Author : @cloud229 & @cloudsmys
Judul Cerita : The Forgotten
Tag (tokoh) : Hwang Mi Mi (OC) ; Hwang Mi Cha ( Hwang Mi Mi’s Sister) ; Lu Han (EXO) ; Kim Jong In (EXO);
Genre : Romance, Young Adult, Family.
Length : Chapter
♥
Seorang gadis berjalan dengan anggun menyeret koper putih besarnya dengan tas hitam di bahu kirinya. Ia berjalan keluar dari pintu kedatangan bandara Incheon bersama penumpang lain yang berasal dari Los Angles, Amerika. Gadis itu membelah kerumunan para penjemput penumpang yang mengacungkan papan nama kerabatnya.
Memang tidak ada satupun kerabat yang menjemputnya, tapi bukan berarti dia tidak senang. Gadis itu teramat senang. Memori tentang Negara ini sama sekali tidak pernah hilang. Gadis itu terlalu antusias dengan kehidupannya yang menanti di Negara ini. Di Seoul, Korea selatan dia akan menemukan kembali kembali kenangannya yang ia tinggalkan. Yang tidak pernah ia duga sebelumnya.
“Wah.. senang sekali aku mendengarnya. Aku iri, Eonni.”
Gadis itu terus memandangi jalanan kota kelahirannya itu lewat jendela taksi yang ia tumpangi. Ada rasa bangga melihat keadaan kota kelahirannya sudah maju seperti ini. Dahulu, meskipun tetap ramai hingga tengah malam, kotanya tidak sampai terlihat se mewah ini. Lampu-lampu jalanan dan toko-toko di sepanjang jalan seperti kembang api yang tidak ada ujungnya. Baliho, dan Big Screen yang dipajang beberapa toko yang berderet bak bioskop dijalan raya.
“... Aku sementara akan tinggal di InterContinental Seoul Coex dulu.”
...
“Sure Eonni.. Don’t be sick ne.. Hwaiting!”
Gadis itu baru sajanya ingin mengayunkan kepalan tanggannya untuk menyemangati kakak perempuan kesayangannya lewat telepon ketika supir taksi memberitahu “Agasshi, Di depan sana hotel InterContinental Seoul Coex. Mau saya antar sampai depan lobby atau sampai gerbang saja?”
“O.. oh, Tolong antarkan aku sampai pintu lobby saja!” Gadis itu tersenyum ramah. “Eonni,I'm almost there. I'll call you back tomorrow.. hmm..”
InterContinental Seoul Coex, Room 2711
Gadis yang sedang berada didepan laptop berwarna abu-abu itu Bernama Hwang Mi Mi. Umurnya yang masih 22 tahun itu memiliki tipikal perempuan yang tidak tanggung-tanggung kalau sudah berurusan dengan pekerjaan. Lulus kuliah lebih cepat dari orang seumurannya dan kini akan bekerja di salah satu homeshoping korea yang memiliki cabang dibeberapa Negara Asia dan Amerika. Dirinya mejadikan pekerjaan seolah adalah salah satu orang terkasihnya.
Kalau kalian fikir menjadi wanita karir yang sukses seperti ini adalah impiannya, kalian salah! Ini bukan sama sekali impiannya. MiMi, begitu biasanya gadis itu dipanggil. Dirinya sangat mengimpi-impikan memiliki masa depan didunia seni musik.
FLASHBACK
Sore itu, cahaya oranye senja menembus dinding kaca di salah satu ruangan keluarga Hwang. Jari Mi Mi yang terlampau lentur memainkan tuts piano menari-nari lincah bersama kakak perempuannya yang memiliki suara indah. Mereka berdua selalu mengisi kekosongan di ruang utama ini
“MiMi ya~ i bwa yo (lihat ini) !” Hwang Mi Cha berlari menghampiri adiknya yang terduduk di bangku grand piano putih seperti biasa.
Seketika, Tanggan Mi Mi berhenti menari, Ia memutar badannya. “Igeo mwoya yo, Eonni?” MiMi kecil melirik selembaran merah jambu - putih di tangan kakaknya.
“Formulir audisi! Ayo Kita daftar sama-sama!” Ajak Mi Cha sambil meloncat-loncat senang seakan tahu bahwa adiknya pasti menyukainya.
“Waa~! Jinnja yo? Joha Joha! Aku mau!” Persis seperti yang Mi Cha pikirkan, Mi Mi kecilpun ikut-ikutan loncat kesenangan.
Itu adalah sebagian kecil dari kejadian 8 tahun lalu. Sukses. Rencana kedua kakak beradik itu sesuai rencana mereka. Dilihat dari kemampuan yang mereka miliki saat itu, agak sulit rasanya agensi tersebut menolak mereka yang kental sekali akan jiwa seninya.
Hwang Mi Mi berlari menghampiri kelas Eonninya yang berada di seberang bagunan kelasnya sendiri. Bermaksud mengajak berangkat latihan bersama. Memang, setiap pulang sekolah adalah jadwal mereka dilatih menjadi seorang entertainter di gedung agensi.
“Wah Mi Mi ya~ Kau bersemangat sekali. Kita masih ada waktu satu jam lagi sampai waktu latihan, lho.” Mi Cha merasa ada yang berbeda dengan adik perempuan yang sedari tadi benyanyi sepanjang jalan. Apalagi, biasanya bila ada waktu kosong, sampai jadwal latihan tiba mereka selalu menunggu di kafetaria lantai bawah gedung agensi.
Sesaat, Mi Mi melirik kakaknya kemudian tersenyum berseri-seri sambil mengeleng kepala. “.Ani..”
Mimi melanjutkan nyanyian-nyanyian kecilnya sambil menggoyangkan kepala kekanan dan kekiri. Mi Cha berjalan mengikuti adiknya. Saat itu Mi cha justru menganggap adiknya sangat lucu. Merasa terbawa suasana kesenangan adiknya, Mi Cha pun mengikuti adiknya bernyanyi
Untuk sampai ruang latihan, mereka harus melewati beberapa ruangan disepanjang lorong gedung training.
“Ah cham! Eonni, duluan saja sana!”
Sesaat, Mi Cha terkejut. “Oh Ada apa sih?”
Mi Cha semakin penasaran dan kebingungan ketika adiknya mendorong tubuhnya dan menyuruhnya pergi.
“Gwenchanaeyo, pokoknya Eonni duluan saja sana.”
Mi Cha mengangkat bahunya lalu meninggalkan adiknya sediri dengan ragu.
MiMi memperhatikan punggung kakaknya yang lebih tinggi darinya itu hingga benar-benar lenyap dibalik dinding.
“1 2 3 4 5..” Mi Mi menghitung. Dikepalanya, Jika di detik ke lima kakaknya tidak muncul lagi dari balik tembok itu, berarti sudah aman.
Mi Mi mengenggam tali ransel yang menggantung di kedua bahunya dengan erat, dia menguatkat hatinya untuk berbalik badan. Anak perempuan itu menarik nafasnya dalam-dalam, lalu mengendap-endap mendekati pintu putih yang sedikit terbuka.
Sudah seminggu ia mendengar suara nyanyian yang berasal dari pintu tersebut. Mi Mi masih kecil. Umurnya saat itu masih 12 tahun. Jangankan berpacaran, mengerti apa itu cinta terhadap lawan jenispun dia tidak tahu apa-apa. Tetapi, setiap nyanyian itu terdengar di telinganya, hatinya ikut bergetar. Ketika nyanyian itu berkata tentang kepedihan, tangan mimi memegangi dadanya yang ikut merasakan sakit. Mi Mi tak tahu kenapa. Yang dia tahu, ‘aku suka suara lembut itu’
Tapi kini, sebuah keberuntungan besar menghampirinya. Setelah selama ini hanya bisa mendengar suara itu dari balik pintu. Namun hari ini ia mendapat kemungkinan besar dapat melihat siapa pemiliki suara yang ia suka itu.
Mimi menatap lurus kedepan.
“Pintunya terbuka?” Mata Mi Mi melotot tidak percaya. Dia melirik kenan kekiri, “tidak apa-apa kan kalau aku buka sedikit lagi.” Batin mimi.
Perlahan dan sangat hati-hati tangannya menarik daun pintu itu keluar. Dan... tampaklah punggung lelaki yang duduk dihadapan keyboard hitam dari celah pintu. Badan Mi Mi seakan membeku saat melihat mata lelaki itu terpejam. Bahkan dari tempat Mimi sekarang, bulu mata lelaki itu terlihat jelas lentiknya. V-Line yang menggemaskan, dan rambutnya yang hitam-lurus dibiarkan menutup keningnya itu menampakan kepolosan sang pemilik suara. Sepanjang lirik yang sedang dimainkan, Mimi hanya dapat melihatnya dari bayangan cermin dihadapan lelaki itu. Dia bernyanyi seakan berusaha menyampaikan apa yang dia rasakan sesuai dengan lirik-hanya untuk Mimi.
Mi Mi tersadar dari kebekuan, “Aku juga ingin belajar menciptakan lagu. Dan suatu saat Oppa itu yang akan menyanyikannya!”Batin Mi Mi kecil percaya diri.
“Namanya Lu Han Oppa. Kabarnya, tahun depan akan didebutkan. Tapi itupun baru rumor. Memangnya kenapa?” Mi Cha menjawab pertanyaan Mmi dari tempat tidurnya yang berada di bawah Tempat tidur Mi Mi.
Mi Mi menarik wajahnya yang menyembul kebawah. “Gwencana, Eonni.” Katanya kemudian
Ditariknya guling bercorak bintang-bintang itu. Telunjuknya bergerak membentuk sebuah symbol pada besi pembatas tempat tidurnya.
Simbol hati.
“Eonni, Kenapa dada ku berdebar ya, apa aku sakit?” Gumam Mimi. Saking tidak percaya bisa melihat lelaki tadi, tetapi juga begitu senangnya, dirinya lantas mengusap-usapkan wajah pada guling lalu tertidur.
****
Januari 2014, SE Home Shoping, Seoul.
“Mi Mi ssi”
“Ne?”
“Direktur menelpon meminta anda keruangannya.”
“Oh Ne, Gamsahamnida”
Mi Mi bergegas menuju ruangan Direktur Kim Youra.
Ini adalah kali kedua Mi Mi bertemu Direktur Kim. Direktur perempuan berumur hampir 35 tahun dan memiliki tampilan bijaksana dimata Mimi, yang pertama itu, saat Direktur itu menghampiri meja kerja Mi Mi saat baru datang ke kantor sekedar memberi ucapan selamat datang untuk Mimi.
Mi Mi membuka knop pintu setelah mengetuk pintu sekali. Direktur Kim membalas salam Mi Mi dengan tersenyum dan meminta Mi Mi duduk.
“Bagaimana rasanya bekerja di SE Home Shopping cabang korea? saya dengar anda sempat tinggal dikorea. Anda senang?” Tanya Direkur Kim memulai percakapan.
“Sejauh ini saya menikmatinya, Juga.. saya sangat senang bisa kembali ke korea.” Ia tertawa rendah.
“Baguslah kalau begitu. Sebenarnya saya meminta anda kemari untuk memberi anda tugas pertama di Cabang ini. Untuk, penanyangan Home Shopping hari Rabu-Kamis-Jumat yang saat ini sedang tanyang, Bulan depan akan habis masa penayangannya. Saya ingin tim anda yang akan mengambil alih project selanjutnya. Bagaimana?”
“Tidak mungkin saya menolak pekerjaan pertama saya, Kim sajangnim. Saya akan berusaha dengan baik untuk project ini.”
“Saya percayakan pada anda sepenuhnya. Saya juga sudah mendengar banyak tentang kinerja anda di Cabang LA. Mereka bilang anda pekerja yang sangat baik disana.”
Direktur Cha tersenyum melihat pipi Mi Mi yang memerah.
“Sepertinya mereka berlebihan, Sajangnim hehe”
Bukan Mi Mi kalau ia mengulur waktu untuk pekerjaan. Buktinya, begitu keluar dari ruang Direktur Kim, ia langsung mengumpulkan rekan satu timnnya untuk rapat mengenai project pertamanya. Dengan kaki yang disilangkan, pandangan Mi Mi menerawang mencari tema tentang produk seperti apa yang menarik dijual.
Ditengah-tengah pemikirannya itu, Mi Mi teringat tentang cerita Eonninya beberapa hari lalu. Saat Mi Cha berbicara dengannya lewat telepon. Mi Cha sangat senang, karena konser gabungan satu agensinya berjalan sangat sukses. 100.000 penggemar memenuhi gedung acara tersebut. Mi Cha juga mengungkapkan kebahagiaannya karena akhirnya Idol Hallyu mendapat tempat special dihati masyarakat saat ini. Bukan hanya diatas panggung Mi Cha dan para Idol mendapat perhatian, tetapi ketika mereka berada di Airport, perhatian para penggemar tidak lantas berhenti.
Menurut analisa Mimi, alasan mengapa para penggemar dan pemburu berita membuntuti para idol hingga ke Aiport tidak lain karena mereka merasa penasaran bagaimana gaya para Idol berpakaian di bawah panggung. Dan bukan kah, mengidolaan seseorang bisa mebuahkan dampak terhadap kehidupan nyata para penggemar? Misalanya, penggemar yang melihat idolanya memakai sesuatu barang A, maka penggemar akan berusaha memiliki barang A tersebut agar terlihat begitu dalam mencitai idolanya.
“Uhm, bagaimana tingkat minat masyarakat tentang fashion dikorea?”
Mi Mi menunggu jawaban dari ke lima rekan timnya.
“Saya rasa masih berada ditingkat teratas.” Sahut Jin Ki, yang lain mengiyakan.
“Kalau begitu, kita ambil tema fashion! Lalu, Sejauh ini yang menjadi pengorder tertinggi, tingkat masyarakat ekonomi rendah atau tinggi?”
“Menurut data yang tersimpan, rata-rata pelanggan adalah kelas ekonomi sedang sampai tinggi. Diantara kedua itu, Masyarakat kelas ekonomi yang tinggi lah yang mendominasi. Ehm, mungkin karena mayarakat ekonomi rendah kebawah lebih memilih barang replika untuk menghemat pengeluaran mereka." Kali ini Min Ah yang berwatak ceplas ceplos menjelaskan.
“Bagaimana kalau kita mengambil ide fashion-accessorise saja? Belakangan ini para Idol menjadi perbincangan karena kerap memakai gelang, kadang cincin. Gaya idol yang sepert inii seakan menjadi virus untuk masyarakat.” Ah ra menambahkan.
“fashion-accessorise? Oke, saya setuju. Ho Ya ssi, anda punya daftar brand yang bisa diajak bekerja sama?”
“Oh, ada sajangnim. Aku akan mengirimkan ke email anda sekarang.”
~~~~
Mi Mi dan Mi Cha. Kakak beradik itu menikmati makan malam di slah satu restaurant besar di daerah Seoul. Mi Mi memang tidak mengikuti trainee yang lama seperti kakaknya, tapi bukan berarti Mi Mi tidak mengerti tentang table manner. Kedua perempuan itu terlihat anggun meski sedang makan. Waktu mereka masih kecil, siapapun yang melihat mereka bermain atau sekedar berdampingan pasti akan menyangka mereka berdua adalah anak kembar. Padahal, kalau dilihat lebih teliti, wajah mereka sama sekali berbeda. Dan Mi Mi kecil selalu berkata kalau dirinyalah yang lebih cantik daripada kakaknya.
“Huh Eonni, Sepertinya sekarang aku kalah cantik. “
Mi Cha tersenyum, “Benarkah? berarti aku menghabiskan waktu 8 tahun, baru bisa mengalahkanmu sekarang?”
“Tapi itu tidak akan lama, lihat saja.. nanti aku akan lebih cantik lagi dari Eonni.”
“Geurae hae, Kalau itu terjadi Eonni tidak akan menghalangi kau merebut kemenanganmu lagi.”
