home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Shoot The Moon

Shoot The Moon

Share:
Author : xiuminseok99
Published : 06 Jul 2014, Updated : 10 Aug 2014
Cast : Park Chanyeol, Do Kyungsoo, The rest of EXO's members, Original Character.
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |6531 Views |2 Loves
Shoot The Moon
CHAPTER 1 : Chapter One: Back To You.

Hani mendorong trolinya setelah kurang lebih setengah jam ia menunggu di ruang tunggu bagasi. Hani tersenyum kecil saat membaca ucapan Selamat datang di Jakarta ketika ia berjalan menuju pintu keluar bandara. Belum ada setengah hari Hani berada di tanah airnya, ia sudah bisa merasakan keringat mengucur deras dari pelipisnya. Hani mengecek suhu cuaca hari ini dari handphone-nya, 35 derajat celsius.

 

Yes, welcome to the homeland, Hani. Pikirnya dalam hati.

 

Setelah sekian lama Hani meninggalkan negara kelahirannya untuk menuntut ilmu di kota yang terkenal dengan Trafalgar Square-nya tersebut, Hani akhirnya memutuskan untuk berlibur di Indonesia pada musim panas kali ini. Selain tidak bisa menahan rasa rindunya dengan nasi Timbel kesukaannya, Hani juga tidak kalah kangennya dengan keluarganya juga teman-temannya. Walaupun di London Hani selalu menyempatkan diri untuk mengobrol bersama mereka lewat Skype minimal seminggu sekali, namun rasanya kurang untuk mengobati rasa rindu Hani.

Jantung Hani berdetak kencang ketika ia menyadari bahwa tidak lama lagi ia akan bertemu dengan mereka. Saat Hani sudah berada di luar pintu keluar, ia tersenyum ketika melihat sekumpulan orang-orang memanggil-manggil namanya, beberapa dari mereka bahkan memegang karton yang cukup besar bertuliskan  Welcome home, Londoner! Hani menggeleng malu seraya mempercepat langkahnya ke arah mereka.

“Welcome hooooooome!” Semua memegang karton membuka kedua tangannya, menyambut Hani yang sudah berlari, meninggalkan trolinya demi memeluk sahabat-sahabatnya tersebut.

“Oh my god, Tika! Kamu kurusan banget!” Hani mengguncang-guncangkan bahu Tika yang masih cengengesan mendengar ‘pujian’ dari sahabatnya tersebut.

“Iyalah nyet, tiga tahun lo tinggalin gue, kalo gak kurusan kan malu juga… Eh tapi jari gue masih sama, nih!” Sahutnya sambil memperlihatkan jari-jari jumbo kebanggaannya. Hani hanya tertawa, meraih jemari Tika dan mengayun-ayunkannya.

“Anggiiiit! Oh my god you’ve become slimmer too!” Hani kembali memeluk sahabatnya yang satu itu, “Urgh I miss the chubby you already!”

“Ah Hani, kamu makin bule ya ngomongnya sekarang British accent banget!” Anggit memeluk Hani balik, “Welcome home, Hani!”

“Sama kita nggak, Han?”

“Ya ampun kalian juga dateng!” Sahut Hani ketika melihat tiga orang temannya yang lain berdiri di belakangnya, “Sini sini let Hani hug you guys!” Hani memberikan pelukannya satu-satu ke Sehun, Baekhyun dan Chen.

“Nah, oleh-oleh buat aing mana, Han?” Baekhyun mengadahkan tangannya di depan Hani yang langsung ditepis oleh Tika, “Yeee enak aje lo, gue dulu sahabatnya baru elo tukang gosok wc-nya!”

“Kalian ya, belom berubah juga ternyata...” Hani tertawa, “Awas nanti ternyata jodoh loh.”

“EEEW?” Sahut Tika dan Baekhyun berbarengan, “THERE’S NO WAY WE BELONG TO EACH OTHER!” Baekhyun mengangguk, “Second that!”

“Berisik banget sih kalian, Hani lagi capek juga bukannya bikin adem malah bikin ribut!” Anggit mendorong Tika dan Baekhyun menjauh dari Hani, “Udah ikut gue kita beli roti Boy biar lo pada diem. Bentar ya Han!”

“EH GUE JUGA MAU ROTI BOY! IKUT!” Sehun berlari mengejar ketika orang yang sudah duluan tersebut, Hani kembali tertawa melihat tingkah sahabat-sahabatnya.

 “And we are not even 17 anymore…” ujar Hani sambil tersenyum ke arah Chen.

Chen tersenyum kembali, “Kita susul aja yuk mereka, sekalian beli makanan juga, I’m hungry.”

Hani mengangguk.

“Biar gue aja yang bawa trolinya, you must be tired, right?” Chen mengambil alih troli yang  dibawa oleh Hani.

“Thanks,” ujarnya pelan, “And I’m not really tired though, well, iya tadi gue capek tapi sekarang udah semangat lagi abis ngeliat kalian…” Hani never leaves that smile on her face which makes Chen smiles too.

“Sorry ya cuma kita doang yang jemput lo di bandara, yang lain masih pada sibuk sama kuliahnya, pada belom libur…”

“God, Chen, you don’t know how happy I am knowing you guys can come padahal udah,” Hani mengecek jam tangan kayunya, “jam dua tengah malem gini.”

“Girl, do you forget we are nocturnals or di London gak ada mahluk macem kalong?”

Hani tertawa, “Sometimes Batman hangouts in Trafalgar too, apparently.” She tries to get along.

“Anyway, Chen…”

“Yes?”

“Uhm, gak jadi deh, nevermind, hehehe.”

“Aaah come on! You know I hate this!” Chen pouts, “Come on, what do you want to say, Han?”

“Ah well... you know… how is he?”

“He?” Chen mengerutkan keningnya, “Oh, him.”

“Yes, him.”

“He’s doing well… I guess?”

Kini giliran Hani yang mengerutkan keningnya, “You guess? What did you mean by you guess?”

“Well, let’s sit here first.” Chen berhenti melangkah ketika mereka tiba di depan A&W kemudian duduk di kursi kosong didekat mereka. Hani juga ikut duduk didepan Chen.

“Will you let me buy Crispy Chicken Sandwich dulu atau lo udah gak sabar pengen gue certain tentang dia?”

“Err… I’ll let you buy dulu deh.”

“Okay, a minute ya.”

Chen beranjak dari bangkunya menuju konter A&W. Hani mengehela napasnya, berharap apa yang ia tanyakan ke Chen bukanlah tindakkan yang salah. Even though Hani knows she’s wrong already for keeping her feeling for three years… but trust her, she has been trying to get over it. Sadly, she can’t. At least for now.

“This tastes the best when you’re hungry!” Chen kembali ke kursinya, mulutnya sibuk mengunyah sandwich yang baru ia beli, “You don’t eat?”

Hani menggeleng, “I’m full.” Senyumnya kecil.

“Okay, I know what you want now,” Chen mengunyah sandwichnya lebih cepat dan dengan segera menelan isi didalam mulutnya, “What was your last question again?”

“What do you mean by ‘I guess’?”

Chen menyeruput lemon tea-nya, “Well, Hani, ever since you went to London Chanyeol has been completely different.”

“Di… different how?”

“Ya gitu, dia jarang main sama kita lagi. Dia jadi kayak punya kehidupan sendiri yang gak mau di-share sama kita. He has his own world.” Chen kembali melahap sandwichnya, “I think he was really shock by your decision.”

“It wasn’t mine, Chen. It was our decision.” Hani membantah.

“Yes I know, tapi efeknya itu cuma ngaruh ke Chanyeol.”

Shit, Chen. You don’t know a thing.

“Well, carry on.”

“So well, yeah. He made a distance between us, kita udah berusaha buat semangatin dan deketin dia but it seemed like he’s the one who walk away from us… jadi ya, mau gimana?”

“Jadi… kalian udah gak pernah ketemu dia lagi?” Tanya Hani. Rasanya ada sesuatu yang pecah di dalam sana. Di dalam diri Hani.

“Na’ah,” Chen menggeleng, “Gue pernah ketemu dia beberapa kali pas main ke Kemang. Kayaknya he’s now busy with his band, dari yang gue denger-denger band-nya juga lagi sibuk buat rekaman. Girl, he now plays at local gigs gitu!” Chen terkekeh, “Quite cool, aye?”

“Indie gigs gitu?”

“Sort of?”

Hani tersenyum, “Well, good for him. It’s what he has always wanted, though.”

“Han…” Chen meraih tangan Hani, “You haven’t forgotten him, have you?”

“I don’t know, Chen.” Hani menghela napas, matanya tiba-tiba terasa panas, ada butiran air yang ingin meluncur dari matanya, “Gue pikir semuanya bisa lebih gampang kalo gue pergi. But it only makes it harder.”

Shit, Park Chanyeol, if only you knew you are the main reason why I am coming back home.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK