“Jihoon!” Kim Taehyung merangkulku. Aku tersenyum padanya. Dia sahabatku, laki-laki berambut semi-cokelat, tinggi 176, sangat terobsesi oleh Bigbang terutama G-dragon, hobinya menghabiskan waktu bersamaku. Kami berteman sejak di Sekolah Dasar. Percayalah, dia selalu memilih sekolah yang sama denganku. SELALU. Sekarang kami belajar di Seoul National University. Taehyung termasuk siswa yang pintar, seumur hidup aku menjadi temannya tidak pernah aku melihatnya lepas dari peringkat 5 besar. Teman lainnya? Tak ada lagi. Hanya aku temannya, dan hanya dia temanku. Mungkin karena kami aneh. Ya, bagi anak-anak lain kami sangat aneh. Aku sendiri tidak tahu apa yang membuat mereka berpikir kalau kami aneh.
“Tae! Aku mencarimu sedari tadi pabo..” Seruku memukul bahunya. Well, Here I am. Namaku Cho Jihoon, gadis berambut hitam ikal panjang, tinggi hanya 155, sama halnya dengan Taehyung aku juga terobsesi oleh G-dragon, hobiku membantu Taehyung melakukan hobinya. Usiaku dan Taehyung hanya berjarak 3 bulan. Aku lebih Tua. I don’t even care LOL.
“kkk aku juga mencarimu…” balasnya terkekeh dengan gigi rapat. Melihatnya terkekeh aku jadi ikut terkekeh, dan kami terkekeh geli satu sama lain. Saat ramai, ditengah kantin.
“Kau bodoh..” kataku masih terkekeh entah apa yang terjadi yang pasti ini sangat menggelitikku.
“Kau juga…” Taehyung makin terkekeh geli.
Seisi kantin melihat kearah kami dengan tatapan aneh. Aku mengatur nafas agar dapat berhenti terkekeh. “Hentikan pabo.. “ tegurku mencubit lengannya.
“Aissh, sakit jihoon” keluhnya mengusap lengan. “Kajja pulang..” ajakku menarik tangannya dan melangkah pergi dari kantin. Kami sudah tidak ada kelas untuk hari ini, jadi lebih baik kami pulang sebelum anak-anak lain yang memutuskan untuk pulang karena kami stay di kantin. Haha.
“Nyalakan musiknya..” aku menekan tombol Mp3 mobil taehyung. KIMI WA MY BEAUTIFUL HANGOVER~ HANGOVER~ . Bigbang – Beautiful Hangover adalah lagu favoritnya.
“Mau kemana kita hari ini? Aku malas pulang” Tanya Taehyung seraya fokus menyetir. Selalu seperti ini, pulang kuliah tapi tidak mau pulang kerumah.
“Kemana saja…” jawabku santai.
#drrrttt. Ponsel Taehyung bergetar. Incoming call from ‘Jungkookie’ . Oh ya aku lupa bilang, Taehyung bukan anak tunggal sepertiku. Dia memiliki adik laki-laki yang sangat tampan bernama Jungkook. Nama yang aneh memang untuk manusia setampan adik Taehyung. Wajah Jungkook memang mirip dengan Taehyung, tapi perilaku mereka berbeda jauh. Jungkook normal, tidak seperti Hyungnya.
“biarkan saja..” acuh Taehyung melirik ponselnya. Taehyung tidak begitu akur dengan Jungkook. Seringkali mereka memperdebatkan hal yang tidak penting. Whatsoever, aku tidak bisa membohongi perasaanku, aku menyukai Jungkook.
“Aish..” desisku lalu mengangkat teleponnya.
“Yeoboseyo” sapaku. “Yeoboseyo, Jihoon nuna?” balas Jungkook diujung telepon. Kyaaaa dia mengenali suaraku.
“Nae, ada apa?” tanyaku mencoba stay cool. “aish sudah kuduga dia tidak mau mengangkat teleponku” keluh Kook. “Tolong katakana padanya, Umma menyuruhnya pulang lebih awal, ada tamu penting yang akan datang kerumah” lanjut Kook member info.
“Oh begitu, memang siapa tamunya?” tanyaku lagi jadi ingin tahu. Aku melirik Taehyung, Taehyung melirikku. “Entah nuna aku juga tidak tahu..”
“Baiklah akan kusampaikan.. “ kataku lembut. “Ahh baiklah, Gomawo Jihoon Nuna, Jalgayo..” Jungkook mengakhiri teleponnya. Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa Jalgayo katanya *A*
“Apa katanya?” Tanya Taehyung lekas. Belum juga aku melepas ponselnya dari telingaku.
“Jalgayo..” , “Eh I mean, Kau harus segera pulang hari ini, ada tamu penting yang akan datang kerumah” jawabku tersenyum. Aku masih terbayang suara Jungkook tadi. Jalgayo? Ahhhh~ Dia sangat perhatian.
“Tamu? Ahh.. lalu kau bagaimana?” Taehyung menyetir kearah Perumahan dimana rumahku dan Taehyung berada. “Ya antarkan saja aku pulang, Ikuti apa yang ummamu katakan”
“hmm… kau ikut kerumahku saja” Ajaknya melihatku. “Aniya~ itu tamu penting Tae.. Listen to your mom” tolakku, walaupun sebenarnya ingin sekali bertemu dengan Jungkook.
“Wae geurae? Ummaku tidak bilang tidak boleh membawamu kan?” , “no Tae.. antarkan aku pulang, besok pagi-pagi sekali kita pasti bertemu. Malam ini kau bisa meneleponku kan? Kita masih punya banyak waktu” jelasku mengusap bahu Taehyung. Ia mengangguk tidak rela. “Baiklah..”
Finally, He picked me to my home. “Gomawo ne pabo” Kataku tersenyum padanya. Aku suka memanggilnya Pabo, terdengar special. Tak lupa ber-HighFive khas kami sebelum berpisah. “Besok pagi aku menjemputmu.. “ Ucapnya tidak bersemangat seolah ingin segera besok pagi. Aku mengangguk lalu beranjak masuk.
***
“Kau sudah katakan pada hyungmu kan?” Tanya Kim Ahjumma yang sudah rapih. “Nae, Umma” Jawab Kook lekas. “Dimana dia sekarang? Sebentar lagi mereka akan tiba. Hyungmu memang susah sekali diatur” Kim Ahjussi juga sudah rapih.
“Aku disini..” Sahut Taehyung yang mendengar perkataan Appanya barusan. “Oh syukurlah.. cepat ganti pakaianmu dengan kemeja yang sudah umma siapkan dikamarmu” Umma mereka terlihat repot seraya merapihkan kemeja yg dikenakan Jungkook. “Siapa tamunya?” Tanya Taehyung masuk kekamarnya. “Umma siapa tamunya?” Jungkook mengulang pertanyaan Hyungnya.
Tidak ada jawaban. Taehyung keluar kembali dengan setelan kemeja yang ummanya siapkan, dua kancing atas bajunya sengaja tidak dikancingkan. “Haish, kenapa kau mewarnai rambut dengan warna aneh ini?” Appa mereka protes melihat rambut semi-cokelat Taehyung. Rambutnya sudah setahun seperti itu, tapi sang appa baru protes hanya karena tamu yang akan datang.
Taehyung hanya diam mendengarkan ocehan appanya. “Kim Taehyung! Kancing bajumu yang benar, lihat Jungkook!” tegur sang umma. “aish..” Taehyung akhirnya merapatkan semua bagian kemejanya. “Tadi aku juga seperti mu, tapi umma menutupnya” keluh Kook yang berdiri disebelah Taehyung. Tingginya sama. Taehyung melihat Kook datar. “apa hyung?” , “kenapa kau cepat sekali bertambah tinggi?” Ia memegang kepala kook dengan satu tangan. “aaaa hyung lepaskan! Itu karena aku rajin berolahraga..” Kook menghempas tangan hyungnya.
#TingNong. Bel rumah keluarga KIM berbunyi. Membuat seisi rumah menengok kearah pintu depan. “Mereka datang, siap-siap semua” Kim ahjussi siap membuka pintu, sedangkan Kim ahjumma menarik Taehyung dan Jungkook untuk duduk manis disofa.
Pintu dibuka. Kim ahjussi memimpin tamunya untuk masuk kedalam. Bukan satu orang, tapi satu keluarga. Keluarga kecil yg terdiri dari Ayah, Ibu, dan Gadis seusia Taehyung. Kim Ahjumma, Taehyung dan Jungkook berdiri serta memberi salam ketika mereka masuk.
“Kau?” Taehyung menunjuk si gadis. “Kim Taehyung?” balas si gadis, terlukis senyum kecil saat si gadis melihat wajah Taehyung. “Eo kalian saling kenal?” Tanya Kim Ahjumma excited.
***
Malam ini terasa sangat sunyi dan berlangsung sangat lama tanpa Taehyung bergurau bersamaku. Aku membaringkan tubuh diranjang milikku. “Jihoonahh, ayo makan” Umma membuka pintu kamarku. “Nae, umma.. tapi aku tidak lapar, mungkin aku hanya akan minum susu malam ini” kataku menghampiri umma lalu mengecup keningnya.
“Kau yakin sayang?” Umma menegaskan seraya mengusap pipiku. Aku mengangguk manis. “Baiklah, segelas susu coklat akan tiba dalam 15 menit” seru ummaku beranjak kedapur. Ummaku memang umma terbaik di dunia.
Aku menutup pintu kamar, terasa sekali angin malam ini berhembus kencang menelusup masuk kekamarku melalui jendela. Aku hendak menutup jendela kamarku, namun pemandangan bulan menarik perhatianku untuk berdiam dan menatap kagum akannya. Bulan selalu terlihat sangat cantik, tapi kenapa selalu sendirian?
Pertanyaan bodoh. Bulan memiliki ribuan teman yang hanya akan terlihat sempurna oleh mata manusia jika Bumi dalam keadaan gelap, yaitu Bintang. Itu penjelasan yang aku dapat dari Taehyung, dia pabo tapi genius. Entah apa yang ingin aku katakan. Aku menoleh ke kaca jendelaku, Terukir namaku dan namanya di Kaca bagian atas. Taehyung mengukirnya menggunakan pisau buah saat bermain dikamarku. Aku benar kan? Dia memang pabo.
“Jihoon..” Umma masuk dengan segelas susu coklat yg sangat menggoda. “Jeongmal Gomawo umma, I love you..” Aku meneguk sekali lalu tersenyum ala bocah 5 tahun. “Semua untuk Putri kesayangan umma..” Ucap ummaku tulus. Ia membesarkanku seorang diri, Appaku telah meninggal saat aku masih sangat kecil. Hal apa yang paling aku kagumi di Dunia ini? Ummaku.
“Kemana Taehyung? Biasanya masih main disini..” Tanya umma melihat-lihat frame fotoku dan Taehyung di meja. “Dia dirumah, Jungkook bilang ada tamu penting yang akan datang tadi” jawabku menghabiskan langsung susu coklat nikmat itu. Umma mengangguk mengerti.
“Umma kembali kedepan ya, umma masih harus melanjutkan pekerjaan, jangan tidur malam malam” Kata umma mengusap kepalaku. Pekerjaannya pasti menumpuk, dia seorang Wanita Karir. “Nae umma..” sekali lagi aku mengecup kening ummaku. Ia tersenyum kemudian melangkah keluar kamarku.
***
#BRAKK. Taehyung menutup pintu kamarnya sangat kencang. Ia sangat kesal. Umma dan Appanya hanya melenguh, membiarkan Taehyung untuk tenang terlebih dahulu.
“Hyung..” Jungkook memberanikan diri untuk masuk kamar Hyungnya. “Pergilah Kook..” tegur Taehyung, Ia membuka kancing kemejanya satu persatu. Kook mendekatinya.
“Hyung.. aku mengerti..” Jungkook duduk diranjang Hyungnya. “Apa yang kau mengerti?! Sudah lah Kook, tinggalkan aku..” Emosi Taehyung sedang labil. Jungkook tahu hyungnya bisa melakukan apapun saat kesal.
Jungkook melenguh, mengusap kepalanya. “Baiklah… tapi jangan melakukan hal gila” Jungkook sebenarnya khawatir dengan keadaan hyungnya, tapi akhirnya ia meninggalkan hyungnya sendirian.
“SHIT” Ketus Taehyung menghempaskan tubuhnya diranjang. Nothing to say, He just so mad.
***
#Drrrttt. Ponselku bergetar. ‘1 new Message’
Namun aku sudah sangat terlelap, tersesat di mimpi indah dan tidak ingin keluar.
#Drrrrtt. Bergetar lagi. ‘2 new messages’
#Drrttt. Lagi. Lagi. Dan lagi… ’12 new messages’
***
Cit cuit cit cuit. Suara burung pagi ini membangunkanku. Seperti biasa otakku tersetting untuk bangun pukul 7. Aku mengulat lepas. Nyenyak sekali tidur semalam. Aku berdiri, membuka jendela, lalu mengambil ponsel lalu keluar kamar. Aku mengecek ponselku seraya berjalan kedapur untuk menemui umma. 12 pesan? Aku membukanya. Semua pesan bersumber dari Taehyung.
‘Jihoon..’ , ‘Jihoon!!’ , ‘Hei, Kau sudah tidur?’ , ‘Kenapa tidur cepat sekali?’ , ‘Aku tidak bisa tidur’ ‘Kuharap kau terbangun lalu membalas pesanku’ , ‘Ayolah Jihoon bangun’ , ‘Hei, I need you right now’ , ‘Really need ur hug and ur laugh’ , ‘Rasanya ingin melompat keluar dan bergegas kerumahmu sekarang’ , ‘Kenapa malam ini terasa sangat lama?’ , ‘Jihoon, andai kau tahu apa yang terjadi padaku hari ini…’
Aku membaca semua pesan dari Taehyung. Ada apa dengannya. “Morning Um…” Seruku terhenti saat melihat Taehyung yang sudah duduk rapih dimeja makan. Ummaku menyiapkan sarapan seperti biasa seakan tidak sadar jika ada Taehyung disana. “Morning Jihoon” Sapa Umma tersenyum padaku.
“Tae? Apa yang kau? Aishhh… ini terlalu pagi..”Gumamku kehabisan kata-kata. Taehyung hanya diam melihatku. “Dia ingin menyicipi Nasi Goreng umma katanya..” Sahut Umma yang ternyata sadar ada Taehyung. Aku duduk didepannya. “Alasan…” ketusku pelan.
Namun Taehyung hanya terkekeh melihat ekspresiku. Umma menempatkan Nasi Goreng buatannya di piring yang sudah siap di meja. Umma ikut duduk. “Ayo makan..” Seru Taehyung. Alien bodoh. Aku tertawa kecil kemudian mulai makan bersama mereka.
***
“Kook, Ajak Hyungmu turun untuk sarapan..” Kim Ahjumma sibuk didapur. Kook menggeleng. “Dia tidak ada dikamarnya, sudah berangkat tadi pagi-pagi sekali” Kook duduk didepan Appanya.
“Anak itu…” Keluh Kim Ahjussi meletakkan korannya pagi itu. “Biarkan saja dia seperti itu appa, dia mungkin lelah dengan semua aturan rumah ini” Celetuk Kook seraya meneguk susu. Umma dan Appa mereka melihat kearah Kook serius. “kubilang Mungkin..”
***
Setelah selesai sarapan Ummaku segera berangkat ketempat kerjanya. Aku beregegas mandi, Taehyung menunggu di ruangtamu seraya menonton televisi. Namun matanya tidak dapat berhenti menjelajahi frame-frame foto yang tertempel didinding. Foto Umma dan Appaku, foto aku dan umma, fotoku sewaktu Sekolah dasar menyeringai dengan 2 gigi depan kosong. Ia tertawa melihat foto itu. “Bagimana bisa aku terus bersamanya?” pertanyaan aneh yang mulai muncul dipikiran Taehyung. Benar juga, bagaimana bisa aku bisa terus bersamanya? Hahaha.
Ia masih tertawa geli. “Apa yang kau tertawakan?” Tanyaku curiga. “Aniya… setiap kali aku melihat fotomu yang ini, ada sesuatu yang sangat menggelitik” Ejeknya dengan tawa kecil. “Ya.. itukan waktu aku masih kecil, aku sudah tidak terlihat sebodoh itu” Aku mengelak seraya memakai sepatu. “Kata siapa? Kau masih sama..” Taehyung terus mengejekku.
“Aishh.. you pabo” Aku sudah bingung mau balas apa. Selain Ummaku, dia memang orang yang paling mengenaliku. Perlahan ia menghentikan tawanya.
“Kajja..” Ajakku mengenakan ransel hadiah darinya. Ranselku sangat lucu, dibagian depannya tertulis namanya dan namaku. Aku mengenakannya kemanapun aku pergi. Ia mengangguk, mematikan televisi, kemudian menggandeng tanganku untuk keluar rumah. Aku mengunci pintu, lalu naik ke mobilnya.
“Kita tidak kekampus hari ini” Ucap Taehyung selagi menyetir. “Haish… lalu mau kemana?” aku mengeluh namun mengiyakan. “Ke pantai, kau mau?” Tanyanya melihatku. Aku dapat merasakan sesuatu terjadi padanya kemarin, pasti ada masalah, cara dia menatapku berbeda. Aku mengangguk.
Suasana hening, seumur hidup baru kali ini aku merasa canggung berada dalam mobilnya. Klik. Aku menyalakan mp3 mobilnya. KIMIWA MY BEAUTIFUL HANGOVER~ HANGOVER~ Klik. Aku menggantinya lagi. NAN NEOREUL SARANGHAE~ LET’S GO. Bigbang – Sunset Glow. Lagu Favoritku.
“Lagu kesukaanmu..”Katanya pelan. Eh? Bagaimana bisa kami memliki pikiran yang sama. Aku tersenyum. “YEY TWO THOUSAND AND EIGHT! ITS BIG~~~~BANG!!” Seruku bernyanyi keras. Ia terkekeh. “NAN NEOREUL SARANGHAEEE!!! I OLOVE YOU GIRL, NEO SESANGISEO PUNIYAA~” Akhirnya susasana pecah. Kami bernyanyi bersama. Aku tertawa melihatnya. Ia terkekeh.
“Kau pabo… kkk” kataku menepuk bahunya. “Kau juga..” balasnya tertawa dengan gigi rapat. Aku harap waktu-waktu seperti ini dapat berhenti. Aku hanya ingin lebih lama merasakan kegembiraan ini. Bersama si pabo alien taehyung.
“Hampir sampai..” Ucapnya memecah pikiranku. Sampai? Cepat sekali. Ia memarkir mobilnya didekat pasir, aku segera turun menghampiri hamparan pasir putih. Ia keluar mengikutiku. “wow… indah sekali” kataku kagum akan pemandangan pantai pagi menjelang siang. Tuhan menciptakan dunia ini memang sempurna. Pagi yang Indah di pantai yang indah.
Taehyung tersenyum melihatku. “Kau tahu apa yang lebih indah?” , “apa?” tanyaku melihatnya. Ia menunjuk sekawanan burung wallet terbang di langit atas pantai. “Waahh..” Mataku berbinar melihat pemandangan itu. Andai aku membawa kamera. “Jihoon..” Panggilnya, aku menoleh. Ckrek. Ia memotretku. Wah dia membawa kamera.
“Ambil gambar itu” pintaku meunjuk sekawanan burung tadi. Ckrek. Ia mengambil beberapa gambar. “Aku mau lihat” Ia memberikan kameranya padaku. Bagus sekali, hasil jepretannya memang selalu bagus.
Taehyung berjalan mendekat ke air, Aku memotretnya. “Kau sedang apa?” tanyaku saat ia berjalan memasuki air. Dia hanya diam. Aku berlari kecil menghampirinya. Ia tersenyum menoleh kearahku. Lalu memegang tanganku.
“Jihoon kau ingat saat kakimu terluka karena karang?” tanyanya mengingatkan tragedy mengerikan itu. Aisshhh teringat jelas seberapa memalukan aku saat itu. Kejadian itu sudah lamaaaaaaa sekali. “ingat” jawabku singkat. “Kkkk kau terlihat sangat ketakutan” Ia terkekeh membayangkan wajahku. “isshhh” desisku tak peduli. “kau ingat mengapa kau terluka?” Tanyanya lagi. Apa tujuannya menanyakan hal-hal itu. Aishhh lagi pula aku tidak ingat.
“Tidak..” Aku menggeleng. Ia mengusap kepalaku. “mau tahu?” ia tersenyum tipis. Ish aku tidak peduli. Aku tidak ingin mengingatnya. Aku menggeleng cepat. “yaaakkk!!” Pekikku ketika Taehyung menggendongku secara tiba-tiba. “Aku ingin mengingatkan.. tapi kau tidak mau” Ia terkekeh seraya membawaku kembali ke pantai. Ia membaringkan aku di hamparan pasir. Kemudian ia berbaring disebelahku.
Kami menatap langit. “Oh iya, semalam kau kanapa?” tanyaku teringat. Aku menolehkan kepalaku melihatnya. Ia melenguh. “Kau mencintai Jungkook?” wtf. What kind of question is that?!
“Kenapa menanyakan itu?” aku terduduk melihatnya, ia melihatku. “Jawab saja” mm aku mencintai Jungkook? Tidak. Aku hanya menyukainya. “tidak sejauh itu, aku hanya menyukainya, kenapa?” Aku menyenggol bahunya. Ia ikut duduk. “Bagaimana jika ia juga menyukaimu?” ia menatapku. Ada yang salah dengannya. “entah, mungkin akan tumbuh jadi cintanta” jawabku tidak melepaskan pandanganku darimatanya.
Ia menoleh kelaut. Melenguh lagi. “Ada apa?” tanyaku pelan. Aku tidak mengerti, apa yang terjadi. Tapi atmosfir pantai ini menggambarkan kesedihan Taehyung yang mendalam. Ia terdiam. Aku memeluknya perlahan. Emosinya pecah saat itu. Aku dapat merasakan tangannya mempererat pelukanku.
Air matanya menetes. Apa yang terjadi? Kenapa sesedih itu? “Tenanglah.. aku bersamamu” bisikku menenangkannya. Ia mehela nafas kesal. “Aku muak dengan aturan rumahku” umpatnya.
“ssstt..” aku mengusap punggungnya pelan. Berharap dia tenang kemudian memberitahuku apa yang terjadi.
……………
Suasana hening sejenak. Emosinya sudah redah, aku dapat merasakan tubuhnya yang lebih tenang. ia menyeka airmatanya. “Terimakasih jihoon” Ia menatapku dengan senyum. Ia mengecup keningku lembut.
DEG DEG DEG. Aku berdebar. Oh no. untuk pertama kalinya aku mendapat kecupan dari laki-laki. Ia terkekeh dengan gigi rapat. Anak ini aneh tadi menangis, sekarang tertawa. “Pabo..” aku menjulurkan lidah. Berusaha menyembunyikan kegugupanku.
***
Di sebuah kampus Jungkook menghampiri seorang gadis. Gadis yang kemarin bertamu bersama keluarganya. “Nuna..” Kook memanggil Tunangan hyungnya. “Jungkook? Sedang apa kau disini?” Raena melihat kook heran, kook mengenakan seragam sekolahnya. Gadis ini Ahn Raena namanya temanku dan Taehyung sewaktu SMA.
“Ah.. ani, aku hanya ingin berbincang, nuna ada waktu?” Kook tersenyum manis. “tentu, senyummu menyita waktuku” Ucap Raena seraya berjalan ke sebuah bangku ditaman. Mereka duduk disana.
“Kau tidak sekolah?” Raena menyinggung seragam kook. “hehe…” Kook hanya terkekeh. Anak ini benar-benar mirip hyungnya. “nuna tidak punya kekasih?” Kook bertanya tiba-tiba. “Ah? Untuk apa punya kekasih, aku punya Tunangan..” Raena mengernyitkan alisnya.
“hehe, padahal nuna cantik… kenapa mau dengan hyungku..” Kook merapatkan giginya. “Hyungmu juga tampan, serasi kan?” , “Tapi dia aneh..” potong kook. “bukan masalah bagiku, Lagi pula aku memang sudah menyukainya dari SMA” jelas raena.
“Ouh dari SMA, tapi bagaimana jika hyungku menyukai gadis lain?” Kook membuat Raena mentapnya serius. “Maafkan aku nuna tapi aku sangat menyayangi hyungku, aku tahu dia tidak mau dijodohkan, aku tahu dia mencintai gadis lain” Kook to the point. “Hentikan Jungkook!” Ketus Raena tak suka mendengar ucapan jungkook.
“Nuna sekali lagi maafkan aku, kuharap kau mengerti maksudku..” Jungkook member salam lalu beranjak pergi dengan motor besarnya. Raena melihat kook pergi kesal. Ia masih terkejut.
***
Malam ini aku dan Taehyung menghabiskan waktu di teras rumahku, bersedagurau bersama selagi menunggu ummaku pulang. “Kau pabo..” Kataku untuk kesekian kalinya. Ia seakan sudah biasa mendengar perkataanku.
“Umma pulang” Seru ummaku menghampiri kami. Aku bangun, mengecup pipinya. Taehyung memberisalam “Kenapa kalian diluar?” , “Kami sedang menikmati udara malam ahjumma” ucap taehyung terkekeh. “baiklah umma masuk ya, masuk jika sudah larut ok?” Umma beranjak kedalam. “Nae umma” kataku cepat.
“Somebody to love…” Aku melantunkan lagu itu pelan. Bigbang – Somebody To Love. “CAN YOU HEAR ME~~~” Taehyung menlajutkan secara reflek. Aku tersenyum melihatnya. Kamipun bernyanyi bersama layaknya orang gila di keheningan malam.
“WHEN I SAY SOMEBODY, THEN YOU SAY..” seruku. “TO TO LOVE” balas Taehyung. Lagi lagi aku ingin waktu seperti ini berhenti.
“HYUNG!” panggil kook seraya berlari kerumahku. Taehyung terheran-heran melihat adiknya. “Apa yang kau lakukan? Mana motormu?” Tanya taehyung ketus. “Nuna…” Jungkook tersenyum memberi salam padaku. “Jungkook..” aku tersenyum melihatnya. Ia masih mengenakan seragamnya.
“Yak jawab aku” Taehyung memegang kepala adiknya engan satu tangan. “Motorku dibengkel, mogok, aku tahu kau disini makanya aku hampiri, biar kita pulang bersama jadi aku tidak kena marah jika pulang larut” jelas kook menghemparkan tangan hyungnya. Kook tidak suka dipegang kepalanya.
“Aissshhh~” keluh taehyung. “Baiklah ayo kita pulang..” Taehyung langsung menarik tangan adiknya. “Yaak, dia lelah biarkan istirahat dulu, kau mau minum kook?” aku menahan Taehyung. “Nae nuna..” Kook melepaskan diri lalu mendekat padaku. Ia tersenyum manis. Taehyung hanya bisa melenguh melihat kelakuan adiknya. Aku beranjak kedalam mengambilkan minum.
“Apa tujuanmu?” Taehyung menjitak adiknya. “Aish hyung, bisakah kau menghargaiku sedikit saja. Aku kemari untuk membantumu” Kook mengusap kepalanya. Aku kembali dengan segelas Es sirup, aku memberikannya pada kook. “Gomawo nuna” Ia meneguknya haus. Aku tersenyum melihat kook.
“Aku lelah kita istirahat dulu hyung sebentar” Kook duduk di lantai teras. Aku menghampirinya, Taehyung menghampiriku. “Ayo kita main..” Ucap kook menghabiskan minumnya. “Main apa?” Tanyaku. Taehyung habis kata-kata karena kelakuan adiknya. “T or D!” Seru Kook.
“Aku suka main itu..” Timpalku. “Baiklah aku dulu, aku D” Kook sibuk sendiri. “I dare you to go home..” celetuk Taehyung penuh niat. “Hyuunggg~” Kook memelas. “Tidak tidak, tidak boleh dare seperti itu” aku membela. “Kalau begitu aku T” Kook seenaknya. “Haish bagaimana bisa” umpat Taehyung kesal.
“Kau menyukaiku?” Aku melontarkan pertanyaan untuk Kook. Taehyung menoleh padaku cepat. “Tidak tidak, tidak boleh seperi itu” Taehyung menyela. “Aku menyukaimu” Kook tidak meperdulikan hyungnya. Begitupun denganku. “aku ingin kau jadi nunaku” lanjut Kook tersenyum manis.
Taehyung melihat adiknya heran. “baiklah aku memang nunamu, Sekarang aku! Aku T” Seruku. “Hyung kau ingin bertanya pada Jihoon nuna?” Kook memberi kesempatan. “Apa yang aku ingin tanyakan? Aku sudah tahu semua tentangnya” Taehyung terkekeh. “Baiklah aku yang bertanya, selain umma mu siapa orang didunia ini yang paling kau sayang?” Kook.
“pertanyaan mudah, seluruh dunia tahu jawabannya Hyungmu” jawabku melirik taehyung yang tengah tersenyum gigi rapat padaku. “Sekarang aku! Aku T” tiba-tiba Taehyung jadi excited. Kenapa semuanya memilih T -_-
“Bagaimana perasaanmu jika suatu saat Jihoon nuna menikah?” Tanya kook. Benar juga, aku tidak pernah berpikir sampai sejauh itu. Tidak pernah terbayang dipikiranku aku menikah. Aku bahkan belum pernah merasakan jatuh cinta. yang aku tahu hanya menghabiskan waktu dengan si alien pabo ini. “Aku? Pasti…..bahagia” Ia tersenyum. Aku menoleh ke Taehyung serius. Kenapa aku mengharapkan jawaban lain? Tentu saja dia bahagia dia kan sahabatku. Tapi…
Kook melihat hyungnya heran. Ia tahu bukan itu jawaban yang aku mau dengar. #Drrrttt ponsel kook bergetar. “Nae umma? Iya aku bersama hyung, Nae, kami akan pulang segera” Kook mengakhiri telepon dari ummanya. Aku masih melihat Taehyung kecewa. Aneh kenapa aku harus kecewa.
“Sebaiknya kalian cepat pulang” kataku berdiri, aku bingung dengan apa yang aku rasakan sekarang. “Ah nae nuna..” Kook dan Taehyung juga berdiri. Taehyung melihatku tertawa kecil. Aku tidak mau melihatnya.
Ia menarik tanganku dan membawaku kedalam dekapannya. “Hei.. aku belum selesai menjawab” Taehyung memelukku erat. “Tentu aku bahagia, kan aku mempelai laki-lakinya” Lanjutnya membuatku tersenyum lega. Aku membalas pelukannya. Kook tertawa kecil. Tujuannya tercapai.
Sekarang aku tahu kenapa aku tidak pernah merasakan Jatuh cinta, itu karena aku telah jatuh cinta bahkan sebelum aku tahu apa artinya jatuh cinta. Aku mencintaimu, Kim Taehyung.
***
“Hei… “ Taehyung menghampiri adiknya dikamar. Mereka berdua sudah dirumah. “Ya hyung?” Kook menoleh. Taehyung mendekap leher kook. “kau mau mati ya? Beraninya bilang kau menyukai jihoon” Taehyung menjitak adiknya. “Yaak, ampun ampun hyung”
Taehyung melepas dekapannya. Kemudia tertawa melihat adiknya. “Terima kasih Kook, Aku berhutang padamu” Ia mengusap kepala kook. “bukan hutang, aku melakukannya karena aku ingin kau bahagia hyung” Jungkook tersenyum manis. Ia sangat menyayangi hyungnya. Begitu juga sebaliknya.
“Tidurlah.. dan berhenti bertambah tinggi” Taehyung beranjak keluar dari kamar. Kook tetawa mendengar ucapan hyungnya.
***
Pagi ini dirumah Keluarga Kim. “Taehyung.. tolong umma ambil cincin pesanan umma” Kim ahjumma memberikan secarik kertas Nota tanda pembelian sepasang cincin. “Ambil dimana?” Tanya Taehyung mengambil kertasnya. “Di toko perhiasaan dipinggir kota” Jawab umma dengan senyum. “Baiklah.. aku berangkat ya” Taehyung mangambil kunci mobil lalu bergegas ke mobil. “Aku ikut!!!” Jungkook berlari mengejar hyungnya.
***
#TINTIN klakson mobil Taehyung menggema di telingaku. Taehyung dan Jungkook keluar dari mobil, aku menghampiri. “Kook? Ada kau..” Aku tersenyum. “Annyeong nuna…” ia menyapa sopan. “Annyeong nunaaa” ejek Taehyung mengikuti cara bicara Jungkook.
Kook mendegus. Kami bertiga bergegas pergi. “Ini..” Aku memberikan roti isi telur setengah matang dan selai nanas. “wah!” Taehyung melahapnya langsung. “ Aku juga mau… apa itu selai stroberi?” Tanya kook memajukan bibirnya. “Nanas.. maaf aku tidak tahu kau juga datang, ini masih ada satu kau mau?” tawarku. Taehyung menggeleng dengan mulut penuh. “Baiklah..” Kook melahap roti milik hyungnya. “Itu punyaku~” Taehyung pasrah. Kkk mereka lucu sekali.
***
Sesampainya di toko perhiasaan. “Kenapa kesini?” tanyaku bingung. “Umma menyuruhku mengambil pesanannya” Jawab taehyung dan aku turun. “Tunggu aku!” Seru kook ikut turun. Ia menelaah kedalam toko melalu kaca transparan, dilihatnya gadis yang taka sing baginya. Ahn Raena!
Sesegera mungkin kook menahan aku dan taehyung agar tidak masuk. “Biar aku saja biar aku saja!” Kook menghadang pintu masuknya. “Berhenti betingkah bodoh, minggir” Taehyung menyingkirkan kook dari pintu. “Tolong biarkan aku saja..” Secepat kilat ia kembali berdiri didepan pintu. Aku melihat kook heran, ada sesuatu yang ia sembunyikan.
“Kook, menyingkir” Taehyung menyingkirkan kook lagi dan membuka pintu. Raena menoleh. Aku dan Taehyung melangkah mauk. “Hyung..” Kook menahan tangan Taehyung. Taehyung tertahan, namun aku tetap melangkah masuk.
“Jihoon?” Raena mengenaliku samar-samar. Aku melihatnya dengan senyum, menganalisa apa aku tahu namanya. Ia mendekatiku. Ah aku tahu dia, Ahn Raena. Temanku dan Taehyung sewaktu SMA.
“Apa kabar Jihoon?” Tanya Raena memegang tanganku. Apa dia memang sok akrab seperti ini. Seingatku dia adalah salah satu yang aku tidak sukai. “Aku baik bagaimana denganmu? Kau sedang apa disini?” jawabku tersenyum padanya. “Aku sangat baik, Aku senang kau menanyakan itu, aku sedang menunggu tunanganku” Ia terlihat sangat senang.
“Woah kau sudah tunangan? Selamat ya..” Kataku ikut bahagia. “Kau sendiri sedang apa?” , “aku mengantarkannya..” aku menoleh kebelakang, namun tidak ada siapa-siapa disana. Kemana dia?
“Mengantar siapa?” Raena bertanya lagi. “Mengantar Taehyung…” jawabku masih memfokuskan pandanganku untuk mencarinya. Aku melihat taehyung samar-samar dibelakang pintu. Kenapa dia tidak masuk.
“Kim Taehyung? Kau masih bersamanya?” Raena memecah pikiranku, aku menoleh melihatnya. Aku maksudnya, aku kan selalu bersama dengan Taehyung. Aku melihatnya serius. “Tunggu, Taehyung tidak bilang padamu?” Raena membuatku semakin serius.
“Apa? Bilang apa?” Raena membuatku penasaran. Tapi perasaan tidak enak muncul secara tiba-tiba. Aku takut aku mendengar hal buruk dari Raena.
“Aku dan Taehyung telah Tunangan..”
…..
Badanku lemas, aku melihat Raena tak percaya
.………….
Kenapa dia tidak bilang?
………………
Ini sakit. Sangat sakit.
……………………..
Kuharap ini hanya mimpi. Tapi ini nyata.
…………………………….
Mataku berkristal, mengumpulkan bulir airmata yang siap jatuh.
………………………………………..
Aku terdiam, membisu tak percaya.
Taehyung dan Kook masuk kedalam. “Jihoon..” Taehyung yang sedari tadi mendengar perbincangan kami memanggilku lirih. “Taehyung, aku menunggumu sedaritadi..” Raena menghampiri Taehyung.
“Jihoon..” Taehyung tidak mempedulikan Raena, yang ia pikirkan hanya bagaimana caranya membuatku mengerti. Ia melangkah mendekatiku. Aku tidak mau menoleh, aku tidak mau melihatnya. Ia mendekapku erat. “Jihoon… dengarkan aku”
Melihat itu, Raena sadar akan satu hal. Kim Taehyung mencintaku Cho Jihoon.
Tangisku pecah. Aku tidak dapat menahan perasaan sakit yang aku rasakan. Aku berusaha mengumpulkan pikiran positif, namun yang negatif lebih mendominasi. Kim Taehyung, kau menghancurkanku.
Aku melepaskan diriku. Menyeka airmata namun sia-sia, bulir airmataku terus berurai. “Tak apa..” ucapku lirih, hanya tangis yang bisa meluapkan sakitku. Taehyung menatapku sendu. “Jihoon, Kau tahu ini salah, tolong mengerti..”
Kook hanya menunduk, ia tahu persis seberapa sakit perasaanku. Aku melihatnya dengan tetesan airmata. “Tolong mengerti? Kim Taehyung. Tolong mengerti.. Kubilang tak apa” aku melangkah pergi dari toko itu.
“Nunaaa…” Jungkook mengejarku.
“Nuna, Hyung mencintaimu.. dia tidak mencintai Raena”
Aku berhenti dan menoleh padanya. “Terimakasih jungkook atas usahamu, kembalilah..” Aku kembali melangkah meninggalkannya.
Love is painful, although love is painful. Repeating like a fool that’s what I always do.
***
Seminggu sudah aku tidak menghubungi Taehyung. Aku mengurung diri dirumah, tidak pergi kuliah dan berdiam dikamar. Ummaku mengerti keadaanku, ia malah merasa kasihan karena aku tidak melakukan aktifitas. Hari-hari pertama Taehyung selalu datang kerumahku menunggu sampai malam agar dapat menemuiku.
Berat sekali melangkah keluar tanpa Taehyung. Tapi apa pedulinya, dia pasti sudah bahagia bersama Raena. Haishh apa yang aku pikirkan. Aku tahu persis jika aku memikirkannya rasa sakit itu kembali datang hingga membuatku menangis lagi. Sekarang aku sadar, aku lah yang pabo.
Semenjak kejadian itu, apapun yang aku lakukan selalu tidak benar. Rasanya sebagian pikiranku menghilang entah kemana. Aku mencoba menghadapi hari-hari tanpanya, tapi tidak bisa. Tidak bisa dipungkiri. Aku memang mencintainya. Aku sangat merindukannya. Tuhan memang menciptakan dunia ini sangat sempurna, kecuali manusia. terutama Taehyung.
“Jihoon..” Ummaku masuk kekamar memecah lamunanku. Aku melihat umma. “Jungkook datang ingin menemuimu..” lanjut umma membelai rambutku. Jungkook? Ada apa? “Sampai kapan kau mau seperti ini?” , “Jihoon, Umma tahu berat bagimu menerima kenyataan tentang Taehyung. Tapi tidak baik jika kau mengurung diri seperti ini terus..” Aku menoleh pada umma. “Biarlah perasaan sakit yang kau alami menjadi kesulitanmu hari ini, jangan membawa untuk besok” Umma mengecup kepalku.
Dia benar. “Lagi pula Jungkook bilang ingin memberitahumu sesuatu yang penting. Cepat keluar dan temui dia” Umma meninggalkanku dengan senyum.
Aku beranjak keluar. Kulihat dari kejauhan, Jungkook menunduk, pipinya basah. Ia menangis. Aku menghampirinya lalu duduk disebelahnya. “Nuna..” Ia melihatku tersenyum, namun bulir itu menetes. “Ada apa kook?” Aku duduk disebelahnya.
Ia menyeka airmatanya. “Nuna, Sudah 3 hari hyung tidak pulang, aku tidak tahu dia dimana” kemudian tangisnya pecah lagi. Kemana anak itu? Aku hanya diam melihat kook. Akupun tidak tahu dimana dia berada.
“Kumohon nuna, tolong bawa hyungku kembali….” Kook terlihat sangat sedih. Ia sangat menyayangi hyungnya. “Maafkan dia, dia benar-benar mencintaimu… percaya padaku” Lanjut kook tulus. Aku melenguh. Apa aku siap memaafkannya. Apa benar ia mencintaiku?
Tapi.. aku tidak tahu dia dimana? Haishh. “Kau sudah mencoba meneleponnya?” tanyaku pelan. Kook mengangguk. “Nomornya berada diluar jaringan” Jawabnya.
Diluar jaringan? Aku tahu dimana dia. Aku mengusap kepala Kook. “Berhenti menangis..” Aku bergegas kekamar mengganti pakaianku lalu kembali menghampiri kook. “Jihoon kau mau kemana?” Tanya umma melihatku khawatir.
“Menjemput Taehyung, Apapun yang terjadi hari ini, aku tidak akan membawanya untuk besok” Senyumku pada umma. “Kunci motormu..” pintaku. Kook memberikannya.
***
Bak Valentino Rossi aku melaju cepat. Kesebuah tempat dimana hanya dua orang manusia aneh yang kesana. Aku dan Taehyung. Tempat terpencil di perbatasan kota, dimana tidak ada jaringan yang mampu menjangkau tempat itu. Sekilas hutan pohon maple ini terlihat liar, namun aku dan Taehyung menemukan titik keindahannya.
Tebakanku benar, Dia disini. Di Hutan pohon maple. Aku memarkir motor di sebelah mobil Taehyung. Sudah berapa lama dia disini? Ake berjalan mendekati rumah pohon yang kami buat saat SMP.
Semakin dekat langkahku, semakin banyak pertanyaan yang muncul dipikiranku. Siapkah aku melihatnya lagi? Aku menaiki tangga ala kadarnya dan masuk kedalam rumah pohon sederhana kami. Aku melihatnya berbaring disana, memejamkan matanya dengan handsfree kesayangannya yang tertempel ditelinga.
Aku mendekatinya, aku tidak tahu ini akan menjadi buruk atau sebaliknya. “Taehyung..” Panggilku pelan. Ia tidak merespon. “Taehyung..” Panggilku menaikkan volume. Ia masih tidak merespon, lengannya menutupi bagian matanya. “ya! Pabo..” akhirnya aku menjitak kepalanya.
Ia membuka matanya lalu terduduk spontan, nafasnya kewalahan melihatku. “Jihoon?” Ia menyentuh wajahku seolah tak percaya bahwa aku berasa didepannya sekarang. Aku memiringkan bibirku.
“aku tidak mimpi, apa yang kau lakukan disini? kau sudah tidak marah?” Ia melihatku serius. Aku hanya diam. Entah aku harus menjawab apa, aku bingung. Disatu sisi senang sekali rasanya melihatnya lagi. I missed you pabo.
“Jihoon, Maafkan aku.. aku takut jika memberitahumu soal pertunangan bodoh itu kau akan marah, benar saja” Ia menunduk sedih. “Semenjak kejadian itu, apapun yang aku lakukan selalu tidak benar. Rasanya sebagian pikiranku menghilang entah kemana” Lanjutnya mengatakan persis seperti apa yang aku pikirkan. Bagaimana bisa?
“Aku mencoba menghadapi hari-hari tanpamu, tapi tidak bisa. Tidak bisa dipungkiri. Aku memang mencintaimu. Segalanya terasa salah tanpa kau bersamaku..” Ia menatapku. Aku hampir meneteskan airmata. “Yang aku inginkan saat ini hanya bisa bersama-sama denganmu seuumur hidupku, aku memerlukanmu untuk membuat semuanya menjadi benar”
Aku memeluknya cepat. “Maafkan aku taehyung… aku bodoh”
Ia membalas pelukanku. “Aku tahu kau bodoh..” untuk pertama kalinya ia bilang aku bodoh. Aku menangis memeluknya, aku sangat merindukannya. “Jihoon tolong jangan tinggalkan aku lagi..” pinta Taehyung mengecup kepalaku. Aku mengangguk. “Kau juga, jangan tinggalkan aku meskipun aku memintanya”
***
Dirumahku, Umma masih menemani kook agar tenang. “Berhenti menangis, apa laki-laki menangis seperti itu?” Tegur Taehyung. “HYUNG~” Kook memeluk Taehyung cepat. “Aku kira aku tidak akan melihatmu lagi” Tangis kook pecah lagi. “Yak! Kau ingin aku mati ha? Aku disini sekarang, berhentilah menangis… aku tidak akan meninggalkanmu..” Taehyung mengusap kepala adiknya.
“Seka airmatamu… beri aku senyuman” Taehyung membantu menyeka airmata Kook. Jungkook tersenyum. “Terima kasih Atas semuanya Kookie, kau adik terbaik” Taehyung mendekap leher adiknya. Aku terkekeh melihat mereka. Tak ada yang lebih tulus selain Cinta Tuhan, Orang tua, Kekasih, dan saudara.
“Ayo pulang, aku akan melakukan apapun agar umma membatalkan pernikahanmu dengan Raena” Kook meyakinkan. Taehyung menggeleng. “Kau sudah banyak membantu Kook, biarkan aku menyelesaikan yang satu ini.. Urusanku, kau hanya perlu menjadi pembela” Taehyung menggenggam tanganku. Ia membuatku yakin padanya.
“Ahjumma boleh aku pinjam Jihoon, sebentar saja.. kali ini aku janji aku akan mengukir senyum diwajahnya ketika kembali” Taehyung membungkuk. Umma tersenyum. “Silahkan Taehyung…”
***
Taehyung membawaku masuk kerumahnya. Ia menggenggam tanganku erat seakan takkan membiarkanku merasa sendirian. “Taehyung…” Ummanya mengukir senyum saat melihat Taehyung kembali. Ia menangis berhari-hari karena Taehyung pergi. Ia berdiri kemudian memeluk anaknya, tidak peduli apapun yang menghalanginya, ia hanya ingin memeluk anak sulungnya.
Taehyung membalas pelukan ummanya. “Jangan pergi lagi Taehyung… Kami sangat khawatir” Kim Ahjusshi mengusap punggung Kim Ahjumma. Taehyung mengangguk. “Aku hanya meminta satu hal” Taehyung mulai bicara. Kim Ahjumma melepas pelukan dan memegang pipi anaknya. “Katakan apapun yang kau inginkan..”
“Aku ingin menikah dengan Jihoon, Aku mencintainya umma appa… aku tidak bisa menghabiskan sehari saja dengan normal tanpanya bersamaku…” Jelas Taehyung berlutut dihadapan Ummanya. Taehyung menjelaskan perasaanya kepada orangtuanya. Ia bahkan rela menjadi lemah didepan orang tuanya agar diijinkan menikah denganku. Aku sangat terharu. Dia benar-benar mencintaiku.
Kim ahjumma ikut berlutut, mensejajarkan diri dengan Anaknya. Umma menganggguk. “Maafkan umma yang mengatur semuanya tanpa bertanya tentang perasaanmu.. lakukan apa yang kau mau Taehyung… menikahlah dengan Jihoon” Umma mengangis lagi. Taehyung memeluk ummanya senang. “Gomawo umma..”
Taehyung diijinkan menikah denganku? Airmataku menetes, aku tersenyum senang. Jungkook menyenggol pundakku seolah berkata “Ciieee” Aku menjitak kepala kook. Kim Ahjusshi menghampiriku “Hei nak… bagaimana bisa kau mengambil hatinya?” Ia meledek seraya mengusap kapalaku. aku terkekeh pelan, menyeka air mata dan berkata “Itu mudah, jadilah sahabatnya..”
***
Sebulan berlalu…
Aku dan Taehyung sedang menikmati indahnya hutan maple di rumah pohon kami. “Yaak pabo, menurutmu kenapa darah berwarna merah?” Tanyaku dengan wajah serius. Taehyung melihatku dengan pandangan remeh. “Lihat, siapa yang pabo..”
“Beranninya kau!!” Aku memukul-mukul bahunya. “yak yak…” Ia menahan kedua tanganku. Ia melihatku dengan senyum gigi rapat ala keluarga kim. “Apa?” aku tersenyum menahan tawa karena wajahnya.
Tak ada perbincangan
Ia hanya menatapku… Apa dari dulu dia memang memiliki Kharisma seperti ini? Aishh gugup sekali rasanya. “Sekarang kau ingat kenapa kau terluka dipantai waktu itu?” Ia menanyakan soal tragedy itu lagi. Ada apa memang, aku benar-benar tidak ingat. Aku menggeleng menyerah.
“Kau berlari hendak meninggalkanku dari air” ia mengingatkanku. Ah iya! Aku ingat, saat itu………………… aku mengira ia memiliki kekasih. “Saat itu kau mengira aku memiliki kekasih..” terlukis senyum tipis diwajahnya. Aku mengerti sekarang, mengapa ia tidak memberitahukanku soal Raena hari itu, ia takut aku meninggalkannya.
Aku masih pura-pura tidak ingat. “Tidak mungkin, kubilang aku lupa..” aku menjulurkan lidah. “Aku tahu kau sudah mengingatnya, kau tidak bisa berbohong padaku Jihoon, raut bodohmu itu mengatakannya padaku” Taehyung melepaskan tanganku lalu tertawa dengan gigi rapat.
Hish, dia menyebalkan. Alien pabo. “aku tidak………………..”
Blam.
Belum selesai aku berbicara, ia sudah mendaratkan bibirnya di bibirku. Inilah ciuman pertamaku, juga ciuman pertama Taehyung. Aku memejamkan mataku.
Tuhan tolong kali ini saja kabulkan permintaanku. Hentikan waktu.
Perlahan ia melepaskan bibirnya, ia melihatku terpejam. Aku dapat merasakan tangannya menyentuh daguku lembut. Aku membuka mata. “I do love you…” ucapnya. Aku tesenyum tanpa membalas ucapannya.
“Bisakah kita lebih mesra?” tanyanya sok memasang wajah badboy. “apa maksudmu lebih mesra?” aku mencubit pinggangnya. “yaaak~”
“Kau pabo..” Kataku kembali ke habitat. “Kau juga…” Taehyung memelukku.
END.
“HOAAAAHHHH KALIAN SEDANG APA?!!” Jungkook secara tiba-tiba muncul dari pintu masuk rumah pohon dan mengejutkan kami. “Kyaaaaaaa” aku menjerit. Taehyung yang terkejut mundur hingga lolos melalui jendela. BRUGGH. “JUNGKOOKIE PABOYA!!!” Ketusnya dari bawah. Untung rumah pohon kami tidak terlalu tinggi, tapi pasti sakit. “Hyung kau baik-baik saja?” Ia bertanya polos seraya melongok hyungnya dibawah.