lihat saja, aku pasti berhasil menaklukan hati Park Ji Yeon.” Sehun tersenyum tidak jelas membayangkan wajah cantik Ji Yeon yang sudah lama ia kagumi.

“Oh Sehun, tidak hanya dirimu yang menyukai Ji Yeon. Nyaris seluruh mahasiswa Seoul Arts University menyukainya. Aku tidak yakin kalau Ji Yeon akan menerimamu sebagai pacarnya.” Suho tersenyum meremehkan. “Lagi pula pemilik kunci hati Ji Yeon adalah Choi Minho. Ji Yeon itu bukan gadis yang sembarangan menerima pernyataan cinta setiap pria dan setelah ia menemukan pria yang ia sukai, ia akan bertanggung jawab dengan perasaannya.” Lanjut Suho.

“Setidaknya aku harus berusaha untuk mendapatkannya.” Tekad Sehun. “Minho, kalau akan berhasil menaklukan hati Ji Yeon, kau tidak boleh menyesal.” Ancam Sehun. Ia tersenyum tidak jelas dan kembali duduk di kursinya karena Kim Songsaenim sudah tiba di dalam ruang kelas dan siap untuk mengajar.

***

Ji Yeon terlihat memandang lurus ke depan, meskipun terlihat sedang memperhatikan Lee Songsaenim yang sedang mengajar, namun Ji Yeon ternyata sedang tidak fokus sambil menggenggam sebuah gantung kunci berbentuk love dengan inesial ‘M’. Gantungan kunci itu tadinya ingin ia berikan untuk Minho, hanya saja ia terlalu gugup untuk memberikan benda itu pada Minho.

‘Minho, aku menyukaimu.’ Ucap Ji Yeon dalam hati.

“Kau pasti sedang memikirkan pangeran idamanmu itu lagi.” sindir teman Ji Yeon yang duduk di sebelah kirinya dengan berbisik agar tidak terdengar oleh songsaenim. Dia adalah Jung Krystal.

“Dari semua pria yang pernah aku temui, aku merasa Minho berbeda dari mereka dan aku semakin menyukainya.” Ji Yeon tersenyum aneh membayangkan sosok Minho yang berhasil memikat hatinya.

“Tentu saja berbeda karena hanya dialah, pria yang bersikap seolah-olah dia tidak tertarik padamu.”

“Apa dia benar-benar tidak tertarik padaku?” Ji Yeon mencuatkan bibir mungilnya sangat lucu.

“Entahlah, mungkin Minho memang type pria yang sulit mengekspresikan perasaannya bahkan mungkin ia tidak tahu bagaimana rasanya jatuh cinta pada seseorang. Dia itu sangaaat dingin dan tenang. Tapi, dia memang selalu tampan.” Krystal juga tidak memungkiri kalau Minho itu memang sangat tampan. Tidak heran, banyak sekali gadis yang terpikat karena ketampanannya, termasuk dirinya dan Ji Yeon.

“Park Ji Yeon, Jung Krystal, berhenti bergosip di jam mata kuliahku atau silahkan meninggalkan ruangan!!” tegas Lee Songsaenim yang ternyata menangkap Ji Yeon dan Krystal asyik mengobrol.

“Mianhae saem.” Ucap Ji Yeon dan Krystal dengan tampang menyesal.

***

“Aku akan menemui Ji Yeon sekarang juga.” ujar Sehun sangat bersemangat. Ia baru saja keluar dari ruang kelas bersamaan dengan Minho dan Suho.

“Kau yakin tidak akan patah hati setelah mendekatinya?” sindir Suho.

“Wae? Selama ini aku hanya diam dan memperhatikannya dari jauh sama seperti yang dilakukan pria lainnya karena yang Ji Yeon sukai hanya Choi Minho. Tapi…” Sehun mengarahkan pandangannya pada Minho. “Minho, kau benar-benar tidak menyukai, kau tidak tertarik pada Ji Yeon kan?” tanyanya pada Minho.

“Jawabanku tetap sama dengan sebelumnya.” Jawab Minho tenang.

“Nah, karena aku tahu Minho tidak akan menyukai Ji Yeon, aku akan berusaha keras agar Ji Yeon menyadari bahwa Minho itu tidak menyukainya dan masih banyak pria yang menyukainya, salah satunya itu aku.” Sehun tersenyum percaya diri. Sejak ia mendengar pengakuan Minho bahwa dia sama sekali tidak tertarik padaa Ji Yeon, membuatnya bertekad dan memberanikan diri kalau pria yang menyukainya itu bukan pria yang sedang ia sukai, melainkan pria lain yang mungkin tidak pernah Ji Yeon lirik yaitu dirinya. Ia juga tidak ingin melihat Ji Yeon patah hati karena perasaan sukanya terhadap Minho tidak akan terbalaskan. Ia ingin berusaha agar Ji Yeon melihatnya sebagai pria yang juga pantas ia sukai.

“Gadis yang sedang kita bicarakan sedang berjalan berlawanan arah dengan kita.” Ucap Suho yang menatap lurus ke depan, ia bisa melihat Ji Yeon dengan senyuman yang sepertinya tidak akan pernah pudar ia lukiskan di wajah cantiknya.

“Aigo aigo.. Kenapa jantungku ini selalu tak terkendali hanya memandang wajahnya saja.” Ucap Sehun gugup.

“Annyeong sunbaenim.” Ji Yeon lebih dulu menyapa Minho, Suho dan Sehun ketika kebetulan berpapasan.

“Annyeong Ji Yeon-ssi.” Balas Suho dan Sehun serempak, kecuali Minho. Ji Yeon hanya hanya melirik ke arah Minho sekilas dan membungkukan sedikit tubuhnya untuk berjalan lebih dulu. Suho dan Sehun hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum ramah, Minho hanya diam tanpa reaksi.

“Aigooo.. Minho-aah, kau lihat tadi? Ketika Ji Yeon melirikmu saja sudah penuh dengan cinta.” Goda Suho dan membuat Sehun tidak senang mendengarnya.

“Sehun-aah, kapan kan akan mulai mendekati Ji Yeon?” tanya Suho pada Sehun.

“Kau ini sangat cerewet. Aku akan mendekati Ji Yeon segera mungkin dan aku tidak akan membiarkan pria lain melakukannya lebih dulu.” Sahut Sehun dengan ketus. Sedangkan Suho hanya menanggapi dengan senyuman yang meremehkan.

“Entah kenapa feelingku mengatakan bahwa kau akan tetap gagal Sehun-aah. Meskipun sekeras apapun kau mendekati Ji Yeon, tidak akan mengubah perasaannya yang hanya untuk Minho.” Sehun semakin memandang tidak suka ke arah Suho yang sepertinya benar-benar menentang niat Sehun untuk mendekati Ji Yeon.

“Kau ini bukan Tuhan, jadi tidak usah memprediksi mendahului-Nya!!” ketus Sehun.

“Minho, apakah kau serius dengan ucapanmu itu?” Suho mendelikan matanya pada Minho yang hanya diam saja.

“Ucapanku yang mana?” tanya Minho acuh.

“Kau sama sekali tidak menginginkan Park Ji Yeon?” Suho ingin memastikan kembali kalau pengakuan Minho memang yang sesungguhnya.

“Ku rasa begitu.” Sahut Minho.

“Penyesalan itu selalu hadir diakhir. Ku harap kau tidak akan pernah menyesal karena kau telah menyia-nyiakan Park Ji Yeon.” ucap Suho.

“Suho, sudahlah kau ini jangan terus menghasut Minho agar membalas perasaan suka Ji Yeon terhadapnya. Ji Yeon menyukai pria yang tidak tepat.” Ketus Sehun.

“Oh Sehun, hari ini kenapa kau begitu menyebalkan eoh?” sembur Suho.

Sehun hanya acuh dan berjalan lebih cepat dari Suho dan Minho.

“Yeoboseyeo..” Minho menjawab panggilan masuk ke dalam ponselnya setelah ia merasakan benda mati itu bergetar di dalam saku celananya.

“Palli ke kantor dan gantikan Appa memimpin rapat hari ini. Appa harus menemui client penting Appa dari Jepang.”

“Arraseo. Aku akan segera kesana.” Sahut Minho cepat.

“Suho, aku harus segera pergi sekarang. Ada hal yang harus ku kerjakan.” Pamitnya pada Suho dan berlari begitu saja.

***

“Park Ji Yeon!!!” Krystal yang baru saja tiba di atas gedung Seoul Arts University meneriaki nama Ji Yeon cukup kencang hingga membuat si pemilik menoleh padanya.

“Bisakah tidak meneriaki namaku sekencang itu?” Ji Yeon tersenyum gemas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Sedangkan Krystal tersenyum lebar sambil berjalan menghampiri Ji Yeon.

“Ada apa kau menyuruhku kemari?” tanya Krystal tanpa basa-basi.

“Untuk menemaniku.” Sahut Ji Yeon ringan.

“Yak!! Menemanimu memikirkan Choi Minho?? Tsk!! Kau ini sepertinya sudah sangat terobsesi padanya.”

“Itu kesalahannya. Kenapa dia bisa membuatku jatuh cinta padanya? Maka, sudah seharusnya dia bertanggung jawab!!” Ji Yeon mencuatkan bibir mungilnya sangat lucu.

Krystal hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, ia tidak menyangka kalau Ji Yeon benar-benar menginginkan Choi Minho.

“Kau benar-benar menginginkannya? Park Ji Yeon, banyak sekali pria yang menginginkanmu, tapi kenapa kau malah jatuh cinta pada pria yang hanya bisa bersikap tenang tanpa reaksi seperti Choi Minho? Memang sih Choi Minho adalah pria tampan, aku pun tidak menampik kalau aku juga menyukainya. Hanya saja ku pikir, jika berpacaran dengan pria sepertinya sama sekali tidak mengasyikan. Dia pasti tidak tahu cara memperlakukan gadisnya. Menyebalkan sekali jika mendapatkan pacar seperti itu.”

“Memangnya kau pernah berpacaran dengannya?” Ji Yeon terkekeh ringan.

“Anni. Kau saja diacuhkan oleh Minho, apalagi diriku. Aku sama sekali tidak ada niat untuk mendekatinya.”

“Ya sudah, kau tidak boleh mendekati Choi Minho yaaa. Karena Choi Minho hanya untukku.” Ji Yeon sangat percaya diri ketika mengatakannya, meskipun ia merasa geli juga ketika mengatakan ‘Choi Minho hanya untukku.’

“Ji Yeon-aah…” Krystal tiba-tiba menoleh ke arah Ji Yeon dengan senyuman yang agak aneh dengan pipi merona.

“Wae?”

“Suho sunbae. Pria itu sepertinya teman paling dekat Minho sunbae.”

“Ne, wae? Kau menyukainya?” goda Ji Yeon.

“Anni. Dia itu selain tampan juga punya senyum yang menawan.”

“Kau suka padanya kan?” Ji Yeon terus menggoda Krystal.

“Aku hanya memujinya Ji Yeon-aah..” elak Krystal yang mulai salah tingkah.

“Arraseo…” Ji Yeon tersenyum lebar. “JUNG KRYSTAL MENYUKAI SUHO SUNBAE…” teriak Ji Yeon dan cepat berlari meninggalkan Krystal.
“Yak!! Park Ji Yeon!!” wajah Krystal sudah merah merona dan berlari mengejar Ji Yeon. “Yak!! Tunggu aku PARK Ji YEON!!!”

Ji Yeon menghentikan larinya tiba-tiba karena ponsel di dalam saku celananya bergetar, ternyata ada pesan masuk.

‘Ji Yeon-aah, bisakah kau menjemput Mavin di tempat lesnya? Aku masih ada mata kuliah di kampusku.’

From: Hoya Oppa

‘Arraseo. Aku akan menjemput Mavin. Kebetulan mata kuliahku sudah selesai hari ini.’

To: Hoya Oppa

‘Hap’ Krystal akhirnya bisa menangkap Ji Yeon, dia memeluk erat Ji Yeon dari belakang seakan tidak membiarkan sahabatnya ini berlari lagi.

“Krystal-aah, lepaskan. Aku harus menjemput Mavin. Hoya Oppa masih ada mata kuliah di kampusnya.”

Krystal pun melepaskan Ji Yeon dari pelukannya.

“Hoya, pria tampan tetanggamu itu?” mata Krystal berbinar seketika.

Ji Yeon menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

“Kapan kau akan mempertemukanku dengannya lagi?” rengek Krystal.

“Yak!! Jung Krystal!! Kau mau menjadi seorang playgirl eoh?” Ji Yeon mencubit gemas sepasang pipi Krystal.

“Aaww.. appo..” Krystal meringis sedangkan Ji Yeon hanya tersenyum lebar.

“Aku harus pergi sekarang. Sampai jumpa besok. Kim Soojung… Annyeong Lee Soojung…” Ji Yeon mengecup pipi Krystal sekilas dan berlari kecil meninggalkan Krystal yang tiba-tiba terdiam. Ji Yeon tersenyum lebar sambil melambai-lambaikan tangannya ke arah Krystal.

“Mwo? Apa katanya Kim Soojung? Lee Soojung? Nama ku memang Soojung, Jung Soojung! Kim Soojung? Lee Soojung? Aisshh… Park Ji Yeon kau… Apa maksudmu eoh, mengubah-ubah nama margaku sembarangan!!!” kesal Krystal dengan sepasang telapak tangan masih mengelus-elus pipinya yang sangat merah akibat cubitan Ji Yeon yang cukup keras.

***

Ji Yeon baru saja tiba di tempat les Mavin, seperti biasa Ji Yeon selalu tersenyum ramah pada setiap orang yang ia temui.

“Ji Yeon-ssi, kau akan menjemput Mavin? Hoya, dia kemana?” tanya pria tinggi berkulit putih.

“Kyuhyun-ssi, lama tidak bertemu. Ne, kebetulan Hoya Oppa masih ada mata kuliah di kampusnya. Jadi, aku yang menggantikannya untuk menjemput Mavin.” Sahut Ji Yeon.

“Kalau begitu, aku antar kau ke ruang les Mavin.” Tawar Kyuhyun.

“Ne.” Ji Yeon menganggukkan kepalanya.

Ji Yeon dan Kyuhyun pun berjalan menuju ruang les Mavin bersama-sama.

“Bagaimana khabarmu Ji Yeon-ssi? Terakhir kau kemari adalah beberapa minggu yang lalu.”

“Aku baik-baik saja Kyuhyun-ssi. Bagaimana denganmu? Kau masih seorang dosen?” Ji Yeon tertawa ringan.

“Ne, aku masih seorang dosen merangkap guru les disini dan aku sangat sehat.”

“Minji, kau benar-benar akan pindah ke Jepang?” terdengar suara seorang bocah kecil di dalam ruang les yang akan dimasuki Kyuhyun dan Ji Yeon.

“Ne, Mavin… Appa dan Eomma ku mengajakku untuk pindah ke Jepang. Selamat tinggal Mavin..” gadis cilik bernama Minji itu berlari begitu saja meninggalkan Mavin dengan kondisi sepasang matanya yang berkaca-kaca.

Minji terlihat terkejut ketika melihat ada orang lain yang sepertinya mendengar percakapannya dengan Mavin di luar ruang les, ia hanya sedikit membungkukan tubuhnya dan kembali berlari meninggalkan ruang les.

“Mavin…” Ji Yeon memanggil nama Mavin.

“Ji Yeon noona…” mengetahui Ji Yeon ada disana, Mavin pun berlari dan memeluk erat Ji Yeon, ia menangis.

“Noona, Minji tidak akan tinggal di Seoul lagi. Dia akan pindah ke Jepang.” Adu Mavin pada Ji Yeon.

Ji Yeon membelai sayang puncak kepala Mavin.

“Gwaenchana Mavin. Uljima..” Ji Yeon mencoba untuk menenangkan Mavin. Kemudian, ia pun berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi Mavin yang masih berusia 10 tahun dan baru duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar.

“Minji bilang, ia tidak tahu sampai kapan dia di Jepang.”

Ji Yeon tersenyum kecil. Sepasang ibu jarinya menghapus air mata Mavin.

“Ada pertemuan, ada perpisahan. Ke dua hal ini terjadi tidak terduga. Jangan bersedih eoh.. Noona yakin suatu saat nanti kalian akan bertemu lagi.” Ji Yeon berusaha untuk menghibur Mavin dengan lontar semangatnya untuk Mavin.

“Ne, Mavin. Noona mu benar. Suatu saat nanti kau pasti akan bertemu dengan Minji lagi. Kau harus banyak berdoa pada Tuhan.” Kyuhyun ikut menghibur Mavin dengan kalimat penyemangatnya.

Mavin mendongakan kepala menatap Kyuhyun.

“Gomawo Kyuhyun saem, Ji Yeon noona.. Tapi, aku pasti akan sangat kesepian setelah ini. Minji adalah teman paling dekatku selama ini.” curhat Mavin.

“Arraseo. Bagaimana kalau kita makan ice cream? Ice cream bisa membuat kita bahagia. Otte?” Ji Yeon mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. Ia tidak mau melihat wajah sedih Mavin berlama-lama.

“Kyuhyun saem, traktir aku dan Ji Yeon noona makan ice cream. Ne??” Mavin menunjukan aegyeonya pada Kyuhyun. Ji Yeon hanya tersenyum, ia sudah tahu kelemahan Mavin. Mavin sangat menyukai makan ice cream.

“Baiklaaah..” Kyuhyun mengiyakan.

Mavin dituntun diantara Kyuhyun dan Ji Yeon, berjalan bersama-sama dengan wajahnya yang lebih ceria. Ji Yeon dan Kyuhyun hanya saling melempar senyuman.

***

Ji Yeon dan Mavin duduk di sebuah bangku panjang yang ada di taman, terletak tidak jauh dari tempat les Mavin. Mereka menunggu Kyuhyun yang sedang membeli ice cream di mini market tidak jauh dari taman.

“Mavin, kau masih sedih?” tanya Ji Yeon pada Mavin yang terlihat masih murung.

“Minji ke Jepang. Aku pasti akan merasa sangat kehilangan dan kesepian.” Keluh Mavin dengan menundukkan kepalanya. Sepertinya Mavin benar-benar sedih dengan kepergian Minji.

“Memangnya kau sudah berapa lama mengenal Minji eoh?”

“Sejak hari pertama aku les. Minji adalah teman pertamaku dan teman terdekatku sampai sekarang.”

“Mavin…”

“Ne, Noona?” Mavin menoleh ke arah Ji Yeon yang memberikan senyuman yang cukup bisa menenangkan suasana hati Mavin.

“Kau tahu? Di dunia ini banyak sekali hal yang mungkin saja bisa terjadi tanpa terduga?”

“Maksud Noona?” Mavin menunjukkan wajah polosnya, terlihat sangat jelas kalau saat ini dia sedang bersedih.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK