home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > DISTANCE

DISTANCE

Share:
Published : 11 Jul 2014, Updated : 11 Jul 2014
Cast : EXO K - SUHO , EXO K - BAEKHYUN, PARK YEONRA (OC)
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |876 Views |0 Loves
DISTANCE
CHAPTER 1 : DISTANCE

DOBIBEE PRESENT....

=====================

“ Seluruh siswa kelas 3 Seoul National High School dinyatakan lulus 100% “

                Sorak sorai langsung meledak dari siswa kelas 3. Mereka berpelukan, menangis bahagia, mengucapkan syukur atas kelulusan yang sempurna ini. Dan seperti yang diduga,

“ Nilai tertinggi diraih oleh Kim Junmyun. “

                Semua mata langsung mengarah pada Junmyun. Beberapa temannya memberi ucapan selamat.

“ Selamat, Junmyun. “ ucap Yifan dan beberapa temannya sambil menepuk-nepuk pundak Junmyun.

“ Ah, terimakasih. “

                Dari kejauhan, sepasang mata menatap Junmyun dengan bahagia. Dan Junmyun bisa merasakan itu. Pria itu langsung menoleh pada sosok yang duduk di tempat yang jauh darinya. Keduanya saling melempar senyum. Sinar kebahagiaan terpancar jelas darinya.

“ Selamat, Boo. “

“ I love you, Bee. “

==================

“ Lantas setelah ini, kau mau melanjutkan kuliah dimana? “ tanya Kyungsoo sambil menuang minuman ke gelas di depannya. Mereka tengah merayakan kelulusan dengan mengadakan pesta di rumah Junmyun.

“ Ayahku menyuruhku melanjutkan kuliah di Jepang. “

“ Lantas kau mau? “

“ Aku tidak mau jauh dari Yeonra. “

“ Maaf, aku terlambat. “

                Perhatian mereka langsung tertuju pada arah pintu. Seorang gadis dengan bungkusan hadiah di tangannya tengah melepas sepatunya. Ia lantas memakai sepasang sandal yang biasa dipakai di dalam rumah, lantas bergabung dengan mereka yang tengah berpesta.

“ Ya! Park Yeonra, kau terlambat sekali. “ celetuk Jongdae.

“ Benarkah? Kurasa aku hanya terlambat 30 menit. “

“ Ah, Jongdae hanya mengada-ada. Duduklah, Yeonra. “ bantah Junmyun.

“ Ya! Bukannya kau yang paling gelisah tadi? “

“ Sudahlah! Yang penting Yeonra sudah datang. “

                Yeonra lantas memberikan bungkusan kado yang ada di tangannya untuk Junmyun. Junmyun menerimanya dengan senang hati.

“ Terimakasih… “

                Yeonra senang jika melihat Junmyun menyukai setiap hadia-hadiah kecil yang ia berikan. Seperti gantungan kunci, casing handphone, buku –karena Junmyun suka membaca, dan beberapa hadiah lainnya.

“ Kau tidak memberikanku hadiah? “ protes Baekhyun yang duduk berseberangan.

“Ah, maaf. Kau tidak memintanya. Jadi tidak aku belikan. “

“ Keterlaluan. “

                Gelak tawa langsung meledak di antara mereka. Junmyun menggenggam tangan Yeonra. Ia menatap kekasihnya. Ia cemas. Yeonra belum tahu akan rencana ayah Junmyun yang akan mengirim putranya untuk kuliah di Jepang. Junmyun tahu pasti Yeonra akan sangat sedih.

“ Kau kenapa, Boo? “ tanya Yeonra saat menatap mata Junmyun yang terlihat khawatir.

“ Ah, tidak. Makanlah. “

=================

                Park Yeonra dan Kim Junmyun sudah lama saling mengenal. Awal pertemuan mereka adalah saat kelas 3 sekolah dasar. Junmyun yang saat itu merupakan siswa pindahan dari Busan menjadi dekat dengan Yeonra karena mereka duduk di bangku yang sama. Lantas kedekatan itu berlanjut sampai SMA. Mengikuti ekstrakurikuler teater bersama, sempat terlibat dalam pementasan berjudul “Juliet and her guardian angel” dan membuat mereka melakukan sebuah adegan ciuman.

                Sejak saat itu, Junmyun semakin yakin kalau selama ini ia menyimpan perasaan cinta terhadap Park Yeonra. Dan saat menyatakan perasaannya pada Yeonra, gadis itu juga mengungkapkan hal yang sama. Sudah 2 tahun Yeonra dan Junmyun menjadi sepasang kekasih. Dan keduanya masih saling berjanji untuk tetap menjaga. Menjaga sebuah rasa bernama cinta.

“ Ada suatu hal yang ingin aku bicarakan denganmu. “ ungkap Junmyun saat ia berkunjung ke rumah Yeonra suatu hari.

“ Ada apa? “

“ Ayah menyuruhku untuk melanjutkan kuliah… “

“ Melanjutkan kuliah… “

“ Di Jepang. “

                Yeonra mengerjapkan matanya. Ia mencari suatu kebohongan di mata Junmyun.

“ Yeonra… “

“ Jepang? Kenapa jauh sekali? “

“ Ayah ingin aku jadi businessman sukses seperti beliau. “

“ Apakah harus ke Jepang? Apakah universitas di Seoul tidak cukup untuk membuatmu menjadi seorang businessman yang hebat? “

                Junmyun mengusap kepala Yeonra. Ia tahu Yeonra sangat kecewa. Karena ia sendiri juga merasakannya.

“ Kapan kau berangkat? “

“ Belum tahu. “

“ Tapi Jepang itu jauh… “

                Yeonra menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia menangis sesenggukan. Junmyun merasa bersalah pada kekasihnya. Lantas ditariknya ke dalam pelukannya.

“ Kalau kau ke Jepang, kita hanya bisa bertemu jika kau liburan. Itu sangat menyiksa ‘kan? “ kata Yeonra di sela isak tangisnya.

“ Aku tahu. Aku juga tidak mau jauh darimu. “

“ Tapi kalau untuk masa depanmu, pergilah. Aku akan menunggu sampai kau pulang dengan membawa kesuksesan. “

===================

“ Jurusan apa yang akan kau ambil? “ tanya Yeonra sambil meletakkan coklat hangat di samping laptop Junmyun.

“ Bisnis modern. “

                Yeonra memperhatikan wajah Junmyun yang nampak serius. Ia masih menemani Junmyun mendaftarkan diri di sebuah universitas di Jepang via online. Tidak akan lama lagi. Sebentar lagi ia tidak akan memandang wajah indah itu untuk waktu yang lama.

“ Kenapa kau menatapku seperti itu, Bee? “ tanya Junmyun tanpa menengok pada Yeonra.

“ Tidak apa. Aku hanya ingin memandangimu. “ jawab Yeonra sambil bertopang dagu.

                Junmyun mengalihkan tatapannya pada Yeonra. Keduanya bertatapan. Junmyun lantas menyentuh wajah Yeonra. Ditelusurinya pipi tirus Yeonra dengan jarinya. Ia tersenyum tipis. Yeonra menggenggam tangan Junmyun yang menyentuh wajanya.

“ Aku mencintaimu, Boo. “ gumam Yeonra.

“ Aku juga mencintaimu. “ sahut Junmyun.

                Junmyun menurunkan tangan Yeonra. Lantas dengan tangan lainnya ia merengkuh tengkuk Yeonra. Yeonra memejamkan matanya. Ia tetap menutup mata selama ia merasa sesuatu menyapu bibirnya dengan lembut. Dan begitu kelembutan itu berhenti, Yeonra baru membuka matanya. Ia menundukkan kepala. Sisa waktunya bersama Junmyun tidak akan lebih dari 3 bulan.

“ Jangan bersedih seperti itu, Yeonra. “ ucap Junmyun sambil mengusap kepala Yeonra. Yeonra tersenyum simpul dan mengangguk.

“ Lanjutkan pekerjaanmu, Boo. Oh, minumlah coklat hangatnya. “

“ Lantas kau mau melanjutkan kuliah dimana? “

“ Mungkin… Inha. “

“ Yeonra, kau akan baik-baik saja ‘kan? Meskipun tanpa aku? “

“ Aku tidak bisa menjanjikan itu. “

“ Yeonra… “

“ Jangan khawatir. Tapi aku akan mengusahakannya. Berusaha untuk tetap baik-baik saja. “

“ Aku tetap akan pulang. “

                Yeonra mengangguk. Meyakinkan Junmyun agar pria itu tidak terlalu sedih seperti dirinya. 4 tahun. Ia yakin bisa melewatinya dengan baik-baik saja. Apalagi Junmyun pergi bukan tanpa tujuan. Toh kalaupun Junmyun menjadi orang sukses, Yeonra juga akan menjadi salah satu yang berbahagia.

“ Kau mau jalan-jalan? “

=====================

                Hari-hari Kim Junmyun dan Park Yeora disibukkan dengan kegiatan pendaftaran dan serangkain test masuk universitas tujuan mereka. Kapasitas mereka untuk saling bertemu juga mulai berkurang. Hingga akhirnya tiba saat dimana Junmyun harus bertolak ke Jepang. Yeonra mengantar Junmyun sampai ke bandara. Ia tetap tersenyum. Mati-matian ia menahan agar air matanya tidak mengalir.

“ Tunggu aku. Aku pasti pulang. “

                Yeonra mengamati punggung Junmyun yang perlahan menjauh dari pandangannya. Baru saat Junmyun benar-benar pergi, Yeonra menyadari kalau air matanya sudah menderas.

“ Ayo pulang, Yeonra. “

                Yeonra menoleh pada Baekhyun yang berdiri di sampingnya. Ia mengangguk dan berjalan di samping Baekhyun. Dengan menggunakan mobilnya, Baekhyun mengantarkan Yeonra pulang. Ia tahu Yeonra sedang dalam perasaan yang tidak baik. Selama di dalam mobil, Yeonra lebih banyak diam.

“ Kau sudah makan? “ tanya Baekhyun.

“ Aku tidak ingin makan. “ jawab Yeonra.

“ Junmyun akan baik-baik saja disana. Kau tidak perlu khawatir. “

“ Aku tahu itu, Baek. “

                Baekhyun menghela nafas. Kalau sudah begini, maka lebih baik untuk diam. Ia tahu Yeonra bukanlah tipe gadis yang  suka banyak bicara. Apalagi jika menyangkut tentang Junmyun.

“ Kau sudah menentukan akan masuk jurusan apa? “

“ Entahlah. Mungkin bisnis modern. “

“ Seperti Junmyun? Bukannya kau lebih suka seni? Tidak coba mengambil fakultas seni? “

“ Belum kupikirkan. “

                Baekhyun mengangguk-angguk. Yeonra masih malas bicara. Dan pasti itu akan berlangsung lama.

==============

                Yeonra dan Junmyun mulai menjalani hubungan jarak jauh mereka. Awalnya semua memang baik-baik saja dan Yeonra yakin jarak bukanlah masalah besar. Ia yakin akan bisa melawan jarak itu selama 4 tahun. Namun baru di bulan ke 4, Yeonra mulai menemukan kerikil-kerikil kecil dalam hubungannya bersama Junmyun.

                Ia tahu dan paham betul Junmyun sangat sibuk di Jepang sana. Baru di awal-awal bulan saja Junmyun selalu bilang kalau ia baru dapat meninggalkan kampus pada pukul 11 malam. Dan itu terus berlanjut sampai saat ini. Saat siang Junmyun tidak bisa dihubungi. Dan itu semakin membuat Yeonra ditimpa perasaan tidak enak setiap harinya.

“ Aku selalu bilang padamu, kerjakan tugasmu di rumah. Setidaknya itu lebih aman jika kau pulang sebelum pukul 9 malam. “ omel Yeonra suatu hari saat mendapati Junmyun menelponnya pukul 1 dinihari dan ternyata ia masih di kampusnya.

