“Mianhae..”ucapnya kemudian. Sepertinya aku familiar dengan suaranya.
“Luhan-oppa?”
Luhan’s POV
Selama sebulan ini aku akan tinggal di Korea. Rindu sekali akan kampung halaman. Hari ini adalah hari keduaku berada di Korea. Karena studiku akan dimulai besok pagi, aku memutuskan untuk berjalan-jalan. Yah.. sekedar melepas penat saja. Karena selama sebulan kedepan aku harus belajar giat.
“Nara..”ucapku pelan. Aku sangat merindukanmu Nara. Bagaimana keaadanmu sekarang? Kau tinggal dimana? Bersama siapa? Banyak sekali pertanyaan yang menyelimuti otakku. Aku sangat menghawatirkanmu. Nomormu tidak aktif, membuatku semakin khawatir. Eomma dan appa bilang tidak tahu kau dimana, yang jelas mereka mengatakan kalau kau bersama keluargamu di Korea.
Aku berjalan dengan langkah terburu-terburu. Tak sengaja aku menabrak seseorang.
“Mianhae..”ucapku kemudian.
“Luhan-oppa?”
Sebelum aku melangkahkan kakiku lagi, Nara? Bukankah dia Nara, Ya.. dia Nara, yang ada didepanku sekarang adalah Nara.“Na-na-ra?”aku masih belum yakin akan seseorang yang ada didepanku ini. Aku tidak menyangka.. aku bertemu dengannya. Kulihat dia menatapku sendu. Sepertinya banyak sekali hal yang ingin dia katakan padaku.
**Your sad eyes looked at me as you told your story..**
Spontan kupeluk tubuhnya.”Aku sangat merindukanmu Nara..”
“Mianhae oppa..”ucap Nara sambil melepaskan pelukan kami.”Banyak hal yang ingin kutanyakan padamu.”ucapku kemudian.
Kami berdua memutuskan untuk melanjutkan obrolan di Cafe terdekat. Sepertinya hari ini aku sungguh beruntung bisa bertemu dengannnya.
“Bagaimana keadaanmu sekarang Nara?”
“Aku baik-baik saja, bagaimana dengan oppa?”
“tidak baik semenjak kau meningalkanku.”
Nara’s POV
Setelah mendengar itu kuyakin wajahku saat ini merah. Senyuman Luhan-oppa membuatku bahagia. Damai sekali rasanya. “Benarkah? Aku merasa tidak baik sekarang setelah bertemu dengan oppa.” Aku menggodanya sekarang. Kulihat wajahnya berubah kesal. Aa.. lucu sekali,
“Apa yang kau katakan tinkerbellku..”ucapnya sambil mengacak-acak rambutku. Aku hanya tersenyum menunduk malu. Aku merindukan saat-saat seperti ini bersamamu oppa. Kami menikmati kopi yang telah kami pesan. Beberapa saat kami terdiam satu sama lain.
“Nara..”
“Ne..”
“Kau tinggal dimana?” Apa yang harus kukatakan , apakah dia tahu saat ini aku sudah menikah. Tapi ,tidak mungkin.
“ee.e... aku tinggal di daerah dekat sini, ya.. dekat sini oppa.”
“Maksudku kau tinggal bersama siapa? Aku sangat menghawatirkanmu selama di Cina” Luhan-oppa menatapku tajam yang membuatku kebingungan. Haruskah aku mengatakan keaadan sebenarnya. Entah kenapa saat ini aku berpikir ingin kembali ke Cina bersama Luhan-oppa. Aku tidak kuat bersama Baekhyun. Tapi tidak mungkin..
“Oppa tidak perlu tahu, yang penting aku baik-baik saja kan sekarang..”ucapku sambil tersenyum kepadanya.
“Lalu apa yang oppa lakukan disini?”tanyaku antusias
“Aku hanya ingin bertemu denganmu Nara..” Dia mengatakannya sambil tersenyum kecil kepadaku. Sungguh senyuman yang indah.
“Ya! Oppa.. aku serius”
“Aku dipindahkan disini Nara,”
“Jinjja??” Luhan-oppa hanya mengangguk pelan. Berarti aku akan selalu bertemu dengannya selama di Korea. Eotokhe? Bagaimana jika dia tahu statusku sekarang.
“Kau sudah berbeda Nara,emm... sepertinya kau terlihat semakin kurus..”
“Benarkah? Kupikir itu lebih baik daripada aku terlihat semakin gendut,” Jawabanku tadi membuat Luhan-oppa tertawa. Kami melanjutkan kegiatan minum kopi masing-masing.
“Setelah ini kau akan kemana?”
“Aku akan pulang kerumah, bagaimana dengan oppa?”
“Mwo? Kita baru saja bertemu dan kau ingin pulang kerumah begitu saja?”
“Lalu aku harus bagaimana oppa?”
“Temani aku jalan-jalan..”
“Tapi...” Sebelum aku melanjutkan ucapanku ,Luhan-oppa menarik tanganku
“Kajja..”
“Oppa... kita akan kemana? Aku juga tidak tahu daerah sini”ucapku sambil mengikuti langkahnya yang semakin cepat. “Benarkah? Bukankah hampir 1 bulan kau berada di Seoul?”
“Ne.. tapi aku tidak pernah berkeliling.. ingatanku akan jalan kan juga lemah oppa..”
“Oh ya.. aku hampir lupa.. kau kan pelupa,..”
“Ya! Jangan sebut aku seperti itu..”ucapku sambil cemberut.
“Kita akan kearah sana, taksi..!!”
**
Baekhyun’s POV
Hari ini seperti biasa, aku harus mengikuti rapat-rapat yang menurutku sangat membosankan.
Tok-tok tok~..
Suara ketukan pintu membuatku terbangun akan lamunanku. “Ne, masuklah” Kulihat sekretarisku datang dengan membawa beberapa dokumen. Aku yakin sebentar lagi akan dimulai rapat.
“Direktur.. sekarang.”Ucapnya dengan sopan. Kubangun dari kursi yang dimana orang-orang banyak yang menginginkannya. Tapi mereka belum tahu bagaimana rasanya beban dan tanggung jawab dari kursi tersebut. Sepanjang jalannya rapat aku tidak bisa berhenti memikirkan Nara. Entah kenapa aku selalu ingin bertemu dengannya.
----
“Baekhyun..”
“Baekhyun,..” Kulihat Chanyeol yang tak tahu kenapa bisa ada disampingku.
“Hey Baekhyun, rapat sudah selesai!”ucapnya lagi.
“Ne, aku mendengarmu chanyeol,..”ucapku malas.
“Kau kenapa?”Entah mengapa aku malas sekali menjawab pertanyaannya. Aku hanya menggelengkan kepalaku dan beranjak bangun untuk keluar dari ruangan ini.
“Hey.. ceritakan padaku.. mungkin aku bisa membantu” Chanyeol mengikutiku sampai menuju ruanganku.
“Aku bosan” Chanyeol mendekatiku dan duduk di meja kerjaku. Ini memang kebiasaannya. Kuputar kursiku menuju arah jendela sebelah kananku. Kupandang pemandangan luar yang memang memuakkan. Hanya mobil-mobil yang melintasi jalanan.
“Apa karena pekerjaan?”tanya chanyeol sambil memainkan ponselnya.
“Entahlah..”
“Aaa.... apa karena istrimu itu? bukankah dia cantik, mengapa kau bosan, lagipula dia masih sangat muda kan.”chanyeol mengedipkan sebelah matanya.
“Lalu?” Ku bangkit dari kursiku untuk mengambil minum. Rasanya tenggorokanku kering sekali.
“Baekhyun.. aku mengenalmu dari dulu, aku tahu bagaimana perasaanmu saat ini. Emm.. apakah dia belum bisa mencintaimu?” Aku hanya menatapnya, dia tersenyum kecut dan berjalan mendekatiku.
“Kurasa dia akan mencintaimu baekhyun, perlakukan dia dengan baik. Pertama kali aku melihatnya bersamamu dia sangat menghormatimu dari tingkahnya, ucapannya, semuanya membuatku iri padamu..”
Kuletakkan gelas yang kini sudah kosong, “Jangan menasehatiku seperti ini, kau tidak tahu apa-apa”
“Hey.. aku hanya memberitahumu baekhyun-ah, sebelum kau menyesal nanti. Oh ya.. aku harus kembali kebawah , bye”ucapnya sambil memukul pundakku. Kemudian dia keluar dari ruanganku.
“Sebelum kau menyesal... “ucapku lirih sambil tersenyum.
***
Dua insan itu tampak bahagia menikmati pertunjukan lumba-lumba. Sesekali mereka bertatapan dan tatapan itu seakan mereka arti tersendiri.
Nara’s POV
“Oppa.. itu lucu sekali”ucapku pada Luhan saat melihat pertunjukan lumba-lumba. Luhan hanya tersenyum kepadaku. Kami menikmati pertujukan ini sampai selesai. Hari ini rasanya aku bahagia sekali. Ternyata sudah lama aku tidak bersenang-senang seperti ini.”
“Nara.. kau harus semangat”ucapku pada diriku sendiri.
“Apa yang kau katakan?”tanya Luhan sambil menatap aneh kearahku.
“Ah.. ani ...” Setelah pertunjukan selesai kami berdua pergi untuk membeli minuman. Tapi yang membeli minum adalah Luhan-oppa, aku hanya menunggu. Entah kenapa aku ingin duduk, rasanya kakiku pegal sekali. Kulihat kanan-kiri untuk memastikan apakah ada kursi.
“Haruskah aku berdiri terus seperti ini” keluhku pada diriku sendiri. Tak ada tempat yang bisa diduduki. Karena saat ini aku berada dipinggir jalan. Aku melihat diseberang sana ada halte. Ah.. bukan ide yang buruk. Segera kulangkahkan kakiku kesana. Setidaknya disana aku bisa duduk. Untung saja di halte ini sepi. Kenapa Luhan-oppa tidak segera kembali. Dari sini bisa kulihat tempat tadi, walaupun terpisah oleh jalan tapi tetap terlihat jelas. Semoga saja Luhan-oppa bisa melihatku disini. Entah kenapa aku merasa bahagia saat ini. Tak sadar aku tersenyum sendiri.
“Oppa !!”teriakku keras saat mengetahui Luhan-oppa telah berada diseberang sana. Kulihat sepertinya dia membawa Ice Cream. Sepertinya dia melihatku, segera dia menuju kearahku. “Kenapa kau pindah kesini? Ice Creamnya hampir mencair. Cepat habiskan,”gerutu Luhan-oppa sambil memakan Ice Creamnya. Saat ini dia sangat lucu sekali, aku tertawa sambil memandanginya.
“Ppali Nara...” Sekali lagi aku hanya terkekeh melihat tingkahnya saat ini. Benar-benar lucu sekali. Kenapa dia mirip namja umur belasan tahun.
“Kenapa kau memberiku rasa coklat”ucapku sambil memakan Ice Cream yang sudah mulai meleleh ini.
“Bukankah dulu kau suka rasa coklat?”
“Sekarang tidak..”ucapku manja kepadanya. Dia hanya tersenyum. Sepertinya miliknya sudah habis. “Setelah ini kita akan kemana?”tanyanya padaku yang masih menikmati Ice Cream. Aku hanya menggelengkan kepalaku. Pemandangan yang ada didepanku membuatku tertawa. Luhan-oppa hanya menatapku heran.
“Nara-ya , ada apa?”ucapnya bingung.
“Oppa.. mengapa kau seperti anak kecil..” Dia terlihat kebingungan.
“Maksudmu apa Nara, aku tidak suka seperti ini?”Sepertinya dia marah. Segera kuambil tisu yang memang selalu kubawa. Kubersihkan sisa Ice Cream yang ada disekitar mulut Luhan-oppa. Dia juga tidak berubah, sama seperti dulu.
Luhan’s POV
Apa yang dia lakukan saat ini membuat jantungku berdetak sangat cepat. Park Nara.. sepertinya aku benar-benar mencintaimu. “Selesai”ucapnya sambil tersenyum.
“Gomawo”kulihat dia masih tersenyum. Aku suka senyumnya , sangat indah.
“Sepertinya ini sudah sore, apakah kau masih ingin berjalan-jalan lagi?”tanyaku pada Nara yang kini terdiam.
“Sepertinya aku harus pulang Oppa..” Entah kenapa aku merasa dirinya berbeda. Kenapa sekarang dia terlihat tak bersemangat.
“Eumm kalau begitu pulanglah, Ohya aku akan mengantarmu?”
“Tidak perlu Oppa.. Aku bisa pulang sendiri.”
“Benarkah? Kalau begitu hati-hati..”
“Sampai jumpa kembali Oppa?”ucapnya sambil melambaikan tangan. Setelah itu juga dia sudah masuk taksi dan pergi meninggalkanku. Sekarang aku terdiam sendiri. Rasanya aku tidak ingin berpisah dengannya. Satu hari bersamanya rasanya itu sangat kurang.
“Aigoo..kenapa aku bisa bodoh sekali. Kenapa aku tidak meminta nomor ponselnya.”gerutuku dalam hati. Setelah ini bagaimana aku bisa bertemu dengannya. Mungkin hanya takdir yang akan mempertemukan kami lagi.
Nara’s POV
Saat ini hatiku diliputi kecemasan. Apa yang barusan aku lakukan, bersama laki-laki lain. Nara,.. kau sudah punya suami, ingat. Berbagai pikiran telah berkumpul di dalam otakku. Bagaimana jika Baekhyun tahu hal ini. Haruskah aku memberitahunya jika hari ini aku bertemu dengan Luhan-oppa.
“Nona.. kita akan kemana?” Pertanyaan dari sopir taksi membuatku terkejut. Dimana alamat rumahku? Bukankah aku tidak tahu dimana?
“Ini.. eum.. antarkan aku kesini Ahjussi..”ucapku sambil memberikan kertas. Kertas dimana alamat toko ponsel yang diberikan oleh Baekhyun tadi pagi. Ohya kenapa aku tidak mengecek ponsel baruku. Saat kubuka dari kotaknya, aku sangat bahagia. Kenapa dia memberiku ponsel mahal seperti ini.
----
“Gomawo Ahjussi”
Setelah sampai di toko tadi pagi. Aku mulai megingat-ingat jalan pulang. Ya.. seperti inilah caraku. Sepertinya tadi pagi aku dari arah sana.. kemudian belok kanan eh kiri.. aaa kenapa aku tidak bisa mengingatnya.
“Nara-ya?” Bukankah itu suara.. Luhan-oppa. Apa yang ia lakukan disini.
“Oppa?” Dia berjalan kearahku.
“Apa yang oppa lakukan disini?”tanyaku kepadanya.
“Bukankah tadi pagi kau bilang rumahmu berada di dekat sini. Makanya aku kembali kesini, ya mungkin saja bertemu kau disekitar sini, eh ternyata memang iya”ucapnya santai. Bahkan dia masih mengingatnya. Berbeda jauh denganku, apakah tadi aku mengatakan seperti itu.
“Lalu dimana rumahmu, kenapa kau baru sampai disini? Bukankah kau sudah mendahuluiku tadi?” Apa yang kukatakan, haruskah aku mengaku jika aku tak tahu jalan pulang.
“Rumahku didekat sini Oppa, tadi aku mampir sebentar”ucapku gugup. “Kalau begitu ayo kuantar, kau bilang dekat kan. Sebaiknya tadi kau tidak menolakku untuk mengantarmu.”
“Ah.. Ne..”ucapku sambil mengangguk ragu. Aku berjalan mendahuluinya. Setidaknya aku berusaha mengingat jalan apa saja yang tadi pagi kulewati. Sesekali aku berhenti memastikan jalan yang kulalui benar.
Sepertinya cukup jauh. Kulihat Luhan-oppa mengikutiku tanpa mengeluarkan satu patah katapun. Kenapa orang ini diam saja.
“Apa kau lupa dimana rumahmu?”tanya Luhan tiba-tiba. Mendengar itu aku hanya bisa menelan ludah.
“Ani.. aku hanya eum.. sedikit.. sedikit lupa..”kataku sambil tersenyum kecil. Kulihat dia hanya mengangguk.
Setelah beberapa kali salah jalan, akhirnya aku sampai di rumah Byun Baekhyun. Mudah sekali untuk mengingat rumahnya tapi tidak untuk jalan menuju kesana. Dari deretan rumah yang berada disini, rumah Baekhyunlah yang paling waw. Sulit untuk dijelaskan memang.
“Oppa.. aku sudah sampai. Gomawo..”
“Ini rumah keluargamu, Ne.. , sama-sama Nara-ya”Luhan menatap heran. Saat aku melihat kedalam sepertinya mobil Baekhyun belum ada. Huft... untung saja. Pasti dia lembur.
“Oh ya ..Nara berikan aku nomor ponselmu”
“A-aku lupa oppa, ah begini saja”kuambil kertas dan pulpen dalam tasku.
“Tulis nomor oppa, nanti pasti akan kuhubungi”
“Begitukah..”Saat itu juga Luhan merebut pulpen dan kertas dari tanganku dan menuliskan nomornya. “Ini.. kau harus janji ya. Setelah ini kau harus menghubungiku”Ucap Luhan-oppa memastikan. Aku hanya mengangguk.
“Aku pulang dulu Nara-ya”ucap Luhan.
“Ne, hati-hati oppa”Aku melambaikan tangan kearahnya. Sepertinya dia membalasnya. Setelah itu aku segera masuk kedalam rumah. Kenapa gerbangnya tidak terkunci. Rumah ini sangat sepi untuk hanya ditinggali aku dan Baekhyun. Sebelum aku membuka pintu rumah tiba-tiba pintunya sudah terbuka.
“Dari mana saja kau..”ucapnya dingin.