"Heavenly Blush lagi?" Wendy mendengus tak percaya. Ini sudah kesekian kalinya Irene mengajaknya mengerjakan tugas kuliah mereka di tenpat favorite nya, Heavenly Blush. Sebuah tempat yang cukup cozy dikawasan myeongdong yang menjual sajian frozen yogurt dan sajian yogurt lainya. Gadis itu memang penggemar berat yogurt. Atau lebih tepatnya dia bisa disebut Yogurtarian.
"ayolah ,aku ingin makan ramyun" Wendy merengek.
"ini sudah cukup larut dan ku rasa ramyun tidak baik dimakan dimalam hari" Irene tertawa kecil sambil menyetir.
"samgyetang?" tanya Wendy penuh harap.
"baiklah. tapi setelah kita menyelesaikan tugas kita"
"ok !"
Tak lama kemudian mereka tiba ditempat yang dimaksud. Keduanya pun memesan menu yogurt favorit mereka dan lalu memilih tempat didekat jendela. Suasana langit malam Seoul di musim semi memang sangat indah. Ditambah lagi keramaian diseluruh penjuru kota yang merayakan festival musim semi. Banyak para muda-mudi Seoul yang hilir mudik dengan pasangan mereka masing-masing diluar sana.
"dia benar-benar menagjak mu berkencan?" tanya Wendy disela-sela kegiatanya dihadapan laptop.
"bukan kencan. hanya makan malam" jawab Irene datar.
"ayolah Irene ! kalian hanya akan malam berdua jadi ku rasa itu kencan. Kau seharusnya bersyukur. Ini bukan namja biasa yang mengjak mu. Tapi ini Lu Han. L - U - H - A - N. Seluruh gadis dikampus kita bahkan menginginkanya" ujar Wendy bersungut-sungut.
"termasuk kau?"
"come on ! you knew who's my crush" Wendy mendengus sebal.
Irene selalu seperti ini. Meskpun bukan tanpa alasan , tetap saja hal ini membuat Wendy semakin kesal. Sebagai teman , Wendy tentu saja tidak ingin terus melihat Irene terkurung dalam trauma akan cinta pertamanya. Cinta pertama yang bahkan telah menyakitinya dan meninggalkanya begitu saja. Irene bukanya tidak ingin mencintai. Tapi ia takut untuk mencintai ,lagi.
"bagaimana trauma mu bisa sembuh jika kau terus seperti ini?" Wendy terdengar sedikit mengeluh. Sementara itu Irene hanya menatap keluar jendela dan melahap Yogurt nya dengan tatapan kosong.
"kau benar-benar mengajaknya berkencan?" Baek Hyun terlihat mengerutkan dahinya. Ia masih belum yakin akan keputusan temanya itu.
"ya ,begitulah" jawab Lu Han santai sambil memainkan ponselnya. Mereka sedang menikmati makan siang mereka di cafetaria kampus dan hampir seluruh mata para gadis menatap ke arah mereka. Tentu saja , karena mereka cukup populer. Salah satunya Lu Han. Namja itu bisa dibilang type ideal 65% gadis dikampusnya. Sikapnya yang hangat dan lembut semakin menopang kharismanya dimata para gadis. Meskipun hampir setiap hari ia menerima pernyataan cinta , namun tak satu pun dari para gadis itu yang memikat hatinya. Ia selalu mencoba menolak mereka se-sopan mungkin. Setidaknya itu tidak akan terlalu menyakitkan. Bukan tanpa alasan. Ia masih penasaran akan Irene. Ini sudah terhitung dua tahun sejak ia mulai menyukai gadis itu.
"lalu apa jawabanya?" tanya Se Hun.
"ia menganggukan kepalanya dan tersenyum" Lu Han tertawa kecil mengingat kejadian kemarin saat ia mengajak Irene untuk makan malam.
"aku tak yakin. tapi , kau tau kan? dia menolak semua namja yang menyukainya bahkan setelah mereka berkencan beberapa kali" jelas Baek Hyun.
"berkencan denganya bukan berarti awal yang baik. semuanya selalu berakhir sama. ditolak" tambah Se Hun.
"hey ! kalian harusnya berdoa agar hal memalukan seperti itu tidak terjadi pada ku. bukankah aku juga selalu melakukan hal seperti itu kepada para gadis?" Lu Han membela diri.
"tapi kau tak pernah berkencan dengan mereka" Baek Hyun memotong perkataan Lu Han.
"ku rasa kalian sangat cocok. selalu menolak orang yang menyukai kalian. mungkin kalian memang ditakdirkan bersama. siapa tahu?" ujar Jong In. membuat Baek Hyun dan Se Hun mengerutkan keningnya. karena sedari tadi namja itu terlihat tidak begitu tertarik dengan pembicaraan mereka tetapi tiba-tiba saja ia memberikan respon yang berbanding terbalik dengan Baek Hyun dan Se Hun. Sementara itu Lu Han tersenyum simpul mendengar ucapan Jong In.
takdir ? mungkin.
Lu Han melirik jam tanganya beberapa kali. Ia sudah tibasejak 15 menit yang lalu disebuah restoran sushi yang direkomendasikan Irene. Ia memang meminta Irene untuk menentukan tempatnya. Ia hanya tidak ingin kencan pertamanya berlangsung buruk hanya karena hal-hal kecil. Misalnya seperti makananya atau tempatnya. Lu Han ingin semuanya berjalan sempurna. Ini bukan kencan biasa. Ini kencan pertamanya dengan orang yang ia sukai. Dua tahun sepertinya bukan waktu yang bisa dibilang sebentar untuk memendam perasaan. Tapi Lu Han berhasil melakukanya. Kenapa? karena ia yakin Irene lah oarangnya. Hanya Irene yang mampu membuatnya seperti ini.
"kau menunggu lama?" sebuah suara tiba-tiba saja memecahkan keheningan disekitar Lu Han. Namja itu menoleh dan mendapati gadis itu dibelakangnya dengan flare skirt berwarna soft orange yang dipadukan dengan crop tee berwarna putih.
"tidak juga" Lu Han tersenyum dan mempersilahkan Irene untuk duduk. Gadis itu mengangguk dan mengambil pososi didepan Lu Han.
"kau sudah memesan?" Irene menatap meja dihadapanya yang sudah dipenuhi beberapa varian sushi. Lu Han mengangguk dan tersenyum. Jujur saja , ia memang tidak bisa berhenti tersenyum sejak kemarin. Ini pertama kalianya ia hanya berdua dengan Irene. Gadis yang ia sukai. Biasanya ia hanya bertemu Irene diparkiran , koridor,atau di cafetaria.
"kenapa kau terus menatap ku? ada yang aneh?" Irene mengerutkan dahinya.
"tidak , kau sangat cantik"
"apa itu sebuah pujian?"
"menurut mu?"
"entahlah. bisa jadi pujian atau hanya sekedar ucapan .."
"itu pujian" Lu Han memotong perkataan Irene dan kembali pada sushi dihadapanya. Sesekali ia mencuri pandanganya ke arah Irene dan kembali lagi pada sushinya.
Irene bukanya tidak gugup. Ia bahkan SANGAT gugup. Ia akui, Lu Han memang tampan dan memenuhi semua boyfriend materials. Bohong jika Irene tidak gugup. Bohong jika Irene sama sekali tidak senang. Bohong jika Irene menerima tawaran makan malam ini tanpa alasan. Gadis itu memang cukup tertarik pada Lu Han. Tapi tetap saja , rasa takutnya akan cinta lebih besar dari pada ketertarikanya pada Lu Han.
"ceritakan sesuatu tentang dirimu" Lu Han memulai pembicaraan setelah cukup lama terdiam. Irene mengalihkan pandanganya dari sushi miliknya dan menatap kearah Lu Han.
"seperti?" tanyanya.
"apa yang kau sukai , tempat favorit mu, film favorit mu , hal-hal kecil seperti itu" jelas Lu Han.
"aku suka Yogurt , tempat favorit ku Heavenly Blush. Film ? entahlah. Aku tidak memiliki judul yang spesifik. Tapi aku tidak suka cerita yang berbelit-belit" jawab Irene.
"kau ini lucu sekali ya" Lu Han tertawa kecil. Membuat Irene mengerutkan dahinya.
"kau menjawab apa yang aku sebutkan sebelumnya. Ku kira kau akan memberitahu ku hal yang berbeda" lanjut Lu Han. Irene hanya tersenyum simpul.
"jadi kau Yogurtarian? pantas saja kau sangat cantik"
"cheesy" ujar Irene dengan nada sedikit meledek.
"Aku serius" Lu Han menekankan kata serius pada ucapanya.
"it's healthy. and i'm proud being yogurtarian" Jelas Irene.
Nyaman. Itulah yang Irene rasakan sekarang. Berbicara dengan Lu Han membuatnya sedikit relax. Ia bahkan tak pernah merasa seperti ini pada kencan-kencan sebelumnya. Lu Han sangat tulus. Itulah yang ia rasakan.
"apa yang akan kau lakukan setelah lulus?" tanya Lu Han mulai mengganti topik pembicaraanya kali ini.
"bekerja , apa lagi?"
"aku tahu,maksud ku apa kau tak punya cita-cita?" Hening. Tak ada jawaban. Irene terlihat menghelas napasnya beberapa kali.
"cita-cita ? aku tidak tahu ini bisa disebut cita-cita atau bukan. Tapi , aku ingin menikah saat aku berusia 23 tahun" jawab Irene setelah akhirnya berdiam beberapa menit. Irene tersenyum simpul. Ia tak pernah mendapat pertanyaan seperti ini. Namja-namja yang mengajaknya berkencan selalu memberikan pertanyaan-pertanyaan membosankan. Seperti siapa mantan kekasih mu? berapa banyak namja yang kau tolak ? apa kau punya crush? apa kau suka film romantis? dan berbagai macam pertanyaan yang sama yang hanya akan menguntungkan mereka. Mendapatkan infromasi pribadi Irene.
Tapi Lu Han berbeda. Ia dapat melihat itu. Ia tidak terlihat begitu ingin tahu. Ia bahkan sepertinya tidak akan marah jika Irene tak mau menjawab pertanyaanya.
"bukankah itu terlalu muda?"
"tidak juga. tapi ku rasa 3 tahun dari sekarang sudah lebih dari cukup untuk menghilangkan trauma ku"
"tra.."
"lupakan" Irene memotong perkataan Lu Han sebelum ia ingin tahu lebih jauh. Irene tak pernah mengatakan ini sebelumnya. Ia tak pernah mengatakan soal traumanya pada namja manapun. Tapi entah mengapa , beberapa detik yang lalu hal itu keluar begitu saja dari mulutnya.
bodoh !. umpatnya.
"apa itu berhubungan dengan sikap mu selama ini?" tanya Lu Han tiba-tiba. Membuat Irene sedikit panik.
"tidak bisakah kita membicarakan yang lain?"
"tapi .."
"Lu Han , aku harus pergi. ini sudah pukul 09:00" ujar Irene. Gadis itu mengambil ponselnya dan lalu bangun dari dudknya. Bersiap untuk meninggalkan Lu Han.
"Irene !" Lu Han menarik pergelangan tanganya sebelum Irene benar-benar pergi.
"jika itu memang alasanya , aku akan membantu mu" ujar Lu Han. Setengah berteriak. Mencoba menahan Irene.
"ini bukan urusan mu Lu Han" Irene melepaskan pergelangan tanganya dari Lu Han dan meninggalkan namja itu sendiri.
jadi itu alasan mu. Batin Lu Han.
Irene meletakan kepalanya diatas meja. Otaknya masih terus memutar kejadian semalam. Ia merasa bersalah. Itulah yang terjadi. Ia merasa bersalah karena telah bersikap seperti itu pada Lu Han. Ia tidak biasanya seperti ini. Ia bahkan tidak begitu memikirkan perasaan para namja yang ia tolak. Ia masih berpikiran bahwa semua namja itu sama saja. Pada akhirnya akan menyakiti.
Tapi ia tak bisa berbohong. Ia melihat sesuatu yang lain dimata Lu Han saat mencoba menahanya pergi. Ia melihat pancaran itu lagi. Sebuah pancaran ketulusan. Meskipun ia belum begitu yakin , tapi setidaknya ia sudah cukup yakin.
Haruskan ia mulai membuka hati untuk pria lain ?
Tapi bagaimana jika ia tersakiti lagi?
Tidak , ia tidak ingin hal itu terjadi.
Satu kali sudah cukup untuk merasakan kehilangan,disakiti dan dikecewakan.
Kenagan buruk itu masih begitu melekat diotaknya. Ia masih ingat betul apa yang ia dengar malam itu. Namja yang begitu ia cintai. Cinta pertamanya ingin mengakhiri hubunganya dengan Irene karena ia harus menikahi gadis yangs sedang mengandung bayinya.
Sakit? tentu saja. Hal ini telah memperjelas bahwa selama ini pria yang ia cintai telah bermain dengan wanita lain dibelakangnya. Ia tidak mencintainya. Irene yang terlalu bodoh jatuh kedalam buaiannya. Dan sejak saat itu Irene yakin , semua kata manis yang dilontarkan pria hanya akan membawanya kedalam lubang yang sama.
"jadi kau ..jadi kau meninggalkanya begitu saja?" tanya Wendy tak percaya. Ia baru saja tiba dikampus dan mendapati Irene yang terlihat tidak bersemangat. Tidak seperti Irene si Yogurtarian yang biasanya.
"aku yang salah" ujar Irene.
"sebaiknya kau minta maaf"
"sudah ku bilang dia akan menolak mu" ujar Baek Hyun sedikit kesal.
"bukan seperti itu" Lu Han mencoba mengelak.
"dengarkan dulu penjelasanya" Ujar Jong In.
"lalu?" tanya Se Hun.
Lu Han menghela napasnya sekali lagi. Cukup sulit manceritakan apa yang terjadi pada ketiga temanya. Setidaknya Jong In masih mengerti. Karena Baek Hyun dan Se Hun nampak sudah cukup gerah dengan hal ini. Bukaya mereka tak menyukai Irene. Mereka hanya tak ingin Lu Han nantinya terluka. Karena ini pertama kalinya bagi Lu Han benar-benar menyukai seseorang.
"dia sepertinya mengalami trauma" lanjut Lu Han.
"trauma?" tanya Baek Hyun , Se Hun dan Jong In bersamaan.
"ya..begitulah. aku sudah mencoba menahanya,tapi dia tetap pergi."
Mereka menepuk -nepuk pundak Lu Han,mencoba memperbaiki mood namja itu yang sudah buruk karena kejadian semalam. Tapi , jujur saja rasa kasihanya terhadap Irene jauh lebih besar dari pada rasa kecewanya karena kencan semalam. Memiliki trauma seperti itu tentu saja menyusahkan. Bukah hanya pikiran yang lelah , tapi juga hati. Ditambah lagi rasa takut yang dimiliki orang trauma bukan main-main.
"Lu Han"
Sebuah suara tiba-tiba saja membuat ke empat namja yang sedang duduk taman kampus mereka menoleh secara bersamaan.
"Ir..Irene.." Lu Han terkejut karena gadis yang baru saja ia bicarakan tiba-tiba saja muncul dihdapanya. Ketiga teman Lu Han saling pandang. Sementara itu , beberapa mahasiswa yang sedang berada disekitar taman terlihat saling berbisik.
"bisa kita bicara?" tanya Irene.
"cepat sana" Se Hun memukul lengan Lu Han dan namja itu pun bangun dari duduknya.
"hanya kita?"
Lu Han dan Irene sekarang ada di dalam mobil Lu Han. Belum ada yang memulai pembicaraan. Padahal mereka sudah lebih dari 3 menit didalam mobil.
"aku.." ujar mereka bersamaan.
"kau dulu" ujar Lu Han.
"kau saja" uajr Irene.
"bukanya kau yang ingin bicara dengan ku?" tanya Lu Han.
ah benar juga ! . Irene merutuki dirinya sendiri.
"soal kejadian semalam , aku minta ma.."
"tidak perlu,aku yang seharusnya minta maaf" Lu Han memotong perkataan Irene.
"itu kencan pertama kita dan aku sudah merusaknya dengan menanyakan hal-hal yang tidak membuat mu nyaman" lanjut Lu Han. Irene hanya bisa terdiam. Bukan ini yang ia dan Wendy rencanakan. Seharusnya ia yang minta maaf. Bukan Lu Han. Karena ini salahnya.
"maaf meninggalkan mu begitu saja" ujar Irene akhirnya membuka suara.
"kau tau? terkadang aku berpikir aku mungkin tidak akan pernah membuka hati untuk pria manapun. aku takut hal seperti itu terjadi lagi. karena.. aku tidak suka di khianati. aku benci ditinggalkan ,karena aku tidak pernah meninggalkan pada awalnya" lanjut Irene. Sementara itu Lu Han hanya menatap iris mata gadis disampingnya tanpa merespon apa pun. Ia mungkin tidak pernah merasakan apa yang dikatakan Irene. Tapi ia bersumpah tidak ingin merasakan itu apa lagi untuk melakukan itu pada gadis yang ia cintai.
"kau harus mencobanya,aku akan membantu mu" ujar Lu Han setelah cukup lama terdiam.
"aku tahu itu sulit , tapi .. bolehkah aku jujur?" tanya Lu Han. Irene mengangguk merespon pertanyaan Lu Han.
"aku sudah lebih dari dua tahun menyukai mu. tapi sudah selama itu pula aku memendam perasaan ini. aku takut. aku benci penolakan. terlebih lagi mendapat penolakan dari orang yang aku sukai. dan , baru kali ini aku berani mencobanya. itu memang cukup sulit Irene. tapi , jika kau mau mencoba membuka hati mu , aku berjanji akan membantu mu menghilangkan rasa sakit itu" jelas Lu Han. wajahnya tampak gusar.
"promise?" tanya Irene. Lu Han tersenyum dan mengangguk sebagai jawabanya.
"Bagaimana dengan kencan kedua di Heavenly Blush sebagai permintaan maaf ku?" tanya Lu Han. Irene tersenyum dan mengangguk.
From : Yogurtarian <3
Aku sudah di Heavenly Blush. Apa yang terjadi ? Kenapa tiba-tiba meminta ku kesini?
Lu Han tertawa kecil setelah membaca sebuah pesan yang baru saja masuk ke ponselnya. Ia sedang menyusuri myeongdong dengan mobilnya di hari yang cukup terik ini. Ya ,musim panas telah berlangsung sekitar sebulan lalu. Dan Lu Han telah berhasil menaklukan hati Irene tepat pada hari pertama di musim panas.
Senang ? tentu saja.
Selama musim semi iya telah berhasil membuat Irene lebih terbuka kepadanya,lebih dekat denganya,dan tentu saja ia telah berhasil menyemaikan benih-benih cinta dihati Irene. Cukup sulit , tapi ia puas. Tentu saja , setelah hampir tiga tahun akhirnya ia memiliki gadis yang ia dambakan.
Ia tahu , ia mungkin tidak sebaik mantan kekasih Irene atau tidak sebaik apa yang Irene harapkan. Tapi setidaknya , ia telah berusaha menjadi yang terbaik untuk masa depan Irene. Masa lalu mungkin bisa menjadi cermin untuk melangkah ke masa depan. Tapi , masa lalu yang buruk bukan sesuatu yang harus terus kita lihat. Karena hal itu hanya akan membuat kita merasa takut melangkah ke masa depan.
From : Lu <3
Silly . kau bahkan tak ingat hari apa ini. keterlaluan.
Irene mengerutkan dahinya begitu membaca pesan dari Lu Han.
"aish ,sebenarnya kemana dia" gerutu Irene kesal. Ia sudah menunggu lebih dari 15 menit.
"kenapa kau hanya pesan satu?" sebuah suara tiba-tiba saja mengejutkan Irene. Namun didetik berikutnya , gadis itu tersenyum melihat siapa yang datang. Itu Lu Han. Pria yang dicintainya.
"Yogurtnya akan meleleh jika aku pesan sekarang" jawab Irene.
"ah , begitu" jawab Lu Han sambil mengambil posisi didepan Irene.
"tapi ,ngomong-ngomong hari apa ini? apa ada tugas yang belum kau kumpulkan?" tanya Irene serius.
Bukanya menjawab , Lu Han malah membuka backpacknya dan mengambil sesuatu disana. Irene hanya menatap kekasihnya dengan tatapan heran.
"silly ,today is our 1st month anniversarry. You didn't even remember it" Lu Han menghela napasnya dan meletakan sekotak coklat diatas meja. Sudut-sudut bibir gadis dihadapanya tiba-tiba saja terangkat. Irene tertawa kecil.
"Mian .. aku memasang alarm yang salah" ujarnya sambil tertawa kecil menunjukan ponselnya. Ia memasang alarm 1st month anniversarry nya untuk besok. Lu Han hanya tersenyum menanggapai hal itu dan mengacak rambut gadisnya.
"untuk mu" ujar Lu Han. Menyodorkan kotak berukuran sedang berisi coklat kehadapan Irene.
"ini less sugar. Kau tak perlu takut" Lanjut Lu Han sebelum Irene protes. Gadis dihadapanya hanya tertawa kecil dan lalu mengambil kotak itu. Ia lalu membuka sebuah card yang menempel diatas kotak coklat tersebut.
"apa ini?" tanyanya.
"entahlah. Ku rasa kau harus membacanya jika penasaran" jawab Lu Han.
Irene pun membuka card itu dan mulai membaca apa yang tertera disana.
You're special to me. You're the only one who i wouldn't mind losing sleep for,the only one who i can never get tired of talking to,and the only one who crosses my mind constantly throughout the day. You're the only one who can make me smile without trying,bring down my mood without the intention to and affect my emotion with every action of yours. I can't explain with just words how much you mean to me, but you're the only one i'm afraid of losing and the one i want to keep in my life.
"how cheesy" Irene tertawa setelah membacanya.
"aku berpikir keras untuk menulisnya dan kau malah tertawa" Lu Han mendengus tak percaya.
"kau tau kan? hal-hal seperti ini bukanlah gaya ku" lanjut Lu Han.
"gomawo" ujar Irene. Ia memegang tangan Lu Han dan tersenyum ke arah kekasihnya itu. Lu Han menggenggam tangan Irene dan mengecupnya lembut. Tak pernah ia merasa sebahagia ini.
"apa hanya ini hadiah ku?" tanya Irene.
"tentu saja aku masih punya yang lain" jawab Lu Han.
"kalau begitu berikan sekarang" rengek Irene.
"lalu bagaimana dengan hadiah ku?" tanya Lu Han.
"hmm... aku akan memberikanya besok hehe"
THE END