home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > High School Heartbeat

High School Heartbeat

Share:
Published : 31 Oct 2014, Updated : 31 Oct 2014
Cast : Kim Yoogyeom, Shannon williams
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |652 Views |0 Loves
High School Heartbeat
CHAPTER 1 : High School Heartbeat

Harus  mulai darimana ? Yugyeom mencondongkan tubuhnya kebelakang, berusaha mengintip dari balik pintu locker yang sengaja ia biarkan terbuka. Pandangan Yugyeom mengarah kepada seorang gadis yang saat ini sedang bersama Guru Park, Entah apa yang mereka bicarakan.

Dia cukup akrab dengan para guru, Setidaknya itu yang Yugyeom hafal dengan persis. Yugyeom sudah memperhatikan dia—yang selalu terlihat menggemaskan—sejak awal pertemuan mereka, di ruang seni.

~ 3 Months Earlier ~

Yugyeom menggeser pintu masuk Ruang Seni  dan mengintip sedikit. Ia sedang luar biasa letih saat ini, dan sangat butuh istirahat. Yugyeom bahkan terpaksa membolos pelajaran Fisika Guru Min.

Manajemen sedang mempersiapkan Yugyeom dan 6 orang member lainnya untuk debut dalam 2 bulan kedepan, dan persiapan yang mereka lakukan jelas sangat menyita waktu dan tenaga Yugyeom. Tapi Manajemen tidak mengizinkan Yugyeom untuk meninggalkan sekolahnya.

  “Kalau kalian sudah debut, maka akan ada masa dimana kau harus mengajukan dispensasi. Jadi sekarang sebelum kau benar-benar terpaksa melakukan itu, tetaplah bersikap seperti murid biasa. Nikmati hari-hari terakhirmu”

 Rasa letih selalu muncul saat jam sekolah, Yugyeom sadar betul justru disitulah tantangannya. Dan ia sudah berusaha sebisa mungkin untuk melakukan yang terbaik. Yugyeom sudah mengkonsumsi minuman berenergi, dan sesekali memilih americano untuk sarapan, tapi tubuhnya tetap memilih tidur sebagai media mengembalikan tenaganya.

Ruang Seni adalah opsi terbaik yang bisa aku lakukan. Senyum lega tampak diwajah Yugyeom. Ruang kesehatan adalah opsi awalnya, tapi ruang kesehatan bisa menjadi tempat yang paling crowded. Mengingat ia bukan satu-satunya murid yang berkecimpung didunia entertainment. Ada banyak senior yang jelas-jelas mempunyai jadwal panggung ditambah latihan yang lebih. Lagipula Ruang Seni terletak ditempat paling strategis dari peta sekolah, jauh dari ruang kelas, dan kedap suara.

 Jadi ? Sempurna…

Yugyeom menyusun beberapa kursi dibalik kabinet sebagai usaha menyembunyikan diri. Lampu dalam keadaan mati, dan ia siap untuk berbaring dan tidur sebentar. Hanya 1 jam saja, sebelum jam makan siang.  Yugyeom memasang headset ditelinganya, dan mulai memejamkan mata.

Hanya butuh 5 menit sebelum Yugyeom benar-benar kehilangan kesadaran, dan dalam keheningan itu seseorang membuka pintu ruang seni dan dengan mengendap-ngendap masuk kedalam. Ia juga tidak menyalakan lampu, dan langsung melangkah pelan nyaris tanpa suara menuju grand piano yang berdiri gagah ditengah-tengah ruangan. Masih dengan gerakan hati-hati, ia membuka penutup piano, menghela nafas panjang dan mulai memainkan sesuatu.

Ia baru saja memulai bait pertamanya saat Yugyeom menyadari kehadirannya dengan membuka mata. Laki-laki itu bertahan untuk tidak bergerak dan hanya mengulurkan tangan dan melepaskan headset ditelinganya.

melodi yang dia mainkan, dan suaranya…

Membuat Yugyeom terpukau seketika. Yugyeom mematung dalam posisi berbaring, sejenak memiringkan kepalanya dan mengintip dari celah kabinet, berusaha melihat sosok gadis yang memiliki suara indah itu. Yugyeom tidak tahu judul yang gadis itu nyanyikan, walaupun lirik dan musiknya terdengar familiar ditelinga.

I dream a dream and times gone by

Yugyeom membiarkan dirinya larut dalam keindahan melodi yang gadis itu bawakan. Yugyeom bahkan tidak merasa terganggu sama sekali. Ia juga tidak tidur, seolah rasa letih dan kaku yang sejak kemarin menyerangnya, terlupa begitu saja. Suara gadis itu begitu lembut, begitu indah, dan begitu menenangkan. Emosi yang ia sampaikan benar-benar tersampaikan, walau saat ini secara harfiah, ia tidak menyanyikan lagu ini untuk siapa-siapa. Tidak ada audiens, tidak ada seorangpun. Hanya ada Yugyeom, dan gadis itu bahkan tidak tahu kalau Yugyeom berada disana.

KRINGGGGG….

Gadis itu menghentikan permainnya dengan tiba-tiba, suara bel sekolah jelas mengejutkannya, dan mengejutkan Yugyeom juga. Tanpa membuang waktu, gadis itu buru-buru menurunkan penutup grand piano dan keluar dari ruang seni.

Sudah 5 detik berlalu sejak Yugyeom mendengar suara pintu Ruang seni bergeser dan menutup kembali, ia menegakkan tubuhnya, dan berhenti dalam posisi setengah duduk. Yugyeom bangkit tak lama kemudian, siap keluar dari ruang seni, saat ia melihat name tag yang tergeletak didepan pintu masuk. Yugyeom merendahkan tubuhnya, memungut name tag itu dan membaca setiap huruf dalam hati.

‘Shannon Williams’

~End of Flashback~

                Oops..dia melihat kearahku. Yugyeom kembali menyembunyikan diri dibalik pintu locker, ia meringis pelan. Sesuatu yang menyengat terasa di pinggangnya. Dalam hati Yugyeom membodohi dirinya sendiri. Menegakkan punggung dengan tiba-tiba setelah membungkukkan tulang punggung kebelakang selama beberapa menit rupanya bukan tindakan yang benar. Yugyeom meringis saat rasa nyeri kembali menyerang pinggang belakanganya, ia butuh ke ruang kesehatan dan menemui suster Joo setelah ini.

Yugyeom menutup locker dan berbalik, bertepatan dengan Shannon…yang sedang melangkah anggun kearahnya. Pandangan mereka bertemu.

Kesempatan..! Ayo Tersenyum Kim Yugyeom..!!

Yugyeom sedikit mengerahkan tenaga, hanya untuk menyunggingkan senyum ramah kearah Shannon. Ia tidak yakin apakah senyum yang ia lemparkan saat ini sama dengan senyum menggoda yang ia pelajari selama masa training untuk menarik sebanyak mungkin fans diluar sana, atau mungkin senyum canggung teraneh yang pernah ada.

Yang jelas…

Shannon hanya menggerakann lehernya sedikit kearah beberapa orang gadis yang mengeluarkan suara melengking senang akibat senyum yang dilemparkan Yugyeom. Dan Shannon kembali melangkah dengan kepala menunduk ke lantai.

Gagal..!!

  “Yugyeom-ah…”, gadis-gadis itu melambaikan tangan kearah Yugyeom.

Yugyeom kembali melemparkan senyum dan membalas lambaian tangan mereka.

  “Yugyeom-ah…”, Bambam muncul entah darimana, dan membuka lockernya yang letaknya tepat disebelah locker Yugyeom.

  Yugyeom menoleh, dan meringis “Bam-ie…”

  Bambam mengerutkan dahi saat melihat Yugyeom meringis “Kau kenapa?”

  “Aku harus keruang kesehatan…”, jawabnya lemah, sambil berpegangan dibahu Bambam

š

                Yugyeom menatap name tag yang sudah menjadi hak miliknya sejak ia menemukannya tergeletak di ruang seni. Benar, name tag itu sudah menjadi hak miliknya. Yugyeom kembali teringat saat ia langsung menuju perpustakaan sekolah dan memeriksa situs database siswa di Hanlim Art School. Shannon Williams bukan nama yang umum di Hanlim. Tidak banyak murid berkebangsaan asing bersekolah disini, terbukti dengan data yang muncul 2 detik setelah Yugyeom menekan tombol enter. Dan hanya 1 profil yang tertera dimonitor. Shannon Williams, Murid tingkat 2, dia seorang hoobae.

Sebenarnya Yugyeom bermaksud mengembalikan name tag itu keesokan harinya, tapi ia tidak bisa masuk sekolah.  Manager Hyung bilang sudah memberitahu pihak sekolah agar memberinya dispensasi selama 3 hari karena Yugyeom dan tim harus melakukan syuting video musik debut perdana mereka.

Dan saat Yugyeom masuk kembali, Shannon sudah mengenakan name tag baru. Yugyeom melihatnya saat tanpa sengaja ia berpapasan dengan Shannon didepan ruang guru. Yugyeom semakin terpikat setelah melihat Shannon dari jarak dekat. Itulah saat Shannon benar-benar tersemat dihati Yugyeom. Berawal dari suara indahnya, dan sekarang wajah cantiknya.

Dan tidak berhenti disitu saja…

Shannon memiliki pesona yang aneh, atau setidaknya memberikan sensasi yang terasa aneh saat Yugyeom melihatnya. Gadis itu pendiam, dan entah bagaimana ia kelihatan seperti murid favorit guru-guru di Hanlim. Yugyeom sering mendapatinya keluar dari ruang guru, atau melihatnya dikoridor sekolah, berbicara dengan guru yang berbeda setiap harinya.

Shannon type gadis yang cepat merasa malu. Yugyeom beberapa kali melihatnya merona dan menjaga jarak  saat anak laki-laki mencoba untuk mengajaknya bicara. Dan dari sekian banyak pertemuan tidak sengaja, atau pandangan yang tidak sengaja bertemu, Shannon selalu yang pertama kali memutuskan kontak mata itu.

Bagian terbaiknya adalah senyum indah yang selalu terlihat setiap kali ia bersama teman-teman perempuannya. Shannon pendiam didepan anak laki-laki, tapi ia ramah dan cerah didepan teman-teman perempuannya. Dari semua teman-temannya ada 1 orang yang selalu kelihatan bersamanya, Yugyeom mengasumsikan keduanya bersahabat dekat, mungkin seperti dirinya dengan Bambam. Karena Shannon benar-benar menunjukkan sikap yang gembira, tanpa beban dan tanpa sopan santun yang sering ia tampilkan kepada orang lain. Shannon bersikap hangat, terbuka dan apa adanya.

Bagaimana aku bisa tahu sedetail itu ?

  “Ooh ya ampun….Kau naksir gadis itu…”, Bambam mendesis tak percaya, tapi senyum lebar tampak diwajahnya.

  Yugyeom melirik sekilas, terkejut dengan pernyataan Bambam, tapi berusaha menutupinya “Mwoya ?”

  Bambam melemparkan pandangan mencela yang dibuat-buat kearah Yugyeom “Kau selalu menghindari kerumunan gadis-gadis kalau bisa, kau cepat merasa malu berada diantara mereka. Tapi gadis itu… … aku selalu menangkap kehadirannya dimana saja kita berada. Aku pikir dia mungkin saja fans-mu…atau aku”, Bambam mengangkat bahu “Tapi aku merasa aneh dengan sikap acuhnya, sampai hari ini aku menyadari sesuatu. Bukan dia yang mengikuti kita, tapi kita yang mengikutinya…”

Yugyeom diam saja, ia memandang kearah yang berlawanan. Kemana saja asal tidak bertemu pandang dengan Bambam.

  “Heol…!!”

  “Itu hanya pemikiranmu…”

  Bambam menggeleng “Daebag, aku harus memberitahu Mark Hyung…”

Bambang baru saja meraih ponselnya dari saku celana dan siap mengirimkan pesan text saat tiba-tiba saja Yugyeom berbalik dan merebut ponselnya. Bambam tercengang, dan menatap Yugyeom yang juga menatap tajam kearahnya, mengancam. Sampai Bambam menyadari sesuatu,  semburat merah ditelinga Yugyeom. Bukti paten perasaan Yugyeom yang sebenarnya.

  Bambam kembali tergelak “Aku benar..!”

  “Bam …”

  “Arrgghh…Kau sedang jatuh cinta ? Benar ?”, Bambam menunjukkan ketertarikan yang berlebihan. Dan Yugyeom tidak terlalu menyukai itu. Menjadi Magnae didalam grup membuatnya selalu menjadi bahan olok-olok member lain yang lebih tua. Terutama Jinyoung Hyung dan Jackson Hyung, kedua orang itu adalah partner kejahatan yang terburuk yang pernah ada.

Yugyeom membuang muka perlahan, menghindari Bambam. Tangannya dengan spontan memutar name tag Shannon yang selalu ia bawa. Tanpa Yugyeom sadari Bambam juga memperhatikan benda kecil yang sejak tadi Yugyeom pegang, dan dalam satu gerakan cepat, Bambam merebutnya.

  Yugyeom terkejut “Yaa..! Bambam…”

  Bambam menghindari Yugyeom beberapa langkah kebelakang, dan membaca cepat tulisan hangul dia name tag itu “Shannon Williams…?”

  “Kembalikan..”, Yugyeom merebutnya kembali.

  Bambam mengangguk-angguk, matanya sedikit menyipit “Ahh…jadi namanya Shannon. Dia memang tampak seperti orang asing…”

  “Apa kau bisa berhenti menyelidiki dia ? Kau membuatku jengkel..”

  Bambam mengarahkan kepalanya kearah Yugyeom “Lalu kau ? Apa yang sudah kau cari tahu ? Bagaimana name tag-nya ada ditanganmu, Ooh-Ho…Kim Yugyeom, kau pria nakal..!”

  “Apa kau bisa hentikan itu ? Aishh—yang benar saja…”, Yugyeom menutupi kedua telinganya. Ia tidak mau mendengar desakan Bambam, sekaligus menyembunyikanya agar Bambam tidak melihat betapa merah telinganya saat ini.

  “Kalau begitu ceritakan padaku..!”, tukas Bambam habis kesabaran “Aku teman sekamarmu, aku juga teman yang seusia denganmu. Sejak masa training yang bisa aku temui dan ajak bicara hanya Hyung-i deul, tapi hal-hal yang tidak bisa aku bagi pada mereka kupercayakan padamu. Bagaimana mungkin kau menyembunyikan hal sepenting ini dariku ?”

  “Yah !…Kau melebih-lebihkan. Apa pentingnya aku bilang padamu. Apa aku harus bilang aku menyukai seorang gadis yang tidak pernah menunjukkan kalau dia menyukaiku ?”

  Hidung Bambam berkerut “Dia tidak suka padamu ?”

  “Itu—“ Yugyeom menelan ludah, lalu menggigit bagian dalam pipinya sendiri.

  “Kau menyukai dia ?”, Sinar Mata Bambam berbinar “Itu benar ?? Assa…!!! Selamat, Temanku.!! .Ahh…Yaa~….”

  Yugyeom menggeleng “Bukan begitu…”

  “Tapi bagaimana dia bisa tidak suka padamu ? Maksudku, apa dia suka idol grup yang lain ?”

Begitukah ? Yugyeom kembali melayangkan pandangan kearah Shannon yang saat ini sedang bersama teman-temannya, sejak 2 bulan Yugyeom mengikuti Shannon dengan diam-diam, Shannon tidak menunjukkan tanda-tanda kefanatikan kepada salah satu idol grup. Yugyeom menghela nafas, ia sedikit berharap walaupun tidak disukai secara pribadi sebagai seorang laki-laki, Shannon bisa menyukai penampilan Yugyeom saat dipanggung. 

  “Ya.. ! Ya..! dia pergi…”, Bambam menyenggol pinggang Yugyeom dengan sikunya saat Shannon melambaikan tangan kepada teman-temannya dan berbalik melangkah kearah yang berbeda. Yugyeom menegakkan tubuhnya agar bisa melihat kearah mana Shannon pergi. Dan Yugyeom tersenyum tipis.

Ahh—Yeogsi, ini waktunya dia ke auditorium…

Bambam mengernyit saat Yugyeom meluncur turun dari dinding batu tempatnya duduk sejak tadi.

  “Ya..! Kau mau kemana ?”

  “Kalkke, Bam-ah…” Yugyeom mengindakan Bambam dan langsung berlari. Bambam tetap berada disana, tercengang. Dan mengikuti arah pergi Yugyeom dengan mulut terbuka. Tapi kemudian ia berdecak, dan tersenyum miring.

  “Yugyeom-ah…Fighting…!!!”, Bambam meneriaki Yugyeom dengan kedua tangan disisi wajahnya. Bagaimanapun ini pertama kali kalinya Yugyeom menunjukkan ketertarikannya terhadap lawan jenis dengan cara yang berbeda. Bambam yakin  dengan sangat, gadis itu Cinta pertamanya…

š

                Yugyeom mengendap-ngendap diantara kursi auditorium, ia bisa melihat Shannon sedang bersiap-siap didepan grand piano dengan beberapa kertas partitur yang selalu dibawanya didalam tas. Dan Yugyeom dengan segera mengambil tempat duduk paling sudut, kursi favoritnya. Karena disana ia dapat leluasa memandang figur Shannon dari samping. Tempat itu sedikit gelap, jadi Shannon kemungkinan besar tidak menyadari kehadiran Yugyeom, tapi tata lampu panggung terfokus jelas pada Shannon, sehingga Yugyeom bisa menonton penampilan Shannon dengan sangat jelas.

  “Aahhhh~…”, Shannon melakukan pemanasan sebelum memulai latihannya. Yugyeom tersenyum melihatnya. Caranya melemaskan otot vokalnya terlihat begitu menggemaskan, dan tidak membosankan. Shannon mungkin punya suara yang tidak kalah indah dengan idol girl group, Tapi sejauh yang Yugyeom tahu, Shannon sepertinya tidak tergabung dalam agensi manapun.

Denting piano mengalun pelan, tanda kalau Shannon sudah memulai performance-nya. Yugyeom menegakkan tubuhnya sedikit, menonton penampilan Shannon dengan serius.

Shannon menampilkan lagu nostalgia hari ini, Raguyo  (라구요 )

Lagu yang menceritakan kerinduan akan kampung halaman saat perang. Pilihan lagu Shannon memang kadang-kadang tidak sesuai dengan usianya. Pernah Yugyeom bertanya-tanya dalam hati, bagaimana mungkin seorang gadis berusia 16 tahun bisa tahu dengan lagu-lagu zaman orang tua mereka dulu ? Dan bagaimana mungkin Shannon bisa menyampaikan rasa cinta, frustasi, bahkan emosi yang tepat saat menyanyikan semuanya ?

Itu karena ia berbakat..

Yugyeom menikmati setiap penampilan Shannon, tidak peduli ia tahu atau mungkin tidak tahu lagu apa yang Shannon nyanyikan. Selama itu keluar dari otot suara Shannon Williams, Yugyeom dengan senang hati duduk ditempatnya selama berjam-jam. Yugyeom bahkan ingin merekam performance itu, agar dia bisa mengulangnya setiap hari, di ruang latihan atau di Set, jadi pada saat ia tidak dapat masuk sekolah dan menonton penampilan Shannon secara langsung, Yugyeom masih memiliki dia dalam ponsel-nya.

Dan itu ide yang bagus, Kim Yugyeom. Kenapa baru kau pikirkan sekarang ?

Yugyeom merogoh saku celananya, berusaha mengambil ponsel-nya dan merekam sisa performance Shannon yang sudah setengah jalan. Tapi Sial…Bambam menelponnya, dan suara ringtone dari ponsel milik Yugyeom membahana diruang auditorium yang sedari awal hanya ada Shannon.

Shannon menghentikan latihannya dan menoleh kearah suara bising yang sempat membuatnya terkejut. Shannon berdiri menghadapkan dirinya kearah Yugyeom.

  “Nuguseyo ?”

Yugyeom mencabut baterai ponsel-nya dengan gerakan cepat, dan meringkuk pelan dikursinya. Yugyeom meringis, dan menyumpah tanpa suara. Masih berusaha menyembunyikan dirinya. Yugyeom mengikuti Shannon selama 2 bulan tanpa ketahuan dengan cukup baik, dan ia menolak untuk tertangkap basah saat ini.

Aku belum sempat menyimpannya di ponselku, Sial !

  Shannon maju 2 langkah, berusaha mencari tahu siapa yang ada disana “Jogiyo…Nuguseyo ?”

Yugyeom masih merunduk canggung selama beberapa detik, dan Shannon kembali bersuara.

  “Jogiyo…!”, Ada ketidaksabaran dalam nada suaranya. Dan membuat gadis itu jengkel adalah hal yang tidak ingin Yugyeom lakukan, jadi ia memutuskan untuk berdiri dan menampakkan dirinya.  Shannon menyipitkan matanya, berusaha melihat sosok yang sekarang melangkah turun di tangga, agar tampak jelas dibawah sinar lampu.

Paling tidak, ini usaha-ku bersikap seperti layaknya laki-laki didepan dia.

  “Annyeong…”, Yugyeom mengangkat tangan kanannya, menyapa Shannon dengan canggung dan kaku.

Mata besar Shannon sedikit membelalak lebar, Yugyeom kembali menundukkan kepalanya menatap lantai. Ok..harus segera pergi dari sini. Yugyeom meraba bagian belakang lehernya dan dengan segera meminta maaf.

  “Ah~ Maaf…”

  “Kim Yugyeom Sunbaenim…”

  “Aku tidak bermaksud menaku—“, Yugyeom merasa seperti tersengat listrik barusan. Ia kembali mengangkat kepalanya, dengan ekspresi sedikit bingung.

Rasanya tadi aku mendengarnya menyebut namaku.

  Yugyeom menatap Shannon gugup “Ne…?”

  Shannon mengangguk sedikit, menyapa Yugyeom “Sunbaenim…”

  “Kau—Kau tahu aku?”

  Shannon mengganguk, dan ia tersenyum tipis “Kim Yugyeom Sunbaenim, benar?”

Yugyeom tertegun, mendengar namanya meluncur indah dari pita suara Shannon jelas membuatnya tak percaya. Dia gadis yang sama yang selalu melewatinya begitu saja di koridor, dia bahkan tidak menyadari setiap senyum yang diberikan Yugyeom untuknya dalam setiap pertemuan tanpa sengaja. Mereka tidak pernah terlibat dalam satu kegiatan, dan Yugyeom tidak yakin akan mengenalnya jika saja 2 bulan yang lalu Shannon tidak masuk kedalam ruang seni diwaktu yang sama dengan Yugyeom melepas lelah.

Aku juga bukan idol terkenal seperti yang lain, aku baru saja debut sebulan yang lalu..

Jadi…?

Bagaimana dia tahu namaku..

  “Aku penggemarmu…”, Shannon kembali buka suara, seolah membaca pikiran Yugyeom.

Dan laki-laki itu kembali tertegun. Penggemar ? Fans ?

  Shannon tersenyum malu “Aku menyukai album Got7, menurutku itu bagus sekali. Playground dan Niga joh-a adalah favoritku. Aku menanti penampilan yang lain dari Got7…”

Ya Ampun….Apa aku sedang bermimpi ??

Yugyeom tidak dapat menyembunyikan perasaan gembiranya kali ini. Senyum lebar terukir diwajahnya yang tampan. Mengetahui kalau gadis yang belakangan ini selalu muncul didalam pikirannya menyukai apa Yugyeom lakukan, adalah perasaan yang terbaik didunia. Shannon menyadari keberadaan Yugyeom, seperti Yugyeom menyadari kalau Shannon ada di sekolah yang sama.

  “Jinjja…?”

  “Ne..”, Shannon tersenyum lebar. Ramah dan apa adanya, senyum yang selalu ia tunjukkan kepada teman baiknya.

  “Ahh—Kamsahabnida…” Yugyeom merasakan telinganya sedikit memanas dan ia meraba bagian belakang lehernya gugup.

  “Yugyeom Sunbae, Apa boleh aku minta tanda tangan dan melakukan selca bersamamu ?”, permintaan Shannon kali ini membuat Yugyeom tercengang. Ia menatap Shannon dengan mulut terbuka.

Assa !…ini semakin baik saja..

  “Yeah, Tentu saja…”, jawab Yugyeom pelan.

  “Benar..?Ooh—Kamsahabnida ”, Shannon meraih kertas partiturnya dan melangkah mendekati Yugyeom. Bersamaan dengan langkah Shannon yang mendekat kearahnya, Yugyeom menuruni tangga dan naik keatas panggung. Shannon menyerahkan kertas partiturnya sekaligus menyerahkan bolpoint kearah Yugyeom.

  “Shannon….”,

  “huh ?”

  “Nae ireum-eun—Shannon …”

Aku tahu..

 Yugyeom menyunggingkan senyum , lalu menuliskan namanya disana lengkap dengan tanda tangan dan lambang hati dibelakangnya. Shannon mengulurkan ponselnya dan mendekati Yugyeom sedikit ragu-ragu. Yugyeom kembali mengambil sikap seperti layaknya pria sejati dan mendekati Shannon, melihat kearah kamera.

  Shannon menatap kelayar ponselnya,  tampak puas dengan hasilnya “Woahh……”

Yugyeom menganggukkan kepalanya. Kembali memperhatikan ekspresi ceria Shannon, dan menyimpannya dalam hati. Shannon menegakkan tubuhnya, kembali memandang Yugyeom.

  “Jeongmal gomawo-yo…”, Shannon memeluk kertas-kertas partiturnya, dan kertas dengan tanda tangan Yugyeom berada diurutan paling atas “Keurom…Uhm—Annyeongigaseyo…”

Yugyeom mengangguk lagi. Alih-alih mengatakan sesuatu atau mencoba mengatakan sesuatu, Yugyeom lebih suka memperhatikan setiap detail dari fitur Shannon, dan menghartakannya dalam hati.

Shannon merasakan pandangan Yugyeom kepadanya, dan ia sedikit merasa malu. Dengan gerakan pelan Shannon berbalik untuk meninggalkan tempat itu.

  “Shannon-ssi…”, Yugyeom kembali memanggilnya,

  Shannon menoleh, rambut cokelat alaminya sedikit berkibar “Ya…?”

  “Neoui moksoriga*)—“ Yugyeom tersenyum miring “Jinjja Areumdawoyo**)—”

  Shannon tertegun, kemudian tersenyum cemerlang “Ne~…Kamsahabnida, Sunbaenim..”

Yugyeom berbalik cepat, dan meletakkan tangannya didada.  Yugyeom menghela nafas panjang lalu dengan gerakan cepat menuruni panggung Auditorium dan melangkah kearah pintu keluar. Dadanya masih menyisakan debar kencang yang menimbulkan sensasi aneh di syaraf tubuhnya.

Tapi walaupun begitu, Yugyeom tidak dapat menahan senyum bahagia diwajahnya. Ia ingin melompat setinggi yang ia mampu lakukan, atau melakukan backflip, atau melakukan dance dengan gila-gilaan, meninju udara atau apa saja.

Ini sebuah awal,

Yugyeom menyukai ini, dan ia memutuskan untuk tidak serakah dalam menyikapinya. Shannon menyukai musik dan performance-nya itu sudah cukup untuk sekarang. Ini sebuah permulaan, dan Yugyeom akan menanti hari-hari selanjutnya dengan antusias.

Mulai sekarang, Yugyeom akan menyapanya dengan begitu saja. Dan itu tentu saja akan lebih menyenangkan. Karena Menjadi penguntit dari gadis yang disukai, jelas bukan pekerjaan yang bagus.


*) Suaramu

**) Indah sekali

 

Wow...finally, berani juga posting fanfic. Selama ini selalu baca asianfanfic.com,  pengen bikin juga tapi bahasa inggris jauh dari bagus :D

Ada bahasa korea selundupan beberapa. Tapi penggemar fanfic pasti paham banget kenapa harus nyisipin hangul yang diromanisasi..wkwkwkwk, sensasinya memang agak lain.

Mudah-mudahan yang baca suka sama one shot-ku ya. Soalnya aku masih punya beberapa fanfic di laptop-ku yang pingin banget aku share. I need to know your comment...please-please, yang baca give me a lot of love <3 <3, and comment ;)

-With a lot of love-

Princess of Mermaid / 인어의 공주

—–

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK