home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Be The Light

Be The Light

Share:
Author : Pyopyo_BB
Published : 21 Aug 2014, Updated : 24 Aug 2014
Cast : Lee Minhyuk/ B-Bomb (Block B), Ahn/Son Shiera (OC), Woo Jiho/Zico ( Block B), Kim Yookwon/UKwon (Blo
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |848 Views |1 Loves
Be The Light
CHAPTER 1 : Chapter One

"KIM YOOKWON! JAWAB AKU!"

"Mwo?"

"KIM YOOKWON!!"

PLAKK...

.....

Hening. Baik Yookwon maupun Shiera, tak ada satupun yang berminat mengeluarkan suara lagi. Mereka terlalu larut dalam pikiran masing-masing, tanpa memedulikan hujan yang kelihatannya tak punya niat untuk membiarkan kedua insan ini kering begitu saja.

"Neo micheosseo..."

Hanya itu kata yang terucap dari bibir Shiera, setelah keheningan panjang tadi. Satu kalimat tajam menusuk khas Shiera. Satu kalimat yang langsung membuat Kim Yookwon, namja bermata kucing itu lemas tak berdaya. Tak berniat menerima ataupun sekedar mendengar jawaban Yookwon, Shiera lekas pergi meninggalkan gang kumuh itu. Meninggalkan Yookwon yang merobek semua foto Shiera dalam diam, dengan satu luka membekas yang entah apa jadinya nanti luka itu.

_Be The Light_

"Hei, minggir dari sana!"

"Jangan ke sana, nak! Berbahaya!"

Tak memperdulikan sekitarnya, pemuda berambut hitam pekat itu terus melangkahkan kakinya. Ia tuli, ia mati rasa. Pikirannya terlalu kalut, ia tak mampu berpikir jernih lagi. Tak sadar, air mata telah menetes begitu saja membanjiri wajahnya yang sangar --ya, sekiranya itu pendapat orang tentang wajahnya.

"Hei, awas! Kau bisa tertabrak mobil!"

"Minggir dari situ! Berbahaya!"

Air mata makin deras mengalir kala didengarnya teriakan orang-orang di sekitarnya untuk menyingkir. Ia sadar betul, tak seharusnya ia di sana. Tapi masa bodoh, toh jika ia selamat hidupnya juga takkan lama lagi. Ia terlalu kalut akan berbagai opini tentang kehidupannya yang tak akan bisa berlanjut lagi. Masa depannya hancur sudah dengan berbagai diagnosa dokter tentang penyakit yang makin menggerogoti tubuhnya. Bunuh diri memang bukan pilihan terbaik, tapi itu lebih baik baginya, daripada ia harus menderita menanti ajalnya.

"Jiho! Yah, Woo Jiho!"

Namja itu mematung di tempatnya. Ia sangat mengenal suara itu, suara lembut gadis itu, suara lembut gadis itu, yang selalu menyemangatinya untuk hidup. Gadis cantik anak teman orangtuanya, yang selalu dapat membuatnya tersenyum kala sedih, dan tertawa saat ia harus menangis. Air mata tak kunjung berhenti mengalir dari pelupuk matanya. Ia tak ingin lebih sakit lagi, tetapi ia tahu ia hanya akan menyakiti gadis yang diam-diam dicintainya itu.

"Shiera, mianhae..."

Bibir pucatnya berucap. Satu kalimat terakhir sebelum semuanya berakhir, pikirnya. Tak ada niatan untuknya menyingkir. Ia bahagia tidak lagi harus menanggung penyakitnya yang tak mau mengalah. Ia cukup bahagia bisa melihat wajahnya untuk yang terakhir kali. Semuanya sudah cukup, pikrnya.

"Woo Jiho! Kemana matamu?! Menyingkir dari sana! Ada mobil mau menabrakmu!"

Jiho, namja itu, hanya tersenyum melihat gadisnya kalang kabut meneriakinya bagai orang kesetanan. Tidak ada lagi kata yang hendak ia keluarkan sebagai kalimat perpisahan. Hanya satu  yang terlintas di otaknya saat ini. Mati lalu semuanya selesai sudah. Ia terlalu muak dengan berbagai alat medis yang dahulu dipasangkan ke tubuhnya. Itu hanya menyiksanya. Sudah cukup, ia tak mau tersiksa lagi.

"Woo Jiho! Yah, Jiho-ya!"

"WOO JIHO!"

Hening...

Jiho membulatkan matanya melihat pemandangan di hadapannya. Air matanya yang mulai mengering kembali mengalir membanjiri wajah tampannya. Bibir pucatnya mengatup rapat-rapat, tak mampu mengeluarkan sepatah katapun. Tubuhnya bergetar hebat, ia merasa kakinya tak lagi sanggup menyangga tubuhnya. Ia begitu shock, mungkin kalau ia penderita penyakit jantung, ia bisa meninngal saat itu juga. Sayangnya ia tidak.

"Ss-s... S-Shi... Shiera..."

Lirih, Jiho mendesiskan sebuah nama. Son Shiera, gadis itu kini tergeletak lemas di tengah jalan, dengan darah menggenang di sekitarnya. Orang-orang mengerumuninya, ada yang memanggil polisi, pula ada yang memanggil ambulans. Jiho tidak mungkin bisa tinggal diam. Ia berlari mendekati kerumunan itu dengan terus meneriakkan nama Shiera. Ia tak habis pikir mengapa gadis itu tak membiarkannya mati saja, toh kemungkinan hidupnya juga tak banyak, hanya 45% saja. Kenapa dia harus menyelamatkan Jiho?

"Shiera... irreonaya... irreona! Ppaliwa... Son Shiera, irreona!"

Tak ada reaksi. Air mata terus mengalir membanjiri pipi Jiho. "Shiera-ya... waeyo? Wae?! Kenapa kau tak biarkan aku mati saja eo?!" Teriaknya frustasi."Usiaku tak lama lagi, untuk apa kau membiarkanku hidup?!" Jiho masih saja berteriak.

Orang-orang yang melihatnya hanya bisa menatap Jiho prihatin, namun juga ada yang menatapnya dengan sinis dan benci. Tak lama, ambulans datang. Shiera lekas dibawa ke rumah sakir terdekat, dengan Jiho yang juga dibawa kembali untuk di rawat. Yah, meski harus dengan sedikit paksaan.

 

-To Be Continued-

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK