Sinopsis :
" Selama ini aku berusaha untuk melupakanmu, tapi nyatanya perasaanku ini semakin dalam."
'body cleanser', 'body scrub', 'a pink'
Naeun melangkah santai di koridor yang sarat akan murid-murid seangkatannya. Walaupun tidak terlalu luas, tapi Naeun nyaman jika berada di sana. Di koridor itu suasana terasa hangat karena banyak murid yang bercengkrama, tak ada sampah apapun di sana karena selalu dibersihkan secara rutin, dan yang paling membuat Naeun senang adalah dia bisa bertemu dengan orang yang disukainya.
Naeun tersenyum-senyum sendiri membayangkan orang itu. Namun senyumannya segera terhenti begitu melihat sosok yang dibayangkannya muncul di hadapannya. Pria itu bernama Sungjae. Naeun memang terkadang bertemu dengan Sungjae di sini, tapi Naeun tak menyangka bayangannya barusan menjadi kenyataan. Seakan tahu ada yang memperhatikannya, Sungjae yang sedang mengobrol dengan teman-temannya tiba-tiba melihat ke arah Naeun.
Pandangan mereka bertemu, saat itu juga Naeun bisa merasakan jantungnya berdetak luar biasa cepat. Untuk menutupi kegugupannya Naeun berjalan ke lokernya yang kebetulan dekat dengannya dan berpura-pura merapikan barang-barang yang ada di dalamnya. Setelah Sungjae melewatinya, Naeun menghembuskan napas lega. Aroma parfum dari Sungjae masih tercium olehnya, membuat otak Naeun kosong seketika.
" Hoi, kau sedang apa sih? Diam saja seperti itu." Bomi, teman sekelas Naeun menepuk bahunya. Naeun sedikit terlonjak.
" Ah, tidak apa-apa. Aku hanya sedang mencari body lotionku." Naeun berusaha tertawa sambil mengeluarkan isi dari body lotion itu dan memakainya di telapak tangannya. Naeun memang memiliki kulit yang cukup kering, makanya ia terkadang memakai body lotion di sekolah.
Bomi mengamati aktivitas Naeun, wangi bunga sakura dari body lotion itu membuatnya tertarik. “ Harum sekali, body lotion merek apa yang kau pakai?”
Naeun tersenyum bangga. “ Ini Shinzu’i body lotion. Mau coba?”
Bomi dengan cepat menyodorkan tangannya. “ Boleh, tapi sedikit saja.” Naeun menuangkan sedikit lotion itu ke tangan Bomi, sesaat wangi sakura tercium lebih kuat.
“ Wah wanginya enak sekali.” Bomi menghirup wangi sakura yang sudah menempel di tangannya. Lalu tiba-tiba ia teringat sesuatu.
Ia melirik jam tangannya dan wajahnya berubah panik. Bomi menarik lengan Naeun yang tengah menutup pintu lokernya,.“ Cepat! Kelas akan dimulai 5 menit lagi.”
Sungmin adalah teman sekelas Naeun di Busan High School, tempat Naeun bersekolah saat ini. Selama Naeun menyukai Sungjae, tak ada perkembangan berarti. Mereka hanya bertukar pandang saja tanpa berbicara satu patah kata pun jika berpapasan di koridor. Entahlah sampai kapan mereka akan terus seperti ini. Naeun berharap hubungan asmaranya memiliki banyak perkembangan berarti di tahun terakhirnya di sekolah.
Segumpal kertas yang mendarat di meja Naeun membuyarkan lamunannya. Pasti ini ulah Bomi, pikirnya. Bomi memang suka jahil jika bosan di tengah pelajaran. Naeun menoleh ke arah Bomi yang tampak biasa saja. Lalu ia membuka gumpalan kertas itu.
Jangan melamun. Jika Kim seongsaenim berbalik, kau bisa kena marah olehnya.
Bukan tulisan Bomi, berarti bukan Bomi yang menulisnya. Naeun mengedarkan pandangan ke seluruh kelas. Ia menemukan Sungjae, yang duduk tak jauh dari tempatnya sedang memberi kode mata kepadanya untuk memperhatikan penjelasan guru. Naeun menurutinya dengan setengah terkejut. Tanpa sadar ia tersenyum lebar dan mulai mencatat catatan yang dibuat Kim seongsaenim di papan tulis.
“ Terima kasih ya untuk tadi.” Naeun berkata kepada Sungjae yang tengah membereskan buku-bukunya. Saat ini kelas telah berakhir dan jam istirahat telah dimulai.
“ Sama-sama.” Sungjae tersenyum seraya keluar kelas untuk ke kantin bersama teman-temannya. Naeun terpesona akan senyuman Sungjae tadi.
“ Wah, sudah ada perkembangan rupanya.” Eunji menggoda Naeun. Ia menghampiri Naeun bersama dengan Bomi.
“ Harapanku mulai terkabul.” Naeun menunjukkan kertas lecek dengan tulisan rapi Sungjae sambil tersenyum lebar.
“ Daebak!” Puji Bomi dengan mata berbinar-binar.
“ Mulai sekarang aku akan mempercantik diriku agar Sungjae semakin tertarik kepadaku.” Naeun tersenyum. Ia berpikir untuk membeli Shinzu'i body cleanser dan Shinzu'i facial wash selain Shinzu'i body lotion yang biasa ia beli di minimarket.
Seminggu telah berlalu. Produk perawatan Shinzu'i berhasil membuat kulitnya terlihat lebih cerah dan halus. Tapi setelah kejadian itu, Sungjae tak pernah berbicara lagi padanya. Ia hanya menatap Naeun seperti biasa jika bertemu di koridor.
" Salahkah aku berharap?" Naeun berbicara kepada kedua temannya. Saat ini mereka sedang di kantin untuk makan siang.
" Mungkin, dia butuh waktu untuk mengatakan perasaannya." Eunji berkata, setelah itu ia menghabiskan susu kotaknya.
" Butuh waktu sampai kapan? Kita akan segera meninggalkan sekolah ini." Naeun menghela napas frustasi.
" Tapi aku percaya suatu saat Sungjae pasti akan mengatakan perasaannya kepadamu." Bomi menepuk bahu Naeun untuk memberinya semangat.
Naeun tersenyum masam, tiba-tiba sebuah ide gila melintas di pikirannya. " Sepertinya akulah yang harus membuat perkembangan." Kedua teman Naeun menatapnya bingung.
Bel pulang telah berbunyi, Naeun segera menuju ke perpustakaan. Ajakan Bomi dan Eunji untuk pulang bersama terpaksa ditolaknya. Naeun membuka pintu perpustakaan dan rak-rak buku yang menjulang tinggi langsung menyambutnya. Naeun sengaja pergi ke sana karena ia tahu biasanya Sungjae selalu ke sini setiap pulang sekolah untuk belajar. Naeun mengedarkan pandangan, ia tersenyum begitu menemukan Sungjae yang sedang duduk di salah satu bangku. Dengan buku yang ia ambil secara acak dari salah satu rak, ia menghampiri Sungjae yang sedang serius menulis.
Naeun berdeham pelan. " Boleh aku duduk di sini?"
Sungjae sedikit terkejut dengan kehadiran Naeun, namun ia segera tersenyum. " Tentu, tumben sekali ke perpustakaan. "
Naeun tersenyum canggung. " Ngg, a..aku hanya iseng saja." Sungjae mengangguk kecil. Sebenarnya Naeun bukan hanya sekadar iseng saja ke perpustakaan, melainkan untuk melaksanakan ide gilanya yang terpikir tadi siang.
Naeun berpura-pura membaca, ia sesekali membalik halaman bukunya agar terlihat tidak mencurigakan walaupun tak ada satu kalimat pun yang berhasil ditangkap oleh Naeun. Naeun menarik napas dalam-dalam. Naeun bisa merasakan Sungjae sedang menatapnya, namun ia tetap 'membaca'.
" Kau..."
" Aku menyukaimu."
Sudah terlambat, kata-kata itu sudah meluncur begitu saja dari mulut Naeun. Naeun tak mungkin menarik kembali kata-katanya barusan. Ia memberanikan diri menatap Sungjae yang balik memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah kenapa perasaan Naeun menjadi tidak enak.
Dengan kaku ia kembali membaca buku sambil memaksakan senyum. " Aku hanya iseng membaca dialog di buku ini." Naeun benar-benar berharap Sungjae percaya dengan ucapannya, Naeun sangat takut untuk mendengar jawaban Sungjae jika ia benar-benar mengatakan perasaanya.
Sungjae menghela napas. " Ada hal yang tak bisa kujelaskan padamu Naeun."
" Kenapa tiba-tiba berkata seperti itu?" Naeun memandang bingung Sungjae yang sudah menutup bukunya.
" Tolong jangan menyukaiku Naeun." Sungjae berkata kepada Naeun. Ia melirik buku yang dipegang Naeun. " Aku tahu, tidak ada kata 'aku menyukaimu' di sana." Kemudian Sungmin bangkit berdiri meninggalkan Naeun.
Sejak saat itu sikap Sungjae berubah. Ia tidak pernah 'bertukar pandang' dengan Naeun lagi di koridor, ia langsung membuang muka jika bertemu dengan Naeun. Naeun berusaha keras untuk tidak menangis. Ternyata ide gilanya tidak berhasil. Bukannya mengalami perkembangan berarti, tetapi malah semakin rumit. Hari-hari Naeun jadi terasa begitu hampa.
Tak terasa beberapa hari berlalu.Naeun melihat ke arah luar jendela cafe, melihat orang-orang yang berjalan cepat. Plang iklan banyak terpasang, baik itu di bis maupun di pinggir jalan. Naeun membaca slogan yang terpampang di sebuah bis : Putih itu Shinzu'i. Naeun jadi tersenyum nanar melihatnya. Dulu ia berharap produk kecantikan Shinzu'i akan membuat Sungmin dekat padanya, sekarang ia hanya berharap produk Shinzu'i akan menenangkan hatinya.
" Apa yang dimaksud dengan 'hal' itu? Apa itu cuma alasan untuk menolakku?" Naeun bertanya kepada kedua sahabatnya yang sudah mengetahui kejadian di perpustakaan.
" Aku rasa itu bukan alasan Naeun. Kau kan tahu Sungjae orang yang agak tertutup." Bomi berujar.
" Kenapa kau tidak tanyakan saja padanya? Eh, jangan-jangan! Kau harus punya harga diri di depannya. Biar dia yang mengatakannya padamu." Eunji menjawab sendiri pertanyaannya. Bomi menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah Eunji.
Naeun menghela napas berat. Ia kembali memandang keluar jendela dengan lelah. " Aku tak tahu harus berbuat apalagi."
Saat di rumah, Naeun melepas stress dengan memakai Shinzu' i body cleanser dan Shinzu'i facial wash . Ia tak peduli walaupun menghabiskan banyak waktu di kamar mandi, yang penting ia bisa menyegarkan pikiran dan -terutama-hatinya. Setengah jam kemudian, ia keluar dari kamar mandi dan mengoleskan Shinzu'i body lotion ke tangan dan kakinya. Naeun menjadi lebih tenang setelah memakai produk Shinzu'i dan ia berharap semoga efeknya permanen. Naeun membaringkan diri di ranjang, memandang kosong langit-langit kamarnya yang di cat ungu muda.
Baiklah Sungjae, sesuai dengan perkataanmu waktu itu. Aku akan berusaha untuk tidak menyukaimu walaupun sangat sulit untuk melakukannya.
Tak terasa liburan musim panas telah berakhir. Setelah tidak masuk sekolah beberapa hari sebelumnya, hari ini Naeun masuk sekolah. Ia sudah menyiapkan diri jika ia bertemu dengan Sungjae. Ia tidak bertemu Sungjae di koridor, juga di kelas. Naeun memandang bangku Sungjae yang kosong dengan heran, biasanya Sungjae selalu datang pagi-pagi sebelum ia datang. Ada sedikit kekhawatiran yang terbersit oleh Naeun, namun dengan segera ia menepis rasa itu dan berpikir mungkin saja Sungjae terlambat. Ia sudah memutuskan untuk bersikap biasa saja dengan Sungjae. Ia juga berkata kepada Bomi dan Eunji bahwa ia tak mau membicarakan apapun tentang Sungjae lagi karena ia sedang berusaha untuk melupakannya.
Hari itu, Sungjae tidak masuk. Begitu juga hari-hari berikutnya. Naeun memandang bangku Sungjae yang kosong. Di sisi lain ia merasa senang karena ketidakhadiran Sungjae akan memudahkan Naeun untuk melupakannya, di sisi lain ia merasa sedih karena Sungmin tidak ada. Selama ini keberadaan Sungjae menjadi salah satu pemicu moodbooster bagi Naeun. Naeun tak tahu sisi mana yang mendominasi hatinya.
TBC