CHAPTER 1 : Not Me Or My Name
Baekhyun memanjangkan kakinya, berharap dua kaki mungil itu dapat sampai di ruangan itu segera. Bibir tipisnya mencicit mengucapkan segala doa dan permohonan agar Yang Maha Kuasa tak memberinya kabar buruk. Saat sebuah kamar dengan nomor 801 terlihat oeh indranya, ia tersenyum.
Pintu berderit menampilkan ruangan serba putih. Meja serta cat putih. Juga sebuah ranjang dengan seseorang terbaring disana. Lamat-lamat Baekhyun dapat mendengar obrolan dua orang dokter di depan ranjang si pasien. Mendengar langkah Baekhyun, kedua dokter muda tadi mengalingkan pandangannya kearah Baekhyun. Terlihat gurat gembira di kedua wajah muda mereka. Mereka tersenyum, mempersilahkan Baekhyun mendekat. Seolah dunia ini semanis gula kapas. Salah satu dokter menepuk ranjang si pasien, menyuruh Baekhyun duduk disana. Didalam tubuhnya, benda seukuran kepalan tangan berdentum tak karuan. "Bagaimana?" Baekhyun menodong. Lalu ia duduk di ranjang pasien sesuai yang diperintahkan salah satu dokter itu.
Keduanya saling pandang sebelum mereka bertukar senyum. Baekhyun dibuat ling-lung. Ia meremas buku jari tangannya hingga memutih. Tak sadar Baekhyun menunggu, dokter itu tetap melempar pandang. "Bagaimana?" tegas Baekhyun lagi. Salah satu dokter -yang mempersilahkannya duduk- menepuk pundaknya ringan."Ia sudah bangun dari komanya, nak."
Kata-kata itu seolah menjadi todongan di telinga Baekhyun. Buru-buru ia menatap wajah si pasien yang tak lain adalah ibunya. "Mana? Bahkan ia tak bergeser posisi?" Baekhyun mendengus. Ditatapnya wanita paruh baya itu dengan seksama. Guratan wajahnya juga selang oksigen, tak ada yang berubah posisi. Baekhyun menyentuh pergelangan sang ibu. Hampir ia mengusap sudut matanya saat tangan itu secara tiba-tiba bergerak.
Baekhyun terkejut. Ia menatap wajah dan tangan wanita itu bergantian. Meski matanya belum terbuka, Baekhyun dapat merasakan energi kecil yang menggenggam tangannya. Ia dapat merasakan tangan keriput itu meremas tangannya. "Ibu...Ibu...." teriaknya. Perlahan kedua kelopak mata itu terangkat. Cukup sulit seperti mesin yang sudah lama tak digunakan. Baekhyun mendekatkan wajahnya, berharap jika wanita itu sadar ia akan melihat wajah Baekhyun dengan jelas. Siapa tahu penglihatannya sedikit kabur saat tidur selama 2 bulan.
Satu
Dua
Tiga
Empat
Baekhyun menghitung dalam hati. Segala kegusaran yang menyumpal hatinya secara lambat mencair. Ia melupakan kejadian tadi pagi saat seorang lelaki tua tak sengaja menumpahkan kopi di celananya. Ataupun juga sikap kedua dokter tadi yang sedikit mengacuhkannya. Rasa jengkel itu lenyap, entah kemana. "Ibu..." teriaknya lagi. Ia mengusap kedua kelopak itu. Meremas tangannya.
Baekhyun hampir meloncat gembira saat kedua iris itu benar-benar terbuka. Setidaknya terbuka untuk pertama kali setelah 60 hari ia tertidur. Ia mengusap air mata haru disudut matanya. "Kau bangun. Kau bangun." Baekhyun menggoyangkan jemari lemas itu diatas sikunya. Dan iris wanita itu perlahan menatapnya. "Baek Hi?". Wanita itu telah mengucap kata pertamanya.