lanjutan part 2a....
“Jika kau terus melakukan perlawanan, maka kau akan dikenakan pasal berlapis atas percobaan pembunuhan, pembunuhan berencana, percobaan pemerkosaan dan penculikan,” jelas Sung Kyu yang memang seorang pengacara itu.
Ho Won terdiam. Ia tak dapat membela dirinya lagi. Polisi pun turut mengamankan Jin Hye, Ji Hyeon, Sung Yeol, Sung Jong, Myung Soo dan Woo Hyun yang saat itu tengah terluka.
“Kau datang tepat waktu, Hyung,” ucap Sung Jong.
“Bagaimana kau bisa menemukan kami?” tanya Sung Yeol.
“Untuk apa aku menjadi pengacara jika aku tak bisa mendeteksi keberadaan kalian?” tanya Sung Kyu balik.
“Gamsahamnida[21],” ucap Woo Hyun dan Myung Soo serempak.
“Sudah menjadi tanggung jawabku untuk menolong kalian semua,” jawab Sung Kyu.
****
Keesokan harinya. Lagi-lagi di hari yang masih pagi, Sung Yeol dan Sung Jong datang ke rumah Ji Hyeon. Meskipun luka di tubuh mereka belum sepenuhnya sembuh. (http://jh-nimm.blogspot.com)
“Sung Yeol-sshi, Sung Jong-sshi…”
Ji Hyeon terheran melihat kedua bersaudara itu sudah berada di depan pintu rumahnya lagi. Karena yang ia tahu, seharusnya kedua pria itu tengah beristirahat di rumahnya untuk memulihkan luka yang mereka alami karena kejadian kemarin.
“Masuklah,” ajak Ji Hyeon.
Sung Yeol dan Sung Jong pun masuk ke dalam rumah Ji Hyeon.
“Kenapa sepi sekali?” tanya Sung Yeol.
“Mana Jin Hye? Apa dia masih trauma karena kejadian kemarin?” tanya Sung Jong.
Begitu mendengar suara Sung Yeol, Jin Hye pun keluar dari kamarnya dan menghampiri Sung Yeol.
“Appa…” teriak Jin Hye.
“Appa?” tanya Sung Jong.
Sung Yeol pun menggendong Jin Hye ke dalam pangkuannya.
“Apa puteri Appa yang cantik seperti ibunya ini baik-baik saja?” tanya Sung Yeol.
“Eung, Appa…” jawab Jin Hye.
“Syukurlah, Appa senang melihatmu baik-baik saja dan tetap bersemangat seperti ini,” ucap Sung Yeol.
Jin Hye pun mencium pipi Sung Yeol. Ji Hyeon dan Sung Jong hanya tertawa melihat tingkah laku Jin Hye.
“Appa, berjanjilah untuk menikah dengan Eomma dan kita hidup bahagia,” pinta Jin Hye.
“Ada satu syarat,” ucap Sung Yeol.
“Syarat?” tanya Jin Hye.
“Jin Hye tidak boleh kabur dari rumah lagi dan Jin Hye harus menjadi anak Appa yang paling pintar,” jawab Sung Yeol.
“Eung, Appa…” jawab Jin Hye.
“Kalau begitu, sekarang Jin Hye mainlah bersama Sung Jong Samcheon[22], ne[23]?” pinta Sung Yeol.
Sung Yeol pun memberikan kode pada Sung Jong untuk mengajak Jin Hye bermain.
“Kaja, Jin Hye-ya…” ajak Sung Jong.
Sung Yeol pun menurunkan Jin Hye dari pangkuannya. Sung Jong pun mengajak Jin Hye keluar untuk bermain dan membeli ice cream. Sedangkan Sung Yeol dan Ji Hyeon hanya saling menatap.
“Sung Yeol-sshi…”
“Jangan memanggilku dengan formal seperti itu…”
“Oppa[24]…”
Ji Hyeon pun memeluk Sung Yeol.
“Mianhae…” ucap Ji Hyeon.
“Wae?” tanya Sung Yeol.
“Aku membuatmu terluka seperti ini,” jawab Ji Hyeon.
“Tidak masalah bagiku untuk terluka sebanyak apapun jika itu demi melindungi orang yang ku cintai,” ucap Sung Yeol. (http://jh-nimm.blogspot.com)
Ji Hyeon pun melepaskan pelukannya dari Sung Yeol. Sung Yeol menatap Ji Hyeon.
“Justru aku yang seharusnya meminta maaf,” ucap Sung Yeol.
“Wae?” tanya Ji Hyeon.
“Karena aku membiarkan laki-laki lain menyentuhmu,” jawab Sung Yeol.
“Kemarin keadaan sangat buruk sehingga…”
“Dimana mereka menyentuhmu?” tanya Sung Yeol. “Aku akan menghapusnya,”
Ji Hyeon menatap Sung Yeol dengan heran.
“Apa hanya di sini?” tanya Sung Yeol yang kemudian segera mendaratkan kedua sayap bibirnya pada bibir JI Hyeon.
Sung Yeol melepaskan Ji Hyeon. Lagi, ia menatap gadis yang selalu sanggup merenggut seluruh perhatiannya itu.
“Ji Hyeon-a, mulai saat ini aku berjanji bahwa aku tidak akan pernah membiarkan pria lain untuk menyentuhmu dan aku juga berjanji untuk selalu menjagamu dan Jin Hye,” ucap Sung Yeol.
Ji Hyeon tersenyum dan menganggukkan kepalanya sebagai sebuah jawaban untuk Sung Yeol.
****
Sebuah hari yang begitu indah di musim panas yang begitu indah. Matahari bersinar dengan cerah dan awan yang berarakpun tampak begitu ceria membiakan sinar sang matahari untuk jatuh ke bumi. Indahnya sebuah hari di musim panas juga sama indahnya dengan sebuah pemandangan di dalam sebuah gereja yang bernuansa putih. bunga-bunga lily dan mawar putih tampak mendominasi dekorasi gereja yang akan menjadi saksi pernikahan sepasang merpati yang telah dipertemukan karena takdir itu.
Namun rupanya keindahan hari yang cerah ini tak sejalan dengan seorang pria bernama Lee Sung Yeol yang tengah berdiri di depan altar. Ia tampak begitu gugup dan gemetar, terlebih ketika sang mempelai wanita mulai memasuki gereja dan melangkahi karpet merah yang akan menuntun gadis yang akan menjadi calon pendampingnya itu padanya. Kegugupannya semakin bertambah ketika sang mempelai wanita sudah berada di hadapannya.
“Jagalah puteriku dengan baik,” ucap Jung Kwon, Ayah Ji Hyeon seraya menyerahkan tangan puterinya pada Sung Yeol.
“Ye[25], Abeonim[26]…” jawab Sung Yeol seraya menyambut tangan Ji Hyeon.
Sebuah senyuman tersungging di wajah cantik Ji Hyeon ketika Sung Yeol menyambut tangannya. Sebuah senyuman yang sanggup membuat Sung Yeol ingin berteriak untuk menghentikan waktu saat itu juga.
“Semua sudah siap?” tanya seorang pendeta yang akan menjadi ‘hakim’ yang akan mempersatukan kedua merpati itu.
Sung Yeol dan Ji Hyeon hanya menjawab pertanyaan sang pendeta dengan menganggukkan kepala mereka.
“Apakah kau, Lee Sung Yeol, berjanji untuk selalu menghormati, melindungi dan menyayangi Lee Ji Hyeon?”
Sebelum memberikan jawabannya, Sung Yeol melirik Ji Hyeon yang berada di sampingnya itu melalui ekor matanya.
“Ya…” jawab Sung Yeol dengan tegas dan pasti.
“Apakah kau, Lee Ji Hyeon, berjanji untuk selalu menghormati, melindungi dan menyayangi Lee Sung Yeol?”
Jantung Sung Yeol berdetak semakin cepat ketika menunggu jawaban yang akan Ji Hyeon berikan. Seolah jantungnya itu ingin melompat dari tempatnya karena tak sabar menunggu jawaban Ji Hyeon atas sumpahnya.
“Ya…” jawab Ji Hyeon.
Seketika itu tubuh Sung Yeol melemas, seolah semua beban dalam benaknya menghilang ketika mendengar jawaban Ji Hyeon. Jika saja kedua tungkainya tak sanggup menopang beban tubuhnya, mungkin Sung Yeol sudah ambruk saat itu juga. (http://jh-nimm.blogspot.com)
****
Setelah menjalani prosesi pernikahan, kali ini giliran Ji Hyeon dan Sung Yeol untuk menerima tamu yang datang. Bahkan selain menerima tamu, Ji Hyeon juga memainkan sebuah lagu dengan biolanya secara khusus yang ia persembahkan untuk Sung Yeol, Jin Hye dan pernikahannya. Sebuah lagu yang sangat indah dan membius para pendengarnya hingga seolah memiliki semangat baru dan merasakan kebahagiaan yang tengah dirasakan oleh kedua mempelai. Namun, lain dengan Woo Hyun dan Myung Soo, mereka hanya sanggup menatap kedua mempelai dengan tatapan yang kosong.
Ketika Ji Hyeon selesai memainkan lagunya, Woo Hyun pun mengajak Sung Yeol untuk bicara, sedangkan Myung Soo mengajak Ji Hyeon. Dari tempat yang terpisah, namun Woo Hyun dan Myung Soo memiliki maksud yang sama.
“Chukhae[27]…” ucap Woo Hyun.
“Gomawo, chinguya[28]…” jawab Sung Yeol seraya memeluk sahabat terbaiknya itu.
“Sung Yeol-a, sebenarnya ada yang ingin kuberitahukan padamu,” ucap Woo Hyun.
“Mworago?” tanya Sung Yeol.
“Sebelumnya, maafkan aku jika aku baru memberitahukanmu saat ini. Tetapi memang sebaiknya ku beritahukan padamu bahwa sebenarnya aku menyukai Ji Hyeon. Bahkan jauh sebelum ku kenalkan Ji Hyeon padamu,” jawab Woo Hyun.
“Ara[29]…” ucap Sung Yeol.
“Bagaimana kau mengetahuinya?” tanya Woo Hyun.
“Kau pikir aku mengenalmu baru kemarin malam?” tanya Sung Yeol. “Hanya dengan melihat caramu menatap Ji Hyeon saja aku sudah tahu kau menyukainya,”
“Jika kau tahu, kenapa kau tetap menikah dengan Ji Hyeon? Kenapa kau tidak merelakan Ji Hyeon untukku?” tanya Woo Hyun.
“Aku tidak sebaik itu, Woo Hyun-a…” jawab Sung Yeol.
Kedua sahabat itu pun terlarut dalam sebuah canda tawa hangat yang memang selalu mereka tuai ketika mereka bersama itu. Sebuah persahabatan yang sangat kuat dan bahkan tak sanggup tergoyahkan hanya karena masalah seorang wanita.
Di tempat lain, tampak Myung Soo tengah menatap Ji Hyeon.
“Wae? Bukankah ada yang ingin kau bicarakan padaku?” tanya Ji Hyeon.
“Biarkan aku puas menatapmu dalam gaun pengantin seperti ini,” jawab Myung Soo.
“Myung Soo-ya…”
“Ji Hyeon-a, kau tahu, aku selalu membayangkan bahwa jika kau memakai gaun pengantin seperti ini pasti akan sangat cantik. Dan aku juga selalu membayangkan bahwa jika saja aku yang berdiri di sampingmu dan mngucapkan sumpah sehidup semati itu bersamamu,” ucap Myung Soo.
“Myung Soo-ya…”
“Ah, tapi aku cukup bahagia melihatmu seperti ini. Bahagia dengan orang yang kau cintai dan mencintaimu,” ucap Myung Soo.
Ji Hyeon terdiam. Ia sungguh bingung dengan apa yang akan ia katakan untuk menanggapi ucapan Myung Soo.
“Ah, kenapa kau hanya diam seperti ini?” tanya Myung Soo.
“Aku hanya tidak tahu apa yang harus kukatakan,” jawab Ji Hyeon.
“Jangan membuat suasana menjadi canggung dan tidak nyaman seperti ini, aku tidak apa-apa.” Ucap Myung Soo. (http://jh-nimm.blogspot.com)
“Myung Soo-ya…”
“Ah, sepertinya aku yang telah membuat suasana menjadi kaku seperti ini,” ucap Myung Soo.
“Gomawo…”
“Untuk apa?”
“Karena kau telah menemani dan menjagaku hingga saat ini,”
“Meskipun sekarang ada Sung Yeol di sampingmu, tapi aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan selalu menemani dan menjagamu selamanya,”
Ji Hyeon pun memeluk Myung Soo. Ji Hyeon merasa beruntung memiliki sahabat seperti Myung Soo, begitu juga Myung Soo yang merasa beruntung memiliki sahabat seperti Ji Hyeon. Sebuah persahabatan yang terjalin sejak mereka masih kecil itu terlalu kuat untuk digoyahkan hanya oleh sebuah perasaan yang berubah menjadi lebih dari sekedar persahabatan, baik dari salah satu maupun keduanya.
THE END….
After long time, finally JH Nimm is BACK back back back back *sing along with INFINITE*
Just don’t forget to leave your appreciation and thank you so much… :*
~~ JH_Nimm
== GLOSARIUM ==
Hyung [1] = Kakak (dari laki-laki untuk laki-laki)
Mianhae [2] = Maaf (informal)
Gwaenchanha [3] = Tidak apa-apa
Jamkkanman [4] = Tunggu
Wae, Waeyo [5] = Kenapa/ Mengapa
Geurae [6] = Benar
Kaja [7] = Ayo
Joheun achim [8] = Selamat pagi
Mworago [9] = Apakah
Mwoya, Mwo [10] = Apa
Geuraettguna [11] = Rupanya begitu
Maldo andwae [12] = Tidak mungkin
Aniyo [13] = Tidak/ Bukan
Eobseo [14] = Tidak ada
Nugu [15] = Siapa
Yeoboseyo [16] = Hallo (untuk menjawab panggilan telepon)
YA [17] = HEY
ANDWAE [18] = JANGAN/ TIDAK
Eomma [19] = Ibu
Appa [20] = Ayah
Gamsahamnida [21] = Terima kasih (formal)
Samcheon [22] = Paman
Ne [23] = Iya
Oppa [24] = Kakak (dari perempuan untuk laki-laki)
Ye [25] = Iya (formal)
Abeonim [26] = Ayah (formal)
Chukhae [27] = Selamat
Gomawo, chinguya [28] = Terima kasih, teman
Ara [29] = Aku tahu/ Aku mengerti
facebook link for full story: https://www.facebook.com/notes/milky-daidouji/twoshoot-infinite-change-me-22-final/10204179623281198