Cast : Seunghyun, Jiyong, Seungri, Taeyang
Daesung as Deus
Hari yang melelahkan. Aku yang setiap harinya di sibukkan dengan berbagai aktivitas, terkadang bosan juga. Tapi, saat bosan itu datang ada seorang yang selalu membuatku tersenyum menghadapi semua ini. Aku adalah seorang pria dengan nama G-Dragon. Oh iya, itu adalah nama di negeriku dan sekarang karena aku sedang dalam misi pelarian, aku biasanya di panggil dengan nama Jiyong.
Aku sebenarnya bukan orang Korea aku hanya berpura-pura dari sana dan bahkan aku tidak memiliki banyak informasi mengenai negera itu sebelumnya aku dan Seung hyun mendarat di kota ini. Namun seiringnya waktu aku tahu sedikit demi sedikit mengenai penduduknya yang suka melakukan operasi plastik untuk memperbesar kelopak matanya. Maklum saja, rata-rata penduduk negeri ini memiliki mata kecil alias sipit. Mereka juga terkenal sebagai penduduknya yang mencintai negeranya, penduduk yang, apa lagi ya? Oh iya, aku ingat sekarang yang paling terkenal dari korea sekarang adalah Hallyu. Hallyu itu sebutan untuk gelombang musik korea selatan. Musik mereka sekarang sungguh mendunia, dan walaupun banyak kata-kata yang tidak mengenakan mengenai negara mereka, mereka tetap maju. Music mereka mampu menembus batas waktu dan dunia. Itu membuktikan kerja keras mereka tidak sia-sia, bahkan aku juga tahu ini. Aku mencarinya di mbah google, itu adalah sebutan untuk sebuah jaringan di Internet. Untuk menjadi arti Korea Selatan, tidak gampang. Mereka harus melakukan training selama beberapa tahun untuk dapat debut. Tidak seperti di negera yang aku tinggalin sekarang. Untuk menjadi artis itu gampang, asal punya tampang dan uang, semuanya bisa. Sangat berbeda bukan? Tapi, coba lihat Korea selatan, artis-arti mereka banyak yang Go Internasional.
Baiklah kalau begitu, aku akan katakan kepada kalian semua kalau aku sekarang tinggal di negera Indonesia. Sebanarnya, aku itu menyukai negeri ini, hanya saja mereka tidak dapat menghargai negera mereka seperti rekyat Korea yang kukatakan tadi, mencintai negera mereka sendiri. Seandainya saja orang-orang Indonesia seperti orang korea, aku yakin negera ini pasti bisa menjadi negera besar dan sukses. Lihat saja dari kekayaan negeranya. Wow, itu semua adalah pemberian sang pencipta yang paling agung. Dengan lautan yang terbentang dari sabang hingga marauke. Dengan kekayaan laut dan alam lainnya, siapa yang tidak tergoda dengan semua harta yang di miliki Indonesia. Lantas saja dahulu kala, Belanda dan Jepang begitu lama berkuasa di negera ini, mereka begitu menikmati hasil rampasannya. Mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan, rempah-rempah, hasil laut, batu bara, dan masih banyak lagi yang mereka ambil dari Indonesia. Huft, kasian sekali negeri ini. Mereka tidak bisa memanfaatkan kekayaan alamnya dengan baik, lihat saja pertambangan emas yang terdapat di Irian Jaya sana, bukankah itu diolah oleh negera adi kuasa di dunia ini. Amerikalah yang mendapatkan keuntungan dari negera ini, mereka memeras keringat rakyat pribumi. Sedangkan mereka, mereka enak-enakan duduk dibalik meja dengan laptop di hadapannya. Mereka tidak panas-panasan, mereka tidak merasakan keringat yang menetes di pelipis para pekerja itu. Mereka itu sungguh tidak memiliki perasaan, tapi siapakah yang patut disalahkan? Apakah para pengusaha asal Amerika itu yang mempunyai otak cemerlang atau orang pribumi yang tidak memiliki kemampuan seperti orang-orang Amerika tersebut. Oh, apakah yang salah pemerintah Indonesia? Ku dengar mereka adalah ahli-ahli korupsi nomor tiga di dunia ini. Wow, rakyat mereka menderita, tapi mereka asyik menghabiskannya dengan berlibur ke luar negeri, dan itu adalah hasil kurupsi. Negera ini memang complicated sekali. Negera ini terlalu sulit untuk dipahami dan oleh karena itu aku memilih untuk menetap di sini. Aku tahu Indonesia ini adalah persembunyian paling aman untukku dan Seung Hyun untuk melarikan diri.
“Hei, melamun lagi?” tegur Seunghyun.
Dia adalah sahabat terbaikku, dia yang berasal dari negeri Infernum dan aku yang berasal dari negeri Caelo. Infernum itu adalah negeri yang biasanya di sebuat oleh manusia Neraka. Di sana adalah negeri untuk menjaga para manusia yang sudah wafat dan mendapat hukuman disana. Kami mengawasinya dengan ketat sekali, setiap hari ada ribuan manusia yang masuk kesana dan semakin hari semakin meningkat. Itu membuat hati Deus sedih, karena semakin sedikit yang memasuki pintu Caelo, Caelo itu adalah Surga tempat untuk manusia yang berhati baik dan yang telah menaati seluruh perintah dan menjauhi larangan sang pencipta atau Deus. Bukan hanya untuk manusia seperti itu saja, tapi untuk manusia yang bertobat juga masuk kedalam sana, mereka yang benar-benar menyesal dan bertobat memiliki kesempatan untuk hidup di negeri Caelo. Negeri yang penuh dengan kedamaian dan kasih sayang.
Suatu saat aku pernah melihat Deus berjalan di antara perbatasan Infernum dan Caelo, wajahnya yang selalu terlihat bijaksana, hari itu begitu sedih. Aku menegurnya, dan kutanya mengapa wajahnya begitu sedih dan jawabannya adalah “begitu banyak penduduk di bumi, tapi lihat sekarang kemajuan teknologi dan kemajuan berfikir mereka membuatku jauh dari mereka. Aku ingin menghampiri mereka, tapi mereka menolakku. Aku ingin merangkul mereka dan meringankan beban mereka, tapi lagi-lagi mereka mengabaikanku. Apa yang bisa kulakukan untuk mereka? saat mereka terjatuh, mereja menyalahkanku. Mereka mengatakan kalau aku tidak ada bersama mereka saat menghadapi semua permasalahan mereka. Padahal seandainya saja mereka menyadari kehadiranku di setiap langkahnya, mereka tidak mungkin terjatuh, mereka tidak mungkin kubiarkan melewati setiap permasalahan sekecil pun, ku coba untuk mendekati mereka saat terjatuh tapi bukan aku yang mereka butuhkan, yang mereka inginkan adalah Uang, bukan aku.”
Itu adalah yang Ia ucapkan saat aku bertanya padanya dan sekarang aku tahu semua itu benar. Di dunia manusia ini begitu banyak yang menggiurkan, kehidupan mewah menjadi impian setiap manusia. Mereke berpikir dengan hidup mewah dan kaya mereka akan mendapatkan segala yang mereka inginkan. Mereka mampu melakukan apapun untuk bisa hidup kaya, mereka ingin di pandang oleh semua orang. Semua saling berlomba satu sama lain, dengan cara halal maupun tidak halal. Semua cara mereka lakukan untuk mencapai keinginan dunia mereka. Tanpa memikirikan seseorang yang menangis melihat mereka dari dunia lain sana. Ia menagis setiap kali melihat ribuan juta manusia jatuh dalam dosa setiap harinya. Ia menangis saat menghakimi manusia dan menjatuhkan hukuman untuk pergi ke Infernum. Ia tidak mampu untuk menyelamatkan mereka, karena mereka menolak untuk di tolong.
“Melamunkan.” Seunghyun menyentuh pundakku. “Aku tahu apa yang ada dalam pikiranmu, kamu memikirkan mereka.” Seunghyun melirik pada layar LCD.
Aku dan Seung Hyun adalah sahabat namun persahabatan kami begitu di tentang dan juga terlarang, sehingga memaksa kami berbuat nekad. Kami melarikan diri dari negeri masing-masing, dan untungnya hingga sekarang kami belum berhasil di lacak. Cepat atau lambat keberadaan kami juga akan terlacak oleh mereka dan kami juga sadar benar akan hal itu.
“Bukan, tidak seperti itu” Jawabku memalingkan wajah dari TV LCD yang super besar yang menempel di dinding. Negeri para manusia itu memang sangat canggih, banyak yang tidak kutemukan di Caelo ada di negeri ini. Contohnya saja mesin cuci, laptop, TV dan banyak alat electronic lainnya yang super canggih. Kalau di Caelo, kami tidak memiliki TV atau sejenisnya demikian juga di Infernum. Sehingga pada saat kami sampai di negeri ini, kami berdua begitu gaptek, alias gagap teknologi. Beruntung sekali Seunghyun memiliki kemampuan dua kali hebat dariku dalam beradatasi, sehingga semuanya dapat kami pelajari dalam waktu sepuluh menit. Cukup sepuluh menit untukku dan lima menit untuk Seunghyun. Kami berdua membiasakan diri untuk hidup layaknya manusia biasa, pergi kesekolah, mencari duit untuk biaya hidup sehari-hari. Semua kami lakukan dengan senormal mungkin.
“Jangan berbohong.” Godanya.
“Ah, sudahlah kamu memang sangat suka menggangguku.” Ketusku bangkit dari sofa kemudian melenggang pergi.
“Jiyong, kenapa kamu marah seperti itu, akukan hanya bercanda.” Serunya menggedor pintu kamarku. Memang terkadang ia begitu menjengkelkan, tapi ia memiliki hati yang baik tidak seperti penduduk di negerinya “Jiyong, jangan merajut lagi dong, aku kan hanya bercanda. Aku belikan ice cream, mau?” lanjutnya merengek dari balik pintu. Mendengar nama ice cream, aku begitu tergoda. Aku tidak tahu bagaimana cara manusia untuk menciptakan ice selembut dan seenak itu. Rasanya seperti ada awan yang berada dalam mulutku~lembut sekali, wanginya seperti taman vanilla yang ada di Caelo, dan saat saat lidahku menyentuh ice creamnya aku meresakan gunung ice berada dalam mulutku, begitu dingin, manis dan juga wangi. Aku begitu menyukainya.
Aku membuka pintu, Seunghyun masih mamasang wajah penyesalan. “Jangan pernah menggangguku lagi, apakah kamu mengerti.” Gertakku.
“Iya, iya aku mengerti.” Sahutnya menarik tanganku dan meninggalkan apartement.
Kami berjalan menyelusuri lorong apartment, dan aku merasakan ada sesuatu yang aneh di area ini. aku merasakan hawan hitam lebih pekat di tempat ini. Aku semakin menajamkan penglihatanku, berusaha melihat siapakah mereka yang memilki hawa hitam sepekat ini. Biasanya mereka yang memiliki hawa seperti ini hanyalah penghuni Infernum, tapi aku tidak dapat melihatnya dengan jelas. Penglihatanku ada yang menghalangi, mungkin karena Seunghyun. Aku merasa kekuatanku berkurang saat berdekatan dengan Seunghyun, demikian juga dengannya. Kami memang tak seharusnya bersama karena semakin lama kami bersama, maka lambat laun kekuatan kami akan hilang dan kami akan musna dengan seiringnya waktu. Itulah yang membuat para penguasa negeri kami begitu menentang hubungan ini.
“Ada apa?” tanya Seunghyun di sela-sela langkah kami.
“Tidak.” dustaku.
“Jangan berbohong lagi, sejak tadi aku sudah merasakan kehadiran mereka.” ujarnya memperkuat gengamannya.
Aku menoleh padanya, “Kenapa kamu tidak mengatakannya?”
“Aku takut kamu cemas dan panik.”
“Lalu bagaimana?”
“Kita cari tempat tinggal baru dan sepertinya mereka sudah menyadari keberadaan kita, kamu harus lebih berhati-hati sekarang.”
“Dan kamu.”
“Jangan kuatir, Seungri tidak akan berbuat apa-apa padaku, tapi...”
“Tapi, kalau aku yang tertangkap mungkin dia akan membunuhku.” Lanjutku.
Seunghyun hanya diam mendengar perkataanku. Aku kenal Seungri, ia adalah sahabat Seunghyun di Infernum, mungkin ia tidak rela melihat Seunghyun pangeran Infernum bersama seorang Caelo sepertiku. Mereka mengenal bangsa kami sebagai bangsa lemah, tidak seimbang antara kekuatan mereka dan kekuatan kami. Kami hanya memilki kasih untuk sesama tidak memiliki kekuatan seperti mereka.
“Sudah, yang penting sekarang kita harus lolos terlebih dahulu setelah itu kita pikirkan kemudian.”
Kami semakin mempercepat langkah kami, berusaha berjalan normal namun seperti melayang diatas lantai. Setibanya di lantai ground, Seunghyun mengeluarkan kuncil mobilnya.
Titttt.....
Seunghyun membuka pintu mobil, mengambil alih kendali dan melesat dengan kecepatan 45km/jam. Malam ini kota Jakarta begitu padat, bahkan waktu sudah menunjukkan pukul 23.45 dan mereka masih berkeliaran di jalanan. Sepertinya kota ini tidak akan pernah tidur, membuat pepohonan tidak menikmati kehidupannya setelah seharian full memberikan oksigen pada manusia. Ah, apa sih yang manusia itu pikirkan selain dirinya sendiri.
Sekarang terdengar decitan ban mobil, Seunghyun memutar mobilnya mengambil jalan kanan kemudian masuk kesebuah gang kecil. Gang ini begitu gelap dan sempit. Aku dapat merasakan ke sedihan di tempat ini. Dalam tidur saja mereka masih bernafas berat, aku dapat melihat arwah mereka. Mereka lebih suka hidup di bawah alam sadarnya karena tidak ada kesengsaraan disana, yang terdapat hanyalah kebahagian. Tapi aku dapat melihat wajah mereka dan mendengar desah nafasnya yang begitu berat. Mereka adalah orang-orang yang kurang beruntung di dunia ini, tapi bila mana mereka dekat pada sang pencipta, mereka pasti mendapatkan yang mereka inginkan. Bahkan mereka tidak akan mengehela nafas yang berat lagi. semua akan ringan dan indah.
****
APERTEMENT JIYONG DAN SEUNGHYUN SEBELUMNYA. Semua tentara dan serdadu berlarian di seluruh ruangan, mereka mencari jejak yang mungkin di tinggalkan oleh kedua burunan tersebut. Sang kapten terlihat waspada, dengan teliti ia memperhatikan semua sudut ruangan. Seungri mencium seluruh pakaian yang di gunakan oleh kedua pria itu, berharap mereka dapat melacaknya.
“Hah, mereka makan ini? menjijikan.” Cerca seorang prajurit membuat Seungri melirik tajam padanya.
Semua kembali melakukan pekerjaan masing-masing, mengacak-acak ruangan layaknya seperti perampok. Mereka mencari peta, buku harian, atau apapun yang bisa dijadikan pentujuk selanjutnya. Tapi sepertinya mereka berdua sudah profesional dalam melarikan diri, terbukti saat melihat wajah Seungri yang putus asa.
“Lapor kapten, kami tidak menemukan apapun di tempat ini. Sepertinya mereka sudah menyadari keberadaan kita.” Lapor seorang prajurit membuat wajah garang Seungri tampat jelas.
“Bagaimana mungkin?” serunya tak terima.
"Maaf kapten, kami tidak...”
“CUKUPPPPPPPP.” Histerisnya tak mau mendengar laporan yang tidak mengenakkan itu. ia berharap ada seorang prajurit yang memberitahukan berita baik untuknya sekarang. Bukan berita buruk seperti ini.
Semua terdiam melihat Seungri yang mengamuk, wajahnya terlihat seperti monster. Matanya berwarna merah padam, wajahnya ada garis-garis hitam dan juga ada sebuah tulisan kecil diatas keningnya. Tulisan itu tidak terlihat jelas, hanya terlihat seperti sebuah rumus matematika dan selain Seungri, tidak ada yang tahu arti dari tulisan itu sendiri. Katanya, tulisan itu dihadiakan oleh sang pemimpin Infernum untuknya saat beberapa tahun setelah kehadirannya di Infernum. Pemimpin sangat menyukainya karena dia adalah tipe yang ambisius dan yang paling pemimpin sukai dari Seungri adalah sikapnya yang begitu menentang Caelo. Seungri begitu membenci negeri itu, karena menurutnya tidak cukup hanya kasih sayang dalam menjalani kehidupan, tapi butuh semua kekuatan untuk bertahan. Menurut Seungri, kekuatan adalah nomor satu. Dengan kekuatan yang tinggi ia mampu mengendalikan negeri Infernum, membuat semua manusia-manusia bodoh itu lebih bekerja keras untuk negeri Infernum. Dengan kekuatan ia mampu mengatur segala hal. Ia memang egois, tapi ia sangat melindungi pangeran Seunghyun. Pangeran Seunghyun adalah orang pertama yang menerimanya di negeri mereka, Seunghyun jugalah yang mengajari tentang semua hal, mulai dari pedang, bela diri tentang kekuasaan dan juga tentang pertentangan antara Infernum dengan Caelo. Semua itu adalah dari Seunghyun dan mulai saat itu Seungri berjanji pada dirinya sendiri akan menjaga dan menghormati Seunghyun sampai kapanpun.
“Sudahlah, kita pulang saja.” semua prajurit mengambil baris masing-masing dan sebelum mereka berangkat ada bebarapa tamu yang perlu mereka sambut. Mereka adalah bala tentara Caelo. Mereka sepertinya juga telah menyadari keberadaan kedua pelarian.
“Sepertinya kami lebih cepat dari kalian.” Ujar Seungri sombong pada kolonel yang memimpin pencarian dari negeri Caelo. Kolonel itu bertubuh sedikit pendek dan terlihat sangat manis, seperti tidak ada dendam pada dirinya. Yang terpancar dari wajahnya adalah kebijaksanaan dan kasih.
“Kami terlambat, tapi tidak berarti kami tidak bisa menemukannya.” Ujar sang kolonel dengan nada datar dan bijak.
“Akan kubunuh Jiyong bila aku menemukan mereka.” ujar Seungri mengertak.
“Tentunya anda sudah mengetahui, bangsa Infernum dilarang membunuh bangsa Caelo. Negeri kita memang bertentangan, tapi kita memiliki aturan-aturan. Mohon jangan melanggar itu, kapten Seungri.” Kolonel Taeyang masih terlihat calm walaupun Seungri menunjukkan amarah besar padanya.
“Dia telah membuat pangeran negeri kami kabur dan melanggar peraturan, ia layak menerimanya.” Ketusnya.
“Pangeran Jiyong layak menerima hukumannya, tapi hukuman itu berasal dari Caelo bukan dari Infernum. Kami akan menghukum siapapun yang melanggar peraturan, termasuk pangeran Jiyong. Aku mengerti kalau mereka melakukan kesalahan, tapi jangan menghukum mereka sekehendakmu.”
Seungri semakin murka mendengar setiap kalimat yang dilontarkan oleh Kolonel Taeyang. Ia ingin menerkamnya, namun bala tentara Caelo begitu sigap mencegah seungri membuat para prajurit Infernum ikut bertindak. Mereka siap untuk saling adu kekuatan. Pasukan Infernum siap dengan pedang api ditanganya, mereka mengayunkannya kepada semua bala tentara Caelo namun mereka memiliki gerak reflex yang kuat untuk menghindar. Prajurit itu saling adu kekuatan demikian juga dengan Seungri dan Taeyang. Seungri mengeluarkan pedang apinya dan Taeyang mengeluarkan sebuah panah api dari punggungnya. Mereka tidak memiliki waktu cukup untuk adu kekuatan dengan pedang dan panahnya. Saat pertama kali mereka bergulat, pedang Seungri terlempar jauh demikian juga panah Taeyang. Mereka akhirnya adu bela diri. Seungri yang merupakan tentara terbaik di Infernum begitu handal dalam bidang bela diri. Taeyang juga demikian, ia merupakan pertahanan utama dalam Caelo. Pemimpin negerti begitu mempercainya untuk menyerahkan tugas penting untuknya. Bukan karena ia adalah seorang prajurit terbaik, tapi melainkah hatinya yang begitu baik dan pemurah. Pemimpin sangat menyukainya, wajahnya memancarkan kedamain dan kebijaksanaan.
Pertarungan Seungri dan Taeyang semakin memanas, mereka saling mengunci satu sama lain dan dalam hitungan detik, mereka sudah terlepas satu sama lain. Seungri mengambil kuda-kuda mencari-cari titik kelemahan dari Taeyang.
"Sial, dia tidak memilki kelemahan sedikit pun.” Desis Seungri.
Taeyang mencoba menyerang Seungri dari sisi kanan, tangan mereka beradu kembali. kedua kaki mereka saling berbenturan dengan keras, terdengar bunyi tulang yang bergeser. Namun itu tidak membuat mereka menyerah satu sama lain, mereka bangkit berdiri dan kembali adu bela diri. Saling tendang, tinju dan bebapa saat kemudian mekera memegang senjata masing-masing. Semua diam, Seungri ingin sekali menghabisi Taeyang tapi Taeyang hanya memiliki insting melindungi diri. Ia tidak memiliki ambisi untuk membunuh Seungri.
“Arghhhhhhh..” seru Seungri saat sebuah anak panah menancap pada kakinya. Bukan daerah fatal, hanya saja Taeyang ingin menghentikan Seungri secara langsung.
“Matilah kamu.” Serunya seraya menganyunkan pedangnya, dan hasilnya ia berhasil menancapkan padanya di perut Taeyang. Taeyang mengerang membuat semua bala tentara Caelo segera mengambil posisi untuk melindungi kolonel mereka. Mereka bersiap untuk menancapkan semua anak panah mereka pada Seungri yang tersenyum puas dengan perbuatannya. Taeyang mencegah mereka, ia mengatakan itu tidak seharusnya dilakukan karena ia masih mampu bertahan.
“Apa kalian sudah puas dengan perkelahian kalian.” Tiba-tiba terdengar suara dari langit, dari suaranya semua tahu kalau itu adalah suara sang Deus. “Kuperintahkan kalian untuk kembali, sekarang.” Perintahnya.
Seungri tidak merespon perintah itu, ia tetap berdiri melihat Taeyang yang sekarat.
“Kapten Seungri,” Deus turun kehadapan mereka, membuat Seungri tersentak dan memberi hormat. “Apa yang kamu lakukan, apakah ini yang kau inginkan?” tanya Deus datar tidak berniat untuk menghakimi.
“Maaf, aku hanya ingin menjalankan perintah.” Jawabnya.
“Apakah kamu di perintahkan untuk membunuh Jiyong atau bangsa Caelo?” tanya Deus kembali membuat Seungri terpojok. Matanya mencari-cari alasan.
“Tidak,” jawabnya sedikit berdesis.
“Baguslah kalau kamu tahu, sekarang kalian boleh pergi.” perintahnya dan seketika itu pula ia menghilang.
Mendengar perintah dari sang Deus, semua mengambil barisan dan kembali ke negeri masing-masing. Taeyang dibantu oleh para bala tentaranya sedangkan Seungri pulang dengan senyum kebahagian. Ia bangga telah mempermalukan Taeyang, mengalahkahnya adalah ambisinya. Jarang terjadi perang antara kedua negeri itu, tentara-tentara di latih hanya untuk mempertahankan kekuasaan dan kestabilitas negeri, bukan untuk berperang. Mereka hanya ingin mematuhi perintah Deus untuk dapat hidup berdampingan, walaupun kedua negeri itu berbeda, tapi mereka harus hidup berdampingan satu sama lain.
***
“Dimana kita?” tanyaku pada Seunghyun yang menghentikan mobilnya di sebuah rumah kecil di ujung gang.
“Untuk semantara, kita aman disini.” Jawabnya setenang mungkin namun matanya melihat sekeliling dengan padangan waspada. “Aman, sebaiknya kita cepat masuk.” Sekali lagi Seunghyun melemparkan padangannya keseluruh sudut gang, dan setelah yakin ia menyusul masuk. Rumah ini terlihat sangat kecil, hanya ada satu ruangan untuk kami berdua. Kamar mandinya juga sangat kecil, lampunya sedikit remang-remang, serta ada sawang mengantung di sudut plafon. Terlihat sekali ruangan ini tidak diurus oleh yang punya.
Kami terdiam cukup lama, aku tidak tahu harus berkata apa sekarang. Sebenanya aku sungguh ketakutan, namun aku berusaha setenang mungkin. Aku tak ingin memperlihatkan kecemasanku padanya, itu akan membuatnya semakin cemas.
“Apa aku perlu belajar bela diri.” Celetukku berusaha menetralisir keadaan.
Seunghyun segera menoleh padaku, aku berhasil membuatnya sedikit lebih tenang. Wajahnya tidak lagi cemas dan ia kembali terlihat seperti Seunghyun yang sebenarnya.
“Tidak perlu, aku masih bisa melindungimu.” Jawabnya tersenyum. Senyum yang sangat kusukai dari seorang Choi Seunghyun.
“Bagaimana kalau Seungri tiba-tiba datang saat kamu tak ada, ia terlihat ingin sekali membunuhku, setidaknya ajari aku untuk membela diri.” Desakku.
“Tidak perlu, karena aku tidak akan pernah meninggalkanmu sendiri.”
“Aku hanya ingin, “
“Sudahlah, apakah kamu tidak lelah? Sebaiknya kita tidur saja.” Seunghyun segera berbaring diatas tikar plastik. Memang cuma itulah yang ada di ruangan ini, tidak ada apa-apa lagi selain itu. Setidaknya kami masih punya alas tidur malam ini. Aku ikut berbaring di atas tikar tersebut dan kami tidur dengan saling memunggungi.
“Choi Seunghyun, apakah tidak sebaiknya kita pulang.”
“Kenapa, apakah kamu sudah lelah?”
“Tidak, bukan seperti itu.” Sahutku.
“Lalu,”
“Aku kuatir denganmu, aku tahu peraturan di Infernum seperti apa. Aku takut kamu akan di hukum oleh Deus, dan di kirim ke pengasingan bersama manusia-manusia itu.”
Aku memang tahu benar mengenai hal itu, bagi siapapun penghianat akan di hukum dengan seberat-beratnya. Sebenarnya itu juga berlaku pada negeri kami Caelo, tapi lebih berat untuk Infernum. Para Infernum yang berhianat akan di kirim ke pengasingan bersama manusia-manusia selamanya dan disana mereka akan di perlakukan sama, tidak ada pengecualian. Di sana mereka akan di siksa dan di perintah untuk bekerja keras setiap harinya, begitu keras kehidupan disana.
“Aku sudah biasa dengan semua itu, jadi jangan terlalu kuatir denganku. Yang aku kuatirkan adalah kamu. Kamu biasanya di perlakukan dengan baik oleh para pemimpin Caelo dan Deus juga sangat menyukaimu, bagaiamana kalau seandainya kita pulang, kamu akan di hukum juga. Apa kamu siap untuk di asingkan juga bersama manusia-manusia itu?”
“Hidup kami dan manusia-manusia itu begitu harmonis, tidak akan ada yang akan mengucilkanku. Bahkan hidupku akan lebih baik jika itu yang akan terjadi, aku tidak perlu menjadi seorang pangeran yang begitu di hormati dan diagung-agungkan. Bukankah itu lebih menyenangkan.” Sahutku.
Kami terdiam, aku memikirkan seandainya itu benar-benar terjadi. Aku akan hidup seperti manusia-manusia yang tinggal di Caelo. Melakukan segala sesuatu sendiri dan tidak memiliki kekuasaan seperti dulu lagi. Aku siap bila itu yang akan terjadi, bukankah sebelum aku memutuskan menyetujui ide Seunghyun aku telah siap. Lalu untuk apa aku kuatir dan cemas.
“Seandainya ada kehidupan kedua untuk kita, aku ingin kita menjadi saudara, aku akan jadi kakak dan kamu jadi adik, bagimana?”
“Baiklah, sepertinya itu ide bagus.”
“Baiklah kalau begitu.”
***
KEBUN RAYA BOGOR. Sore ini suasana begitu mendung, Jiyong dan Seunghyun berjalan-jalan di sebuah taman besar yang berada di Bogor. Taman itu di bernama Kebun Raya Bogor. Taman itu begitu ramai di kunjungi oleh para wisatawan, bisa di liat beberapa bule sedang asyik berphoto ria bersama teman-teman dan keluarganya. Mereka bercanda tawa, dan tak jauh dari tempat Jiyong dan Seunghyun sedang duduk, terdapat sebuah keluarga dengan ayah, ibu dan dua anaknya, satu putri sekitar lima tahun umurnya dan yang putra delapan tahun. Mereka sedang duduk diatas lapak plastik dengan rantang serta peralatan makan berantakan di hadapan mereka. Kedua putra putri itu bermain di atas rumput, dan beberapa menit kemudian terdengar suara sang putri kecil menangis karena sang kakak tak segaja menjatuhkannya. Ia menangis histeris hingga kedua orang tuanya menghampirinya dan mencoba untuk membujuknya. Sang ibu terlihat marah pada sang kakak karena lalai dalam menjaga adiknya. Dengan wajah penyesalan sang kakak meminta maaf pada sang adik.
“Mereka lucu sekali.” ujar Jiyong melihat adegan barusan.
“Tapi kakaknya sepertinya tidak bisa menjaga adiknya dengan baik, kakak seperti apa itu.” cerca Seunghyun.
“Aish, mereka kan masih anak-anak dan itu juga tidak segeja.” Bela Jiyong.
“Tapi tetap saja kakaknya salah.” Kekeh Seunghyun.
“Ah sudahlah, susah bicara denganmu.” Jiyong merajut karena mereka selalu saja bertengkar.
“Baiklah, aku mengalah mereka sangat lucu. Apa kamu puas.” Goda Seunghyun hingga membuat Jiyong tersenyum tipis.
“Kamu terlihat manis sekali seperti ini Choi Seunghyun.” Ledek Jiyong mencubik kedua pipi Seunghyun.
“Ayo kita pulang, sebentar lagi taman ini akan di tutup.” Seunghyun menarik tangan Jiyong meninggalkan kursi mereka. Kedua sahabat itu berjalan di bawah pohon-pohon raksasa yang menjulang tinggi ke angkasa. Dari tulisan-tulisan kecil yang menggantung di batangnya, pohon-pohon itu sudah berumur lebih dari satu dekade.
“Jiyong, bentar sepertinya ponselku ketinggalan.” Cerocos Seunghyun kemudian menghilang begitu saja. Seunghyun berlari kembali ke kursi yang mereka duduki beberapa menit yang lalu. Ia masih ingat di kursi mana mereka duduk hingga tak perlu mencari-cari lagi dan saat ia kembali, Jiyong sudah tidak ada, maka ia berfikir Jiyong sudah pulang terlebih dahulu. Seunghyun pulang, dan ia menemukan pintu kontrakan mereka masih terkunci, ia merasa sebuah tonjokan dalam tenggorokannya hingga membuatnya sulit bernafas. Ia kembali berlari ke taman, dan pintu sudah di tutup oleh penjaga. Ia berusaha masuk tapi penjaga melarangnya karena hari sudah gelap, tidak mungkin untuknya masuk kedalam, terlalu berbahaya. Ia memohon kepada para penjaga itu, tapi mereka tetap tak mengijinkannya masuk. Ia putus asa, ia meninggalkan JIyong sendirian disana, ia terlalu lalai meninggalkanya sendirian.
“Aku sungguh bodoh.” Cacinya pada diri sendiri.
Seunghyun masih berusaha masuk kedalam dengan cara apapun, tapi beberapa penjaga di pintu utama begitu banyak dan tidak ada kemungkinan untuk masuk kedalam. Sementara itu Jiyong yang masih berada di dalam begitu ketakutan karena tidak biasa berada dalam kegelapan. Taman yang tadinya begitu indah, sekarang begitu mencekam. Semua terlihat gelap gulita yang ada hanya cahaya remang-remang dari lampu jalan. Ia ketakutan. Sebanarnya ia bisa saja mengunakan kekuatannya untuk keluar dari tempat ini, tapi itu akan mengundang para Caelo untuk menangkapnya maka dengan bersabar ia mencoba keluar dari tempat itu dengan usahanya sendiri. Ia sudah beberapa kali berputar-putar ditempat seolah jalan itu tak berujung. Ia terpuruk dan terperosot diatas tanah keras.
“Seunghyun, dimana kamu.” Gumanya.
Sementara itu Seunghyun berusaha mencari cela dari berbagai sisi dan saat ingin kembali ke kontrakan ia melihat sebuah jembatan yang membentang dan dibawahnya ada sebuah aliran sungai yang deras. Ia berfikir, haruskah aku melompat ke sungai itu. batinnya.
Dan tanpa pikir panjang lagi ia sudah melaksanakan idenya barusan, ia sudah berada dalam aliran sungai yang bisa membawanya masuk kedalam Kebun Raya. Seunghyun mengepakkan kedua kakinya mencoba untuk menepi tapi kerena aliran sungai begitu deras, ia sedikit kesulitan. Ia terbawa arus sungai hingga jauh kedalam Kebun Raya, tapi ia berusaha keras untuk tetap mampu menepi. Seunghyun meraih sebuah batu yang berada di tengah-tengah sungai dan ia berhasil bertahan disana untuk beberapa saat, dan saat sungai mulai surut dan tenang ia berenang ketepian dan segera berlari mencari Jiyong. Ia meneriakkan nama Jiyong berulang kali, tapi yang terdengar hanyalah gema dari suaranya itu sendiri.
Seunghyun mempercepat langkahnya menyelusuri setiap jalan yang ada di sana tapi ia tidak menemukan Jiyong. Seunghyun kelelahan, kemarahan pada dirinya sendiri mulai muncul hingga membuat wajahnya begitu sangar dan yang paling ditakutkan adalah matanya yang kembali berwarna merah api. Warna mata penduduk Negeri Infernum adalah Merah dan yang mempunyai warna merah api menyala adalah Seunghyun seorang. Tanpa sadar Seunghyun memberikan kesempatan pada Seungri untuk menemukannya.
SATU MENIT KEMUDIAN. Seungri beserta serdadu dan prajuritnya telah berada dihadapan Seunghyun, membuat Seunghyun langsung waspada dan memasang kuda-kuda untuk menghabisi mereka semua. Tanpa salam dan tanpa basa-basi Seugnhyun segera menghajar beberapa prajurit yang dibawa oleh Seungri dan dengan kemampuan Seunghyun yang begitu tinggi, tidak ada kemungkinan untuk mengalahkannya, bahkan sekalipun Seungri yang melawannya, itu tidak akan mampu membawanya kembali ke Infernum. Kecemasan pada Jiyong lebih terasa dalam dirinya dibanding dengan pukulan-pukulan dari para prajurit itu, tak ada arti baginya, namun keselamatan Jiyong lebih berarti. Seunghyun bosan bermain-main dengan semua prajurit itu hingga membuatnya mengeluarkan sebuah pedang yang muncul dari udara. Pedang itu mengeluarkan api kemerahan yang menyala-nyala~pedang pangeran Infernum.
“Seunghyun.” Seru Seungri menghentikan gerakannya yang ingin menebas lima prajurit sekaligus. Gerakannya berhenti sesaat suara itu sampai pada telinganya. “Hentikan, apa kamu ingin membunuh kami semua?” seru Seungri.
“Maaf, aku tidak punya waktu untuk melayani kalian semua.” Pedang yang ada di tangan Seunghyun menghilang dibawa angin.
“Apakah kami tidak ada artinya bagimu hingga kamu mau membunuh kami semua, apakah pangeran dari negeri Caelo itu lebih berarti dari pada negerimu sendiri.” cerocos Seungri.
“Aku tidak punya waktu, aku harus pergi.” Seunghyun segera berlari.
“Jiyong, apa kamu mencarinya.”
Seunghyun menghentikan langkahnya dan kembali secepat kilat kepada Seungri. Seunghyun mengegam kuat baju jirahnya, padangannya begitu tajam.
“Apa yang kamu lakukan padanya.” desisnya.
Seungri tidak menjawab, ia memilih untuk diam.
“Katakan, kalau kamu tidak ingin mati, katakan dimana dia?” serunya mengeratkan gengamannya.
“Apakah kamu sungguh ingin membunuhku.” Tanya Seungri dengan tatapan menantang.
“Kalau kamu sampai melukainya, aku tidak akan segan-segan untuk melenyapkanmu untuk selamanya.” Dinginnya malam tak sedingin tatapan mata Seunghyun. “Sekarang katakan, dimana ia.” Seunghyun berusaha meredam emosinya.
“Tidak akan kukatakan.” Jawab Seungri hingga memaksa Seunghyun harus mempersembakan sebuah tinju berat pada perutnya. Rasanya seperti ada sebuah batu keras yang menghantam perutnya, Seungri melonjak saat tinju itu bersarang pada perutnya. “Tidak akan kukatakan sampai kapanpun.” Ujar Seungri terputus-putus. “Kamu adalah pangeran Infernum, dan dengan bagaimanapun caranya aku akan membawamu pulang.”
“Aku tidak akan pulang, sampai kapanpun.” Jawab Seunghyun tegas kemudian melenggang pergi.
“Seunghyun, apakah kamu sungguh menyanyangi bocah itu? apakah kami tidak ada artinya bagimu?” seru Seungri, namun tidak dihiraukan oleh Seung hyun ia tetap berjalan menjauhi para prajurit-prajurit yang sudah babak belur itu. “Jiyong, dia, dia telah di bawa ke Caelo bersama Taeyang. Ia telah pulang jadi pulanglah bersama kami.”
Kalimat itu bagaikan sebuah kembang api dalam tubuhnya. Ia tak percaya kalau Jiyong telah berhasil di bawa oleh Taeyang kembali ke Caelo, dan itu karena dirinya. Seunghyun mematung pada posisinya seolah ada sebuah paku raksasa yang memaku kedua kakinya, ia tak beranjak dari posisinya hingga pada akhirnya Seungri menghampirinya dan membawanya kembali ke Infernum. Ia tidak melawan sedikitpun, ia pasrah.
***
CURIA. Di tempat inilah kedua pangeran itu akan diadili dengan seadil-adilnya. Perbuatan mereka yang melanggar hukum Infernum dan Caelo begitu berat. Tidak ada pengampunan untuk perbuatan mereka, walaupun sang Deus adalah sang pengampun, tapi hukum adalah hukum. Kedua pangeran itu tetap akan diberi hukuman yang setimpal atas perbuatan mereka. Gedung Curia ini begitu megah dengan pilar-pilar berdiri tegap menjulang tinggi. Warnanya putih bersih, dan sebuah patung raksasa bediri diatas balkon yang membawa sebuah timbangan sama berat. Itu menyimbolkan bahwa semua yang memasuki Curia ini akan mendapatkan pengadilan yang sebenarnya.
Semua undang sudah mulai berdatangan. Para Infernum terlihat sangar dan ambisus sedangkan Caelo terlihat bijak dan penuh perhatian. Semua memasuki gedung Curia, dan di sisi kanan kiri terdapat air suci yang akan menjauhkan mereka dari buruk sangka dan saling menuding. Semua yang masuk kedalam Curia harus bersih dari semua ketidak baikkan, terutama untuk Infernum sendiri, agar semuanya dapat berjalan dengan lancar dan tidak terjadi perang dalam Curia. Saat para Infernum dan Caelo memasuki Curia, semua kekukatan mereka terlepas dari tubuhnya. Mereka bebas.
“Terima kasih atas kehadiran kalian semua. Pertama-tama saya sangat menyesal dengan keadaan ini, salah satu dari kita telah melanggar hukum yang telah kita sepakati beratus-ratus tahun yang lalu. Persahabatan antara Infernum dan Caelo yang terlarang. Bahkan yang lebih berat lagi, mereka meninggalkan Caelo dan Infernum dan tinggal di Bumi negeri para manusia. Ini sungguh tidak dapat di tolerir.” Ujar Seorang pelaksana pengadilan. “Choi Seung hyun, ia telah diberi hukuman selama beberapa hari oleh Preesidem pemimpin negeri Infernum. Hukuman yang diberikan adalah tinggal dan bekerja layaknya tawanan manusia. Mereka diperlakukan sama dan tidak ada pengecualian, demikian juga Kwon Jiyong. Ia telah diberi hukuman oleh Dux sang pemimpin negeri Caelo untuk tinggal bersama manusia dan tidak berada dalam istana. Semua kekuatan dan fasilitas mereka berdua telah di copot oleh kedua pemimpin negeri, mereka sudah menjalankan hukuman mereka masing-masing dan sekarang kita hadir di sini untuk mendengarkan hukuman dari Deus untuk mereka berdua. Seperti yang sudah diketahui, mereka telah dihukum menurut hukum masing-masing negeri, tapi itu bukan hukum dari Deus, itu seperti sebuah kesepakatan antara kedua negeri.” Lanjutnya. “Untuk itu, sang Deus akan hadir dan akan memberikan pengadilan yang seadilnya untuk kedua pangeran tersebut.”
Sang petugas mempersilahkan Deus untuk duduk di tahta-nya. Dengan wajah bijak dan penuh kasih ia melihat seluruh undangan yang hadir di sana. Sang Deus membisikkan kepada pengawal untuk membawa para tersangka untuk masuk dalam Curia, dan beberapa saat kemudian Jiyong dan Seung hyun di bawa dari arah yang berlawanan. Seung hyun ingin melepaskan diri dan berlari kearah Jiyong, tapi kedua tangan prajurit itu terlalu kuat mengunci tubuhnya, ia kembali mencoba tapi lagi-lagi gagal.
Jiyong, ia terlihat lebih tenang. Wajahnya mengatakan kalau ia baik-baik saja, tapi itu tidak membuat Seung hyun tenang. Ia masih saja cemas.
Para prajurit itu memaksa Seunghyun duduk di atas kursi terdakwa, demikian juga Jiyong. Mereka duduk berdampingan. Dalam tatapannya Seung hyun bertanya “Jiyong, apakah ia baik-baik saja” dan Jiyong menjawab “aku baik-baik saja, jangan terlalu kuatir denganku”. Seung hyun kemudian berkata “Sungguh, aku sangat cemas dengan hukuman yang kamu terima” Jiyong tidak menjawab hanya memberikan sebuah senyum dan ekpresi wajah yang sangat baik, seolah mengatakan kecemasannya tak beralasan.
Sebuah buku diletakkan seorang prajurit di atas meja sang Deus, buku yang berisi tentang kehidupan Seung hyun dan juga Jiyong. Disana terdapat semua perbuatan dari mereka berdua, bukan hanya itu, tapi terdapat juga perasaan mereka di sana. Dan Hanya sang Deus yang boleh membuka buku itu~buku terlarang.
Sang Deus membuka berlahan buku milik Jiyong, ia dapat mengetahui semua yang tentang Jiyong dalam hitungan detik, hati dan perbuatannya tidak ada yang salah hanya saja perbuatannya dengan Seung hyun begitu fatal. Ia membulak-balik halaman demi halaman, melihat kehidupan Jiyong selama tinggal di Caelo, dari kecil hingga sekarang. Jiyong adalah seorang pangeran yang baik hati, seluruh rakyat Caelo begitu menghormati dan menyukainya. Dan saat semua mengetahui kalau pangeran mereka kabur dari Caelo membuat semua rakyat begitu sedih dan kuatir akan nasib pangeran mereka nantinya. Jiyong juga dikarunia orang-orang hebat di sampingnya, seorang ayah yang bijaksana dan tanggung, seorang ibu yang mencintainya dan selalu menjaganya.
Deus kembali membuka halaman berikutnya, disana tertulis tentang awal mula persahabatannya dengan Seung hyun. Saat di mana Jiyong sedang menjalankan misinya untuk berkunjung ke negeri Infernum. Ia melihat Seunghyun yang sedang berlatih pedang dengan Seungri, diam-diam ia memperhatikan Seung Hyun dan mengaguminya. Ia mulai tertarik dengan Seung Hyun dan setiap kali ada kunjungan ke Infernum, ia selalu pergi ketampat Seung Hyun berlatih, hingga pada suatu saat Seung Hyun menyadari kehadirannya membuatnya marah pada pengunti tersebut. Seung Hyun mengacungkan pedangnya pada Jiyong, tapi melihat matanya yang begitu jujur dan tulus, Seung Hyun menyarungkan kembali pedangnya. Dan pada saat itulah mereka berteman dan akhirnya bersahabat.
Deus menyingkirkan buku yang bertuliskan Jiyong, kemudian menarik buku Seung Hyun. Ia begitu tercengang melihat isi buku itu, ia tidak pernah menemukan sebuah perasaan seperti ini sebelumnya. Seung Hyun yang merupakan pangeran dari negeri Infernum memiliki sebuah hati tulus seperti itu. Sejak lahir ia telah memiliki hati yang begitu baik, namun dengan keadaan negerinya yang mengutamakan keegoisan dan juga kekerasan membuatnya tumbuh menjadi pangeran yang keras. Ia hidup di tuntut untuk hidup seperti sang Praesidum Infernum, ayahnya sendiri. Ia yang sadar akan keadaan terus tunduk dan taat pada semua hukum dan ajaran Infernum, hingga pada akhirnya ia bertemu Jiyong. Jiyong membuatnya hidup seperti yang ia inginkan, menghujaninya dengan cinta dan kebijaksanaan. Jiyong mengajarinya tentang banyak hal mengenai kasih dan cinta, membuat Seung Hyun seringkali melupakan ajaran negerinya sendiri. Ia mulai goyah dengan semua ajaran Praesidem, tidak lagi memerintah dengan kekuatan ataupun kekerasan hingga membuat Praesidem marah padanya.
Awal dimana persahabatan mereka terungkap saat kedua pangeran itu diam-diam sedang bercanda gurau di perbatasan Caelo dan Infernum, tempat teraman untuk kedua pangeran. Perbatasan, tidak akan ada yang menyadari mereka di sana, itu adalah tempat bebas untuk Infernum dan juga Caelo sehingga mereka sering bertemu di sana. Sore itu Seungri yang kebetulan lewat perbatasan melihat sang pangeran berbincang-bincang disana, Seungri yang sangat anti Caelo segera menghapiri mereka dan menyeret Seung Hyun kehadapan Praesidem dan mengatakan tentang mereka berdua. Praesidem begitu marah dan melarangnya keluar istana.
“Aku mohon, biarkan kami hidup bersama.” batin Seung Hyun, membuat sang Deus melirik padanya. Seperti yang dikatakan Jiyong, Deus bisa mendengarkan fikiran dan perasaan setiap makluk. Maka ia mencoba untuk mengetakan isi hatinya. “Bukankah anda begitu agung dan bijaksana, aku hanya ingin bersamanya, cobalah mengerti perasaanku, aku hanya ingin melindunginya.”
Deus terus membolak-balik buku tersebut, “Apa yang membuatmu ingin melindunginya, apa kamu pikir ia tidak dapat melindungi dirinya sendiri?” Seung Hyun tiba-tiba dapat mendengar suara Deus, ia melihat seisi ruangan dengan kebingungan, ia tak yakin dengan suara yang ia dengar. Ia melihat kearah sang Deus dan Dia sedang sibuk membolak-balik buku miliknya. “Jangan takut, mereka tidak dapat mendengarku, jadi katakan apa yang membuatmu ingin terus melindunginya?” lanjutnya.
“Aku, aku hanya berpikir untuk terus melindunginya. Aku ingin terus bersamanya, jadi biarkanlah kami bersama, bukankah anda memiliki kekuatan untuk itu.” sahut Seung Hyun.
“Tapi aku membutuhkan sebuah alasan untuk melakukan hal itu, aku butuh jawaban darimu untuk mengabulkannya.”
Seung Hyun sedikit bingung dengan pertanyaan sang Deus, ia tahu kalau dirinya sangat menyayangi Jiyong. Tapi jawaban apakah yang paling tepat untuk pertanyaan itu.
“Aku, aku mencintainya.”
Jawaban itu membuat Deus melihat langsung padanya. Semua undang begitu ketakutan melihat tatapannya yang tajam pada Seung Hyun.
“ Mencintai, tahu apa Infernum menggenai cinta.” Tantang Deus.
“Aku tahu banyak hal, aku belajar dari Jiyong. Ia mengajariku tentang saling menghargai juga saling mengasihi dan aku tahu perasaan itu ada pada setiap makluk hidup. Setiap makluk yang Engkau ciptakan memiliki hati pada dasarnya, namun mereka berusaha mengingkari hal tersebut, mereka ingin kuat bahkan lebih kuat dari siapapun dengan menyampingkan hati mereka. Tapi aku, aku tidak ingin mengabaikan perasaan yang Engkau beri untuk mencintai, aku ingin mencintai semua yang Engkau ciptakan. Dan aku belajar tentang itu semua dari seorang Kwon Jiyong, dan dia adalah yang pertama aku cintai dalam hidupku. Bahkan kedua orangtuaku pun tidak pernah mengajariku hal itu, sehingga aku tumbuh menjadi seorang pangeran yang keras. Aku tidak mau seperti itu lagi, aku ingin hidup sebagaimana aku mestinya, tapi sepertinya Infernum tidak menginginkan perubahan dan sepertinya memang itu tidak akan pernah berubah. Maka aku memutuskan untuk pergi meninggalkan Infernum dan tinggal di bumi, disana kami hidup tanpa siapapun yang menghalangi.”
Perkataan Seunghyun semua benar, ia sadar dengan perbuatannya tapi ia rela melakukannya. Itu mengatakan kalau dirinya tidak akan pernah menyesal dan siap untuk hukuman terberatnya. Sang Deus menghela nafas, kemudian melirik pada Jiyong yang selalu terlihat tenang, ia bertanya ; “Apa yang harus aku lakukan pada kalian?” tanyanya.
“Aku akan menerima hukuman apapun yang Engkau berikan, semuanya adalah yang terbaik dariMu.” Jawaban yang singkat namun mengena.
Sang Deus bangkit berdiri, ia menghela nafas dalam.
“Setelah memeriksa semua dokumen kehidupan mereka, aku tahu apa yang harus aku lakukan sekarang.” Sang Deus menghela nafas dalam. “Aku memutuskan untuk memusnakan mereka, ini adalah yang terbaik untuk mereka. Caelo dan Infernum tidak cocok dengan mereka, tidak akan ku biarkan siapapun untuk melanggar peraturan, jadi ini adalah hukuman untuk mereka.”
Semua menarik nafas panjang, rela tidak rela mereka harus menerima keputusan sang Deus.
“Sekarang, lihatlah ini adalah hukuman untuk siapapun yang melanggar hukum Infernum maupun Caelo. Semua yang tertulis diatas buku perjanjian adalah abadi, tidak boleh dilanggar.” Serunya pada seisi ruangan.
Semua berdiri, ketakutan dan kesedihan terlihat jelas di wajah mereka. Dux terlihat tidak rela melihat putranya Jiyong harus meninggalkan Caelo, tapi apa yang harus ia lakukan untuk putranya itu. Tidak ada, selain iklas.
“Ini adalah hasil dari perbuatan kalian, terimalah hukumanya.” Serunya mengeluarkan sebuah benda dari udara. Bentuknya seperti ball bening dan di dalamnya ada cairan berwarna abu-abu. Sang Deus mengambil sedikit dari dalam wadahnya dan meletakkanya di atas kepala Seung Hyun, dan beberapa saat kemudian, ia menghilang entah kemana membuat kericuhan. Semua yang hadir bertanya-tanya hukuman apakah yang diberikan pada mereka berdua, karena seperti biasanya tidak ada yang tahu rencana sang Deus.
“Aku harap kalian hidup dengan bahagia setelah ini.” bisik Deus pada Jiyong, “Aku tahu apa yang di pikirkan oleh Seung Hyun, seharusnya aku berterima kasih padamu karena kamu membawa sebuah hati padaku. Kamu berhasil meluluhkan hatinya yang begitu keras dan kasar, bahkan aku pun tak sanggup menembusnya, tapi kamu berhasil membawanya padaku. Terima kasih.”
Lagi-lagi sang Deus melakukan hal yang sama pada Jiyong, dan sebelum ia meninggalkan Curia, ia tersenyum pada Dux dan mengucapkan salam perpisahan. Jiyong pun ikut lenyap bersama Seung Hyun entah kemana torongan waktu itu membawa mereka, dan sepertinya sebuah kehidupan baru telah menunggu mereka jauh dari Caelo dan Infernum. Itulah yang terbaik untuk mereka, menurut Caelo mereka dapat hidup seperti yang mereka inginkan. Bukankah kunci kehidupan adalah hati. Hati adalah ciptaan yang paling sempurna yang tidak akan pernah berubah, namun terkadang keegoisan dan keinginan lebih kuat darinya sehingga terkadang diabaikan. Siapa yang mampu menjaga hatinya akan mendapatkan tempat indah di manapun ia berada, tidak di bumi, Caelo terkecuali Infernum.
BEBERAPA RATUS TAHUN KEMUDIAN. Seorang anak kecil dengan tubuh kurus tinggi sedang duduk diatas ayunan taman. Ia sedang menunggu seseorang, dengan ice cream ditangannya ia menjilatinya seperti anak kucing yang sangat lucu. Ada sedikit lelehan ice cream menempel di pipi pucatnya. Sekarang adalah musim dingin di Bumi, tapatnya Korea Selatan. Pria kecil itu tidak menghiraukan dinginnya cuaca, ia tetap berada disana menunggu seseorang yang sangat ia rindukan. Ia baru pergi beberapa hari untuk mengikuti tes beasiswa di kota Seoul, namun baginya itu sudah terasa berabat-abat lalu. Janjinya, kakaknya akan pulang siang ini, tapi hingga sekarang yang ditunggu tak kunjung datang, ia sudah merindukannya.
Pria kecil itu terus mengayukan ayunannya, melayang di udara membuatnya begitu nyaman. Menghirup udara dingin yang seolah merobek tengerokkannya tidak membuatnya lelah. Ia terus menunggu dan menunggu, dan kerena lelah mengayun ia menghentikannya dan memilih untuk diam. Tapi beberapa saat kemudian ayunannya kembali melayang keudara, namun itu bukan dia ada seseorang yang mendorong ayunannya dan ternyata itu adalah Seung Hyun. Kakak yang sangat ia rindukan beberapa hari ini.
“Apa kamu sangat merindukanku hingga menungguku di tengah badai salju ini?” serunya terus mendorong ayunan Jiyong.
“Hyung, apakah kamu lulus dengan nilai baik?” serunya.
“Apakah kamu sungguh mencemaskanku ataukah karena tidak yakin?” godanya.
“Aku percaya, kalau hyung adalah orang yang sangat pintar dan tidak ada alasan untuk tidak lulus.” Jawabnya.
“Kalau begitu, kenapa kamu bertanya?”
“Aku hanya ingin mendengarnya sendiri.” sahutnya.
“Baiklah,” Seunghyun menangkap ayunan Jiyong dan ia menghadap adik kecilnya. Ia dapat melihat wajah adiknya sangat pucat, ia tahu kalau Jiyong kecilnya sangatlah mengharapkan kepulangannya karena ia begitu kesepian. Kematian kedua orang tuanya membuat Seunghyun harus menghidupi adik dan juga dirinya. ia adalah siswa yang pandai dan pekerja keras, ia selalu melakukan yang terbaik untuk adiknya. “Kita akan pindah ke Seoul.” Ujar Seunghyun manatap lekat-lekat pada adiknya itu.
“Baiklah, aku setuju.” Sahut Jiyong girang, walaupun sebenarnya ia ingin tinggal di Busan bersama orang tuanya, tapi ia harus melanjutkan hidupnya bersama Hyung-nya. Kedua orang tuanya telah pergi, yang ada hanyalah gundukan tanah yang menyembunyikan jasad mereka.
“Apakah kamu tidak apa-apa?” tanya Seung Hyun selembut mungkin.
“Hyung, apakah aku selemah itu. Aku adalah adik dari Park Seung Hyun, jadi tidak ada alasan untuk sedih ataupun sejenisnya. Ayo kita pergi.”
Jiyong kecil menarik tangan Seung Hyun menuju rumah mereka dan dengan canda tawa mereka terlihat sangat bahagia. Kedua kakak beradik yang begitu mencintai satu sama lain. Walaupun diberi cobaan yang begitu berat, mereka mampu melewatinya dengan tabah. Dan itu adalah bukti dari cinta mereka yang akan abadi hingga kapanpun, di dunia dan kehidupan yang berbeda tidak ada yang membuat cinta mereka pudar sidikitpun.
“Mereka terlihat bahagia, Seung Hyun memiliki hati luas dan ia menepati janjinya untuk menjaga Jiyong.”
Sang Deus terlihat mengamati mereka dari kejauhan, dan dari awal mereka lahir ke Bumi Deus sang pemilik seluruh dunia telah memperhatikan mereka berdua. Memelihara mereka dengan sebaik baiknya dan memberikan yang terbaik untuk mereka karena hati mereka berdua begitu tulus.
The End.