“Aku pulang!” ucap Kyungsoo sambil melangkah gontai memasuki rumahnya. Ia baru saja pulang berlatih baseball di sekolahnya. Terdengar suara tawa dari ruang keluarga.
Ah, Kyungmin hyung pulang rupanya, batin Kyungsoo mengembangkan senyumnya. Ia segera berjalan menuju ruang keluarga untuk menyambut hyungnya itu. Namun langkahnya terhenti begitu menginjakkan ruang keluarganya. Matanya membelalak melihat dongsaeng dan hyungnya sedang cekikikan sambil memegang dan membaca sesuatu yang sangat tidak asing baginya.
“Ya! Mi-ah! Dari mana kau dapatkan itu?” bentak Kyungsoo mengagetkan dua orang di depannya itu. Keduanya langsung mendongakkan kepalanya menatap Kyungsoo sambil menahan tawa.
“Kyungsoo-ya! Kau sudah pulang, kau tidak ingin menyapa hyungmu ini dulu? Kau tak merindukanku?” ucap hyungnya.
“Ah, hyung! Bogoshipo. Aku tak menyangka kau pulang bulan ini. Bagaimana bisnismu di Jerman hyung?” balas Kyungsoo sambil memeluk hyungnya, “Kembalikan itu Mi-ah!” lanjut Kyungsoo sambil sedikit membentak dan berusaha meraih buku yang digenggam dongsaengnya itu, tanpa memberi kesempatan hyungnya menjawab pertanyaannya.
“Andwae oppa!” balas Kyungmi menjauhkan buku itu dari jangkauan Kyungsoo.
“Dari mana kau dapatkan itu?” tanya Kyungsoo yang wajahnya mulai memerah.
“Ige? Dari laci meja di kamar depan. Min oppa yang menemukannya. Wae oppa? Ige mwoya? Diarymu yaaa?” goda Kyungmi. Kyungmin ikut tersenyum sambil mengacak rambut Kyungmi.
“Kau sudah membacanya, tentu saja kau tahu kalau itu diaryku. Haish, berikan sekarang!” bentak Kyungsoo.
Kyungmi tidak menggubris ucapan hyungnya sama sekali dan malah membaca keras-keras diary yang ia genggam itu, “Kyungmi lagi, Kyungmi lagi. Aku benar-benar membencinya. Dia menghancurkan semua tugasku hari ini. Menuangkan susunya di atas kanvasku. Dan saat aku membentaknya dia malah menangis dan melaporkannya pada hyung. Bisa kau tebak? Selalu aku yang kena marah hyung. Selalu aku. Dunia memang tidak adil...” ia menutup diary oppanya itu.
“Pfft, hahahaha...” Kyungmi dan Kyungmin tertawa terbahak-bahak membaca buku diary milik Kyungsoo itu. Kyungsoo terlihat begitu panas.
“Oppa, kau menulis ini saat kau masih SD kan? Bagaimana oppa bisa tahu ungkapan ‘dunia memang tidak adil’ seperti ini?” tanya Kyungmi dengan nada menggoda.
“Hentikan! Tidak lucu sama sekali!” bentak Kyungsoo sambil mengepalkan tangannya dan mengangkatnya setinggi dagu.
“Yaaa! Kyungsoo! Apa yang akan kau lakukan? Jadi seperti ini kau mendidik adikmu? Kau akan memukulnya? Hanya karena hal kecil seperti ini? Kalian sudah dewasa, sudah SMA!” bentak Kyungmin melihat tingkah adik pertamanya itu.
“Molla! Kau lihat sendiri kan Mi-ah? Hyung selalu membelamu!” ucap Kyungsoo sambil membanting tas yang dibawanya ke lantai dan segera berlari menuju kamarnya. Brakk! Kyungsoo membanting pintunya keras.
“Mwoya... Soo oppa memang tidak asik. Begitu saja marah,” ucap Kyungmi.
“Ani, dia tidak marah. Dia hanya malu kita membaca rahasianya, hahaha” Kyungmin mengusap rambut dongsaengnya itu lembut.
“Geure, kalau begitu kita tidak usah melanjutkan membaca ini, aku tidak mau dibenci Soo oppa,”
“Yaaa, dia tidak akan membencimu, dia menyayangimu hanya saja dia tidak tahu cara mengungkapkannya Mi-ah. Ayo kita baca lagi saja, lagipula ini lucu,” balas Kyungmin cengengesan.
“Jinjja? Ottoke arra? Lihat ini oppa. Tidak ada satu halaman pun disini yang tidak membahas kebencian Soo oppa padaku,” Kyungmi menunjuk tiap halaman di diary Kyungsoo yang Kyungmin temukan tadi saat ia bersih-bersih di kamar depan yang sudah lama tidak dipakai. Bulan ini Kyungmin akan tinggal di Korea. Sebelumnya Kyungmin tinggal di Jerman untuk mengurus bisnisnya dan sudah beberapa bulan tidak pulang ke Korea.
Kyungmin hanya tersenyum. Tidak kah kau sadar, Mi-ah? Itu artinya hampir setiap hari ia selalu memikirkanmu, bahkan sampai semua halaman di diarynya saja berisi tentangmu, ia sangat menyayangimu, batin Kyungmin.
...
Kyungmin, Kyungsoo, dan Kyungmi adalah saudara. Orang tua mereka meninggal sejak Kyungmi masih belum sekolah. Kyungmi hanya berjarak dua tahun dengan Kyungsoo, sedangkan dengan Kyungmin ia berjarak sepuluh tahun. Sejak kepergian kedua orang tua mereka, Kyungmin lah yang menjadi tulang punggung keluarga itu, walaupun beberapa kerabat kerap membantu mereka. Namun Kyungmin tetap selalu merasa bahwa Kyungmi dan Kyungsoo adalah tanggung jawabnya, dan ia tidak ingin menyulitkan kerabatnya yang lain, karena itulah ia selalu berusaha keras dan bekerja demi kedua dongsaengnya. Ia juga begitu menyayangi dongsaengnya, dan ia selalu mengajarkan kemandirian pada keduanya.
“Jika hyung sedang bekerja, tugas utamamu adalah menjaga Kyungmi. Jangan biarkan apapun melukainya,” hal itu yang selalu ia katakan pada Kyungsoo. Sejak saat itu, Kyungmi terbiasa menghabiskan hari-harinya dengan Kyungsoo. Terutama saat Kyungmin bekerja. Apalagi semenjak tiga tahun yang lalu, Kyungmin memperlebar bisnisnya hingga ke luar negeri, sehingga ia sangat jarang pulang ke Korea.
...
“Mi-ah, apakah dia selalu seperti itu sejak dulu? Selalu memarahimu? Selalu hendak memukulmu?” tanya Kyungmin pada dongsaeng yang begitu ia sayangi itu. Ia merasa bersalah kurang memperhatikan Kyungmi karena terlalu sibuk bekerja.
“Molla oppa. Soo oppa tidak pernah benar-benar memukulku, dia hanya mengancamku. Tapi aku tidak pernah menganggapnya marah. Ia hanya tegas kepadaku, kadang memang aku salah dan membuatnya seperti itu. Aku harap Kyungsoo oppa tidak benar-benar membenciku,” ucap Kyungmi sambil meletakkan kepalanya di paha Kyungmin dan membaringkan tubuhnya. Untuk bermanja-manja dengan Min oppa. Sudah lama ia merindukannya, ia tidak pernah bisa bermanja-manja dengan Soo oppa, karena tentu saja, Kyungsoo tidak akan mau melakukannya.
Kyungmin membelai lembut kepala dongsaengnya itu. “Ah, Kyungsoo memang keras. Dia bersikap seperti itu karena dia sangat mengkhawatirkanmu. Dia sangat menyayangimu tapi tak tahu apa yang harus ia lakukan dengan itu. Kau tahu kan, dia terkenal sebagai cool namja dan terkenal karena sikapnya yang kaku?”
“Geure. Ah, oppa. Oppa harus tahu waktu aku membawa namjachinguku ke rumah. Bahkan Soo oppa sampai membolos latihan baseball hanya untuk memata-matai apa yang kami lakukan. Dan saat namjachinguku pulang, Soo opa langsung menceramahiku. Soo oppa memang tidak asyik. Dan yang paling buruk, akhirnya aku harus putus dengan namjachinguku gara-gara ia tidak tahan dengan sikap Soo oppa,” Ucap Kyungmi mendengus kesal.
“Jinjja? Hahahaha, dia lucu sekali. Kalian kan sudah dewasa, kenapa dia overprotective seperti itu, hahaha.” Kyungmin mencubit pipi dongsaengnya itu gemas.
“Aku benar-benar tidak mengerti Soo oppa. Aku kadang capek menghadapi oppa yang overprotective seperti itu. Mungkin dia memang benar-benra membenciku. Aku rindu oppa yang manis dan tidak pernah memarahiku seperti Min oppa. Oppa, tidak bisakah kau saja yang menjagaku? Jebal... Aku tidak pernah merasakan usapan lembut di kepalaku kalau aku harus bersama Soo oppa terus, ia tidak pernah melakukannya. Ah, pantas saja Soo oppa tidak pernah punya pacar, siapa juga yang mau?”
Kyungmin hanya tertawa mendengar cerita Kyungmi.
“Mi-ah, suaramu itu sangat keras, nanti Kyungsoo mendengarnya, kamarnya kan hanya di situ,” ucap Kyungmin menahan tawa sambil menunjuk pintu kamar Kyungsoo yang sedikit terbuka.
“Ah, biarkan saja. Aku sengaja berbicara dengan volume sekeras ini agar Soo oppa bisa mendengarnya,” jawab Kyungmi ketus.
...
“Mi-ah, oppa punya suatu rencana. Mungkin kau akan terkejut nanti saat melakukannya. Apa kau mau mendengarnya?” tanya Kyungmin tiba-tiba dengan setengah berbisik.
“Rencana apa?” Kyungmi balas bertanya dengan penuh rasa penasaran.
“Rencana yang akan membuatmu sangat terkejut, kau mau?”
Kyungmi segera bangkit dari tidurnya. “Mau!” ucapnya bersemangat tanpa tahu apa rencana oppanya.
“Sini, oppa beri tahu,” Kyungmin segera mendekatkan dirinya ke telinga Kyungmi dan membisikkan rencananya.
“Pura-pura tidur setelah makan malam? Itu rencana oppa? Memang kenapa kalau aku lakukan itu?”
“Sudah lakukan saja, kau tidak akan menyesal,” ucapnya sambil tersenyum.
...
Benar saja, setelah makan malam bersama, Kyungmi langsung melancarkan rencana yang ia susun dengan Kyungmin.
“Eodiga?” ucap Kyungsoo yang heran, tidak biasanya Kyungmi pergi setelah makan malam. Biasanya ia akan merengek-rengek pada Kyungsoo untuk menonton film bersama.
“Aku lelah hari ini oppa, aku ingin tidur duluan,” ucap Kyungmi.
“Tidur? Setelah makan? Kau bisa jadi gendut, Mi-ah. Tunggulah sampai makananmu tercerna dengan baik,” balas Kyungsoo.
“Oppa! Yang bisa jadi gendut kan aku, kenapa oppa yang khawatir?” jawab Kyungmi ketus.
Melihat tingkah kedua dongsaengnya yang sejak tadi bertengkar, Kyungmin hanya tersenyum, sebelum akhirnya ia membuka suara, “Sudahlah, kalau kamu lelah tidur saja, Mi-ah. Kau juga boleh tidur Kyungsoo,”
“Geure,” ucap mereka serempak lalu melesat masuk ke kamar masing-masing.
...
Jam sudah menunjukkan pukul 11. Namun belum ada tanda-tanda apapun yang Kyungmi rasakan. Sudah berjam-jam ia menutup matanya untuk berpura-pura tidur seperti rencana oppanya. Sebenarya apa sih maksud Min oppa? batinnya penasaran. Beberapa kali Kyungmi benar-benar tertidur karena pura-pura tidur rasanya melelahkan juga.
...
Kreek... pintu kamar Kyungmi terbuka. Seseorang berjalan masuk dengan langkah kaki yang sangat pelan dan lembut. Seseorang itu segera mendekati Kyungmi yang terlihat telah memejamkan matanya.
“Mi-ah, kau sudah tertidur?” ucap seseorang itu sambil mengelus lembut pipi Kyungmi. Dia adalah Kyungsoo. Sudah menjadi kebiasaanya sejak dulu, sebelum ia tidur, Kyungsoo selalu menyempatkan diri untuk menghampiri kamar dongsaengnya. Suatu kebiasaan yang tidak pernah Kyungmi tahu, karena ia selalu tengah terlelap dalam mimpinya saat Kyungsoo datang.
Kyungsoo segera menempatkan diri duduk di atas kasur, di samping Kyungmi, tanpa membangunkan Kyungmi dari tidurnya.
“Mi-ah, kau benar-benar tertidur? Mianhae, oppa tadi memarahimu... Em, apa kau mau oppa bacakan dongeng sebelum tidur?” ucapnya begitu lembut sambil meraih buku-buku dongeng koleksi Kyungmi saat ia masih kecil. Kemudian ia mulai membacakan salah satu dongeng favorit Kyungmi dengan suara yang begitu lembut dan menenangkan.
Kyungsoo meletakkan kembali dengan hati-hati buku dongeng itu ke atas meja setelah selesai membacakannya. Ia tersenyum sejenak memperhatikan wajah cantik dongsaengnya itu yang diturunkan dari wajah Eommanya yang juga begitu cantik.
“Mi-ah, maaf oppa tidak pernah bersikap lembut seperti yang kau inginkan. Oppa mendengar pembicaraanmu dengan hyung tadi. Oppa tahu kau ingin oppa berubah. Oppa selalu ingin bisa bersikap seperti Min hyung. Tapi entah mengapa oppa tidak bisa, oppa merasa tidak menjadi diri sendiri jika oppa berusaha untuk menjadi seperti Min hyung. Tapi percayalah Mi-ah, oppa tidak pernah benar-benar membencimu. Bahkan oppa sangat menyayangimu lebih dari yang kau tahu, Mi-ah...” ucap Kyungsoo sambil membenarkan posisi bantal dongsaengnya itu.
“Tentang diary itu, oppa memintamu untuk tidak membacanya karena oppa takut kau akan semakin mengaggap oppa membencimu. Kau tahu Mi-ah, saat kecil oppa memang sangat kekanakan, selalu merasa semuanya tidak adil, terutama tentang rasa sayang yang selalu hyung berikan padamu, oppa iri. Namun kini oppa sadar, sudah seharusnya kau mendapatkan itu, dan tidak seharusnya oppa iri padamu. Justru oppa yang harusnya menjagamu,"
Kyungsoo terdiam beberapa saat, memperhatikan garis wajah dongsaengnya yang sangat ia sayangi itu, "Mungkin kau tidak pernah mengerti Mi-ah, setiap hari oppa memikirkanmu, memikirkan keadaanmu, oppa selalu ingin menjagamu. Mungkin pula karena itu, hampir setiap halaman di diary itu, oppa menuliskan namamu. Sejak kepergian Eomma dan Appa, hyung selalu bekerja keras untuk kita, karena itu oppa selalu merasa inilah tugas oppa, tanggung jawab oppa, untuk selalu menjagamu. Dan memastikan bahwa kau baik-baik saja, Mi-ah. Maaf kalau kau anggap oppa overprotective, oppa hanya sangat mengkhawatirkanmu. Oppa begitu menyayangimu. Sekali lagi maaf Mi-ah, oppa tidak bisa seperti Kyungmin hyung. Oppa begitu menyayangimu, oppa menyayangimu dengan cara oppa... Oppa harap kau mengerti...” Kyungsoo berbicara panjang lebar dengan suara yang sangat lirih tidak ingin membangunkan adiknya.
“Saranghae, Mi-ah. Selamat tidur. Maaf kalau kau selalu merasa lelah menghadapi oppa,” Kyungsoo mengecup lembut dahi dan pipi Kyungmi, lalu mencubit pelan hidung dongsaengnya itu sebelum beranjak untuk kembali ke kamarnya.
Tiba-tiba tangan Kyungsoo ditarik pelan.
“Kyungmi-ah? Kau belum tidur?” tanya Kyungsoo kaget.
Dari dulu ia sengaja tidak pernah membangunkan Kyungmi di saat-saat seperti ini karena Kyungsoo memang tidak bisa untuk mengucapkannya secara langsung. Ia terkenal sebagai namja yang begitu cool dan kaku. Bahkan untuk sekadar mengucapkan ‘saranghae’ di depan dongsaeng atau hyungnya pun ia tidak pernah melakukannya.
Sebenarnya ia sangat ingin untuk mengungkapkan perasaan sayangnya itu pada dongsaengnya, namun ia terlalu malu entah mengapa. Karena itu ia selalu mengungkapkannya saat Kyungmi tertidur. Kyungsoo percaya, walau Kyungmi tidak mendengarnya secara langsung, namun ia dapat merasakannya.
“Oppa mengapa disini?”
“Sejak kapan kau terbangun?” Kyungsoo berbalik tanya. Ia terlihat salah tingkah.
“Baru saja, wae? Aku merasakan seseorang mencubit hidungku lalu aku terbangun. Apa itu kau oppa?”
“Oh... iya, hahaha. Aku hanya ingin memastikan apa kau sudah tertidur. Dan ternyata kau benar sudah tertidur. Wajahmu saat tidur sangat manis sampai aku ingin mencubitnya,” jelasnya salah tingkah.
“Geure? Ah, gomawo oppa...”
“Gomawo? Untuk apa?” tanya Kyungsoo bingung.
“Ani, aku hanya merasa senang saja oppa menengokku untuk memastikan apa aku telah tertidur. Aku tidak pernah menyangka...”
Belum selesai Kyungmi berkata, Kyungsoo sudah menyela. “Sudahlah, kau tidur lagi. Katanya lelah?” ucap Kyungsoo sambil menarik selimut Kyungmi sampai ke leher.
“Gomawo oppa, selamat tidur...”
Kyungsoo segera beranjak pergi dari kamar Kyungmi dan bernafas lega apa yang ia lakukan tidak ketahuan. Karena ia akan merasa sangat malu jika Kyungmi mengetahuinya.
Ah, jadi mungkin ini yang Min oppa maksud. Min oppa tahu kalau Soo oppa akan datang ke kamarku. Aku memang tidak tahu apa yang Kyungsoo oppa katakan saat aku tertidur tadi. Tapi aku bisa mendengar samar-samar suara Soo oppa mengucapkan kata ‘saranghae’ padaku. Kata ‘saranghae’ pertama yang aku dengar dari mulut Soo oppa. Dan itu sudah benar-benar membuatku bahagia. Bahkan untuk mengetahui bahwa Kyungsoo oppa datang ke kamarku saja sudah sangat membuatku merasa lega sekaligus bahagia. Aku pikir selama ini oppa tidak menyukaiku. Ternyata aku salah. Apapun itu, gomawo Soo oppa, kau selalu menjagaku. Gomawo Min oppa, kau selalu memberiku kasih sayang seperti yang aku inginkan. Saranghae.