Liburan musim panas telah tiba, bagi kebanyakan orang kata ‘liburan’ menjadi sesuatu yang dinanti-nanti tapi sayangnya hal itu tidak berlaku bagi Chorong, gadis berusia 23 tahun yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di salah satu universitas di Seoul. Bagi Chorong yang masih belum mendapatkan pekerjaan tetap, liburan akan menjadi momok yang menakutkan karena itu berarti ia harus membantu pamannya yang memiliki guesthouse di Sokcho. Jarak tempuh Seoul-Sokcho yang hanya menghabiskan waktu sekitar 2,5-3 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan umum menjadi salah satu nilai plus bagi para wisatawan yang berasal dari kota metropolitan,Seoul.
Syukurlah Chorong tidak sendirian, Chanyeol adik laki-lakinya juga ikut membantu. Beruntung Chanyeol bukanlah tipikal anak yang suka berkumpul dengan teman-temannya di tempat seperti club malam atau sejenisnya. Selain pergi kuliah, ia biasanya lebih sering menghabiskan waktunya di kamar, entah itu hanya sekedar nonton film, mendengarkan musik, atau menciptakan lagu.
Selain letaknya yang strategis, guesthouse milik Tuan Park ini juga memiliki mini restaurant di dalamnya. Ini memnuat para turis tidak perlu jauh-jauh mencari makan. Karena Chorong tergolong bisa masak dengan baik, ia lebih sering menghabiskan waktunya di dapur. Sebagai seorang laki-laki, Chanyeol juga tergolong senang menghabiskan waktunya di dapur.”Noona terlihat jauh lebih cantik saat memasak.” Itulah yang selalu diucapkan Chanyeol saat ditanya kenapa dia tidak enggan menghabiskan waktunya di dapur.
“ Ini. Tolong kau beli semua yang ada di daftar itu, kita tidak bisa kehabisan persediaan seafood dan bumbu-bumbu penting. Sepertinya akan banyak tamu yang tiba mala mini.” Chorong menyerahkan sehelai kertas pada adiknya.
“ Kau yakin kita tidak butuh sayuran ?” Mata Chanyeol tertumpu pada daftar yang dibuat Chorong.
“ Kita masih punya beberapa persediaan sayuran.”
“ Baiklah.”
“ Ah, jangan lupa body scrub dan body cleanser titipanku.” Chorong mengingatkan dan hanya disambut anggukan kecil Chanyeol sebelum ia meninggalkan dapur.
“ Chorong –ah, ada dua orang tamu tambahan hari ini. Tolong siapkan makan malam tambahan.” Chorong berbalik, menatap Pamannya yang menyembulkan kepalanya dari balik pintu dapur.
“ Baiklah, dua porsi saja kan Paman ?”
“ Iya, dan tolong antarkan makanan mereka di kamar no.8. Ah, mereka juga memesan wine. Jangan lupa, oke ?” Tuan Park tersenyum lebar sebelum kembali menghilang dibalik pintu.
“ Wine ? kenapa mereka memesan wine di guesthouse kecil seperti ini. Pergi saja ke hotel bintang lima kalau ingin minum wine-tsk.” Chorong menggerutu seraya mengeluarkan ponselnya dari saku. Ia harus memberitahu Chanyeol untuk membeli wine pesanan pelanggan khusus itu.
***
Hari berlalu begitu cepat, langit mulai berwarna oranye saat Chorong dan Chanyeol sibuk menyiapkan makan malam. Tamu-tamu sudah mulai berdatangan, beberapa sepupu mereka sibuk mengantarkan barang para tamu ke kamarnya masing-masing. Nyonya Park terlihat masih sibuk di lobi depan, menolak dengan sopan para tamu yang ingin bermalam disana karena semua kamar sudah penuh, beberapa diantaranya memutuskan untuk makan malam di restaurant tanpa bermalam yang membuat Chorong harus bekerja lebih keras.
“ Chanyeol-ah, tolong antarkan ini ke kamar no.8. Jangan lupa wine-nya juga.” Chorong menunjuk nampan berisi dua porsi sup seafood sambil masih sibuk mengiris sayuran.
“ Kamar ? maksudmu meja no.8?” Chanyeol yang tidak tahu menahu soal kedatangan tamu khusus terlihat bingung.
“ Kamar no.8 Chanyeol-ah.. mereka –“ Chorong belum sempat menyelesaikan kalimatnya saat Bibinya tiba-tiba datang dan meminta bantuan Chanyeol untuk mengangkat beberapa box seafood segar yang diantar oleh supplier. Chanyeol menatap Chorong dan Bibinya bergantian,
“ Pergilah, biar aku yang mengantar ini.” Chorong melepas apron-nya dan membawa nampan penuh makanan itu keluar dapur.
Selang beberapa menit Chorong sampai di depan kamar no.8, hanya saja ia kesulitan untuk mengetuk pintu karena kedua tangannya menahan nampan yang cukup berat.
“ Permisiiiiiii,” sekali, dua kali, bahkan sampai ketiga kalinya Chorong berteriak masih belum ada jawaban. Chorong mendengus kesal, ia masih memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan ketimbang berdiri disini seperti orang bodoh. Ia hampir menendang pintu ketika tiba-tiba pintu itu terbuka. Tapi karena kakinya yang sudah terlanjur menempel ke daun pintu, Chorong hilang keseimbangan hingga hampir menjatuhkan nampan di tangannya kalau saja tidak ada yang menopangnya. Untuk beberapa detik mereka mematung pada posisinya masing-masing sampai Chorong sadar kalau handuk yang semua menutupi tubuh pemuda di hadapannya jatuh secara tidak sengaja.
“ Kyaaaaaaaa …” Chorong menjerit sekeras-kerasnya sambil menutup matanya.
“ Ya! Siapa yang teriak begitu keras malam-malam begini?” Chorong mendengar suara lain datang dari arah dalam kamar tapi ia masih belum berani membuka matanya.
“ Bum-ah, my towel please.” Kibum mengambil handuk yang terjatuh dan menggunakannya untuk menutupi tubuhnya bidang.
“ Buka matamu sekarang, aku tidak bisa menahanmu terus menerus seperti ini.” Chorong membuka matanya perlahan dan akhirnya bisa bernafas lega.” Kau tidak sadar berapa berat badanmu ya? Tanganku sampai sakit menahanmu agar tidak jatuh.” Ia memijat lengannya sambil –berpura-pura- meringis.
“ Aku tidak menyuruhmu membantuku.”
“ Kalau aku tidak membantumu mungkin sup itu akan tumpah di kakiku.” Pemuda itu mengambil nampan dari tangan Chorong dan berlalu kedalam kamar.
“ Where’s my wine?”
“ Huh? Ya tuhan, aku lupa. Sebentar biar aku ambilkan.”
“ I think you should get it,Hyun.” Chorong mengangkat sebelah alisnya, Bum ? Hyun ? Chorong bergidik kemudian berbalik menuju dapur diikuti oleh pemuda yang dipanggil ‘Hyun’ tadi.
***
“ Noona, kau baik-baik saja?” kesibukan sudah mereda dan sekarang waktunya keluarga Park menyantap makan malam mereka. Tapi Chorong sama sekali tidak menyentuh makannya, ia hanya duduk disana dengan kening berkerut. Tidak seperti biasanya, dan itu cukup membuat Chanyeol khawatir.
“ Chanyeol-ah, kau tahu tamu khusus di kamar no.8 itu? “ Chanyeol menggeleng dan Chorong hanya menghela nafas.” Ada apa?” Tanya Chanyeol lagi.
“ Tidak, hanya saja mereka terlihat agak aneh.” Gumam Chorong,
“ Aneh ? Bagaimana kau bisa bilang pria yang begitu tampan itu aneh.” Rasanya Chorong mau muntah saja saat Bibi-nya memuji pemuda tidak dikenal itu hanya karena wajahnya yang tampan. Melihat dua orang pemuda dalam keadaaan seperti ‘itu’ di malam hari sudah cukup membuat Chorong menilai bagaimana mereka yang sebenarnya. Dan itu membuatnya sama sekali tidak tertarik pada mereka seberapa tampan-pun mereka.
***
Chorong mengerjapkan matanya beberapa kali, sinar matahari yang mulai naik membuat matanya yang masih mengantuk itu agak kabur. Paman dan Bibi-nya harus meninggalkan guesthouse sementara waktu dan itu berarti pekerjaan Chorong bertambah.
“ Uh, apa ini? “ Chorong menemukan sebuah tas kecil di salah satu bangku di pinggiran kolam renang. Dengan susah payah Chorong membaca tulisan yang tertera disana ‘Putih itu Shinzui’ sambil memiringkan kepalanya. Ia memang pernah mendengar merk kosmetik itu dari temannya yang tinggal di Jepang, Shinzui. Shinzui cukup terkenal di Jepang sampai Soyou sempat mengirimkannya beberapa kali untuk Chorong.
“ Chanyeol-ah , kau tahu ini milik siapa?” Chorong berseru sambil menghampiri Chanyeol yang sedang membersihkan taman.
Chanyeol menggeleng,” Aku tidak tahu. Mungkin sebaiknya kau simpan, siapa tahu pemiliknya mencarinya nanti.” Chorong mengangguk kemudian kembali ke kamarnya sejenak untuk menyimpan benda itu dan kembali ke tugasnya semula.
“ Ya! Bum-ah, yang benar saja….” Chorong dan Chanyeol serentak memutar kepala mereka kearah bersamaan saat mendengar gelak tawa seseorang, tidak mungkin lebih tepatnya dua orang.
“ Chanyeol-ah …”
“ Hmm …”
“ Mereka itu yang aku tanyakan semalam.” Ungkap Chorong.” Apa kau tidak merasa mereka aneh?”
“ Aneh ? aneh kenapa ?” Chanyeol balik bertanya.
“ Semalam saat aku mengantarkan makanan mereka, mereka ….. “ bulu kuduk Chorong bahkan sudah merinding sebelum menceritakannya pada Chanyeol.” Sudahlah, membayangkannya saja aku sudah jijik. Yang penting kau jangan dekat-dekat mereka, bahaya.”
“ Siapa juga yang mau dekat-dekat mereka, aku masih normal.” Chanyeol mencibir sambil berlalu dengan sekantung sampah di tangannya.” Noona ini ada –ada saja.”
***
“ Wahhh, kau memang tidak salah Hyun, pemandangan disini sangat indah.” Kibum merenggangkan otot-ototnya yang tegang. Wajah keduanya tidka lepas dari senyuman, mata Woohyun menerawang ke langit senja.
“ Aku tidak menyangka Taemin akan menikah secepat ini, dia bahkan lebih muda dariku.” Gumam Woohyun, hampir terdengar seperti bisikan.
“ Eww, our Woohyun is envious.” Kibum melirik nakal pada Woohyun yang masih asyik dengan pikirannya.” How about that girl?” Woohyun menoleh pada Kibum.” The girl from last night. Isn’t she cute? She looks so scared when seeing you shirtless.” Kibum terkekeh membayangkan kembali wajah gadis itu semalam.” You’re not even naked but she screamed so high.” Woohyun tidak kuasa menahan tawa saat mengingat kembali kejadian semalam, bagaimana Chorong salah tingkah saat mereka hanya berdua saja di dapur.
“ Hyung … hyungnim… tolong …” Kibum dan Woohyun menghentikan tawa mereka ketika Chanyeol datang dengan nafas tersengal-sengal.” Chorong Noona … “
“ Ch- Chorong ?” Kibum bingung karena Chanyeol tidak bicara dengan jelas. Ia berusaha menenangkannya tapi tetap saja pemuda itu terlihat panik.
“ Chorong Noona … kolam renang,” Woohyun berusaha mencerna apa yang Chanyeol ucapkan. Tidak berapa lama ia melesat meninggalkan Kibum yang masih bingung sementara Chanyeol mengikutinya dari belakang.
***
“ Kau baik-baik saja?” Chorong mendengar seseorang bicara disampingnya saat ia baru saja sadar. Woohyun duduk disamping ranjangnya dengan baju basah kuyup.
“ Chanyeol ?” Woohyun tersenyum. Entah kenapa ia merasa senang melihat betapa eratnya persaudaraan kakak beradik ini.
“ Chanyeol baru saja pergi, dia bilang ingin membuatkanku sup hangat sebagai ucapan terima kasih.” Chorong menatap Woohyun dari ujung kepala sampai ujung kaki. Rasa bersalah dengan cepat menyelinap di hatinya. Ia tahu Woohyun pasti sudah menolongnya karena Chanyeol tidak bisa berenang, sama seperti dirinya.” Tidak perlu merasa bersalah, Kibum sedang mengambilkan pakaian gantiku dan ucapan terima kasih dari Chanyeol sudah lebih dari cukup.”
“ Maaf .” Woohyun mengangkat sebelah alisnya.
“ Untuk apa?”
“ Semuanya. Aku tidak bersikap ramah padamu sejak semalam dan sekarang kau malah menyelamatkanku.”
“ Tidak usah dibahas lagi. Aku-pun akan bersikap sama sepertimu kalau aku harus menunggu selama itu di depan pintu dengan beban cukup berat di tangan. Maaf juga kalau sudah membuatmu tidak nyaman dengan kejadian …” Woohyun melirik Chorong sebelum akhirnya mereka berdua tertawa malu-malu, wajah Chorong bahkan memerah bagaikan kepiting rebus.
“ Jadi kau anak pemilik tempat ini ?” Woohyun memandang berkeliling dan matanya tertumpu pada sesuatu.
“ Bukan, Paman dan Bibi pemilik tempat ini. Aku dan Chanyeol hanya datang untuk membantu setiap musim liburan.” Chorong menjelaskan.
“ Itu…milikku.” Chorong menoleh kearah meja kecil yang diletakkan berhadapan dengan jendela besar yang menghadap langsung ke laut.
“ Milikmu?”
“ Bagaimana kau bisa menemukan ini? Aku pikir ini hilang saat di perjalanan.” Chorong mengerjapkan matanya berkali-kali.” Beauticase ini milikku. Syukurlah aku bisa menemukannya.”
“ Ya, aku menemukannya di dekat kolam renang. Kalau memang itu barang berharga kau harus berhati-hati lain kali.” Woohyun mengangguk semangat.
Sepertinya dugaanku selama ini benar, apa yang bisa kau harapkan dari orang seperti dia Park Chorong.
***
Dua hari kemudian
Suasana hangat mulai terasa begitu Chorong menapaki lobi salah satu hotel besar di Sokcho. Sekerumunan orang yang sepertinya kerabat lama berkumpul di lobi sebelum menuju taman besar yang terletak disamping bangunan hotel. Chorong tersenyum simpul saat melihat orang-orang berwajah familiar bagi dirinya, apa yang terlihat di hadapan matanya saat ini sangat berbeda dengan setahun lalu saat ia masih duduk di bangku universitas.
Setelah bertukar sapa dengan beberapa kerabat yang dikenalnya, Chorong bergabung dengan sahabat-sahabatnya. Mereka memuji Chorong yang terlihat jauh lebih langsing hingga mereka hampir tidak mengenalinya dan juga beberapa hal lainnya termasuk bagaimana Eunji yang bergabung dalam grup vokal bernama a pink dan Namjoo menjadi guru vokal, Hayoung yang mulai merambahi karirnya sebagai model, Bomi yang akhirnya bisa menjadi MC tetap di salah satu program TV, dan Yookyung yang kembali melanjutkan S2 nya di London.
Obrolan mereka terusik saat Naeun datang untuk memperkenalkan suaminya pada mereka.
“ Lihatlah, kau sudah menikah sekarang. Bahkan Chorong unnie yang sudah tua-pun belum menampakkan tanda-tanda keberadaan kekasihnya. Tapi kau sudah menikah Son Na Eun,” Chorong melotot karena Eunji membawa namanya sembarangan.
“ Kau ini, kenapa selalu menyebalkan.” Chorong memukul lengan Eunji hingga ia mengaduh kesakitan. Taemin – suami Naeun tak sanggup menahan tawa melihat sikap mereka yang kekanakkan. Naeun memang sering menceritakan soal mereka, namun lain halnya saat ia bertemu langsung dengan mereka.
Chorong mengatur nafasnya yang agak tersengal karena terlalu banyak tertawa, ia menghembuskan nafas pelan, dalam hati ia bersyukur ternyata tidak ada yang berubah dari persahabatan mereka. Suara petikan gitar terdengar menyatu dengan angin pantai yang berbisik lembut di telinga Chorong, menggelitiknya untuk bersenandung bersama sang pemilik suara merdu yang kini melantunkan lagu Just the Way You are milik Bruno Mars secara akustik.
“ Unnie, tolong pegang ini.” Hayoung tiba-tiba menepuk pundak Chorong dan menyerahkan tasnya.
“ Aku harus ke toilet.” Sebelum Chorong sempat menjawab, Hayoung sudah melesat meninggalkannya. Pandangan Chorong tiba-tiba tertumpu pada seorang pemuda yang sedang bernyanyi diatas panggung sederhana berwarna putih dengan beberapa aksen vintage diatasnya. Angin pantai yang cukup kuat membuat rambutnya agak berantakan dan sebagian poninya menghalangi matanya. Tapi entah kenapa, Chorong bisa melihat dengan jelas kedua bola matanya yang cokelat berkilauan seperti Kristal. Pandangannya menerawang jauh selagi jemarinya memainkan senar gitar dengan lihai. Tepat di bait terakhir lagu ‘Cause you’re amazing just the way you are’ pandangan mereka bertemu. Untuk beberapa detik, mereka mematung di posisinya masing-masing hingga Chorong memutus eye contact mereka dan mengalihkan perhatiannya pada teman-temannya. Sementara Woohyun turun dari panggung dan tampak sedang mengobrol dengan Taemin dan Kibum.
“ Naeun-ah, bagaimana Taemin bisa mengenal mereka berdua?” Chorong bertanya.” Mereka terlihat mencurigakan.” Gumamnya tapi masih cukup keras hingga bisa didengar oleh Eunji.
“ Kibum oppa ? Wae?”
“ Kau juga mengenalnya?”
“ Unnie, kau terlalu lama mengurung diri hingga tidak tahu berita terbaru.” Chorong mengangkat sebelah alisnya.” He’s Eunji unnie’s boyfriend.”
“ Siapa kau bilang?”
“ Kibum oppa,”
“ Aku pikir mereka ….” Chorong menggantung kalimatnya, ia tidak ingin melanjutkan karena mungkin Eunji akan tersinggung tapi ini akan lebih aneh lagi kalau dia tidak menjelaskan.” Gay …” Eunji jadi orang yang tertawa paling keras saat mendengar apa yang dikatakan Chorong hingga menarik perhatian para tamu lainnya termasuk Kibum dan Woohyun. Kibum bergegas menghampiri Eunji dan memukul lengannya.
“ Ya! Jung Eunji, bersikaplah seperti wanita. Kau ini kenapa?”
“ Oppa … sepertinya unnie salah paham. Dia bilang kalian berdua,” Eunji menunjuk Kibum dan Woohyun yang ternyata mengikuti Kibum.” Couple.”
“ Ahhh, aku tahu sekarang kenapa kau selalu terlihat takut dan sini pada kami.” Woohyun mengangguk-anggukan kepalanya sambil melirik Chorong yang tidak berani menatapnya.
“ Bagaimana kau menyangka kami …. Ahhh .. “ Kibum kehilangan kata-kata.
“ Sudah kubilang, bersikap normal-lah sedikit. Kau lihat kan hasilnya bagaimana.” Woohyun menyikut Kibum.” Biar aku jelaskan, ikut aku.” Woohyun meraih tangan Chorong dan membawanya ke sudut yang tidak terlalu ramai.
“ M-maaf, aku tidak bermaksud … “ Woohyun menatapnya dengan serius, mungkin sok serius sebenarnya karena hal seperti ini bukan pertama kalinya terjadi.
“ Tidak apa, aku selalu merasa lucu kalau ada orang yang salah paham tentang hal seperti ini.” Woohyun tertawa kecil. Chorong mendongkak dan Woohyun sudah tidak menatapnya lagi, iya hanya menatap lurus kedepan dengan senyuman masih terlukis di bibirnya.
“ Lalu kenapa, beauty kit itu ?”
“ Ah, jadi karena itu juga kau mengira aku tidak normal. Aku hanya senang memperhatikan penampilan, itu saja.” Sekilas Woohyun bisa melihat Chorong yang mengangguk-angguk, entah karena dia memang berusaha paham atau karena merasa bersalah padanya.
“ Aku masih normal, percayalah. Aku masih tertarik pada gadis cantik, seperti yang ada di hadapanku saat ini. Perlu bukti?” Woohyun meraih salah satu tangan Chorong dan menempatkannya di dada kirinya. “ Ini yang aku rasakan setiap aku melihatmu.” Chorong punya banyak beberapa alasan kenapa wajahnya memerah saat ini, karena kulit mereka yang bersentuhan, karena wajah mereka yang begitu dekat, dan karena detak jantung yang kini dia rasakan di telapak tangannya, dengan segenap keberanian yang tidak pernah ia miliki sebelumnya ia mengangkat wajahnya dan tersenyum kepada Woohyun.