home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > My Love Kim Jong Dae

My Love Kim Jong Dae

Share:
Author : SpecialAutumn
Published : 18 Aug 2014, Updated : 18 Aug 2014
Cast : Kim Jong Dae a.k.a Chen, Heo Yi Soo, Park Chanyeol, Lee Hee In
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |892 Views |1 Loves
My Love Kim Jong Dae
CHAPTER 1 : My Love Kim Jong Dae

 

 

 

 

Annyeong chingudeul. Saya datang membawa ff baru dengan cast uri Chen oppa. Inspirasi ff ini saya dapet waktu saya nonton EXO’s show time episode 10 yang pas di rumah hantu. Masih pada inget kan gimana si oppa dengan beraninya masuk kesana. Bukannya takut, dia malah kesian sama para hantu bohongan itu soalnya udara musim dingin waktu itu dingiiiin banget dan itu malem-malem kan ya.. disaat yang lain teriak-teriak ketakutan dia malah ngasih hot pack ke hantu-deul(?) disana.. hihi betapa baiknya uri Chen oppa. Tapi sebenernya ceritanya gak ada hubungannya sama rumah hantu kok. Ini karena Chen oppa memang amazing banget.. cinta deh <3

Kalau begitu silahkan... Mohon Komentarnya ...

Title:    My, Love Kim Jong Dae

Author: Special Autumn

Cast:    Kim Jong Dae a.k.a Chen exo, Chanyeol exo, Heo Yi Soo (OC), Hee In (OC)

Rating:            G, Teen

Genre: Romance, fluff

Note:   The story is mine but exo’s member belong to their selves and their parents. Enjoooy, and i’ll wait your coment.. thanks before J

 

            Ikatan yang sudah kami bagi seumur hidup ini, sekarang mengapa baginya menjadi tidak lebih penting dari cinta. Adakah yang dapat mempertahankannya disisiku tanpa harus merusak ikatan itu?

 

                “Yi Soo-ya! Ireona!”

            Di dalam kamar yang masih remang karena jendelanya belum dibuka, seorang gadis yang namanya baru saja diteriakan eommanya tidak terganggu sedikitpun. Ia malah berguling dan  kembali membungkus dirinya didalam selimut tebalnya. Tidak mendengar suara eommanya sama sekali. Beberapa saat kemudian, alarm di meja nakas samping tempat tidurnya berbunyi dengan nyaring membuat Yi Soo mengerang kesal. Ia bangkit dengan sekali sentakan keras kemudian meraih alarmnya dan mematikannya. Setelah itu benda yang tidak seberapa mahal itu berakhir di lantai karena dibanting pemiliknya. Samar-samar Yi Soo bisa mendengar percakapan diluar kamarnya.

            “Dia tidak mau bangun lagi, eommoni?” itu pasti suara Jong Dae.

            “Ne, dan dia mengunci pintunya.” Kalau itu pasti eommaya dan eommanya baru saja mendesah kesal.

            “Kalau begitu, biar aku saja yang membangunkannya. Sekali-kali anak manja itu harus diberi pelajaran.” Sahut Jong Dae kemudian mengetuk pintunya.

            Silahkan Jong Dae, memangnya kau mau apa? Batin Yi Soo lalu tersenyum meremehkan tanpa membuka matanya sedikitpun bahkan ketika Jong Dae kembali mengetuk pintunya.

            “Yi Soo-ya! Haruskah kuingatkan kau ini hari apa? Bukankah kau bilang padaku kau ada kuis di kelas Jung songsaengnim?” teriak Jong Dae sementara tangannya masih terus mengetuk. Hening.. Jong Dae tak mendapat balasan sedikitpun sampai...

            “Kyaaaa!! Kuis, kuis, kuis. Kau benar. Aku ada kuis jam 9 nanti.” Teriak Yi Soo dari dalam kamar kemudian Jong Dae menempelkan telinganya dipintu ketika ia mendengar suara gedebuk keras dan suara erangan.

            “Yak! Kau tidak apa-apa?” tanya Jong Dae khawatir.

            “Aku baik-baik saja.” Balas Yi Soo, tetapi beberapa saat kemudian ia kembali berteriak karena secara konyol kepalanya menghantam ujung meja belajarnya.

            “Kau yakin? Yi Soo-ya, buka pintunya!” balas Jong Dae ikut berteriak. Ia menaik turunkan kenop pintu berusaha membukanya. Tetapi pintunya memang dikunci.

            “Sungguh, aku tidak apa-apa. Kau sarapan saja dulu. Tapi awas kalau kau berani meninggalkanku!”

              “Tapi kau berteriak! Kau jatuh? Hey! Ayolah buka pintunya!”

            Yi Soo berjalan mendekat ke pintu lalu bicara pada Jong Dae tanpa membuka pintunya. Ia tidak bisa membiarkan Jong Dae melihat keadaanya yang sangat konyol. “Aku baik-baik saja. Kau sarapan saja oke?”

            “Kau yakin?” tanya Jong Dae lagi. Terlihat sekali laki-laki itu mengkhawatirkan Yi Soo.

            “Yakin.” Balas Yi Soo mantap, padahal sebenarnya dibalik pintu yang coba dibuka Jong Dae itu, Yi Soo sedang mengusap-usap pinggangnya yang sakit akibat terjatuh tadi.

            “Arraseo, tapi cepatlah dan hati-hati! Sampai aku mendengar kau berteriak lagi, akan ku dobrak pintumu. Mengerti?”

            “Arraseo!”

            Jong Dae menggelengkan kepalanya, takjub dengan tingkah gadis didalam sana. Dengan  mencoba santai sambil sesekali melirik kepintu, seperti berharap mendengar teriakan Yi Soo, ia memutar badan lalu berjalan turun menghampiri eomma Yi Soo yang sekarang sudah ada didapur.

            “Jong Dae-ya, apa dia sudah bangun?” tanya eomma Yi Soo ketika melihat Jong Dae sedang menuni tangga.

            “Aku tidak pernah gagal kan eommoni,” sahut Jong Dae sambil tersenyum.

            Nyonya Heo ikut tersenyum kemudian menarik Jong Dae dengan tidak sabar ketika laki-laki itu sudah sampai di ujung tangga. “Jadi apa yang kau lakukan sampai berhasil lagi?” tanya nyonya Seo penasaran. Ia mendudukkan Jong Dae di kursi, dihadapan hidangan sarapan yang dibuatnya sendiri kemudian meletakan sendok di tangan Jong Dae, “Sambil makan,” katanya kemudian.

            Jong Dae menurut. Ia menyuapkan sesendok bubur labu kesukaannya kemudian mendesah nikmat. “Kukatakan padanya kalau hari ini dia ada kuis dan kudengar dia berteriak. Aku yakin dia sudah benar-benar sadar sekarang.” Balas Jong Dae kemudian mereka tertawa bersama. Ketika tawanya mereda ia berdeham lalu meminum airnya sedikit. “Tapi aku khawatir, sepertinya karena kaget Yi Soo sampai jatuh tadi. Walaupun dia bilang tidak apa-apa, tapi aku mendengar suara sesuatu jatuh ke lantai. Itu pasti dia yang jatuh.”

            “Nah, tentu kau sudah tahu betapa cerobohnya anak itu. Tenang saja, kalau dia merasa sakit, dia pasti akan langsug mengeluh pada kita kan..” eomma Yi Soo tersenyum.

Saat itulah terdengar teriakan Yi Soo. “Jong Dae-ya! Bisakah kita pergi sekarang? Aku hampir terlambat.” Yi Soo berlari menuruni tangga kemudian menghampiri Jong Dae dan eommanya di meja makan.

            “Chakkamanyo!”

            Mendengar itu, Yi Soo merebut sendok dari tangan Jong Dae lalu menyuapi laki-laki itu dengan suapan-suapan penuh sampai-sampai nyonya Heo meneriaki anaknya dengan kesal.

            “Aduh eomma, aku benar-benar sudah terlambat.” Keluh Yi Soo sambil terus menyuapi Jong Dae.

            “Tapi kau bisa membuatnya tersedak, tahu tidak?”

            Jong Dae tertawa karena ia memang hampir tersedak. Meskipun begitu, ia menerima semua suapan Yi Soo dengan senang hati.

            “Aku tahu-aku tahu. Nah, kau sudah selesai kan? Ayo kita berangkat.” Kata Yi Soo sambil menyerahkan segelas air putih untuk Jong Dae.

            Lagi-lagi, Jong Dae menerimanya dengan senang hati. Setelah minum air secukupnya, Jong Dae menatap nyonya Heo sambil tersenyum. “Eommoni, aku berangkat sekarang ya, terimakasih, buburnya enak sekali.”

            “Baiklah, tolong pastikan Yi Soo makan sesuatu nanti.” Balas nyonya Heo.

            “Pasti eomma, aku akan makan nanti. Sekarang kami harus pergi. Bye eomma” Yi Soo mencium kilat pipi eommanya kemudian menarik Jong Dae  keluar dengan tidak sabar.

            Jong Dae sudah duduk dimotornya sementara Yi Soo masih berdiri memakai helmnya. Ia memandangi wajah Yi Soo dengan terpesona. Gadis manja dihadapannya ini, Jong Dae tak akan pernah bosan untuk melihat wajahnya setiap hari.

            “Yak! Jangan melamun disaat seperti ini oke?”

            Jong Dae tersadar kemudian menggelengkan kepalanya. “Baiklah, ayo naik! Eh tunggu, keningmu kenapa?” ia meraba kening Yi Soo dibagian yang sedikit membiru. “Apakah sakit?” tanyanya khawatir.

            “Konyol sekali. Kepalaku terantuk ujung meja sewaktu berusaha berdiri tadi. Tapi tidak begitu sakit. Jangan khawatir.” Jawab Yi Soo sembari mengibaskan tangan didepan wajahnya.

            “Kau yakin?”

            “Yakin. Sudahlah, ayo kita pergi sekarang."

            “Naiklah!” begitu Yi Soo sudah naik, Jong Dae menarik tangan Yi Soo sampai melingkari pinggangnya. “Pegangan yang erat.” Katanya.

            Yi Soo menurut dengan senang hati. Sambil tersenyum, ia mengaitkan lengannya di pinggang Jong Dae. “Kau bisa ngebut kan? Sekali-kali jadilah anak nakal untuk ku ya?” gumam Yi Soo di punggung Jong Dae.

            “Apapaun untukmu.” Balas Jong Dae kemudian melajukan motornya dengan kecepatan diatas normal. Itu tidak sulit sama sekali.

            Ketika mereka sampai, dengan telaten Jong Dae membantu Yi Soo melepaskan helmnya lalu menguncinya bersama helmnya dibagian samping motor. Setelah itu, ia meraih tangan Yi Soo, menggenggamnya dengan lembut, lalu menggandengnya sambil berjalan. “Akan kuantarkan kau ke kelasmu.”

            Yi Soo tersenyum. Ia tidak keberatan sama sekali. Malahan ia mengaitkan tangan satunya di lengan Jong Dae, menggayutinya dengan manja. Bagi Yi Soo, Jong Dae adalah seseorang yang keberadaannya tidak bisa digantikan siapapun. Mereka tidak pacaran, tapi bagi Yi Soo, arti seorang Kim Jong Dae lebih dari sekedar itu. Ia bersyukur, Jong Dae selalu berada disisinya setiap hari, karena ia tidak bisa membayangkan hari-harinya tanpa melihat laki-laki itu. Tidak lama kemudian, mereka sampai didepan kelas Yi Soo dan dengan berat hati, Jong Dae melepaskan genggamannya di tangan Yi Soo. Sebagai gantinya, ia meletakan tangannya di atas kepala gadis itu.

            “Semoga berhasil.” Ujarnya kepada Yi Soo dan Yi Soo mengangguk mantap.

            “Doakan aku ya, aku benar-benar butuh keberuntungan hari ini.” sahut Yi Soo kemudian menghela napas berat.

            Jong Dae menatap Yi Soo dengan mata disipitkan. Kemudian ia meraih sesuatu di tasnya. “Pakai ini ya,” katanya lalu memasangkan sebuah gelang ditangan Yi Soo.

            Yi Soo memandang gelang itu dengan takjub. “Wow, bagus sekali.” Gumamnya dengan kagum. Sebenarnya itu bukanlah gelang mahal karena gelang itu terbuat dari jalinan benang padat  yang setiap sentinya ditempeli hiasan berbentuk bintang. Tetapi sungguh, itu bintang yang cantik dan perpaduan warna biru dan hitam yang bagus.

            “Terima kasih, Jong Dae.”

            “Tidak masalah, anggap saja itu jimat keberuntungan.”

Yi Soo tertawa, “Konyol sekali.” Katanya tetapi ia mengangguk meng-iyakan.

“Kalau begitu masuklah.” Kata Jong Dae sambil membalikan badan Yi Soo menuju kelasnya.

“Oke.” Mereka saling melambaikan tangan kemudian Yi Soo berjalan masuk dan duduk ditempatnya. Untuk sesaat, Yi Soo tidak bisa berhenti tersenyum. Kim Jong Dae, Jong Dae nya yang tampan dan baik hati. Betapa beruntugnya Yi Soo memiliki laki-laki itu disampingnya.

Orang tua mereka berteman baik dan mereka sudah bertetangga bahkan sebelum Yi Soo dan Jong Dae lahir. Tetapi setahun terakhir, keluarga Jong Dae pindah ke Gyeonggi-do karena ayahnya harus memenuhi panggilan mengajar di unirveritas di sana. Sehingga membuat Yi Soo dan Jong Dae harus puas hanya bertemu di kampus. Tetapi sudah dua bulan ini, Jong Dae tinggal dirumah Yi Soo karena ayahnya di panggil ke Inggris untuk menjadi profesor kehormatan di universitas di Menchester. Ayah Jong Dae tidak mungkin menolak kesempatan sebesar itu dan eommanya tidak keberatan untuk mendampingi. Sedangkan Jong Dae, karena ia menolak untuk ikut orang tanya memutuskan untuk menitipkannya sementara dirumah orang tuaYi Soo karena disanalah tempat yang paling dekat dengan kampusnya. Selain itu, orang tua Yi Soo menyayangi Jong Dae seperti menyangi putera mereka sendiri. Karena itulah dengan senang hati mereka menerima Jong Dae dirumah mereka.

Keputusan itu disambut bahagia oleh Yi Soo dan Jong Dae. Sejak Jong Dae tinggal dirumahnya, Yi Soo memperlakukan Jong Dae seperti kakaknya sendiri. Mereka terlihat menyayangi satu sama lain sampai-sampai banyak yang mengira mereka pacaran. Tapi tidak, karena Yi Soo sebenarnya sudah punya pacar, hanya saja hubungan mereka sering bermasalah. Karena itulah akhir-akhir ini Yi Soo lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Jong Dae dari pada bersama Chanyeol, pacarnya.

Profesor Jung Seongsaengnim sudah berdiri didepan kelas dan bersiap memulai kuisnya. Yi Soo menatap gelang pemberian Jong Dae ditangannya lalu menatap kertas kuisnya dengan lebih percaya diri.

“Silahkan, waktu kalian 45 menit.” Kata Jung Seongsaengnim dan dimulailah perjuangan Yi Soo dengan soal-soal sulit di kuisnya kali ini.

                                                                                 -oOo-

            Ketika kelasnya berakhir, Jong Dae yang masih punya banyak waktu luang sebelum kelas selanjutnya terlihat masih dikelas sedang membaca buku sambil mendengarkan musik dari smartphonenya. Ia tak menyadari ada seseorang dibelakangnya berusaha menyapanya dengan ragu. Orang itu mengangkat tangan hendak menepuk pelan pundak Jong Dae tetapi berkali-kali tidak jadi. Di usahanya yang terakhir sebelum tangannya benar-benar mendarat di pundak Jong Dae, sebuah suara menghentikannya dan ia nampak sangat kecewa.

            “Jong Dae-ya!” panggil Yi Soo kemudian berlari ke arah Jong Dae. Sebelum ia sampai, ia berpapasan dengan Hee In yang tidak membalas senyumnya. Tapi itu tidak menganggunya sama sekali. Hee In memang selalu bersikap seperti itu padanya. Ia meneruskan langkahnya dan memeluk Jong Dae ketika sampai.

            Jong Dae menerima pelukan Yi Soo dengan terkejtut. “Ada apa ini?” tanya Jong Dae bingung karena Yi Soo memeluknya dengan wajah berseri-seri. Apakah..

Yi Soo melepaskan pelukannya kemudian mengacungkan sesuatu ditangannya. “Secara mengejutkan, dari hasil kuis tadi aku mendapat nilai terbaik. Yah bukan nilai yang sempurna memang. Tapi kukira karena Jung Seongsaengnim sama terkejutnya denganku, atau mungkn ia merasa terlalu senang melihat muridnya yang paling bodoh ini mendapat nilai terbaik, Jung Seongsaengnim memberiku ini.” celoteh Yi Soo dengan gembira.

“Tiket menonton teater?” Bukan Chanyeol? Diam-diam Jong Dae menghela napas lega kemudian menyipitkan matanya dengan bingung. “Jung Seongsaengnim memberikannya padamu?”

Yi Soo mengangguk-anggukan kepalanya. “Aku tidak tahu bagaimana Jung Seongsaengnim mendapatkannya. Pokoknya kau harus pergi denganku nanti sore. Bagaimana?”

Jong Dae mengambil tiket itu dari tangan Yi Soo dan melihatnya. “Jam enam nanti sore, musikal The Moon that Embracess the Sun. Staring Cho Kyu Hyun super Junior dan Seo Hyun SNSD. Woah tentu saja kau senang. Bukankah kau tergila-gila pada Cho Kyu Hyun setengah mati, eoh?”

“Kau benar.” Yi Soo tertawa.” Tapi aku senang karena kita sudah lama tidak menonton teater bersama. Kau mau kan pergi denganku?” tanya Yi Soo sambil menatap penuh harap pada Jong Dae.

“Hmm,” Jong Dae pura-pura berpikir. “Sebenarnya mungkin aku akan sibuk hari ini. tapi aku tidak mau mengecewakanmu.” Katanya.

“Sibuk apa, pabbo? Memangnya aku tidak tahu kau cuma ada dua kelas hari ini?”

Jong Dae tertawa, “Daebak. Kenapa kau bisa tahu?”

“Memangnya apa yang tidak aku tahu tentangmu, eoh?”

Kau tidak tahu aku mencitaimu setengah mati. Batin Jong Dae tetapi ia mengangguk. “Kau benar.” Kemudian ia tertawa lagi dengan cara yang berbeda. “Baiklah, aku akan pergi denganmu.” Katanya lalu mendesah.

“Bagus. Kalau begitu kau bisa pergi duluan karena aku harus mengerjakan banyak tugas dengan Raemi hari ini. dan pastikan kau tidak terlambat. Sampai kau terlambat aku kan membunuhmu.”

You’ve done killed me. “Baiklah, aku tidak pernah terlambat.”

“Kalau begitu, kau saja yang simpan tiketnya, aku janji aku juga tidak akan terlambat.”

Jong Dae mengangguk. “Sekarang kau mau kemana? Kau harus makan sesuatu sebelum masuk kelas lagi.”

“Rencananya juga begitu. Raemi mengajakku makan sesuatu dikantin. Sudah ya aku pergi dulu.” Yi Soo berbalik lalu berjalan keluar. Baru beberapa langkah, ia berbalik lagi pada Jong Dae. “Jam enam. Jangan lupa!”

Jong Dae tertawa kecil, “Aratta.” Ia memandangi Yi Soo yang sekarang hampir mencapai pintu, kemudian ia memanggilnya membuat gadis itu berbalik lagi dan menatap Jong Dae sambil mengangkat alis.

“Chukkae,” katanya sambil tersenyum.

Yi Soo mengangkat kedua jempolnya lalu berguman “Oke.” Tanpa suara lalu benar-benar keluar meninggalkan Jong Dae yang masih berdiri mematung sambil menatap ke pintu.

            ­-oOo­-

            Selama kelasnya yang kedua Jong Dae tidak bisa berkonsentrasi. Ia terus menerus mengingat Yi Soo dan sebuah keyakinan yang tiba-tiba saja muncul dalam dirinya. Melihat betapa cerianya senyum Yi Soo akhir-akhir ini membuat Jong Dae percaya kalau gadis itu sudah baik-baik saja tanpa Chanyeol. Mungkin saja kali ini mereka benar-benar putus dan Yi Soo benar-benar sudah melupakan laki-laki itu. Dan semua yang dipikirkannya sekarang ini bermuara pada keinginanya yang menguat untuk menyatakan perasaan pada Yi Soo. Hanya saja ia terus bertanya-tanya apakah itu mungkin disaat Yi Soo  sudah menganggapnya seperti kakaknya sendiri? Bagaimana kalau Yi Soo menolaknya? Apakah hubungan mereka masih akan sebaik sekarang? Kalau tidak bagaimana? Jong Dae tidak rela kalau harus kehilangan Yi Soo hanya karena sebuah pengakuan. Lagi pula bagaimana mungkin, Yi Soo tidak pernah menyadari kalau Jong Dae mencintainya. Selama ini, Jong Dae selalu menunjukkan bahwa ia mencintai Yi Soo lebih dari yang gadis itu pikir. Lebih dari perasaan seorang kakak pada adiknya. Tapi Yi Soo tidak pernah menunjukkan tanda-tanda kalau ia merasakan hal yang sama. Ia selalu mangatakan kalau dirinya menyayangi Jong Dae seperti seorang kakak. Seolah-olah dengan itu Yi Soo ingin menegaskan kalau hubungan mereka tidak akan pernah lebih dari sekedar saudara. Konyol sekali. Selama ini ia tidak keberatan menjadi seperti itu selama Yi Soo berada disisinya. Tapi kenapa sekarang ia  menjadi begitu serakah.

            “Baiklah kalau begitu, kelas kita hari ini selesai sampai disini. Jangan lupa kirimkan e-mail tugas kalian secepatnya. Deadline nya sudah semakin dekat. Mengerti?” seru Hong Seongsaengnim dan semua orang dikelas itu menjawab kompak, “Algaesemnida.” Setelah mendengar itu, Hong Seongsaengnim mengucapkan salam dan berjalan keluar. Beberapa teman Jong Dae ada yang langsung ikut keluar, sementara yang lain termasuk Jong Dae masih duduk sambil membereskan beberapa barang dan memasukannya kedalam tas.

            Begitu selesai Jong Dae tak langsung beranjak. Ia malahan duduk dan melamun.

            “Yak! Kau mau ikut kami main basket tidak?” tegur Baek Hyun salah satu teman dekat Jong Dae.

            Jong Dae menggeleng. “Malas, luar biasa malas. Kalian main saja tanpa aku.” Sahut Jong Dae sembari mengibaskan tangan didepan wajah.

            “Oke.” Kata Baek Hyun tanpa banyak bertanya. Mereka saling beradu tinju dengan pelan kemudian Baek Hyun meninggalkan Jong Dae dan menyusul teman-temannya keluar.

            Jong Dae terdiam. Ia merasa sudah tidak ada siapa-siapa lagi didalam kelasnya dan dengan sedikit santai merebahkan kepalanya diatas tangannya di meja kemudian menghela napas. Ia benar-benar percaya kalau dirinya sendirian sampai sebuah suara memanggil namanya. Dengan sedikit terkejut, Jong Dae mengangkat dan menolehkan kepalanya dan mendapati Hee In sedang berdiri disampingnya sambil menatapnya dengan ragu.

            “Jong Dae-sshi?” panggil Hee In lagi.

            “Ya?”

            “Kau punya waktu sebentar? Ada yang ingin kubicarakan denganmu.” Kata Hee In ragu.

            “Tentu. Duduklah.” Jong Dae menggeser tubuhnya memberi ruang agar Hee In bisa duduk disampingnya.

            Hee In duduk dan menghela napas. “Kuharap kau tidak terkejut mendengarnya.” Kata Hee In mulai bicara tanpa memandang Jong Dae. Ia menatap lurus ke depan memandang titik di kejauhan dengan fokus. “Aku.. menyukaimu. Aku tidak tahu pasti sejak kapan, tapi kurasa itu sudah berjalan tiga tahun.” Hee In menoleh, berusaha mengintip respon Jong Dae. Ia langsung memalingkan wajahnya lagi begitu melihat Jong Dae menatapnya dengan terkejut. “Aku tahu ini membingungkanmu. Aku cuma mau tahu pendapatmu.” Lanjutnya masih tanpa menatap Jong Dae.

            Sekarang Jong Dae juga menatap lurus kedepan dan berusaha menjawab. “Sangat mengejutkan. Aku berterimakasih karena kau menyukaiku selama itu dan aku minta maaf karena tidak pernah menyadarinnya. Tapi bagaimanapun aku tidak bisa membalasmu lebih dari sekedar itu. Maafkan aku.”

            “Pasti karena Yi Soo-sshi kan?” kali ini Hee In berani menatap Jong Dae dan mereka bertatapan dengan pandangan yang berbeda.

            “Maaf,” kata Jong Dae untuk membenarkan tebakan Hee In.

            “Aku tahu. Cuma orang bodoh yang tidak tahu kau menyukainya.”

            “Yeah kau benar.” Sahut Jong Dae. “Aku benar-benar minta maaf. Apa yang bisa kulakukan untuk membuatmu merasa lebih baik?”

            “Tidak ada. Tapi kurasa akan lebih baik melihatmu dengannya. Aku yakin kau lebih tahu bagaimana rasanya memendam perasaan pada seseorang yang tidak menyadari perasaanmu kan?” Hee In tersenyum miris ketika menyadari kalimatnya menyindir dirinya sendiri. Kemudian ia melihat Jong Dae tertawa kecil. “Kenapa?” tanyanya.

            “Kau bohong. Bagaimana mungkin kau merasa lebih baik karena itu.” Tuduh Jong Dae.

            “Memangnya kau tidak? Walaupun sedih, kau tersenyum bahagia saat melihat Yi Soo-sshi bersama Chanyeol.” Balas Hee In mengejutkan Jong Dae.

            Hee In-sshi memperhatikanku sejauh itu? “Itu karena bagiku terasa jauh lebih baik saat melihatnya tersenyum dari pada menangis tanpa laki-laki itu.” Aku Jong Dae kemudian menunduk malu.

            “Memangnya aku tidak? Aku juga ingin melihatmu tersenyum bersamanya Jong Dae-sshi.” Hee In menghela napas sedih. “Aku iri sekali pada Yi Soo-sshi dan aku sering merasa marah karena dia menyia-nyiakan orang sepertimu. Tapi kuputuskan tidak ada gunanya merasa iri atau marah. Itu tidak akan membuatmu berpaling darinya.”

            Mereka terdiam. Sampai Hee In menggerakan tangannya mencari sesuatu didalam tas kemudian meletakkan yang dicarinya itu di atas meja lalu menggesernya ke arah Jong Dae.

            Jong Dae melihat benda itu dengan penasaran. “Permen?” tanyanya.

            Hee In mengangguk. “Eonnieku punya toko permen yang lumayan dan aku sudah sering membuat yang seperti itu disana. Saat aku membuatnya aku memikirkanmu. Aku tahu itu kekanakan. Tapi makanlah, aku jamin rasanya enak.” Hee In tersenyum kearah Jong Dae.

            Pertama-tama, Jong Dae memang merasa itu kekanakan. Permen?  Memangnya dia anak kecil. Kemudian ia mengambil permen itu, dan meletakannya di atas telapak tangan. Permen itu berbentuk hati dan namanya di ukir dengan indah di atasnya. Jong Dae tidak mungkin tidak merasa tersentuh. Siapalah dirinya itu sampai Hee In menyukainya selama tiga tahun ini. Memperhatikannya, mengetahui perasaannya pada Yi Soo tapi tidak meninggalkannya, mengingatnya saat membuat permen, Hee In bahkan masih menginginkan kebahagiaannya walaupun dia sendiri merasa sedih. Jong Dae tertawa miris didalam hati. Hee In, mengapa ia tak jatuh cinta padanya saja? Selama ini ia tidak melihat cinta yang mungkin malah menginginkan cinta yang mustahil. Belum terlambat untuk merubah perasaan. Bukankah lebih baik mencintai seseorang yang mencintainya dari pada harus menyia-nyiakan perasaan untuk seseorang yang menginginkannya hanya menjadi oppa nya saja.

            Jong Dae memikirkan skenario itu masak-masak dalam otaknya. Sekarang ini dihadapan Hee In ia bisa saja memutuskan untuk memilih mencintai gadis itu dan melupakan perasaannya pada Yi Soo. Resikonya ia harus mengorbankan perasaanya. Lalu berapa lama semua itu akan bertahan? Apakah akan mudah melupakan perasaannya pada Yi Soo begitu saja? Kalau ia tetap tidak bisa bagaimana? Bukankah itu sama saja dengan melukai Hee In lagi? Itu bahkan akan menjadi luka yang lebih dalam. Ia tidak sejahat itu.

            Jong Dae bangkit dari duduknya lalu menatap Hee In dengan perasaan bersalah yang mendalam. “Aku benar-benar berterimakasih untuk perasaanmu. Tapi, sungguh aku tidak bisa membalasmu lebih dari itu. Aku harap kau menemukan orang lain yang lebih baik dari aku. Dan berhenti menatapku seperti itu. Sungguh, aku tidak se istimewa itu untuk berhak menerima perasaanmu.”

            Hee In ikut bangkit dan mereka berdiri berhadapan. “Aku tahu, tapi kau tidak keberatan kalau Cuma berteman denganku kan?” ia mengulurkan tangannya pada Jong Dae.

            Jong Dae menyambut tangan Hee In dan menjabatnya. “Tentu.” Kemudian ia tersenyum.

            “Terima kasih. Aku tahu kau ada janji dengan Yi Soo-sshi nanti sore. Pergilah bersiap-siap. Semoga kau sukses.” Hee In tersenyum tulus lalu melepaskan tangannya.

            “Kau yakin aku harus melakukannya?” tanya Jong Dae meminta pendapat Hee In.

            “Aku sudah melakukannya. Dan kujamin rasanya amat sangat melegakan walaupun aku ditolak. Aku harap dia menerimamu.”

            Jong Dae mengangguk. “Aku benar-benar berterima kasih.”

            Hee In mengangkat sebelah tangan lalu menepuk pelan lengan Jong Dae dengan akrab. “Jangan sungkan begitu. Kalau begitu aku permisi dulu. Jangan lupa makan permenmu.” Pamit Hee In kemudian melambaikan tangannya dan dengan langkah pelan, ia keluar meninggalkan kelasnya.

            Jong Dae memandang kepergian Hee In dengan kagum sekaligus terharu. Seandainya Yi Soo melihatnya seperti Hee In melihatnya, ia tak perlu berpikir terlalu banyak hanya untuk menyatakan perasaannya. Tetapi pilihan kedua yang dipikirkannya tadi, yang sebenarnya telah dipikirkannya sejak lama, yang semula terasa sulit mendadak masuk akal setelah mendengar pengakuan Hee In. Mungkin Hee In gagal karena dirinya sudah mencintai Yi Soo lebih lama dari tiga tahun. Tapi walaupun belum tentu ia berhasil, Jong Dae tahu ia tetap akan melakukannya hari ini. Jong Dae berjalan keluar dengan perasaan yang lebih ringan. Karena ia tidak ada kelas lagi hari ini, Jong Dae memutuskan untuk langsung pulang. Ia harus mempersiapkan dirinya sebelum jam enam karena ia mau terlihat sempurna saat mengatakan perasaannya nanti.

            Dua puluh menit kemudian, Jong Dae sampai dirumah Yi Soo dan bergegas masuk kemarnya. Tidak ada siapa-siapa dirumah. Biasanya eomma Yi Soo selalu ada dirumah, tapi setelah membaca pesan untuknya dan Yi Soo yang tertempel di lemari es, Jong Dae tahu eomma Yi Soo sedang pergi belanja di super market. Jong bersiap di dalam kamar. Ia mulai memilih baju yang akan ia gunakan. Mulai dari kemeja, kaus lengan panjang, topinya, kaus V neck yang lucu, turtle neck yang hangat, koleksi jeans nya, sepatu-sepatu juga, semuanya ia coba demi mendapat penampilan yang pas untuk janjinya dengan Yi Soo nanti. Ketika masih sibuk memilih, tiba-tiba ia duduk begitu saja di atas tempat tidurnya karena mendadak ia gugup. Di tambah lagi karena ia tidak mendengar pintu  depan dibuka, tahu-tahu eomma Yi Soo sudah mengetuk pintunya kamarnya. Jong Dae membukakan pintu dan mendapati eomma Yi Soo sedang tersenyum. “Ya, eommoni?”

            “Yi Soo tidak pulang denganmu?” tanya eomma Yi Soo kemudian melongokan kepalanya kekamar Jong Dae dan terkejut melihat baju-baju Jong Dae berantakan di atas tempat tidurnya. “Ada apa ini? eommoni sudah membereskannya tadi.”

            “Yi Soo mengerjakan tugas dengan Raemi, eommoni. Dan itu..” Jong Dae menggaruk belakang kepalanya dengan canggung. “Sebenarnya, kami.. maksudku aku dan Yi Soo mau menonton teater nanti sore. Boleh kan?”

            Eomma Yi Soo tersenyum lebar kemudian berjalan ke tempat tidur Jong Dae dan memilih beberapa potong baju. “Boleh, selama kau membawanya pulang dengan selamat  dan tidak kurang satupun.”

            “Eeommoni bisa percaya padaku.” Sahut Jong Dae.

            “Nah, coba pakai ini. kau akan terlihat sangat tampan dan Yi Soo pasti suka.” Kata eomma Yi Soo sambil menyerahkan sepasang kemeja dan celana jins yang paling disukainya pada Jong Dae. Kemudian beliau kembali untuk mengambil sepotong blazer yang menurutnya cocok dipakai dengan kemeja tadi.

            Jong Dae tersenyum.

            “Kenapa?” tanya eomma Yi Soo heran karena Jong Dae tersenyum tapi tidak mengambil baju dan celana pilihannya.

            “Bagaimana menurut eommonie kalau aku menyukai Yi Soo?” tanya Jong Dae dengan gugup.

            Eomma Yi Soo tertawa. “Kemana saja baru bertanya sekarang? Sejak menyadari betapa dekatnya kalian, eommoni, appa Yi Soo dan orang tuamu sepakat kalau akan sangat menyenangkan seandainya kami bisa berbesan.” Jawabnya kemudian tertawa lagi.

            “Tapi aku tidak yakin Yi Soo menyukai ku seperti itu. Sepertinya dia belum bisa melupakan Chanyeol-sshi.” Kata Jong Dae dengan nada suara yang menurun drastis.

            “Kau tidak akan pernah tahu kalau belum mencoba. Apakah kau merencanakan sesuatu malam ini?”

            “Awalnya tidak, tapi Yi Soo tiba-tiba datang dan mengajakku nonton teater. Eommoni tahu, tiketnya hadiah dari Jung Seongsaengnim karena hari ini dia dapat nilai terbaik dikelasnya waktu kuis.” Mereka tertawa. “Dan tiba-tiba saja aku merasa mungkin ini adalah kesempatan untukku.” Lanjut Jong Dae.

            “Eommoni mendukukungmu seratus persen sayang. Eommoni tahu sebenarnya dia tidak bisa hidup tanpamu. Kau yang paling tahu itu. Yasudah, kalau begitu cepatlah bersiap-siap.”

            Jong Dae tersenyum lagi kemudian memeluk eomma Yi Soo. “Terima kasih eommoni.”

            “Tentu saja Jong Dae-ya..”

                        -oOo-

            “Ye, eomma sore ini aku mau nonton teater dengan Jong Dae. Eomma makan malam duluan saja. Kami akan makan diluar.” Jawab Yi Soo pada eommanya ditelepon.   Baru saja ia mengabari eomma nya kalau malam ini ia akan pulang terlambat karena rencananya menonton teater dengan Jong Dae.

            “Memangnya kau dimana sekarang?” tanya eommanya.

            “Aku masih di tempat Raemi, tugas kami baru saja selesai. Aku mau bersiap disini, tidak akan sempat kalau aku pulang dulu.”

            “Baiklah kalau begitu. Jong Dae menolak waktu eomma suruh dia makan dulu. Jadi pastikan kalian makan sesuatu yang mengenyangkan nanti.”

            “Tentu saja eomma. Sudah ya, aku mau bersiap dulu.”

            “Oke. Hey jangan mempermalukan nama eomma dihadapan Jong Dae ya. Dandan lah yang cantik.”

                “Oh eomma, apa eomma tidak percaya pada puteri eomma ini.”

            Eomma Yi Soo tertawa sebelum akhirnya beliau mendesah gembira dan menutup sambungan teleponnya.

            “Yak! Kenapa wajahmu merona begitu, eoh?” Raemi tersenyum jahil sambil mencolek lengan Yi Soo dan memperhatikan wajahnya dengan intens membuat Yi Soo berdecak sebal.

            “Tidak. Merona kenapa?” bantah Yi Soo padaha jelas-jelas ia merasa pipinya menghangat.

            “Ck, tidak perlu berpura-pura begitu di depanku. Kau pasti gugup kan?” goda Raemi sambil terus mencolek-colek lengan Yi Soo.

            “Gugup kenapa?” Yi Soo membalas tatapan jahil Raemi dengan berani.

            “Tentu saja karena ini acara spesialmu dengan Jong Dae-sshi. Benar kan?”

            “Spesial apa, Raemi jelek? Kami cuma mau menonton teater..”

            “Tentu saja spesial. Kalau tidak, untuk apa kau menyeretku menemanimu ke mall cuma untuk membeli dressmu itu eoh?”

            “Issh, kau ini cerewet sekali. Sudah ah, aku pinjam kamar mandimu ya?” tanpa menunggu jawaban Raemi, Yi Soo melesat ke kamar mandi sambil menenteng dres putih yang sederhana tapi cantik dan blazer berwarna shapire blue yang sangat cocok dengan gaunnya.

Yi Soo didalam kamar mandi lumayan lama, sekitar lima belas menit padahal ia cuma menggantu baju. Ketika ia keluar, dilihatnya Raemi sedang bermain dengan ponselnya sambil tertawa-tawa. “Orang gila.” Gumamnya pelan kemudian ia tersenyum. Yi Soo sedang berjalan ke arah cermin ketika mendengar ponselnya di tempat tidur Raemi berbunyi. Pasti eommanya lagi. Yi Soo memutar bola matanya malas, bersiap menghadapi betapa cerewetnya eomma yang sangat disayanginya itu. “Ye eomma, ada apa lagi?” tanya nya langsung. Sedetik kemudian, Yi Soo terpaku mendengar suara yang bukan eommanya. “Chanyeol oppa?”

Raemi yang mendengar Yi Soo menyebut-nyebut nama Chanyeol langsung memusatkan perhatiannya pada Yi Soo. Ia mendekati gadis itu berusaha menguping.

“Apa?” Yi Soo berseru kaget kemudian membalas tatapan bingung Raemi dengan gamang.

“Ah benar kah? Baiklah kalau begitu aku kesana sekarang.” Katanya dengan panik lalu menutup teleponnya.

“Apa? Kenapa Chanyeol-sshi?”

“Dia sakit Raemi-ya. Bagiamana ini?”

“Memangnya kenapa kalau dia sakit. Kau tidak boleh menemuinya karena kau sudah berjanji pada Jong Dae. Ingat itu!”

Mata Yi Soo mulai berkaca-kaca. “Tapi aku tidak tega. Kau tahu kan Chanyeol oppa tinggal sendiri di apartemennya.”

“Lalu bagaimana dengan Jong Dae.”

“Aku akan memberi tahunya kalau aku tidak jadi datang. Aku harus pergi sekarang Raemi-ya.” Kata Yi Soo sambil membereskan barang-barangnya.

“Yak! Yak! Mana bisa begitu? Kau tidak kasihan pada Jong Dae-sshi apa? Bagaimana kalau dia sudah sampai di gedung teater?”

“Aku mohon mengertilah Raemi-ya. Aku harus pergi sekarang. Jong Dae tidak akan apa-apa. Percayalah padaku.” Yi Soo sudah mencapai kenop pintu dengan tangannya kemudian berbalik ke arah Raemi ketika mendengar gadis itu berujar pelan.

“Mengapa kau masih peduli padanya. Mengapa kau mengabaikan Jong Dae-sshi begitu saja hanya karena sebuah telepon?”

“Kalau begitu kau saja yang pergi dengan Jong Dae bagaimana?”

“Yak! Kau sudah gila?” bentak Raemi secara tidak sadar karena mendadak emosinya tersulut karena kebodohan yang teramat bodoh dari sahabatnya itu.

“Aku tidak tahu. Aku pergi!” katanya kemudian bergegas keluar dari rumah Raemi.

            -oOo-

Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam, Yi Soo sampai di apertemen Chanyeol beberapa menit sebelum jam 6. Sudah puluhan kali Jong Dae meneleponnya selama diperjalanan tapi tak satupun dijawabnya. Pada akhirya sebelum turun, Yi Soo mengirimi Jong Dae pesan untuk meminta maaf karena ia membatalkan janjinya begitu saja.

Yi Soo menekan bel tapi Chanyeol tidak kunjung membuka pintunya. Beberapa saat kemudian, Chanyeol mengiriminya pesan untuk langsung masuk saja karena Yi Soo tentu tahu kode pintunya. Chanyeol bilang ia tak merubahnya. Walaupun sedikit ragu, Yi Soo akhirnya masuk setelah berhasil mengingat kode pintu itu.

“Chanyeol oppa?” panggilnya karena laki-laki itu tidak kelihatan batang hidungnya sama sekali. Yi Soo berjalan ke arah kamar Chanyeol sambil menyalakan lampu-lampu di ruang tamu Chanyeol karena ia tidak nyaman dengan suasana ruang tamunya yang gelap.

Yi Soo membuka pintu kamar Chanyeol dengan pelan dan mendapati kamar itu segelap ruang tamunya sebelum ia menyalakan lampu. Yi Soo meraba-raba dinding untuk mencari saklar dan langsung menekannya juga dengan pelan terkesan hati-hati. “Chanyeol oppa?”

“Aku disini.” Jawab seseorang dengan suara pelan nyaris cuma berupa bisikan.

Seketika itu juga Yi Soo berjalan ke arah Chanyeol yang sedang berbaring tidak berdaya di tempat tidurnya. “Oppa? Kenapa kau ini?” tanya Yi Soo sambil meraba kening Chanyeol.

“Molla.” Jawab Chanyeol dengan lemah tapi ia tersenyum dan tangannya menggapai-gapai tangan Yi Soo di keningnya lalu menangkapnya dan menggenggamnya.

            Yi Soo membalas genggaman tangan Chanyeol dengan erat ketika laki-laki itu mendesah lega.

            “Akhirnya kau datang. Aku pikir kau tidak mau datang.” Gumamnya sambil memejamkan mata.

            “Mana mungkin aku tidak datang. Lihat dirimu! Kau menyedihkan.” Kata Yi Soo dan ia mulai terisak kecil.

            Chanyeol membuka matanya mendengar isakan Yi Soo kemudian berkata pelan, “Yak! Kenapa kau menangis?”

            “Aku khawatir padamu, pabo. Kau sudah makan?”

            Chanyeol menggeleng. Ia menggapai wajah Yi Soo dengan tangannya yang bebas kemudian mengusap air mata di pipinya. “Uljima..” katanya.

            “Kalau begitu akan kusiapkan makan untukmu. Setelah itu kita harus pergi ke dokter karena demammu tinggi sekali.”

            Chanyeol menggeleng lagi. “Aku tidak mau kemana-mana.” Katanya.

            “Tapi kau sakit.” Sergah Yi Soo.

            “Obatku ada disini.” Kata Chanyeol sembari mengeratkan genggamannya di tangan Yi Soo.

            “Jangan konyol.”

            “Kau yang membuatku sakit. Karena kau ada disini, aku sudah baik-baik saja.”

            “Stop! Aku tidak mau tahu, paling tidak kau harus makan sesuatu dan minum obat.” Yi Soo melepaskan tangannya dari tangan Chanyeol kemudian bangkit berdiri.

            “Mau kemana?” tanya Chanyeol panik.

            “Membuatkanmu sesuatu. Tunggulah sebentar aku akan segera kembali.” Yi Soo bergegas ke dapur dan hal pertama yang terpikir olehnya adalah bubur. Yi Soo akan membuatkan Chanyeol bubur.

            Chanyeol pasrah membiarkan gadis itu keluar. Ia memejamkan matanya berusaha tertidur sambil sesekali memijat keningnya dengan pelan. Chanyeol akhirnya tertidur hanya untuk terbangun beberapa menit kemudian. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri merasa sudah tidur lama tetapi mendapati Yi Soo belum kembali. Dengan susah payah, ia bangkit dan menurunkan kakinya dari tempat tidur. Untuk sejenak ia terdiam merasakan pusing yang menyerang kepalanya. Hampir saja ia terbaring lagi karena pusing yang hebat itu tetapi ia menggeleng-gelengkan kepalanya dan berdiri. Ia berjalan keluar dari kamarnya dengan langkah tertatih. “Yi Soo-ya!”

            Yi Soo yang sedang mengaduk bubur berseru panik melihat Chanyeol berjalan tertatih keluar dari kamarnya. “Apa yang kau lakukan? Seharusnya kau menunggu didalam.”

            “Aku tidak tahan lagi, kau lama sekali.” Balas Chanyeol berusaha mencapai Yi Soo di dapur.

            Yi Soo segera berlari menyongsongnya lalu memapahnya ke sofa ruang tamu. “Tunggulah disini. Sebentar lagi aku selesai.” Kemudian ia mendudukkan Chanyeol disana. Chanyeol menurut. Ia membiarkan Yi Soo kembali ke kedapur. Beberapa saat kemudian Yi Soo kembali dengan nampan berisi bubur, air, teh hangat dan obat untuk Chanyeol.

            “Akhirnya kau kembali.” Chanyeol, mendesah lega.

            “Minum air dulu.” Kata Yi Soo lalu menyodorkan segelas air putih dan membantu Chanyol minum. Setelah Chanyeol meneguk air nya, Yi Soo meletakkan gelas transparan itu di meja kemudian mengambil mangkuk bubur dan mulai menyuapi Chanyeol. Chanyeol menerima suapan demi suapan itu sambil memandangi Yi Soo dengan intens. Membuat gadis itu memutar bola matanya jengah.

            “Kenapa?” tanya Chanyeol.

            “Berhenti memandangiku seperti itu! Kau membuatku risih.”

            Chanyeol tertawa lemah. “Aku suka melihatmu dari dekat seperti ini. Oh ya, apa ini artinya aku sudah di maafkan?”

            Gerakan Yi Soo yang sedang mengambil suapan selanjutnya terhenti seketika. Ia balas menatap Chanyeol. “Apakah aku harus memberimu maaf? Kenapa?”

            “Karena aku salah dan aku ingin kau kembali padaku.” Jawab Chanyeol mantap.

            “Aku memaafkanmu tapi aku tidak bisa memberimu jawaban sekarang.”

            “Aku mengerti. Terima kasih kau sudah datang.”

            Yi Soo mengangguk kemudian menyerahkan sebutir obat pada Chanyeol. Laki-laki tampan itu menerimanya dengan senang hati kemudian meminumnya. “Minum juga teh hangatnya.” Lagi-lagi Chanyeol menerimanya dengan senang hati. Setelah itu ia mengambalikan gelasnya pada Yi Soo dan Yi Soo menyimpan gelas itu di meja. “Bagaimana perasaanmu sekarang?” tanya Yi Soo.

            Chanyeol menggenggam kedua tangan Yi Soo kemudian menjawab, “Membaik secara signifikan.” Kemudian ia tersenyum. Mau tidak mau Yi Soo juga tersenyum melihat air muka Chanyeol yang terlihat lebih cerah dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya.

            “Bagus kalau begitu.” Komentar Yi Soo dengan perasaan lega. Kemudian ia memandang Chanyeol penuh tanya ketika laki-laki itu memperhatikan pakaiannya. “Apa?” tanyanya.

            “Kau rapi sekali. Lihat kau memakai gaun!” Chanyeol menunjuk gaun Yi Soo dengan tatapannya yang masih sayu. “Kau ada janji?” tanyaChanyeol waspada.

            Yi Soo mengikuti arah pandang Chanyeol dan tiba-tiba saja Yi Soo merasa ada yang menohok hatinya dari dalam dan secara aneh membuatnya merinding. Jong Dae..  Tentu saja awalnya ia punya janji dengan Jong Dae nya. Dimana dia sekarang? Apakah Jong Dae sudah pulang atau mungkinkah Jong Dae menunggunya disana? Tidak. Tadikan Yi Soo sudah membatalkan janjinya. Jadi sekarang Jong Dae pasti sudah pulang ke rumahnya. Tapi bisa juga dia menonton dengan seseorang. Siapa? Ah tidak-tidak. Itu kan tiketnya. Mana mungkin Jong Dae mengajak orang lain menonton dengannya. Yi Soo berpaling ka arah Chanyeol lagi ketika merasakan sentuhan laki-laki itu di lengannya.

            “Ada apa?” tanya nya.

            “Tidak ada apa-apa. Oppa, bukankah kau sudah baikan? Bisakah aku pulang sekarang?” tanya Yi Soo sambil menatap Chanyeol dengan pandangan memohon.

            “Kenapa tiba-tiba kau mau pulang?” tanya Chanyeol tidak terima.

            “Karena kau sudah baik-baik saja. Aku benar-benar harus pulang sekarang. Sebenarnya aku ada janji dengan Jong Dae malam ini. tapi aku membatalkannya karena aku ingin menemuimu disini. Tapi kurasa aku harus menjelaskan sesuatu padanya. Aku takut dia marah karena aku membatalkan janji kami begitu saja. Kau mengerti maksudku kan oppa?”

            “Jong Dae?” Chanyeol mendesah kecewa. Yi Soo mulai lagi. Batinya.

            “Ne. Tapi apa kau yakin tidak mau pergi menemui dokter? Aku bisa mengantarmu sebelum pulang kalau kau mau.”

            Chanyeol menggeleng lemah. “Ani. Aku baik-baik saja.” Katanya pelan.

            “Kalau begitu biar ku antar kau ke kamar.” Yi Soo bangkit dengan tidak sabar dan Chanyeol mati-matian menahan dirinya untuk tidak merasa terluka. Ia ikut bangkit dan membiarkan Yi Soo memapahnya ke kamarnya. Juga membiarkan Yi Soo membaringkannya dan menyelimutinya. “Tidur lagi saja, oke? Aku akan siapkan bubur disini untuk berjaga-jaga siapa tahu kau lapar tengah malam nanti.” Yi Soo bangkit hendak berjalan keluar tetapi tangan Chanyeol menahannya.

            “Tidak bisakah kau tetap disini?” tanya Canyeol dengan tatapan sendu.

            Yi Soo menatapnya dengan tatapan antara ragu dan kasihan. “Aku mau. Tapi ini sudah malam dan aku benar-benar harus pulang.” Yi Soo mendesah lega ketika Chanyeol melepaskan tangannya. Lalu ia keluar untuk membersihkan peralatan makan yang dipakainya tadi dan menyiapkan bubur di dalam mangkuk yang bisa menjaga suhu makanan tetap hangat. Ia juga membawakan air dan obat. Ketika ia kembali ke kamar Chanyeol, Yi Soo mendapati laki-laki itu memperhatikannya dan mengikuti gerak-geriknya yang mendekat dan menaruh nampan yang dibawanya di meja nakas samping tempat tidur Chanyeol.

            “Yi Soo-ya, maaf membatmu membatalkan janjimu dengan Jong Dae-sshi.” Kata Chanyeol tulus.

            “Tidak masalah. Setelah aku jelaskan, Jong Dae pasti mengerti kenapa aku mendadak membatalkan janjiku.”

            Chanyeol diam. Ia memandangi Yi Soo sebegitu rupa membuat gadis itu terduduk di samping tempat tidurnya dan memandangnya dengan tatapan bersalah. “Oppa..” katanya pelan..

            “Aku tahu.. Tidak apa-apa.” Sahut Chanyeol seolah sudah tahu apa yang akan dikatakan Yi Soo selanjutnya. Ia berusaha bangkit dan mendudukkan dirinya di hadapan Yi Soo. “Aku cuma mau bilang, rasanya menyebalkan sekali saat bertemu denganmu tapi kau tidak mau melihatku. Aku berusaha menghubungimu tapi kau tidak pernah menjawab teleponku. Tempo hari aku menunggumu sampai malam karena khawatir kau takut pulang sendirian dari kampus. Tapi aku lupa kau punya Jong Dae-sshi. Rasanya, menunggumu sampai malam supaya bisa mengantarmu tapi ternyata kau pulang dengan orang lain benar-benar payah kau tahu. Aku ingin makan denganmu, aku ingin jalan-jalan denganmu, tapi yah, aku lupa kalau kita sudah selesai dan kau sangat marah padaku. Jadi sekarang, aku senang walaupun kau tidak mau kembali padaku setidaknya kau memaafkanku. Aku lega sekali.” Chanyeol memandang Yi Soo yang masih menatapnya dengan perasaan bersalah.

            “Aku minta maaf. Tapi tolong jangan pikirkn hal-hal seperti itu sekarang karena kau harus istirahat. Aku marah, kau benar. Tapi sekarang aku menyesal sudah mengabaikanmu. Pokoknya malam ini jangan pikirkan apapun dan tidurlah. Besok, aku janji aku akan datang lagi menjengukmu. Sekarang aku harus pulang.”

            Pada akhirnya Chanyeol mengangguk pasrah dan berkata, “Pulanglah, kalau bisa kabari aku kalau kau sudah sampai.”

            Yi Soo mengangguk. “Tentu.” Katanya. Kemudian ia membaringkan Chanyeol lagi, membenarkan letak selimutinya dan mengusap kepala laki-laki dengan sayang. “Selamat malam oppa.”

            “Oke, hati-hati dijalan.”

            Yi Soo mengangguk kemudian berjalan dengan pelan ke arah pintu. Sebelum keluar, ia menoleh ke arah Chanyeol dan mendesah lega ketika melihat laki-laki itu terpejam.

            -oOo-

            “Jong Dae-ya.. ayo angkat teleponmu.” Gumam Yi Soo gelisah ketika berusaha menghubungi Jong Dae untuk yang kesekian kalinya tapi belum juga berhasil karena sepertinya Jong Dae mematikan ponselnya. Sekarang ini ia ada dibalik salah satu taksi yang melaju cepat menuju gedung teater di pusat kota Seoul. Yi Soo tak habis akal. Ia menghubungi eomma nya siapa tahu sebenarnya Jong Dae sudah pulang.

            “Yeoboseyo! Ne eomma” .... “Apa Jong Dae sudah pulang?” .... “Belum?”.... “Oh itu... Eng.. sebenarnya aku ada urusan mendadak jadi aku membatalkan janjiku dengan Jong Dae.”.... “Ceritanya panjang. Akan ku jelaskan kalau bertemu eomma nanti.” .... “Aku mau ke gedung teater, siapa tahu Jong Dae masih disana. Mungkin Jong Dae marah padaku, aku harus menjelaskan sesuatu padanya.” .... “Jangan khawatir eomma, aku akan membawa Jong Dae pulang dengan selamat, oke..” .... “Bye eomma..”

            Jong Dae belum pulang.. Jong Dae nya belum pulang.. kemana sebenarnya dia? Yi Soo bergerak-gerak gelisah didalam taksi. “Ahjussi.. bisakah kau lebih cepat? Aku sedang terburu-buru.” Katanya memohon pada supir taksi itu.

            “Nona, kita hampir sampai. Gedungnya ada didepan sana.”

            Yi Soo mengikuti arah telunjuk ahjussi itu dan mendesah lega karena mendapati ahjussi itu benar. “Kau benar ahjussi.” Beberapa saat kemudian Yi Soo akhirnya turun dari taksi. Setelah membayar ongkos, ia langsung melesat mencari Jong Dae kedalam gedung. Langkahnya terhenti ketika seorang security menahannya.

            “Ada yang bisa saya bantu?” tanya ahjussi security itu dengan sopan.

            “Aku masu masuk ahjussi..”

            “Untuk apa? Pertunjukan sudah selesai tiga puluh menit yang lalu.” Kata ahjussi itu dan Yi Soo mendesah frustasi.                                 

            “Benarkah?” Yi Soo menganggukan kepalanya dengan kecewa kemudian berlalu meninggalkan ahjussi itu.

            “Chogi..” panggil ahjussi itu membuat Yi Soo berbalik lagi kearahnya.

            “Apakah ini fotomu? Namamu Heo Yi Soo bukan?” tanya ahjussi it sambil menunjukan selembar foto ukuran pocket pada Yi Soo.

            Yi Soo mengangguk dengan heran. “Darimana ahjussi mendapatkan ini? ahjussi juga tahu namaku?” apa ahjussi mengenalku?”

            Ahjussi itu menggeleng. “Seseorang menitipkannya padaku. Kalau tidak salah namanya Kim Jong Dae. Apa kau mengenalnya?”

            “Jong Dae? Dimana dia sekarang? Dia menonton teater itu?” tanya Yi Soo terburu-buru.

            “Dia tidak jadi masuk. Sepertinya dia menunggumu sampai detik terakhir. Kupikir dia mau masuk. Ternyata dia malah menitipkan ini padaku.”

            “Untuk apa?” tenyanya heran.

            “Aku tidak tahu pasti, selama menunggumu ia bercerita lumayan banyak tentangmu. Dia bilang dia sangat menyayangimu sampai rasanya sulit sekali untuk marah padahal jelas-jelas ia tadi marah. Apalagi setelah ia membaca pesan dari seseorang. Dia juga bilang kalau sepertinya ia akan menghukummu karena hari ini kau sangat menyebalkan. Jam 7 lewat sepuluh akhirnya dia pergi setelah memberikan foto ini padaku. Dia berpesan padaku, seandainya lain kali kau datang bersama pria lain selain dia maka aku

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK