Cheossarang? Apa kau percaya kalau cinta pertama itu sulit dilupakan? Kau setuju dengan pernyataan itu? Entahlah, akhir-akhir ini sepertinya aku merasakannya. Dan aku mulai mempercayai kalau itu benar. Kalau itulah kenyataannya. Itulah kutukan cinta pertama.
Sudah bertahun-tahun kami saling mengenal, sejak kami berada disekolah dasar hingga kini. Keluargaku dan keluarganya sangat dekat, bahkan terkadang orang tua kami menggoda. Mereka bilang kelak akan menjodohkan kami berdua. Tentu saja aku menolaknya saat itu, dan merekapun tertawa.
Tak hanya orang tua kami yang seperti itu, teman-teman sebaya kami pun selalu mengejek kami, mereka selalu menulis nama kami dengan gambar bentuk hati ditengahnya, di papan tulis, di mejaku, di dinding kelas, atau bukuku dan bukunya. Aku selalu marah jika mereka melakukannya. Aku merasa malu.
Saat aku mulai beranjak remaja, di bangku sekolah menengah, teman-temanku selalu bilang jika aku beruntung mempunyai pacar yang tampan, aku selalu menyanggahnya, aku bilang dia bukan pacarku dan dengan naifnya aku selalu bilang kalau aku takkan pernah menyukainya. Dan itulah kebohongan terbesar yang pernah kukatakan.
Ku akui, ia tumbuh sempurna, tinggi, tampan, jago dalam semua olahraga, dan juga sangat pintar. Sejak kecil, aku selalu menyainginya, baik dalam pelajaran ataupun olahraga. Namun, terkadang ia terlihat sangat bodoh, seperti anak kecil. Aku menyukai sisi itu. Dalam pelajaran mungkin bisa dibilang aku lebih unggul, namun dalam olahraga, aku selalu nomor dua.
Di hari kelulusanku di sekolah menengah, keluargaku harus meninggalkan Busan. Kami akan pindah ke ibu kota. Nenekku sakit keras, dan ibuku harus merawatnya. Aku pergi bahkan tanpa sempat mengucapkan selamat tinggal padanya. Aku hanya bisa menangis dalam diam. Sejak itu aku tidak pernah bertemu dengannya lagi. Hingga sekarang.
***
Author POV’s
“Jagiya~” Teriak seseorag sambil melambaikan tangannya ke arahku.
“Ya! Chanyeol-ah!” Gadis berambut hitam panjang itu tersenyum lebar kea rah pria tampang di seberang jalan itu. Chanyeol mengahmpiri gadis tercintanya itu sambill berlari kecil. Chanyeol mengusap lembut kepala gadis itu sesampainya ia disana.
“Mianhe.. kau pasti kedinginan menungguku begitu lama..” Ujar sang gadis. Chanyeol merangkul kekasih tercintanya itu lalu berjalan perlahan meninggalkan tempatnya.
“Ani. Aku merasakan kehangatan hanya dengan memikirkanmu, jadi menunggu hingga besok pun aku sanggup.” Chanyeol tersenyum dan mengeratkan rangkulannya.
“Ya! Daebak! Kau semakin pintar gombal ya sekarang!” Ledek sang kekasihnya.
“Jjinjayo! Jjinja! Percayalah padaku!”
“Aigoo.. anak ini..” Gadis itu menyipitkan matanya lalu menyikut pelan lengan Chanyeol lalu berlari pergi dari hangatnya rangkulan Chanyeol.
“Ya! Eodi ga? Suzy-ah!” Chanyeol mengejar Suzy. Dibawah indahnya langit malam yang dipenuhi bintang, Suzy berlari menjauh dari Chanyeol yang mengejarnya. Mereka saling tertawa satu sama lain.
“Bagaimana di kantor? Ada masalah?” Tanya Chanyeol. Akhirnya mereka berhenti di sebuah kedai makanan di pinggir jalan.
“Biasa saja. Aku merasa bosan akhir-akhir ini,” Ujar Suzy. “Terlalu monoton untuk dijalani. Aku bangun di pagi hari, lalu bekerja hingga bumi beranjak menjauhi matahari, lalu kau menjemputku diseberang jalan itu, ahhh.. bagian ini tidak membosankan bagiku..” Lanjut Suzy sambil tersenyum menggoda Chanyeol. Lalu memasukan tteopoki yang sudah siap di sumpitnya.
“Ya! Neo.. “ Chanyeol mencubit pipi Suzy gemas. “Apa kau ingin pindah tempat kerja?” Tanya Chanyeol.
“Ani. Orang-orang disana selalu baik padaku, aku takut takkan menemukan orang-orang seperti mereka jika aku pindah..”
“Araseo.. terus bagaimana jika kau mengambil cuti? Kita jalan-jalan?”
“Jeongmal-yo?! Jjinja?”
“Jjinja yo jjinja!”
“Aaaaaaa!! Daebak Chanyeol-ah! Saranghae!” Suzy memeluk Chanyeol kegirangan.
“Kau ini.. seperti ini jika ada maunya saja!” Ledek Chanyeol. Suzy langsung melepas pelukannya dan memasang wajah cemberut. Chanyeol yang gemas langsung mencubit pipinya dan memeluknya.
Chanyeol POV’s
Bercanda seperti ini denganmu, aku ingin terus menikmatinya hingga nanti aku tak bisa lagi tertawa. Aku ingin kau menemaniku sampai tua. Cinta ini terlalu besar untuk ku tanggung sendirian. Senyummu, tawamu, tingkahmu, semua terlihat begitu sempurna di mataku. Aku bahkan tak bisa membayangkan gadis lain selain dirimu, aku benar-benar gila akan cintamu.
“Ya.. Chanyeol-ah! Jangan melamun seperti itu, oh?” Tiba-tiba Suzy membangunkan lamunanku. Mengembalikanku ke dalam mimpi indahku dengannya.
“Ahhh.. kau membawaku kembali masuk kea lam mimpi..” Ucapku.
“Eh? Apa maksudmu?”
“Berada di dekatmu serasa bagai mimpi buatku, kau ini nyata kan?”
“Pertanyaan macam apa itu?” Dia memukul lenganku.
Ya! Lihat! Dia tersenyum malu-malu. Aku suka saat dia seperti itu. Wajah manisnya sangat menggemaskan. Rasanya aku ingin terus disampingnya hari ini. Aku tak mau pergi darinya.
“Suzy-ah, aku ingin menginap dirumahmu malam ini..”
“Tidur saja dirumahmu sana, oh?”
“Bogosipeo.. aku ingin tidur sambil melihat wajahmu malam ini..”
“Aishh.. baiklah aku kalah.. kau boleh menginap dirumahku mala mini. Tapi awas kalau kau macam-macam padaku!”
“Roger!”
Malam ini benar-benar indah, seindah bintang menghiasi malam, menemaninya hingga matahari kembali menyinarinya. Seperti itulah Suzy, dia menyinariku, dan bahkan tidak ada cahaya lain selain dirinya di hidupku.
Kami sampai di sebuah rumah yang tidak terlalu besar. Suzy tinggal sendirian semenjak ia bekerja. Aku duduk di sofa putih di depan TV. Ku gapai remot dan kunyalakan TV lalu berbaring disana, sedangkan Suzy ke kamarnya. Tak lama kemudian dia keluar dengan kaos putih panjang setengah paha, rambutnya di ikat ke belakang. Dia duduk disampingku sambil membawa setoples keripik singkong.
Gadis ini benar-benar sempurna. Tanpa make-up pun ia tetap terlihat seperti malaikat. Aku merebut toplesnya, membuatnya merengut kesal, aku terkekeh dalam hati. Aku menepuk sofa kosong disebelah, menyuruhnya duduk secara tidak langsung. Ia pun menuruti permintaanku dan duduk disampingku.
END of Chanyeol POV’s
Malam berakhir cepat, Suzy kini terlelap dipundak Chanyeol, pria itu pun juga ikut terlelap dengan remot ditangannya. TV itu masih menyala. Mengisi keheningan mereka.
***
“Ya! Ppali! Ppaliwa ppali! Aku bisa telat nih!” Teriak Suzy di depan pintu kamar mandi.
“Jankkaman, oh?! Sebentar lagi aku selesai!” Teriak Chanyeol dari dalam kamar mandi.
“Aigoo…” Suzy kembali duduk di meja makan. Ada sepasang sandwich san dua gelas susu vanilla disana. Suzy meminum gelas yang berada di dekatnya. Tak lama Chanyeol keluar, dan langsung menyambar sandwichnya.
“Ayo.”
Mereka berjalan kaki menuju halte bus. Suzy bekerja di sebuah perusahaan swasta di Seoul. Sedangkan Chanyeol adalah pemilik sebuah restoran di Seoul. Jadi, yah, bisa dibilang Chanyeol itu bos. Mereka bertemu secara tidak sengaja saat Suzy dan teman-temannya mampir di restoran milik Chanyeol, dan akhirnya mereka berkenalan.
Chanyeol mengantar Suzy di seberang jalan perusahaan tempat Suzy bekerja, tempat biasa ia menunggu gadis itu.
“Ya, Suzy-ah.. sepulang kerja nanti, aku akan menunggumu disini, lalu ke restoranku. Oh?”
“Oh.”
“Dadah~”
“Dah~”
Chanyeol menunggu gadisnya masuk ke dalam sana, hingga tak terlihat lagi dimatanya. Setelah itu ia kembali ke restorannya. Suzy yang terburu-buru berlari kecil di halaman perusahaan. Ia baru ingat kalau hari ini ada meeting untuk membicarakan kerja sama perusahaan mereka dengan perusahaan baru. Gadis berperawakan cantik itu berlari mengejar lift yang hamper tertutup.
“Tahan lift-nya!” Teriak Suzy. Pintu lift kembali terbuka, Suzy segera masuk dan menekan tombol lantai tujuannya, namun ternyata tombol itu sudah menyala. Suzy yang sudah mulai bisa mengatur nafasnya kembali ke normal pun menoleh dan mengucapkan terima kasih.
“Gamsaham- “ Suzy terkejut.
“Annyeong…” Jawab orang didepannya.
“Kim.. Myung Soo?”
“Oraemaniya.. Suzy-ah..” Orang yang dipanggil Kim Myung Soo itu tersenyum sambil mengangkat tangan kanannya. Suzy terpaku di sudut lift.