Bunyi bel tanda pergantian kelas mengisi suasana sekolah yang sepi, karena murid-murid masih berada di dalam kelas. Para guru keluar dari masing-masing kelas tempat mereka sebelum mengajar dan berjalan menuju ruang istirahat.
Di saat jeda pergantian jam itulah, ada seorang gadis yang memanfaatkan untuk kabur dari kelas. Gadis tersebut memohon pada temannya agar mau membantunya kabur dan jangan memberitahu apa-apa pada guru yang akan mengajar berikutnya. Waktunya tidak banyak, hal lima belas menit sebelum guru kelas berikutnya masuk.
“Ayolah! Kumohon, kenapa tidak mau membantuku?”
“Ini sudah ketiga kalinya kau bolos kelas! Bagaimana kalau orang tuamu di panggil”
“Mereka tidak akan peduli, kecuali kalau aku di keluarkan dari sekolah. Ayolah, Junhee-ah”
Choi Junhee, mengelengkan kepalanya mendengar itu. Dia hanya takut kalau teman baiknya itu mendapatkan nilai merah pada pelajaran ini, gadis itu sudah sering kali bolos kelas dan jarang menaruh perhatian yang lebih pada pelajaran.
“Kali ini saja, tapi ini yang terakhir! Kalau yang berikutnya kau memohon padaku. Aku tidak akan membantumu” Junhee mengatakan itu sambil mendorong gadis itu untuk menunduk ketika ada yang masuk ke kelas mereka.
Dia memberi isyarat mengunakan jari telunjuknya untuk keluar melalui jendela yang terbuka lebar, karena saat itu pendingin ruangan di kelas mereka rusak.
Dengan cepat gadis yang ingin kabur itu merangkak menuju jendela dan saat ada yang mengalihkan perhatian guru yang mengajar itu dari jendela dan dirinya. Gadis itu melompat dengan cepat dan terjatuh dengan pantat terlebih dahulu di tanah.
Setelah itu, dengan cepat gadis itu berlari dengan tergesa-gesa, dia berusaha dengan cepat berlari dan menjauh sebelum ketahuan kalau dia bolos kelas matematika. Gadis itu bernama Yoo Heji, alasan kenapa dia membenci matematika karena dia menyukai guru yang mengajar. Tapi sayangnya, perasaan itu selalu bertepuk sebelah tangan. Heji mengenal guru matematika tersebut semenjak SD, sedangkan sekarang dia sudah SMA. Guru itu selalu bersikap baik padanya tapi tidak menganggapnya sebagai seorang perempuan melainkan adik.
“Huuh… lagi-lagi aku harus melarikan diri” gumam Heji ketika dia memasuki ruang musik yang kebetulan saat itu tidak ada orang yang memakainya.
Dia membuka kenop pintu dengan hati-hati kemudian berjalan masuk ke dalam. Setelah memeriksa sekeliling ruangan dan menemukan kalau ruangan tersebut tidak di pakai, Heji memutuskan untuk tidur di sofa. Sofa itu berada di lemari penyimpanan alat musik, itu merupakan tempat favorit untuknya tidur.
Ruang musik merupakan ruangan kedap suara dan selalu tenang, di tambah pendingin ruangan di tempat itu sangat dingin dan membuat Heji nyaman. Karena itu dia menjadikan ruang musik sebagai tempat tidur siang favoritnya.
Setelah dia merebahkan tubuh di atas sofa dan mendapatkan posisi tidur yang enak, dia memejamkan kedua matanya dan sudah terbawa ke alam mimpi. Suara dengkuran lembut bisa terdengar dari ruang yang sunyi itu.
Beberapa menit setelah Heji tertidur, ada seseorang yang membuka ruang musik dan masuk ke dalam. Orang tersebut memandangi sekeliling dengan senyuman di wajahnya, dia tidak menyadari kalau ada orang yang sedang tertidur di sofa.
Orang tersebut menarik kursi piano dan duduk di atasnya. Jemarinya perlahan-lahan menyentuh tuts piano dan memainkan sebuah lagu yang berisi tentang percintaan dan fantasi, dia terbawa perasaan oleh lagu tersebut dan mulai bernyanyi.
Suara pria tersebut sangat indah dan lembut sesuai dengan lagu yang dia mainkan dengan piano itu. Sayangnya Heji masih di alam mimpi dan tidak terbangun meski pun ada orang yang bernyanyi di dalam ruangan musik itu.
Yang membuat Heji terbangun justru ketika nyamuk mengigit tangannya, dia yang mulai gatal karena di gigit oleh nyamuk mengaruk tangannya dan bangun tidur dengan wajah yang kesal. Dia mengeliat-geliat diatas sofa berusaha menghilangkan sisa kantuknya sampai mendengar suara orang bernyanyi tidak jauh darinya.
Heji terkejut, dia tidak berani mengeluarkan suaranya karena takut di usir atau di adukan karena bolos kelas dan tidur di ruang music itu. Jadi dia bangun dari sofa dan berjalan ke belakang lemari. Dia mengintip dari balik lemari tersebut dan melihat sosok pria berambut hitam, bermata bulat besar dengan cahaya yang bersinar lembut dan bibir merah berbentuk hati menghiasi wajahnya yang tampan.
Seketika wajah Heji memerah melihat itu, dia menahan nafasnya dan menutupi mulutnya dengan tangannya. Jantungnya berdetak kencang di dadanya ketika melihat pria itu tersenyum selesai bernyanyi dan memutar tubuhnya sehingga mereka beradu-pandang.
Heji melambaikan tangannya dengan malu-malu ketika pria tersebut tersenyum lembut ke arahnya. Dia berjalan keluar dari balik lemari dan mendekati pria tersebut sampai berada di depannya.
“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya pria itu sambil mendongakkan wajahnya ke atas agar bisa memandang Heji dengan lebih baik.
“Bersembunyi dari kenyataan, maaf. Aku tidak tahu kalau ruangan ini di pakai” bisik Heji dengan malu dan agar bersalah pada pria tersebut.
Pria itu menggelengkan kepalanya sambil tetap tersenyum, “tidak masalah, aku malah senang kalau ada yang menemaniku. Seperti apa suaraku menurutmu?” tanya pria itu, perlahan-lahan wajahnya memerah.
Melihat itu Heji juga ikut bersemu merah wajahnya, “me-menurutku… suaramu sangat indah dan sempurna. Aku tidak menyangka kalau bisa menemukan sesuatu yang begitu menyentuh perasaanku seperti suaramu. Mendengarmu bernyanyi aku teringat akan… sinar matahari yang mengusir awan hitam juga lelehnya es krim” jawab Heji dengan semangat dan jujur.
Wajah pria yang ada di depannya makin merah mendengar pujian dari Heji, dia menganggukan kepala dan tersenyum penuh terima kasih pada gadis itu, “aku senang kalau suaraku bisa membuatmu tersentuh” ucap pria itu dengan malu.
Heji ingin berteriak tapi dia menahannya karena wajah pria tersebut sangat lucu dan manis, bagaimana kedua bola matanya bersinar dengan malu-malu dan senang, dia juga bisa melihat pantulan dirinya dalam mata pria tersebut.
“Aku Heji, dari jurusan sastra. Senang bertemu denganmu” dia mengulurkan tangannya ke arah pria tersebut dengan ragu-ragu, apakah dia mau menerima uluran tangannya dan juga awal persahabatan darinya.
Pria itu memandangi tangan Heji yang terulur ke arahnya sebelum memandang wajah Heji kembali, “aku Do Kyungsoo dari jurusan musik, senang bertemu dengan juga. Kuharap kita bisa menjadi teman baik dari sekarang” Kyungsoo menjabat tangan Heji dan memberinya senyuman persahabatan.
Kyungsoo melepaskan tangan Heji yang dia jabat dan menawarinya untuk duduk di kursi piano, di sampingnya. Keduanya bercakap-cakap sedikit mengenai hal yang membuat kedua penasaran.
“Pantas saja! Sudah kuduga kau dari jurusan musik karena suaramu sangat memikat” Heji menepuk kedua tangannya dengan ekspresi kekanak-kanakan. Wajahnya membuat Kyungsoo menahan tawanya.
“Tapi tidak semua orang berpikir seperti itu bukan? Aku senang kalau kau berpikir seperti itu mengenai diriku” Kyungsoo memberinya cengiran.
“Heji-ah!” seseorang membuka pintu ruang musik dan berjalan masuk ke dalam. Itu Junhe, begitu dia menemukan Heji bersama Kyungsoo berada di dalam sana, dia memandangi kedua itu secara bergantian sebelum mengaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Ma-maaf, kalau aku sepertinya menganggu kalian berdua” kata Junhee dengan terbata-bata.
Heji dan Kyungsoo bertukar pandang dengan canggung sebelum gadis itu bangkit dari atas kursi piano dan mengucapkan perpisahan pada Kyungsoo, Heji menarik Junhee keluar dari ruang musik.
Meninggalkan Kyungsoo seorang diri yang masih memandangi pintu ruang musik yang tertutup.
Itulah awal pertemuan mereka, berkat Heji yang melarikan diri dari kelas matematika. Dia berhasil melupakan cintanya yang bertepuk sebelah tangan dan berhasil memasuki kelas matematika tanpa harus menyakiti perasaannya sendiri.
Kyungsoo berada di dalam ruang musik sekarang, memandangi tuts piano dan mulai memainkan sebuah lagu yang jauh lebih menghayutkan perasaan dari yang sebelumnya. Pria tersebut tidak menyangka pertemuan dengan Heji membuatnya terinspirasi untuk bernyanyi di depan umum.
Selama ini Kyungsoo selalu mengurungkan niatnya untuk bernyanyi karena dia memiliki rasa percaya diri yang sedikit. Dia sama sekali tidak mau menunjukkan bakat dan kemampuannya dalam bernyanyi di depan umum, dia selalu bernyanyi di saat dia sendirian dan bukan di tempat umum.
Dia juga tertutup untuk dunia luar, hanya dekat ke orang yang menurutnya nyaman dan aman. Dia memang pernah beberapa kali berkencan tapi dia masih merasa kurang nyaman dengan kehadiran orang lain dalam hidupnya sampai dia bertemu Heji yang muncul tiba-tiba dari balik lemari dan memasuki kehidupannya.
Teman-teman Kyungsoo tentu saja mendukung pria itu tapi Kyungsoo selalu mengatakan kalau bernyanyi bukan keinginannya. Mereka bisa melihat kalau Kyungsoo sangat menahan diri dan mengunci perasaan itu setiap melihat ada orang yang bernyanyi di acara sekolah mereka atau saat kelas musik.
Dia berhenti memainkan piano ketika mendengar suara langkah kaki mendekati ruang musik, diiringi oleh suara tawa yang familiar dan suara yang dia ingin dengar selalu. Perlahan-lahan pintu ruang musik terbuka dan menampakan wajah Heji yang tersenyum begitu melihat Kyungsoo yang berada di dalam. Dia masuk ke dalam ruang musik setelah menutup pintu dan duduk di kursi plastik yang biasanya di gunakan untuk menaruh benda-benda ke atas lemari.
“Apa aku menganggumu?” tanya gadis itu, dia memandangi kertas-kertas musik berserakan di sekitar kaki Kyungsoo. Tampaknya dia sedang menulis sebuah lagu sebelum bermain piano, karena Heji tahu seperti apa gaya penulisan Kyungsoo.
“Tidak, aku menunggu kedatanganmu malah. Karena tidak ada suara dengkuranmu aku jadi kesepian” goda Kyungsoo sambil memandangi Heji dengan pandangan main-main.
Wajah Heji memerah mendengar itu, “E-enak saja! Aku tidak mendengkur sekeras itu!” serunya sambil memukul-mukuli pundak Kyungsoo dengan tangannya.
Pria itu tertawa dan menahan kedua tangan Heji yang memukulinya sebelum memiringkan wajahnya agar bisa menyentuh bibir Heji. Pria itu mencium Heji perlahan-lahan, membiarkan Heji tenggelam dalam perasaan yang sama dengannya sebelum dia menjauhkan wajahnya dengan wajah Heji.
“Aku senang, kau hadir dalam kehidupanku” bisik Kyungsoo di telinga Heji, setelah mencium gadis tersebut.
Wajah Heji memerah tapi dia tersenyum mendengar itu dan membenamkan wajahnya di dada Kyungsoo. “aku juga senang bisa bertemu denganmu” ucap Heji dengan lembut.
Credit for picture