“ Tugasku tidak bisa kuselesaikan jika aku mengerjakannya di rumah. “

“ Why not? “

“ Bukuku tidak sebanyak di perpustakaan. “

“ Carilah di internet. “

“ Au tidak suka mencari tugas dengan bantuan internet. Tidak meyakinkan dan sering berbeda dengan apa yang aku harapkan. “

“  Mengapa kau sangat keras kepala? “

“ Aku? Keras kepala? Kau yang tidak bisa memahamiku, Yeonra. “

“ What? Aku tidak memahamimu? Tidak memahami yang seperti apa? Aku terus memarahimu karena aku amat sangat mengkhawatirkanmu, Junmyun. Aku tidak mau kau sakit. Coba katakan berapa jam waktu yang kau pakai untuk tidur jika kau masih belum pulang meskipun sudah pukul 1 dinihari. Kau bisa mengerjakan itu keesokan harinya. “

               Terdengar desahan keras di seberang sana. Keributan semacam ini memang sering terjadi di antara mereka berdua. Bukan apa-apa, namun karena Yeonra terlalu khawatir pada kesehatan Junmyun. Karena gadis itu masih mencintainya.

“ Pulanglah, Boo. Kau bisa sakit. “ kata Yeonra akhirnya.

“ Baiklah. Aku akan pulang. “

“ Bagus. Begitu sampai rumah, segeralah tidur. “

“ Iya. “

“ I love you, Boo. “

“ I love you too, Bee. “

                Yeonra menutup teleponnya dan menghela nafas. Ia sudah berusaha semampunya untuk memperhatikan Junmyun. Yang ia inginkan hanyalah Junmyun mempedulikan keshatannya seperti apa yang dirasakannya saat ini. Ia sadar menjalani hubungan jarak jauh memang bukan perkara mudah.

                Waktu memang cepat berlalu bagi sebagian besar orang. Namun tidak bagi Yeonra. Gadis itu merasa hari-harinya bergerak semakin lambat. Dan itu semua karena tidak adanya Junmyun di sampingnya. Setiap hari Junmyun menelpon atau menghubunginya melalui video call. Tapi itu seperti tidak cukup bagi Yeonra. Dan kini saat di semester 2, Yeonra semakin merasakan kalau kerikil kecil itu berubah menjadi batu-batu yang semakin mengikis hatinya.

“ Kau tidur jam berapa? “

                Yeonra menguap lebar. Ia terkantuk-kantuk. Ia tidur sangat larut karena tugasnya yang menumpuk. Dan setelah itu ia dan Junmyun video call sampai pukul 3 pagi.

“ Jam 3 pagi. “ jawab Yeonra sambil mengucek matanya dan menguap kesekian kalinya.

“ Hah? Apa saja yang kau lakukan? “

“ Menyelesaikan tugas dari dosen Han. Dia memang selalu memberi tugas tidak sesuai dengan porsi yang sewajarnya. “

“ Lebih baik tadi kau ijin saja. “

“ Seminggu ini aku sudah ijin 2 kali, Baek. “

“ Tapi kau berantakan sekali. “

“ Sampai kampus aku akan tidur sebentar. “

                Baekhyun menggelengkan kepalanya, lantas kembali fokus pada jalanan di hadapannya. Ia dan Yeonra kuliah di universitas yang sama namun beda jurusan. Setiap hari Baekhyun menjemput Yeonra dan mereka bedua selalu berangkat ke kampus bersama. Saat pulang, Baekhyun juga akan selalu menunggu Yeonra jika ia selesai terlebih dahulu.

               Mereka sampai di kampus. Setelah memarkirkan mobilnya, Baekhyun dan Yeonra bergegas ke kelas masing-masing. Dan begitu sampai di kelasnya, Yeonra langsung duduk di tempat favoritnya, meletakkan tas dan jaketnya di atas meja, lantas tidur.

“ Kau datang ke kampus hanya untuk tidur? “ tanya Hyoseung yang masih membaca novel.

“ Sebentar saja, Hyo. Aku kelalahan. “ jawab Yeonra sambil membenarkan posisi kepalanya.

“ Kalau dosen Han sudah datang akan aku bangunkan. “

“ Thank’s, Hyo. “

===================

“ Kau akan pulang minggu depan? “

                Baekhyun menoleh pada Yeonra yang berseru girang di sampingnya. Lantas ia kembali mengerjakan essay yang akan dimuat di majalah kampus.

“ Tentu saja. Aku akan menjemputmu di bandara. Aku juga merindukanmu, Boo. Pasti. Ngomong-ngomong…… “

                Yeonra berdiri dan berjalan menjauh dari meja yang ia gunakan bersama Baekhyun untuk mengerjakan essay. Baekhyun melirik. Ekor matanya mengikuti arah gerakan Yeonra. Ia mengambil segelas soda di sampingnya dan meminumnya.

“ Junmyun akan kembali ke Seoul minggu depan. “ ujar Yeonra saat kembali duduk di samping Baekhyun.

“ Benarkah? Liburannya sudah dimulai? “

“ Iya. Kau tahu, Baek? Aku sangat merindukan pria itu. Kau juga ‘kan? “

“ Tentu saja. Dia ‘kan sahabat baikku. “

                Yeonra tersenyum. Besok ia akan membelikan hadiah untuk Junmyun.

“ Kau sudah selesai? “ tanya Yeonra.

“ Belum. Tiba-tiba aku kehilangan ide. “ jawab Baekhyun sambil membereskan kertas-kertas yang berserakan di atas meja.

“ Mana bisa begitu? Kau mau kemana? “

“ Aku mau pulang. Besok aku akan kesini lagi. “

“ Baiklah kalau begitu. Hati-hati, Baek. “

                Baekhyun mengangguk. Ia lantas pulang dari rumah Yeonra. Sementara Yeonra menyelesaikan essaynya sendirian.

                Lantas beberapa hari terasa begitu penuh dengan harapan bagi Yeonra. Dan hari adalah hari kedatangan Junmyun. Ia sudah membelikan sebuah hadiah untuk Junmyun. Ia ijin pulang lebih cepat. Dengan sebuah taxi ia menjemput Junmyun di bandara. Baekhyun tidak bisa mengantarnya karena pria itu harus menghadiri sebuah rapat sebuah organisasi kampus. Tidak apa.

                Begitu sampai di bagian arrival, Yeonra merasakan ponselnya berbunyi. Ternyata dari Junmyun. Segera ia jawab panggilannya.

“ Hallo… aku sudah sampai di bandara. Kau sudah sampai? Baiklah. Oh, aku melihatmu. Tetaplah di tempatmu. Aku akan menghampirimu. “

                Yeonra mematikan panggilannya, lantas berlari menuju seorang pria dengan kemeja kotak-kotak warna biru dan putih, membawa sebuah bagpack hitam dan menarik sebuah koper. Begitu mereka sampai pada jarak terdekat, segera Yeonra peluk pria itu. Meluapkan segala kerinduan yang ia rasakan selama satu tahun ini.

“ I miss you, Boo. “ gumam Yeonra di dalam pelukan Junmyun.

“ I miss you too, Bee. “

=======================

“ Cheers…. “

                Mereka mengangkat gelas untuk menyambut kepulangan Junmyun. Sebuah pesta kecil diadakan di rumah Junmyun.

“ Kudengar kau tetap menjadi mahasiswa berprestasi disana? “ tanya Minseok.

“ Ah, tidak juga. “ elak Junmyun.

“ Kau selalu merendah. “ komentar Baekhyun.

“ Bukannya itu baik? “ sahut Yeonra.

“ Hmm, memang. Ngomong-ngomong, apa yang menarik dari Jepang? “ imbuh Baekhyun.

“ Banyak. Tentu saja. “

“ Gadisnya? “

                Junmyun terdiam. Ia melirik Yeonra yang masih asyik memakan pastanya.

“ Pasti gadis Jepang banyak yang lebih cantik ‘kan? “ sahut Yeonra sambil meminum air putih dingin.

“ Aku pernah ke Jepang sekali dan gadis di sana memang cantik. “ celetuk Sehun yang sedari tadi diam.

                Junmyun langsung menatap Sehun dengan tajam. Lantas tatapannya beralih pada Yeonra yang masih dengan santai melanjutkan makannya. Ia menggenggam tangan Yeonra. Meyakinkan kalau hanya gadis itu yang terbaik bagi Junmyun.

“ Berapa lama kau liburan? “ tanya Wufan.

“ Sekitar 2 bulan. Kenapa? “

“ Tidak apa. Itu artinya kau bisa mentraktir kami semua untuk waktu yang lama. “

                Junmyun menjitak kepala Wufan diiringi tawa dari teman-temannya.

=================

                Salju turun ringan hari ini. Yeonra dan Junmyun masih duduk bersampingan di depan sebuah laptop. Junmyun membantu Yeonra menyelesaikan essaynya.

“ Kapan datelinenya? “ tanya Junmyun sambil menyandarkan dagunya pada bahu Yeonra.

“ Lusa. Beberapa sudah kuselesaikan bersama Baekhyun. “

“ Baekhyun? “

“ Iya. Dia sangat baik. Dia juga sering membantuku menyelesaikan tugas kuliah. “

“ Tapi bukankah kalian beda jurusan? “

“ Memang. Tapi itu menyenangkan. “

“Yeonra… “

                Yeonra menoleh pada Junmyun. Tubuhnya terasa kaku saat ia mendapati Junmyun tengah menatapnya dengan tajam. Lantas pria itu mengusap kepala Yeonra. Senyumnya menyimpan berbagai makna.

“ Ada apa? “ tanya Yeonra pelan.

“ Kau rindu padaku? “

“ Tentu saja. “

“  Lihat aku, Yeonra. “

                Yeonra mematung saat Junmyun menyentuh wajahnya. Dan nafasnya tertahan ketika Junmyun mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Yeonra. Yeonra menutup kedua matanya. Dan secara perlahan sesuatu menyentuh bibir Yeonra. Yeonra bisa merasakan itu. Sekejap ia membuka mata dan melihat Junmyun begitu dalam menciumnya dengan kedua mata yang juga terpejam. Yeonra kembali memejamkan matanya.

                Junmyun merengkuh Yeonra semakin erat. Ia tidak menginginkan adanya jarak diantara mereka. Jarak benar-benar telah menjauhkannya dari Yeonra. Dan sekarang dengan kedekatan ini, ia ingin membuktikan pada gadisnya kalau ia benar-benar mencintai Yeonra dengan teramat dalam.

                Kali ini Yeonra agak kewalahan untuk mengimbangi Junmyun. Junmyun tidak seperti biasanya. Ia menjadi sedikit lebih agresif dan sepertinya Yeonra mengerti alasannya. Kedua tangannya ia lingkarkan pada bahu Junmyun. Dengan gerakan tiba-tiba, Junmyun mendorong tubuh Yeonra hingga keduanya terhempas di atas sofa yang tengah mereka duduki. Junmyun melepaskan ciumannya. Memberikan sedikit kesempatan bagi Yeonra untuk mengambil nafas. Namun yang ada Yeonra justru semakin kehabisan nafasnya saat Junmyun melemparkan sebuah senyuman pada Yeonra.

“ Kau ingin membunuhku, ha? “ gumam Yeonra.

“ Kau mau? “

“ Jauh darimu itu sudah membunuhku secara perlahan. Kau tahu itu ‘kan? “

“ Tentu saja. Karena aku juga merasa terbunuh secara perlahan. “

                Junmyun kembali menyerang bibir Yeonra. Secara tiba-tiba dan tanpa peringatan terlebih dahulu. Meskipun sekarang Yeonra mulai terbiasa dengan ‘serangan’ Junmyun yang secara tiba-tiba, namun tetap saja hal itu membuat Yeonra kehabisan nafas.

                Junmyun bertindak semakin jauh. Ciumannya beralih pada leher jenjang Yeonra. Gadis itu mendekap prianya erat-erat. Junmyun menghirup apa saja yang merebak dari tubuh Yeonra. Setengah mati ia merindukan gadis itu. Dan kini ia tidak mau melewatkannya barang satu detikpun.

                Dan di tengah suasana seperti itu, tiba-tiba ponsel Junmyun berbunyi. Mereka menghentikan kegiatannya sejenak, lantas Junmyun menjawab panggilannya.

“ Ada apa? Aku masih di rumah Yeonra. Ck, aku tahu jalan pulang. “

                Junmyun mematikan poselnya. Ia melepas baterai ponselnya, lantas ia letakkan di samping laptop Yeonra. Yeona mengerutkan dahi.

“ Siapa? “ tanya Yeonra.

“ Ayahku. “

“ Ada apa dengan ayahmu? “

“ Tidak ada. Jangan dipikirkan. “

                Lantas Junmyun kembali menarik tangan Yeonra dan mencium bibirnya. Dalam hati, Yeonra mengumpat. Mengapa pria ini selalu menyerangnya secara tiba-tiba?

=======================

                Yeonra menundukkan kepalanya. Di sampingnya, Junmyun tidak kalah gusar dari dirinya. Yeonra menoleh dan ia melihat Junmyun tengah memegangi kepalanya. Lantas mulai angkat bicara,

“ Tapi jadwalku di Seoul selama 2 bulan. “

“ Dan ayah mengatur ulang. Kau hanya 3 minggu di Seoul. Lantas kau harus segera kembali ke Tokyo. “

“ Ayah, aku ingin merayakan natal di sini. Bersama ayah, bersama Yeonra dan teman-temanku. “

“ Kau punya cukup banyak teman di Jepang. “

“ Mereka tidak merayakan natal. Di sana natal hanya sebagai sarana bersenang-senang. Bukan sebagai sebuah hari penting. “

“ Bukankah kau juga begitu? “

“ Apa? “

“ Sejak kapan kau jadi menginginkan pesta natal? “

“ Ini bukan tentang pesta natalnya. Tapi tentang kebersamaan, Ayah. “

“ Jangan seperti anak kecil, Junmyun. Ayah ingin kau menjadi orang sukses. “

“ Dengan mengorbankan kebahagiaanku? “

“ Kalau kau ingin sukses, kau harus berkorban terlebih dahulu. “

“ Juga dengan meninggalkan seseorang yang paling aku cintai? “

“ Anggap saja ini perjuanganmu untuk masa depanmu bersama Yeonra. “

“ Tapi… “

“ Lusa kau akan berangkat. “

“ Hah? “

                Yeonra dan Junmyun saling bertatapan. Lusa?

“ Tuan Kim, apakah tidak terlalu terburu-buru? “ sela Yeonra.

“ Kau ingin Junmyun bahagia? Biarkan dia pergi. Tidak lama. Tidak akan sampai 3 tahun. “

======================

                Salju mulai turun dengan lebat. Yeonra masih meringkuk di atas tempat tidurnya. Dadanya terasa sesak. Namun air matanya tidak bisa mengalir lebih banyak lagi. Sudah terlalu banyak air mata yang ia buang. Ponselnya tidak sering berbunyi seperti biasanya. Sudah berkali-kali ia mengeceknya, namun tidak juga ada pesan masuk.

“ Junmyun, kau kenapa? “ gumamnya. Ia tidak habis pikir mengapa Junmyun sekarang jarang menghubunginya.

“ Yeonra, aku buatkan teh hangat. “

                Yeonra menoleh pada gadis yang kini duduk di atas tempat tidurnya. Selama masa pemulihan, Hyoseunglah yang banyak merawat Yeonra. Yeonra sakit beberapa hari ini. Penyakit typhusnya kambuh dan tekanan darahnya menurun drastis.

“ Makanlah makananmu, Yeonra. “ tanya Hyoseung.

“ Aku tidak lapar. “ sahut Yeonra singkat.

“ Ck. Kau belum makan apa-apa. “

                Yeonra diam saja, lantas menarik selimut sampai ke batas lehernya. Tubuhnya kembali menggigil. Kepalanya sangat sakit. Dan hatinya lebih terasa sakit. Sudah hampir 1 bulan sejak kembalinya Junmyun ke Tokyo karena paksaan ayahnya. Dan sejak saat itu Yeonra menjadi sering sakit-sakitan.

“ Kau harus makan, Yeonra. “ paksa Hyoseung. Namun Yeonra menggeleng pelan.

“ Aku tidak ingin makan, Hyo. “

“ Atau aku akan menelpon kakakmu. “

“ Jangan! “

“ Kalau begitu kau harus makan. “

                Yeonra menghela nafas. Akhirnya ia menyibakkan selimut dan menuruti perkataan sahabatnya itu. Ia turun dari tempat tidur dan berjalan perlahan menuju meja di samping tempat tidurnya. Kepalanya terasa berputar. Langkahnya terhuyung sampai-sampai Hyoseung harus memeganginya agar tidak terjatuh. Hyoseung lantas mendudukkan Yeonra di kursi.

“ Aku buatkan jeonbukjuk ₁, ya karena dokter masih melarangmu untuk makan nasi. Makanlah, Yeonra. Setelah itu kau harus minum obat. “

“ Kau tidak kuliah? “

“ Kuliah? “

“ Hmm. “

                Hyoseung tertawa. Ia lantas menyentuh kening Yeonra.

“ Pantas saja. Kau masih demam. “

“ Memangnya kenapa? “

“ Ini hari minggu, Yeong. “

                Yeonra ikut tertawa kecil. Ia lantas memakan jeonbukjuk buatan Hyoseung. Mulutnya terasa pahit. Namun ia harus tetap makan agar Hyoseung tidak mengadukannya pada Chanyeol –kakaknya. Chanyeol memang sangat protektif terhadap Hyoseung. Sejak insiden yang dialami kedua orangtua Hyoseung, sampai harus meregang nyawa. Tepatnya sepuluh tahun yang lalu. Chanyeol selalu menjaga adiknya itu dengan sangat baik.

                Namun karena tuntutan pekerjaan, Chanyeol harus menetap di Daejeon. Ia pulang ke Seoul dua minggu sekali. Dan selama Chanyeol bertugas, pria itu menyarahkan adiknya pada Hyoseung, teman baik Yeonra sejak mereka SMA.

“ Junmyun belum menelponmu? “ tanya Hyoseung sebelum menyesap teh hangatnya

“ 2 hari ini. “

“ Hhhh… mungkin dia masih sibuk. “

“ Sampai kapan? “

                Hyoseung berhenti meminum teh hangatnya. Ia menatap Yeonra sejenak, lantas mengangkat kedua bahunya. Yeonra menolehkan kepalanya ke jendela kamarnya yang tertutup salju. Beku. Sama seperti apa yang dirasakan Yeonra saat ini. Dan seandainya ada Junmyun di sampingnya, menghabiskan musim dingin bersama dan berbagi kehangatan.

“ I miss you, Boo. “

=======================

“ Memang seharusnya kau berpisah dengan gadis itu, Junmyun. “

                Junmyun terpekur di hadapan ayahnya. Sang ayah, Tuan Kim lantas menyalakan sebatang cerutu dan menghisapnya perlahan.

“ Gadis itu membawa pengaruh buruk bagimu. “

“ Pengaruh buruk bagaimana? “

“ Ayah tidak suka dengan gadis itu. “

“ Tapi… “

“ Putuskan gadis itu. Kau jadi lebih sering membantah perintah ayahmu akhir-akhir ini. Dan itu pasti karena gadis itu. “

“ Ayah tidak bisa menyalahkan Yeonra begitu saja. “

“ Pokoknya ayah tidak suka kau berpacaran dengan gadis itu. Cari gadis lain yang lebih baik. Dan lebih terpandang. “

“ Jadi karena Yeonra bukan berasal dari keluarga terpandang, ayah tidak menyetujui hubungan kami? “

“ Itu salah satu alasannya. Tapi masih banyak alasan yang tidak perlu aku sebutkan. “

“ Ayah keterlaluan. “

                Junmyun mengeluarkan ponselnya dengan maksud hendak menelpon Yeonra. Tapi tiba-tiba sang ayah merebut ponsel dari tangannya.

“ Kau tidak boleh menghubungi gadis itu lagi. “

“ Tapi… “

                Tanpa berkata apa-apa, Tuan Kim keluar dari ruangan yang biasa ia pakai sebagai ruang kerja. Junmyun tidak tahu sekarang harus bagaimana. Satu-satunya alasan ia tetap menghormati ayahnya adalah karena pesan ibunya dulu. Sebelum meninggal, ibu Junmyun sempat berpesan agar Junmyun menjadi anak yang selalu berbakti pada ayahnya. Karena ayahnyalah yang bekerja sangat keras untuk memberikan segala fasilitas pada Junmyun.

                Ia merindukan Yeonra. Hanya itu yang ia rasakan sekarang.

=================

                Salju-salju yang membeku di jalanan kini berganti dengan bunga-bunga yang bermekaran. Musim semi menyapa Seoul. Namun keindahan musim semi tidak merasuk dalam hati Yeonra. Hatinya masih murung dan beku. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada Junmyun. Apa alasannya menghilang selama hampir 3 bulan ini. Yeonra sempat frustasi karena itu. Kalau Junmyun memang ingin berpisah dengannya, setidaknya Junmyun harus memberitahunya. Tapi apa alasan Junmyun mengakhiri hubungan mereka? Sepertinya tidak ada.

                Tapi ketidakpastian ini membuat Yeonra gila. Ia tidak tahu harus menanyakan kabar Junmyun kepada siapa. Karena bahkan sahabat-sahabat Junmyun juga tidak tahu kabar Junmyun.

“ Jumyun tidak bisa kuhubungi. Dia juga menghilang dari social media. “ ungkap beberapa sahabat Junmyun.

“ Kau kemana, Boo? “

                Musim terus berganti namun Junmyun belum juga memberikan kabar. Hingga akhirnya, Yeonra mengambil kesimpulan sendiri. Membuat keputusan sepihak. Ia dan Junmyun sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Ia dan Junmyun sudah berakhir. Junmyun menghilang dari hidupnya. 3 tahun tanpa kembali ke Korea. Tiga tahun tanpa menyapa. Itu sudah cukup bagi Yeonra. Junmyun bukan kekasihnya lagi.

                Ia memutuskan untuk melupakan Junmyun. Meskipun di negeri sakura sana ada seseorang yang tengah berjuang keras demi mendapatkan gelar dan kesuksesan. Demi Yeonra. Demi membahagiakan seseorang yang amat dicintainya. Meskipun untuk itu ia harus megorbankan kebahagiaannya selama hampir 3 tahun. Namun sayang, Junmyun tidak tahu. Seseorang yang menjadi alasan baginya untuk berjuang, juga tengah berjuang untuk melupakan dirinya.

=========================

“ Kakakmu membelikanmu mobil? “

“ Bukan. Ini mobil lama kakakku. Dia membawanya ke Seoul dan ia berikan padaku. “

“ Kakakmu benar-benar pria baik. Pria idaman. “

                Yeonra menoleh dan menatap Hyoseung dengan tajam. Yeonra tahu temannya ini sangat menyukai kakaknya –Park Chanyeol sejak mereka SMA dulu.

“ Kau menyukai kakakku? “

“ Aku? Tidak. Siapa bilang?”

“ Tapi kau bilang kakakku adalah seorang pria idaman. “

“ Memang. “

“ Kalau kau menyukainya, aku akan membantumu. “

“ Benarkah? “

                Yeonra mengangguk. Ia tahu temannya ini benar-benar menyukai kakaknya. Jadi apa salahnya berusaha mendekatkan Hyoseung dengan Chanyeol?

                Mereka sampai di kampus. Yeonra melepas safety belt yang melingkar di tubuhnya. Lantas ia dan Hyoseung turun dari mobil dan bergegas memasuki kelas. Menjalani rutinitas sebagai mahasiswa semester 5 memang melelahkan. Tapi Yeonra sudah berjanji pada kakaknya agar bisa mendapat nilai tertinggi saat akhir semester nanti.

“ Selamat pagi… “

                Dosen Jung datang dan pelajaran dimulai.

=======================

                Yeonra kembali menguap di balik kemudinya. Sekilas ia meliirik jam digital di mobilnya. Sudah pukul 11 malam. Sepulang kuliah tadi, ia langsung ke rumah Hyoseung untuk mengerjakan tugas yang datelinenya jatuh esok hari. Meskipun mulai lelah dan mengantuk, Yeonra berusaha untuk tetap terjaga dan fokus pada jalanan. Meskipun hampir tengah malam, bukan berarti jalanan di Seoul menjadi sepi.

                Tiba-tiba ia mendengar ponselnya berbunyi. Ia berdecak kesal. Awalnya Yeonra diamkan sampai ponselnya diam. namun sial, ponsel itu kembali meraung-raung. Akhirnya Yeonra mencari benda itu di tasnya. Yeonra mengaduk-aduk isi tasnya dengan kasar.

“ Oh, shit! “ umpat Yeonra saat ponsel itu justru jatuh ke bawah jok di sampingnya. Yeonra terpaksa membungkuk untuk mengambil ponsel sialan yang tak kunjung diam itu. Ia meraba-raba bagian bawah jok dan akhirnya,

“ Dapat! “

                Yeonra kembali duduk dan melihat layar ponselnya. Belum sempat ia melihat dengan jelas nama pemanggilnya, tiba-tiba kedua mata Yeonra disilaukan oleh cahaya dari lampu sorot yang sangat terang di depannya. Lantas terdengar bunyi klakson yang panjang. Yeonra berusaha menguasai kemudinya kembali. Namun terlambat. Sebuah truk besar menyeret mobil Yeonra sejauh hampir 100 meter sebelum terguling beberapa kali. Kepala Yeonra membentur tanah berkali-kali sebelum akhirnya mobil sedan hitam itu benar-benar berhenti dan mengeluarkan asap.

“ Jun…. “

==================

                Chanyeol menekan pedal gasnya dalam-dalam. Pikirannya benar-benar kacau. Ia membatalkan semua jadwal meeting yang harusnya ia hadiri besok. Setelah mendapat kabar kalau Yeonra mengalami kecelakaan, Chanyeol langsung bertolak dari Daejeon ke Seoul.

                Begitu sampai di rumah sakit tempat Yeonra dilarikan, Chanyeol langsung menelpon Hyoseung agar menemuinya di luar rumah sakit. Dengan segera Hyoseung menghampiri Chanyeol dan menunjukkan ke ruangan Yeonra mendapat pertolongan pertama.

“ Bagaimana keadaan Yeonra? “ tanya Chanyeol dengan nafas terengah-engah.

“ Dokter masih memberikan pertolongan pertama. “

                Chanyeol juga meminta polisi untuk tidak melanjutkan penyidikan terhadap penyebab kecelakaan Yeonra. Chanyeol sangat yakin kalau alasan adiknya mengalami kecelakaan adalah karena kelelahan. Chanyeol memahami itu dan ia meminta polisi menutup kasus ini.

“ Keluarga dari Nona Park Yeonra? “ seorang dokter dengan masker warna hijau keluar dari ruang gawat darurat.

                Chanyeol dan Hyoseung langsung berjalan cepat ke arah dokter itu. Dengan wajah penuh kekhawatiran, kedua pemuda itu menantikan pernyataan dari dokter. Sang dokter menghela nafas. Dan Hyoseung bisa menangkap sebuah pertanda  buruk. Jantungnya berdetak sangat kencang.

“ Bagaimana kondisi Yeonra, Dokter? “ tanya Chanyeol.

“ Setelah memeriksa keadaan Nona Park, kami mendapati ada pendarahan yang cukup serius di otak beliau. Dan itu berisiko menimbulkan masalah pada syaraf memorinya. “

“ Maksud dokter? ‘

“ Kami khawatir Nona Park akan mengalami amnesia retrograde. “

                Sekujur tubuh Chanyeol dan Hyoseung langsung mendadak dingin. Hyoseung memejamkan matanya, dan setitik air mata jatuh membasahi pipinya.

“ Saya minta Yeonra dirawat di ruang VIP. Lakukan yang terbaik agar Yeonra cepat pulih. “

                Dokter itu mengangguk dan pergi. Chanyeol menatap Hyoseung dan mendapati gadis itu menangis dalam diam. Pria tinggi itu lantas memeluknya. Mendekap erat Hyoseung di dadanya. Dan tangis gadis itu perlahan pecah. Chanyeol tahu Hyoseung sangat menyayangi adiknya karena mereka telah saling mengenal sejak SMA.

“ Yeonra akan baik-baik saja. “

=========================

                Baekhyun menatap sosok di hadapannya dengan gemetar. Wanita yang selama ini ia puja dan ia cintai, tengah terbaring lemah dengan alat bantu nafas dan selang-selang kecil di sekujur tubuhnya. Matanya terpejam. Kepalanya penuh bekas luka dan dibalit perban.

“ Bagaimana ini bisa terjadi, Yeong? “ sesal Baekhyun sambil menggenggam tangan Yeonra. Air matanya menetes. Ada setitik penyesalan di dalam hatinya. Seandainya saja…

“ Baekhyun… “

                Baekhyun menoleh pada suara berat yang memanggil namanya. Ada Chanyeol dan Hyoseung. Kedua mata Hyoseung tampak sembab. Jelas sekali kalau gadis itu menangis dengan cukup lama.

“ Maaf. “ ucap Baekhyun lirih.

“ Maaf? Untuk apa, Baek? “ tanya Chanyeol bingung.

“Karena aku…aku… terlambat menjenguk Yeonra. “

“ Oh.. tidak. Kau tidak salah. Terimakasih sudah mau menjenguk Yeonra. Itu sangat berarti. “

                Baekhyun mengangguk. Lantas ia kembali menatap Yeonra. Wanita itu, yang telah mengisi hatinya selama hampir 6 tahun. Namun ia merasa terbelenggu dengan hadirnya sosok Junmyun yang telah memenuhi ruang hati Yeonra. Ia merasa tidak berkuasa merebut Yeonra. Bahkan saat mereka berdua menjalani hubungan jarak jauh, nama Junmyun masih melekat pada hati dan pikiran Yeonra.

                Setiap hari Baekhyun selalu mendengar cerita Yeonra tentang Junmyun. Meskipun ia merasa terusik, namun Baekhyun selalu berusaha menahan diri. Dan kini, saat Yeonra telah menganggap Junmyun benar-benar pergi, maka Baekhyun akan menggantikannya. Menggantikan ingatan Yeonra dimana hanya ada Baekhyun. Hanya Baekhyun dan tidak pernah ada Junmyun.

=========================

“ Welcome home… “

                Chanyeol mendorong kursi roda yang diduduki adik kesayangannya. Memasuki rumah mereka yang sempat ditinggal selama hampir 2 minggu. Di sampingnya ada Baekhyun dan Hyoseung.

“ Ini rumah kita, Kak? “ Yeonra bertanya.

“ Benar. “

                Chanyeol dan Hyoseung lantas meninggalkan Baekhyun dan Yeonra. Setelah keduanya benar-benar pergi, Baekhyun berjalan ke hadapan Yeonra. Ia lantas berlutut di hadapan Yeonra. Ia genggam tangan kanan Yeonra. Ditatapnya wajah gadis yang masih pucat tanpa sapuan make-up itu. Kedua mata Yeonra menatap Baekhyun.

“ Apa yang kau rasakan? “ Tanya Baekhyun.

“ Kau. “ jawab Yeonra.

“ Aku? “

“ Aku merasakanmu, Baekhyun. Aku tidak merasakan apa-apa selain engkau. “

                Baekhyun tersenyum simpul. Ia lantas mengeluarkan sebuah kotakkecil dari balik saku jasnya. Ia memperlihatkan isi kotak itu pada Yeonra. Sepasang cincin perak.

“ Kemarikan tanganmu. Aku pakaikan. “

                Baekhyun mengambil tangan kiri Yeonra dan memakaikan cincin itu di jari manisnya. Lantas Yeonra memakaikan cincin satunya ke jari Baekhyun. Baekhyun mencium tangan Yeonra, lantas beralih pada kening Yeonra.

“ I love you. “ bisik Baekhyun.

“ I love you too. “ balas Yeonra.

                Baekhyun lantas mengangkat tubuh Yeonra. Gadis itu belum sanggup untuk berdiri karena retak pada pergelangan kakinya. Baekhyun membawa Yeonra ke kamarnya. Dan begitu sampai, Baekhyun mendudukkan Yeonra di atas tempat tidurnya. Pria manis itu mulai membereskan kamar Yeonra yang mulai berdebu. Baekhyun membuka tirai warna putih pada jendela kamar, menyalakan vacuum cleaner dan membersihkan lantai yang terbuat dari kayu dan dipelitur itu.

“ Kau tidak perlu melakukan itu, Baekhyun. “ ujar Yeonra.

“ Tidak apa. Kau istirahatlah di situ. “

                Baekhyun melanjutkan kegiatannya dengan vacuum cleaner. Sementara itu, tanpa mereka ketahui, Chanyeol dan Hyoseung tengah mendengarkan mereka dari luar.

“ Apakah ini tidak akan melukai perasaan seseorang, Kak? “ tanya Hyoseung khawatir.

“ Tidak. Yeonra sudah cukup terluka karena pria itu. “

“ Tapi bahkan ia tidak mengetahui keadaan Yeonra saat ini. Ia tidak tahu Yeonra menderita amnesia. Yang aku khawatirkan, jika suatu saat ia kembali, Yeonra sama sekali tidak mengenalinya. Dan ia pasti sangat terkejut saat  mengetahui bahwa Yeonra bersama Baekhyun. “

“ Hyo, kau tidak perlu mengkhawatirkan itu. Ia sudah bahagia di Jepang sana. “

“ Aku tidak yakin akan itu. “

“ Junmyun sudah melupakan adikku. Dan Yeonra juga harus melakukan hal yang sama. “

========================

Bandara Incheon…

                Seorang pria berambut coklat berjalan agak terburu. Ia menarik sebuah koper besar. Ia harus segera menemui seseorang. Seseorang yang amat ia rindukan.

“ Aku sudah sampai di Korea. Bagaimana kalau kita bertemu? Baiklah aku tunggu di coffee shop tempat kita berkumpul seperti biasanya. Pukul 5 sore? Baiklah. “

“ Tuan Kim Junmyun? “

                Pria bernama Junmyun itu menoleh. Sebuah senyuman tulus terbentuk sempurna di wajahnya. 

“ Pak Ahn. “

“ Saya diutus Tuan Kim untuk menjemput anda. “

“ Baiklah. Ayo kita pulang, Pak Ahn. “

                Pria paruh baya bernama Ahn YooJun itu lantas membawakan koper milik Junmyun ke sebuah mobil warna putih. Junmyun masuk ke mobil itu, disusul oleh sopirnya.

“ Ayah baik-baik saja? “ tanya Junmyun sambil memakai safety belt.

“ Tuan Kim baik-baik saja. Kesehatan beliau juga semakin membaik. “

                Junmyun mengangguk. Dalam hati, ia benar-benar bersyukur. Akhirnya ia bisa kembali ke Korea. Seusai menyelesaikan pendidikan S-1 di Jepang, Junmyun yakin bisa mendepat pekerjaan yang baik di Korea. Dan ia akan segera melamar kekasihnya, Park Yeonra.

                Setengah jam kemudian, mereka sampai di istana keluarga Junmyun. Junmyun berlari memasuki rumahnya. Ia ingin melihat keadaan ayahnya. 4 bulan sebelum pulang, ia sempat mendapat kabar kalau penyakit jantung ayahnya kembali kambuh. Syukur, ayah Junmyun masih bisa diselamatkan.

                Perlahan, Junmyun membuka pintu kamar ayahnya, tidak mau mengagetkan sang ayah. Ayahnya masih membaca sebuah buku. Junmyun tersenyum. Ayahnya memang seorang penggila buku. Jadi tidak heran kalau ia juga menuruni kesukaan sang ayah. Dulu, setiap ada waktu luang, ayah dan anak itu selalu ke toko buku untuk membeli buku-buku motivasi. Dan di Jepangpun, Junmyun masih menggilai membaca meskipun buku disana bertuliskan huruf kanji. Bukan sebuah masalah bagi Junmyun karena ia menguasainya.

“ Ayah… “

                Sang ayah menoleh. Putra kesayangannya tengah berdiri di ambang pintu.

“ Masuklah. “ ayahnya memerintahkan. Karena Junmyun tidak akan berani memasuki kamar ayahnya jika tidak mendapat ijin dari sang ayah. Junmyun pun masuk ke kamar ayahnya.

“ Bagaimana keadaan ayah? “ tanya Junmyun.

“ Sudah membaik. “

“ Syukurlah kalau begitu. “

“ Ayah bangga kau masuk peringkat 5 besar di kampus. Pembuktian yang hebat, Nak. “

                Junmyun tersenyum simpul. Ia lantas menyentuh tangan sang ayah.

“ Ayah, aku sudah menuruti apa yang ayah inginkan selama ini. Meneruskan kuliah di Jepang, tanpa kembali ke Seoul, tanpa menghubungi siapapun yang aku kenal di Korea. Lantas lulus dengan nilai sangat baik. Sekarang bolehkah aku meminta satu hal pada ayah? “

“ Apa? “

“ Aku akan menetap di Seoul. Aku tidak mau kembali ke Jepang lagi. Aku akan mencari pekerjaan tetap disini. “

“ Tentu saja. Kau boleh mendapatkannya. “

“ Dan… ijinkan aku menikahi Yeonra. “

=========================

                Yeonra kembali memandang cermin. Ia mengoleskan lipgloss di bibirnya sebagai sentuhan terakhir. Ia lantas meraih tasnya dan segera menemui kekasihnya yang sudah menunggunya di bawah.

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK