Lampu sorot menyinari setiap gerakan tari kami, suara instrumen pengiring lagu terdengar kencang mengiringi setiap lirik yang kami nyanyikan di atas panggung. Para penonton tampak terhibur dengan penampilan kami, mereka mengoyang-goyangkan lightstick dengan tangannya dan ada juga yang memegangi towel bertuliskan nama-nama kami.
‘Give it to me... Oh babe give it to me... Oh Oh Uwoo.. O’
Setelah lagu selesai dinyanyikan, para penonton memberikan apresiasi dengan bertepuk tangan, kami pun membukukan badan kami dan mengucapkan terima kasih lalu kami segera pergi menuju backstage.
“Sudah tidak ada waktu lagi.” Kata Hyolyn, wajahnya yang dari terlihat bahagia berubah tegang. “Kita harus cepat menyelesaikan tugas ini, tapi sekarang nona Soomin menghilang.” Lanjut Hyolyn.
Kami berbicara dengan suara pelan bahkan hampir terdengar seperti bisikan sambil berjalan menuju ruang pripadi kami di backstage. “Bukan menghilang, tapi diculik.” Kataku yakin setelah kami sampai di ruang pribadi.
“Yap. Nona Soomin diculik.” Kata Soyu membenarkan.
Aku akan menceritakan sedikit tentang kami. Bintang yang tadi kumaksud adalah nona Soomin, dia adalah bintang yang mengutus kami untuk melindungi dunia. Sebenarnya nona Soomin bukanlah manusia, seperti yang tadi kukatakan, dia adalah bintang.
Kami mempunyai kemampuan seperti para pembela kebenaran lainnya yang banyak ditanyangkan di TV, hanya saja bedannya kami adalah bentuk nyata bukan fiksi. Dan, aku tidak akan menjelaskannya secara detail karena hal ini hanya akan menjadi semakin membingungkan. Intinya, kami berempat adalah orang yang diutus nona Soomin untuk melindungi dunia. Sekarang nona Soomin diculik padahal dialah pemilik STAR1—tempat kekuatan kami berasal—dan orang yang menculik nona Soomin pasti menginginkan STAR1 untuk merebut kekuatan kami yang akan digunakannya untuk menggaggu kehidupan manusia lain.
“Aku yakin penculiknya orang dekat, diam-diam ingin menjerumuskan kita.” Kataku yakin.
“Darimana kau dapat kesimpulan itu?” tanya Bora. Sebelum aku sempat menjawab pertanyaanya tiba-tiba handphone-nya berbunyi, lalu Bora meminta izin kepada yang lain untuk mengangkat telepon.
“Aku rasa aku harus ke lokasi syuting,” kata Bora sambil membereskan barang-barangnya, “Lee Jong-suk meneleponku.” Lanjutnya.
“Kenapa harus dia yang meneleponmu?” tanya Hyolyn curiga.
Bora hanya mengangkat bahu. “Kau harus hati-hati, bisa saja dia punya niat lain.” Kataku, memperingatkan.
“Kita hanya berakting untuk drama yang sama, Dasom-ssi.” Jawab Bora dengan memberikan penekanan saat menyebut namaku. Sebelum pergi Bora memoleskan kulit tangan dan kakinya dengan Shinzu'i Body Lotion yang sering dia gunakan sebelum dan setelah beraktifitas, katanya agar kulitnya tetap wangi dan lembut.
*
"Karena putih itu Shinzu'i." kataku dengan senyum cerah sambil memamerkan sebotol Body Cleanser. Kemudian terdengar kata 'cut' dari Sutradara diiringi dengan tepukan tangan, lalu kami sama-sama mengucapkan terima kasih.
Aku baru saja menyelesaikan syuting salah satu iklan tiba-tiba aku mendengar ada seseorang yang memanggiku. Aku menengok ke berbagai arah dan akhirnya mendadapi Eun-ji datang menghampiriku.
“Eun-ji?” Kataku senang mendapati salah satu temanku ada di sini, “sedang apa kau disini? Menguntitku, ya?” kataku bercanda.
Eun-ji menatapku sinis. “Enak saja, aku hanya kebetulan sedang syuting untuk brand Shinzu'i Body Scrub di sini juga tahu!” jawab Eun-ji tidak terima.
“Aish, aku kan hanya bercanda.” Kataku sampil memamerkan jariku yang membentuk lambang peace.
Eun-ji terkikik. “Kau tahu tidak, kemarin aku bertemu dengan Lee Jong-suk! Dia benar-benar tampan.” Kata Eun-ji sambil menyikut tanganku.
Eun-ji pun kemudian menceritakan pertemuannya dengan Lee Jong-suk dengan mengebu-gebu, aku rasa dalam waktu dekat ini Eun-ji akan mendaftar menjadi salah satu fansnya. Tetapi kemudian ditengah ceritanya tiba-tiba Eun-ji berbenti dan bola matanya berubah menjadi abu-abu... atau itu hanya perasaanku saja, ya?
“Hngg... kenapa tiba-tiba aku merasa aneh, ya?” Eun-ji memegangi kepalanya. “Setelah bicara dengannya, aku langsung merasa aneh.” Lanjut Eun-ji.
“Merasa aneh bagaimana?” tanyaku penasaran.
“Aku merasa tiba-tiba pikiranku kosong.” Kata Eun-ji. Sebelum aku bertanya-tanya hal yang lebih dalam Eun-ji sudah dipanggil oleh manager-nya untuk melanjutkan syuting lalu dia pun mengucapkan salam padaku dan pergi ke lokasi syutingnya.
Aku jadi semakin curiga kepada Lee Jong-suk, mungkin tuduhanku ini terlalu objektif tapi orang itu benar-benar mencurigakan. Seketika aku langsung teringat kepada Bora, aku harus ke lokasi syuting Bora, perasaanku mendadak tidak enak.
*
Bora tidak mengangkat teleponnya. Aku, Hyolyn, dan Soyu juga merasa curiga dengan Lee Jong-suk sehingga aku tidak perlu susah-susah kagi menjelaskan alasan kecurigaanku pada Lee Jong-suk.
Kami sudah berada di Rumah Sakit lokasi syuting Bora dan sudah bertanya kepada beberapa kru tapi mereka tidak mengetahui di mana Bora. Sampai akhirnya ada seorang cleaning service yang mengatakan kalau dia melihat Bora dan Lee Jong-suk berjalan bersama ke arah atap Rumah Sakit, kami mengucapkan terima kasih kepada cleaning service itu lalu dia meminta kami untuk berfoto bersama dan menandatangani bajunya.
“Disaat dunia terancam, masih ada saja yang meminta tanda tangan.” Kataku hampir tertawa setelah cleaning service itu pergi. Hyolyn dan Soyu pun terkikik mengingat si cleaning service yang luar biasa senang setelah bajunya ditandatangani.
Wajah kami kembali menegang setelah kami sampai di atap dan mendapati Lee Jong-suk seperti sedang menggoda Bora dengan mendekatkan wajahnya ke wajah Bora. Bora sendiri terlihat tidak nyaman tapi dia juga tidak menghindar dari Lee Jong-suk.
“Bora!” teriak Hyolyn.
Bora dan Lee Jong-suk terlihat kaget mendapati kami tiba-tiba berada di sana. Lee Jong-suk sepertinya tidak suka basa-basi, dia langsung menunjukan wajah liciknya tanpa takut rencananya akan terbongkar sekarang juga.
“Sepertinya kalian sudah tahu, ya?” Lee Jong-suk menyeringai.
“Tahu apa?” Tanya Bora kaget sekaligus bingung.
“Dia yang menculik Soomin!” kata Soyu.
Bora terlihat kesal dan merasa bodoh, dia lagsung mendorong Lee Jong-suk dengan kasar.
“Aku tidak menyangka kalian akan menemukanku secepat ini, kita selesaikan di tempat lain. Kalian tidak mau membongkar identitas kalian sendiri hanya untuk menghabisiku di sini, kan?” Kata Lee Jong-suk sambil menyunggingkan senyum miringnya lalu berjalan meninggalkan kami.
Tak lama kemudian, dia mengirim pesan kepada Bora untuk memberitahukan di mana tempat yang tadi dia maksud.
*
Kami telah berada di tempat sesuai dengan intruksi Lee Jong-suk. Sebuah tanah lapang kosong yang sangat luas namun tidak gersang karena masih ada beberapa rumput yang tumbuh disekitarnya serta bebatuan besar yang berdiri kokoh yang tersebar di beberapa bagian tanah tersebut. Hembusan angin bertiup dengan terkadang kencang dan terkadang pelan membuat suasana menjadi sedikit menyeramkan. Kami pun bertrasformasi menjadi pembela kebenaran.
“Kau dengar suara itu?” Kata Hyolyn memecah keheningan, matanya menatap sekitar dengan penuh selidik, tapi tak ada satu pun tanda-tanda kehadiran orang lain selain kami.
“Itu suara nona Soomin.” Kata Soyu yakin karena merasakan hal yang sama dengan Hyolyn.
“Aku tidak mendengar apapaun.” Kata Bora bingung, sambil menepuk telingannya pelan dengan kedua tangannya.
“Itu memang kau tuli, kau tidak mau mendengarkan perkataan orang lain, sih.” Kataku sambil menatap Bora dengan tatapan meledek. Sebenarnya aku juga tidak mendengarnya, tapi aku masih ingin sedikit meledek Bora karena kejadian tadi.
Bora menatapku sinis lalu mengerucutkan bibirnya sambil berguman sendiri sambil memalingkan wajah. Kemudian wajahnya menegang dan berteriak, “ITU NONA SOOMIN!” sambil menunjuk tempat yang dari tadi tidak kami perhatikan, lalu dia segera berlari menuju ke sana.
Aku ikut berlari mengikuti Bora, setelah berhasil mendekatkan jarak dengan Bora, aku menahan tangannya. “Jangan sembarang! Kau tidak lihat?! Ada jebakan!” kataku kesal sambil menunjuk ke sebuah bola raksasa berwarna transparan yang melindungi Nona Soomin tepat satu meter di depan kami.
“STAR KICK!!!” Hyolyn mencoba menendang bola transparan itu dengan kekuatannya yang pada akhirnya gagal. Bola transparan itu malah mengembalikan tendangan Star Kick itu kepada Hyolyn yang berhasil membuat Hyolyn terpental ke tanah. Soyu segera membantu Hyolyn untuk berdiri kembali.
Di dalam bola raksasa itu Nona Soomin tampak tertidur tetapi dari mulutnya terdengar kalau dia mengeluarkan suara desahan-desahan, tubuhnya yang terbungkus dengan sebuah sinar-entah-apa-namanya melayang-layang. Di tangannya ada bintang yang kami sebut STAR1 yang dipeluknya dengan erat. Bintang itulah yang diincar oleh Lee Jong-suk tapi sayangnya bintang itu hanya dapat berfungsi jika kami menyerakan kekuatan kami—ditambah kekuatan nona Soomin—ke dalam bintang itu.
“Kita harus menggabungkan kekuatan!” Kata Hyolyn serius, wajahnya terlihat tidak sabar.
“Kau yakin? Kau tahu kan efeknya bisa sangat besar.” Kata Soyu sambil memegang bahu Hyolyn, berusaha menenangkan.
“Bagaimana jika gabungan kekuatan kita juga dipantulkan kembali oleh bola raksasa itu?” Kata Bora, dia pun ragu dengan saran Hyolyn.
Mungkin ini terlalu gegabah jika kami langsung menggabungkan kekuatan, tapi aku rasa tidak ada pilihan lain. “Aku setuju, kita gabungkan kekuatan.” Bora dan Soyu langsung menatapku tidak setuju.
“Tidak akan semudah itu.” Kata Lee Jong-suk yang tiba-tiba menampakan dirinya di samping nona Soomin. Bola matanya berwarna merah darah yang benar-benar kental membuat dirinya tampak menyeramkan, tangannya terlipat di dada, lalu dia menyeringai.
“LEE JONG-SUK!” Teriak Bora geram. Bora menjadi kesal melihat Lee Jong-suk, harga dirinya pasti sangat tercoreng karena bisa-bisanya dia tertipu oleh makhluk itu.
Lee Jong-suk hanya tertawa melihat Bora. “Maafkan aku, Bora, aku memang penghianat,” lalu dia menjentikan jarinya, “tahan dan serang mereka!”
Awalnya aku tidak mengerti dia memerintah kepada siapa sampai tiba-tiba muncul 6 orang perempuan dengan bola mata berwarna abu-abu mengapit tangan kami. A Pink?! Aku tidak percaya ini, tidak mungkin mereka bersengkokol dengan Lee Jong-suk.
Eun-ji memegang tangan kananku, aku menatap matanya yang berwarna abu-abu itu seperti ada kekosongan di sana, aku yakin pasti dia dan yang lainnya dihipnotis untuk melakukan semua ini. Argh, sial! Dia bukan hanya menculik Soomin tetapi juga memanfaatkan A Pink.
Aku mencoba melawan dan akhirnya berhasil melepaskan diri, aku ingin mengeluarkan kekuatanku untuk melawan A Pink tetapi tidak mau melukai mereka, akhirnya aku hanya bisa menghindar dari serangan-serangan mereka.
Lee Jong-suk seperti tidak cukup sabar melihat pertarungan perempuan-perempuan ini, dia ingin segera mengambil kekuatan kami. Dia pun melakukan teleportasi dan keluar dari bola raksasa itu, tak ada yang memperhatikannya selain aku, yang lain sedang sibuk menghindar dari serangan A Pink.
Tiba-tiba saja Lee Jong-suk mengeluarkan sebuah tongkat yang entah berasal dari mana lalu dia memutar-mutarkan tongkatnya yang kemudian mengeluarkan sinar menyilaukan. Dia mengarahkan pusat sinar itu ke arah Bora.
“BORA... AWAS!!!” aku berteriak panik.
‘AAARRRGGHHHH... ’
*
Aku membuka mataku sambil memegangi kepalaku yang sakit dan mendapati diriku jatuh dari tempat tidur. Aku segera melihat ke sekelilingku mencari-cari Hyolyn, Bora, Soyu, nona Soomin, A Pink, dan si jahat Lee Jongsuk dengan was-was. Kemana mereka semua? Dan, kenapa aku bisa berasa di kamar tidurku?
“Kim Da-som! Kau ini kenapa?” kata Bora yang baru masuk ke dalam kamar dan heran mendapati aku duduk-dudk di lantai.
“Kau baik-baik saja?” tanyaku panik, sambil segera bangun dan berjalan ke arah Bora.
“Aku baik-baik saja, kau ini kenapa, sih? Tumben sekali menanyakan keadaanku.” Kata Bora sambil terkikik.
Aku hanya bengong dan mulai mengumpulkan nyawaku. Ternyata tadi aku hanya mimpi... tapi kenapa terasa begitu nyata ya? Aku menepuk kepalaku sendiri, lalu tertawa sendiri, pasti Bora menganggapku sudah gila, tapi kalau saja aku ceritakan mimpiku barusan jika kita menjadi pembela kebenaran pasti dia akan tertwa juga.
Bora menatapku agak lama lalu dia meletakan tangannya di keningku. “Tidak panas,” kata Bora heran, “kau tidak mabuk kan?” tanya Bora.
Aku hanya menggeleng pelan. “Sebentar lagi kita akan comeback, jadi lebih baik kau jaga kesehatan.” Kata Bora.
“Siap!” Kataku setelah berhasil mengumpulkan nyawa.
Bora menatapku lagi, setelah yakin aku benar-benar tidak mabuk dia berjalan keluar kamar, “Sekarang kau harus siap-siap, kita ada latihan untuk konser Shinzu'i White Concert di Indonesia bulan depani.” Kata Bora, lalu dia keluar dari kamarnya.
***
Note:
Maaf kalau alurnya terkesan terlalu cepat, karena emang rencananya dibikin oneshoot aja. :)
Thankyou!