Seperti itulah Mi Mi dan Mi Cha. Jika sudah berurusan dengan pekerjaan Mi Mi akan sangat serius, tetapi jika ia sudah bersama kakanya, ia berubah menjadi sosok yang lebih santai cenderung manja terhadap kakaknya . Dan Mi Cha selalu sabar dan mengalah untuk adiknya.
“Eonni, Jadwalmu padat sekali tidak?”
“Heum?” Mi Cha mengingat-ingar. “ Sepertinya tidak. Memangnya kenapa?”
“Begini Eonni, aku baru saja mendapat tugas perdanaku disini. Rencananya Tim ku akan mengambil tema fashion-accessorise. Aku minta tolong Eonni yang menjadi modelnya bisa tidak? Kalau aku memakai model idol Hallyu pasti bisa memikat pemirsa, apalagi kalau modelnya benar-benar Eonni.”
Mi Mi mulai mengeluarkan matanya yang berseri-seri. Senjata Mi Mi saat meminta sesuatu pada kakaknya.
“Bagaimana ya.. karena ini soal pekerjaan, aku seharusnya mendiskusikan dulu dengan staffku, Mi Mi ya. Tapi akan aku usahakan nanti agar bisa membantu mu.”
Mi Mi tersenyum lebar, “Wahh~ Eonni ku ini, baik sekali sih. Oiya, ada satu lagi..”
“Mwo?”
“Kalau bisa dengan satu orang lagi sebagai model prianya, ne? Karena produk ku ini adalah perhiasan. Bisa kan Bisa kan?”
“Aku tidak janji ya, tapi akan aku usahakan..”
Mi Mi meraih tangan Mi Cha, “Gomawo Eonni..”
.....
“Jalja..”
Mi Cha membuka kaca mobilnya dan pergi.
Mi Mi berbalik memasuki hotel sambil menjijing tasnya menuju lift. Begitu pintu lift terbuka di lantai 21 dimana ia menginap. Mi Mi berjalan menuju kamar, dan melihat kamar sebelah yang kemarin seingatnya kosong kini staff hotel baru saja keluar dari kamar itu. Mungkin kamar itu sudah ada yang menempati. Mi Mi tersenyum menyapa staff hotel yang berpapasan dengannya lalu masuk kekamar.
~~~
Ponsel Mi Mi berbunyi saat pemiliknya baru keluar dari ruang rapat.
[Mi Mi ya, ada kabar baik. Staffku menyetujui tawaranmu. Kita bertemu jam 8 malam di tempat kemarin ya]
Pesan dari kakaknya yang membawa kabar baik itu cukup membuat Mi Mi meloncat-loncat kegirangan.
“Ketua Tim, ada apa? Kenapa senyum-senyum sendiri?”
Mi Mi menoleh kearah Mi Ah dengan senyum bahagianya, “Ya Mi Ah ya, kita sudah dapat modelnya!”
“Omo! Jeongmalyo? Cepat sekali”
Mi Mi mengdedikan bahunya seakan itu adalah pekerjaan yang mudah.
“Kalau begitu nanti malam kita makan malam bersama, kan? Kalau sajangnim mau, Kami akan mengajak anda ketempat biasa kami makan dan minum bersama.” Jin Ki menimpali.
“Mian hae yeorobun.. saya ada janji nanti malam. Kalian tetap makan malam bersama saja, saya yang mentraktir.”
“Ya.. mana bisa begitu, ya kan?” Jin Ki menoleh pada Mi Ah dan teman satu Tim lainnya seakan meminta persetujuan.”Kalau ada satu orang yang tidak datang, itu bukan makan bersama lagi namanya.”
“Iya benar, lain waktu saja kalau sajangnim sudah bisa.”
Rekan yang lain membenarkan ucapan Min Ah
“Cofee?” Jin Ki menyodorkan gelas kertas berisi kopi yang segera diterima Mi Mi dengan senyuman.
“Gomawo”
Jin Ki kembali ke tempatnya.
“Ya, Ya, sudah tahu belum?” Min Ah berbisik-bisik pada Jin Ki.
“Tahu apa?”
“Ada rumor kalau akan ada trainee wakil direktur baru. Kau tahu kapan? Aku penasaran sekali.”
Trainee wakil Direkur? Aneh sekali kedengarannya.
“Pssst, ayo bekerja! Jangan gossip saat bekerja.”
Mi Mi mengakhiri bisik-bisik antara Jin Ki dan Mi Ah.
~~~~~
“Mi Mi, kenalkan ini Manager Kim. Manager Kim, ini Mi Mi, Kepala Marketing SE Home shopping.”
“Annyeonghasoseyo. Jeoneun, Manger Kim Min Woo imnida”
“Jeoneun Hwang Mi Mi imnida, Bangapseumnida, Manager Kim.”
Mi Mi menunjuk kursi Manager Kim juga Eonninya dengan sopan mempersilakan duduk.
“Silahkan pesan minuman lebih dahulu.”
Mi Cha dan Managernya kemudian membuka buku menu dan memesan minuman. Ketika pelayan mengantarkan pesanan, Manager Kim masuk pada pokok pembicaraan yang sebenarnya.
Pria itu mengeluakan 2 lembar kertas putih berisikan kontrak. “Ini adalah perjanjian yang biasa kami ajukan saat melakukan kontrak pekerjaan, silahkan anda baca dulu.”
Mi Mi menyambut kertas yang diberikan pria itu kemudian mulai mempelajari isi kontrak.
“Saya bisa lihat surat perjanjian kontrak dari pihak anda, Mi Mi ssi?”
“Tentu, tunggu sebenar.” Mi Mi mengeluarkan map biru muda dari dalam tas.
Sementara Mi Cha menikmati Ice Coffenya, Mi Mi dan Manager Kim terfokus pada setiap lembaran kontak. Memahami setiap kalimat yang tertulis dalam surat perjanjian dengan teliti. Setelah beberapa saat, Mi Mi mengangkat kepalanya.
“Disini, tertulis mengatas namakan managemen Mi Cha ssi saja?” Tanya Mi Mi menegaskan.
Kemarin Mi Mi sudah meminta Mi Cha untuk menyertakan model pria untuk pekerjaan itu. Tapi, setelah membaca surat kontrak ini Mi Mi hanya membaca nama Hwang Mi Cha, Hwang Mi Cha, dan Hwang Mi Cha saja. Tidak ada nama seorang lelaki sebagai model yang ikut bergabung.
“Benar, ada masalah?” Tanya Manager Kim balik
Sesaat Mi Mi melirik Mi Cha yang sedang menyeruput Ice Coffe, kemudian kembali menatap pria dihadapannya.”Begini Manager Kim, Saat aku menawarkan pekerjaan ini pada Mi Cha ssi, kami memintanya untuk mengajak model pria dari agensi kalian untuk ikut bergabung..”
“Oh, Soal itu..” Mi Cha menyela. “Maaf aku tidak memberitahu Oppa. Soal model pria, aku sudah mengoper penawaran Mi Mi ssi kepada staff yang berwenang di agensi. Mereka yang nanti akan menghubungi anda. Kontrak kami terpisah.”
“Oh begitu baiklah.”
Kalau kontrak terpisah, itu berarti bayarannya juga tidak bisa dipaketkan. Untungnya Mi Mi sudah memperkirakan soal itu. Kedua orang yang memegang kertas dihadapannya itu kemudian sibuk membubuhi tandatangan disetiap lembar surat perjanjian.
Sampai mereka pulang dan akhirnya berpisah, Manager Kim sama sekali tidak tahu mengenai hubungan Mi Mi dan Mi Cha. Pekerjaan tetap lah pekerjaan.
Meskipun Mi Mi senang pekerjaannya dimulai dengan mudah, tapi ia belum sepenuhnya lega. Masih ada satu pertemuan lagi dengan model pria yang belum juga mengabarinya.
Mi Mi memijit tengguknya. Lehernyat sedikit kaku karena berada didepan layar laptop sepanjang jam kerja. Ia berjalan menuju loby mengambil kunci kamar yang dititipkan lalu menuju lift. Masih jam delapan malam, tapi matanya sudah tidak kuat untuk terbuka. Bahkan mulai memerah.
Langkahnya terhenti saat ponselnya berbunyi, Dengan malas ia mengambil ponsel yang berada dikantung blazer berwarna kulit yang ia pakai. “Yeobseo.”
[Ne Yeobseo , dengan Hwang Mi Mi ssi Kepala Marketing SE Home shoping?]
“Ne, dengan siapa, ya?”
[Saya manager model pria yang akan menjadi model brand shoping perusahaan ada.]
Seketika Mi Mi kehilangan rasa kantuknya, “Oh, ne..”
[Maaf, kami baru mengabarkan. Bisa bertemu sekarang? Kita perlu membicarakan kontrak, bukan?]
“Apa? Ah maksud saya, saya baru saja sampai. Saya baru melakukan pembicaraan kontrak dengan pihak model wanita. Saya sedikit..”
[Saya mengerti, Kalau begitu anda saja yang memutuskan ingin bertemu dimana. Kami hanya punya waktu luang malam ini.]
“Humm, bertemu di Restaurant InterContinental Seoul Coex Hotel bisa?”
[Tidak masalah. Mungkin 20 menit kami sampai disana. Kalau begitu, sampai nanti.]
Ada sesuatu yang harus dibayar mahal untuk hasil yang membanggakan. Entah itu dibayar dengan uang ataupun usaha. Itulah yang menguatkan Mi Mi yang harus mengesampingkan rasa lelahnya saat ini. Mungkin ia harus menyempatkan masuk kekamar dan mencuci mukanya sebelum turun ke restoran. Penampilannya sudah sangat buruk. Baju terusan sedengkul berwarna biru tua dan blazer putih yang ia kenkan sudah terlihat kusut, belum lagi mukanya yang mulai berminyak terkena debu jalanan saat menunggu taxy tidak jauh dari gedung kantornya.
BBRRAAK
Mi Mi terkejut dan mundur selangkah ketika tiba-tiba pintu kamar tetangganya dibuka dengan kasar.
“Jangan kembali lagi kesini, pergilah!!!”
Mi Mi memperhatikan pria yang berbicara itu dengan kesal. Ia paling tidak suka seseorang yang melakukan sesuatu dengan kasar dan berisik. Sedetik setelah itu seorang wanita berambut hitam bergelombang dengan baju terusan berwarna pink, hiasan mutiara di leher serta sepatu blink-blik senada dengan pakaiannya keluar dari kamar pria yang sedang mengomel itu.
Jadi, pria itu yang menempati kamar sebelah.
“Oppa? Kenapa kau mengusir ku?”
“Karena kau tidak sopan. Masuk ke kamar pria tanpa izin? Kau ini perempuan!” Lelaki itu membentak.
“Oppa, aku hanya ingin memberikan makan malam saja.”
“Tidak perlu.”
“Kenapa?”
“Karena..”
Lelaki yang berdiri didepan pintu dengan kaus putih dan cardigan abu-abu itu mengggantung kalimatnya saat menyadari ada seorang perempuan memperhatikan perbincangan mereka. Tatapan mata mereka beradu. Tapi, kemudian Mi Mi mengalihkan pandangannya dan baru berniat masuk ke kamarnya saat mendengar ada sesorang memanggilnya dengan aneh.
“Sayang, kenapa baru datang?”
Mi Mi hampir tidak percaya dengan apa yang baru ia dengar. Mungkin saja yang dimaksud pria itu wanita berbaju pink. Mimi tidak mau terlalu percaya diri atau berburuk sangka ataupun ambil pusing. Ia tidak sama sekali menanggapi panggilan sayang itu. Tapi, ketika kakinya melanjutkan langkahnya menuju kamar, lelaki itu dengan cepat menyergap lengan Mi Mi dan berbisik.
“Saya butuh bantuan anda, jebalyo..”
“Heh??” Mi Mi terkejut ketika angin yang keluar dari bibir lelaki itu menggelitik telinganya. Dirinya sempat merasa bergetar saat itu, tapi ketika menyadari apa yang dikatakan lelaki itu, Mi Mi jadi binggung sendiri. Mi Mi tidak ada waktu untuk membantu sesorang dengan urusan percintaan yang seperti ini, terlalu kekanak-kanakan, sedangkan mata lelaki itu memohon dan sulit untuk menolaknya. Mi Mi tidak tahu harus bagaimana.
“Oppa.” Panggil perempuan berambut hitam itu. Ia menatap dingin tangan Jong In yang menggenggam tangan Mi Mi. “Siapa dia, di bukan pacarmu kan?” Ah Neul mencibir Mi Mi yang tampak kusut .
“Kau belum mengerti juga? Kau tidak dengar aku memanggilnya Sayang tadi? Aku beritahu sekarang. Perempuan cantik ini adalah pacaarku.”
“Hah? Cantik? Cantik dari mananya?”
“Iya. Dia sangat cantik. Kau tidak bisa lihat? Pacarku ini lebih cantik 200 kali dari mu. Sekarang pulanglah.”
“Tidak mungkin!”
Tatapan Ah Neul yang dingin berubah menjadi panas. Ah Neul menganggap Mi Mi bukanlah saingan yang selevel dengannya. Harga dirinya jatuh karena harus dilangkahi perempuan yang pakaiannya kusut, mukanya beminyak dan kunciran rambutnya sudah mulai keluar keluar dari ikatannya.
“Terserah kau peduli atau tidak. Kami duluan, Ayo sayang!”
Kim Jong In melempar pandangan sinisnya dari Ah Neul dan beralih ke Mi Mi seakan penuh kasih sayang. Lelaki itu merangkul Mi Mi dan pergi meninggalkan Ah Neul yang terbakar emosi menuju lift.
Didalam lift, Mi Mi belepaskan tangan Jong In yang berada di bahunya dan menekan tombol UG sedikit kesal.
Jong In saat baru menyadari bahwa yang barusan ia lakukan sudah kelewatan. Dia membuka mulut pelan-pelan “Uhm, Jogi-yo..”
...
Karena tidak ada jawaban, Jong In membungkukan kepalanya mencari wajah Mi Mi yang melipat tangannya di depan dada dan seolah menganggap tidak ada orang lain selain dirinya sendiri di dalam lift. Bukan angkuh, tapi Mi Mi lebih tidak tahu harus berkata apa. Dan juga tidak mendengar suara Jong In barusan.
“Jogiyo, saya tahu tadi itu keterlaluan. Tapi aku benar-benar berterimakasih dan tulus meminta maaf pada anda” Dengan nada yang lebih percaya diri.
“Oh, Gwencana.” Mi Mi sekilas tersenyum dan melirik menanggapi Jong In.
“Syukurlah.” Jong In tersenyum dan mengelus dadanya.
Pintu lift terbuka. Mi Mi menoleh dan memberi salam bermaksud pamit lalu dia berjalan meningalkan Jong In di belakang.
Sesaat, Jong In terdiam menatap punggung wanita itu. Tapi seakan menyadari sesuatu, ia buru- buru menyusul Mi Mi. “Jogiyo aghassi. Jogiyo..”
Mi Mi menoleh. “Nde?”
“Joneun Kim Jong In imnida, kalau boleh tahu siapa nama anda?” Jong In mengulurkan satu tangannya, tangan yang lainnya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Jong In sebenarnya malu untuk berkenalan seperti ini. Tapi dia harus melakukannya.
“Hwang Mi Mi.” Sahut Mi Mi, dan membalas jabatan tangan Jong In.
“Hwang-Mi-MI” Jong In mengulangi. “Bongapseunida.”
Mi Mi sempat menikmati senyum lelaki itu sesaat. Ia fikir perkenalannya sudah selesai. Tidak ada waktu lagi, Ia harus segera ke restoran hotel bertemu kliennya.
“Saya traktir ya, sebagai tanda terimakasih.”
“Tidak perlu Kim Jong In ssi, saya ada urusan. Saya tinggal ya.” Mi Mi tersenyum dan menuju restoran.
Jong In kecewa permintaannya ditolak mentah-mentah. Sejauh ini, tidak ada satupun wanita yang menolak ajakan Kim Jong In. Wajahnya yang hitam manis, gaya maskulin dan sifatnya yang supel membuat para gadis sulit untuk menolak lelaki idaman seperti ini. Bahkan saking terlalu banyak wanita yang mengelilingi Jong In, dia lebih dikenal sebagai si Playboy Kam Jong diantara teman kuliah dahulu.
~~~~
Mi Mi keluar dari toilet dan langsung menuju restoran hotel. Tidak ada alasan khusus mengapa dia memilih meja yang tidak jauh dari panggung live music. Mi Mi tengah mengeluarkan surat kontrak dari dalam tasnya ketika seorang lelaki bertubuh agak gemuk menghampirinya.
“Hwang Mi Mi ssi?”
“Oh, ne”
“Saya Manager Lee Min Wook.”
“Oh, Anyeong! Mari, silahkan duduk Manager Lee.”
“Ne..” Lelaki itu lalu melirik map yang ada dihadapan Mi Mi. “Apakah itu surat kontraknya?” Tanyanya tersenyum ramah.
Mi Mi menyodorkan map itu, “Benar, anda bisa membacanya sekarang kalau mau.”
“Oh geurae..”
Manager Lee membuka map itu.
“Uhm Jogi.. apa ada surat kontrak dari pihak anda?”
“Omo! Josongeo Mi Mi ssi, surat itu ada di tas model pria itu. Mohon tunggu sebentar lagi, dia sedang ke toilet. Maaf ya.”
“Gwenchana, Manager Lee”
Model pria itu, model pria itu. Siapa sebenarnya yang akan menjadi model. Mi Mi penasaran, tidak sabar menunggu model itu datang. Berkali-kali melirik pintu masuk restoran, tapi orang yang datang dari sana tidak ada satupun yang menghampiri meja mereka.
Mi Mi mengenyampingkan penasarannya terhadap model pria itu saat Jong In datang dari pintu itu. Jong In tersenyum saat pandangannya bertabrakan dengan Mi Mi lalu melewati meja Mi Mi. Jong In duduk di kursi meja bar.
Tidak ada yang bisa dikerjakan Mi Mi selain menunggu hingga model itu datang.
Mi Mi membuka buku menu yang berada di sisi kanannya. Hanya melihat-lihat saja.
“Maaf menunggu lama.” Sambil meminta maaf, pemilik suara itu menarik kursi.
Mi Mi menganggkat kepalanya, Seperti tidak asing dengan wajahnya.
Josongeo menunggu lama. Suara itu terngiang di di kuping Mi Mi lagi. Suara itu, aku hafal sekali suara lembut itu.
“Anyyeonghasseo..” pria itu mengangkat ujungbibirnya. “Jonneun Luhan imnida” lanjutnya sambil mengajak berjabat tangan.
Mi Mi hampir tidak percaya dengan matanya sendiri. Pria yang dulu sering diintipnya, sekarang justru duduk dihadapannya dan menawarkan tangannya untuk si sentuh Mi Mi. Mi Mi tidak sanggup menyembunyikan debaran hatinya. Mi Mi sangat senang sekali. Pangeran masa kecilnya berada dihadapannya.
Sambil tersenyum gugup, Mi Mi mengelap telapak tangan pada paha sebelum akhirnya menerima uluran tangan Lu Han, “Jonneun Hwang Mi Mi imnida. Panggil saja Mi Mi.”
“Mi Mi” Lu Han mengangguk-angguk mengulang ucapan gadis dihadapannya.
“Tolong keluarkan Map merah didalam tas mu. Mi Mi ssi, mau membaca surat kontraknya.”
Map merah itu lalu disodorkan Lu Han pada Mi Mi yang masih saja membeku menatap Lu Han. Merasa diperhatikan dengan aneh, Lu Han kebingungan.
Jadi sudah seperti ini, dia? Lelaki yang dulu diam-diam aku nikmati suaranya itu sekarang sudah menjadi setampan ini. Terakhir aku mengintipnya diruang latiahan, lelaki ini masih polos. Seperti kuda putih. Lebih bersih dari selembar kertas putih yang kosong.Sekarang, penampilannya berbeda. Kemeja, mantel, topi, celana sepatu, juga jam tangannya.. Mi Mi tidak bodoh, kok. Semua yang menempel di tubuh lelaki itu bernilaian ratusan ribu won setiap satu barangnya. Yang membuat Mi Mi semakin senang adalah sifat Lu Han yang ramah, dan tidak bisa dipungkiri raut wajah ssangnamjanya tidak hilang sama sekali bahkan sekarang semakin jelas terlihat.’Mi Mi’ 8 tahun sudah berlalu, akhirnya aku mendengar suara itu memanggil nama ku
Mi Mi telah menandatangani kontrak itu dan melirik Lu Han yang asik dengan ponselnya .
“Semoga kerja sama kita lancar. Kalau begitu kami pamit dulu.” Begitu Manager Lee mengangat tubuhnya dari kursi, Lu Han pun seketika berdiri.
“Sampai nanti, hati-hati dijalan. Anyeong..” Mi Mi membungkuk memberi salam.
“Sebentar Hyung. Mi Mi ssi, pulang bersama kami saja.” Ajak Lu Han.
Kalau saja Mi Mi tidak tinggal di hotel ini, Mi Mi tidak akan menolak. Sungguh.
“Saya tinggal dihotel ini Lu Han ssi.”
“Oh Geurae, Kami pamit kalau begitu, Annyeong.” Lu Han memberi salam lalu pergi.
Mi Mi menatap punggung Lu Han yang menjauh hingga menghilang. Dipegangnya dadanya yang semula bedebar-debar, sekarang sudah kembali normal. Dia hampir tidak mempercayai yang barusan terjadi. Selama ia meninggalkan Seoul, keberadaan Lu Han dihatinya tidak pernah pudar sedikitpun. Tidak ada yang menggantikan pria yang menjadi pangeran impiannya sejak kecil. Lu Han adalah cinta pertama Mi Mi yang berhasil merebut hatinya lewat suaranya yang selalu menyentuh hati Mi Mi yang paling dalam. Meskipun kepulangannya kembali keSeoul bukan untuk mencari pangeran impian yang ia tinggalkan itu, tapi adalah sebuah keberuntungan untuk Mi Mi bisa bekerja sama dengan pangeran impian seperti Lu Han.
~~~~
Perlahan angin malam musim dingin menyentuh rambut panjang Mi Mi yang dibiarkan tergerai. Mi mi tengah mengirim email ke bagian produksi untuk menyusun jadwal pemotretan model.
Send.
Mi Mi menempelkan bibir tipisnya pada punggiran cangkir putih berisi kopi susu hangat. Ia menikmati suasana sunyi dimalam hari sambil memandangi layar-layar besar di setiap bagunan-bagunan pencangkar langit dari balkon kamar hotelnya. Tidak jauh dari tempatnya, ia mendapati layar besar yang menampilkan 11 gambar lelaki memakai kaus putih dan celana jeans biru. Salah satunya adalah seseorang yang baru saja bertemu dengannya. Lu Han. Rambutnya yang sedikit coklat, tangannya yang dimasukan kedalam juga senyum khas yang sama sekali tidak berubah sejak 8 tahun lalu itu, membuat Mi Mi teringat sebuah kalimat kuno.
Kalau jodoh pasti tidak kemana-mana. Jodoh pasti akan bertemu.
Benarkah dia jodoh Mi Mi? Ia berharap ada suara dari langit yang mengiyakan pertanyaan hatinya. Tapi, setelah melihat lelaki itu tadi, bahunya merosot.Rasanya sulit sekali Mi Mi bisa menjangkaunya. Meskipun Mi Mi pun bukan terlahir di tengah keluarga miskin, rasanya menjangkau lelaki hebat seperti Lu Han itu.. mustahil.
Mi Mi menikamati gambar Lu Han sambil menyesap kopi susunya. Sesekali ia menghela nafas pelan. Sampai Ia menoleh kesebelah kanan, ia baru menyadari ada seorang pria yang mengamatinya entah sejak kapan. Pria yang.. tampan. Mereka saling beradu pandangan lalu tersenyum kikuk. Mi Mi memutar badannya agar tidak bertatapan lagi dengan pria itu.
“Belum tidur?” Jong In membuka percakapan.
Mi Mi tersenyum canggung. “Belum”
“hmm.” Kecanggungan membawa Jong In melirik wallpaper laptop Mi Mi yang bergambar logo SE Home Shopping. “Kau bekerja di SE Home Shopping?” Tanya Jong In memastikan.
Sejenak, Mi Mi terkejut bagaimana Jong In tau bahwa dia bekerja di tempat itu. Jong In menunjuk laptop. “Oh, Ne.” Jawab Mi Mi kemudian.
Jong In hanya menganggukan kepalanya. Ia terdiam sesaat.
Seingat Mi Mi, saat pertama kali berbicara dengan lelaki ini mereka berdua saling berbicara dengan kalimat formal. Tapi sekarang, pria itu tiba-tiba memnggunakan kalimat yang sedikit agak santai. Tidak masalah.
“Bekerja di divisi apa?” Jong In bertanya lagi.
“Aku di divisi Marketing. Kau sendiri? Sudah bekerja?”
“Belum. Aku baru saja ingin mulai bekerja.”
Mi Mi mengangguk pelan.
“Uhm, kenapa tinggal dihotel. Sepertinya kau baru datang lagi ke korea ya?”
Sesaat Mi Mi terkejut, “Oh? Kenapa kau tahu? Aku memang baru saja kembali ke Korea. Aku sempat tinggal di LA beberapa tahun.”
“Hanya menebak saja.” Jong in tertawa.
“Sulit sekali mencari rumah dekat kantorku, jadi sementara aku tinggal disini dulu, tidak tahu sampai kapan.” Mi Mi menghela nafas.
Jong In baru saja ingin menanggapi cerita Mi Mi ketika ponselnya berbunyi.
Mi Mi memperhatikan raut muka tidak senang Jong In yang menerima telepon dari balkon sebelah yang tidak jauh dari tempatnya.
“Tadi kau lancang masuk kemar pria, sekarang kau menelpon pri di jam segini. Apa kau tidak kasihan dengan ibumu kalau mengetahui kelakuan anaknya seperti ini?”
....
“Iya kau sangat mengganggu.”
....
“Aku? Aku..” Jong In memutarkan bolamatanya, lalu dia menepuk-nepukan pagar balkon memanggil Mi Mi. Perempuan yang sedang menyesap kopinya itu tersedak saat Jong In berkata “sedang bersama pacarku.” Sambil menunjuk Mi Mi
Jong In ikut terkejut saat Mi Mi tersedak tadi.
Mi Mi langsung dapat memahami kondisi seperti apa sekarang. Jong In pasti meminta Mi Mi berpura-pura menjadi pacarnya lagi.
...
“Aku tidak bohong..” Jong In menggerakkan tanggannya memberi isyarat agar Mi Mi mengeluarkan suara.
Otthokae?
(lanjut ke The Forgotten #1(2) )