Planet EXO. Planet berjarak ribuan kilometer cahaya dari bumi yang dihuni oleh makhluk-mahluk berintegritas tinggi saja, tidak ada perang, tidak ada musuh dan tidak ada kebohongan. Planet itu sangat haus akan ilmu pengetahuan dan selalu mencari pengetahuan keseluruh jagad raya.
Ratusan tahun yang lalu penghuni EXO Planet menemukan Planet baru yang disebut bumi. Ribuan orang dari Planet EXO datang untuk mempelajarinya tapi hanya sedikit yang kembali. Mereka yang datang ke bumi dan tidak kembali adalah mereka yang mati atau mereka yang memilih tinggal di bumi sampai mati.
Orang yang kembali ke Planet EXO mengatakan bahwa orang dibumi sangat lemah tapi mempunyai kekuatan besar bernama Cinta. Cinta itu yang membuat orang-orang dari planet mereka mati. Tidak hanya orang-orang dari planet EXO tapi orang-orang dari bumi sendiri ikut mati.
Mereka kemudian bertanya-tanya, apa itu cinta. Sehebat apa sehingga bisa membunuh kaum EXO yang handal dan pintar. Sampai sekarang orang dari Planet EXO masih mempertanyakan hal itu. Mengirimkan banyak pelajar untuk mempelajarinya.
Apa itu cinta?
>>deson<<
“Jung So Hee!” Chan Yeol merangkul So Hee dengan erat tepat di bahunya seakan sudah ahli melakukan hal itu ia lalu mengikuti gadis itu berjalan ke ruang kelas, “Ku dengar adikmu masuk departemen musik, o?”
So Hee menurunkan tangan Chan Yeol dari bahunya, “Sangat merepotkan.”
“Eyy…” Chan Yeol menyenggol bahu sahabatnya itu, “Jung So Yeon, Jung So Hee dan Jung So Jung. Kau tidak tahu betapa terkenalnya legenda Jung Sister. Ditambah jika adikmu masuk ke kampus ini. Jung Sister akan bangkit lagi. Aku yakin para wanita disini bisa gila.”
“Ya! Park Chan Yeol, Hentikan semua ini. Aku paling tidak suka disandingkan dengan mereka.” So Hee menarik sebuah bangku dan meletakan tasnya di bangku sebelahnya, “mereka itu terlalu berisik.”
Chan Yeol mencibir, “Wae? Kau takut ada saingan?”
So Hee mengeluarkan sketsbooknya dan beberapa pensil dengan berbagai ketebalan. Ia sudah pusing dengan ucapan Chan Yeol tentang Jung Sister. Chan Yeol adalah penggemar kakaknya. Pria itu malah ikut mendirikan fans club untuk So Yeon, hadir dalam setiap pertunjukan kakaknya dan lainnya. Setiap mereka bertemu, Chan Yeol hanya menceritakan So Yeon, So Yeon dan So Yeon.
“Saat So Yeon Noona lulus, tidak ada lagi Jung Sister. Dunia ini terasa sepi. Aku senang saat tahu So Jung akan masuk Jurusan musik. Meskipun kalian tidak satu departemen tapi aku harap kalian bisa tampil bersama.” Chan Yeol terus berceloteh tanpa memperhatikan wajah gadis itu yang sudah berubah, “Apa kau takut Baek Hyun menyukai adikmu?”
So Hee menghentikan aktifitasnya. Ia menghirup nafas panjang lalu membereskan peralatanya ke dalam tas. Ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Ia ingin segera keluar dari ruangan ini dan menghindari Chan Yeol secepatnya.
“Kau marah?” Tanya Chan Yeol saat melihat So Hee membereskan barang-barangnya dan beranjak pergi, “Karena apa? Karena aku menyebutkan nama Baek Hyun?”
So Hee mempercepat jalannya. Ia sudah tidak tahan dengan sikap Chan Yeol. Jika saja mereka tidak berteman sejak TK atau mereka tidak satu kelas saat SD, SMP dan SMA mungkin ia akan menghajar Chan Yeol. Tapi ia lebih tahu sifat Chan Yeol dari siapapun.
Chan Yeol bukan tipe orang yang mau menyembunyikan sesuatu. Dia akan mengatakan apapun yang ada di pikirannya. Karena So Hee tahu, Chan Yeol tidak akan berbohong, So Hee selalu menerima Chan Yeol.
“Eonni!”
So Hee menghentikan langkahnya dan mendapati So Jung dan Se Hoon —teman baik adiknya —di hadapannya, “Wae?”
“Noona ku dengar kau masuk jurusan Seni?”
“Wae? Kau ingin masuk ke mayor yang sama dengan Eonni?” So Jung menyikut lengan Se Hoon.
Se Hoon tidak membalas pertanyaan So Jung malah menatap So Hee, “Noona kau bukan jurusan musik? Kupikir kau mengambil Jurusan Musik karena sering perform dengan So Yeon Noona.”
“Aigoo…” So Jung menggeleng keras, “Jika bukan karena Eomma, aku tidak mau masuk kesini?”
Chan Yeol tersenyum melihat wajah cute So Jung, “So Jung-ah, Apakah keun Eonni ada di rumah?” ucapnya dengan sedikit aegyo, hal yang sama sekali tidak pernah ia lakukan pada So Hee.
“Aish Jinjja!” Rutuk So Jung kesal, “ Kenapa kalian selalu mencari kakak-kakakku. Aku bukan anak kecil lagi. Aku sudah masuk kuliah. Apakah kalian tidak bisa melihatku sebagai perempuan, o?”
So Jung menubruk So Hee dan Chan Yeol dengan sengaja. Se Hoon melihat So Jung yang meninggalkannya langsung mengikuti So Jung dengan berjalan mundur. Beberapa kali ia menundukkan badannya ke arah So Hee dan Chan Yeol meminta maaf.
“Bukankah menyenangkan mempunyai saudara perempuan?” ucap Chan Yeol sambil menatap So Jung yang ngambek. Menurutnya ekspresi So Jung itu sangat lucu dan menggemaskan.
Tapi bagi So Hee hal itu tidak lucu sama sekali. Ia mengerti perasaan So Jung. Perasaan dimana orang-orang hanya melihat kakaknya saja. Paksaan untuk mengikuti jejak kakaknya. Perasaan untuk di nomor sekiankan.
“Aku merindukan Yun Ho Oppa.” Lirik So Hee pelan.
>>deson<<
Makhluk di Bumi disebut Manusia. Manusia memiliki bermacam karakter tapi semua bisa di klafsifikasikan menjadi 2 yaitu baik dan buruk. Manusia tidak hanya memiliki satu sifat. Tidak ada manusia yang sepenuhnya baik dan tidak ada manusia yang sepenuhnya buruk.
Manusia yang baik bisa menjadi berubah menjadi manusia yang buruk dan begitu sebaliknya. Seorang manusia tidak bisa menilai manusia lain dengan sempurna karena di penuhi unsur subjektif. Karena itu manusia hanya menilai manusia lain dengan pendapatnya sendiri.
Kadang manusia sendiri tidak ingin menilai manusia lainnya, seperti dua manusia yang sedang duduk di taman ini.
“Yun Ho adalah kakak tertua-ku, 6 tahun lebih tua dari So Yeon Eonni. Dia meninggal karena sakit. Dulu Oppa yang selalu menemaniku bermain. Jika eonni memarahiku, Oppa yang melindungiku. Jika ada orang yang jahat padaku, oppa yang melindungiku.”
“Aku tidak tahu hal itu.”
“Ya! Sejak kapan kau peduli dengan kakak laku-lakikku, o? Di kepalamu hanya ada So Yeon, So Yeon dan So Yeon.”
“So Jung.” Tambah Chan Yeol dengan cepat.
“Ah!” So Hee menarik ujung bibirnya, “Kenapa kau tidak menikah saja Dengan So Yeon Eonni, sehingga bisa memilii adik seperti So Jung.”
Chan Yeol menundukkan kepalanya, “Wae? Kau cemburu?”
“Apa kita sepasang kekasih?”
Chan Yeol mengambil botol minum So Hee dan meneguknya hingga habis. Ia tidak cemburu tidak akan.
“Ya! Jika kau memiliki satu kesempatan untuk hidup lagi. Apa yang kau inginkan?”
“Saudara laki-laki.”
“Aku juga ingin mempunyai banyak saudara. Menjadi anak tunggal sangat tidak menyenangkan.” Chan Yeol menarik ujung bibirnya, “tapi semakin dewasa aku semakin sadar bahwa itu tidak mungkin jadi aku ubah harapanku. Jika aku menikah nanti aku akan memiliki banyak anak.”
“Wanita seperti apa yang mau memiliki banyak anak.”
Manusia tidak bisa menilai tapi bisa merasakan tapi untuk merasakan bukan hal yang mudah. Kadang untuk merasakan butuh pengalaman yang banyak. Kadang untuk merasakan harus tersakiti dan banyak hal lainnya.
Lalu bagaimana baik dan buruk itu menjadi cinta?
>>deson<<
“Eomma…” teriak So Jung dengan lantang.
So Hee menatap adiknya dengan tatapan diam-atau-kau-mati, tapi sepertinya So Jung tidak takut dengan tatapan itu.
“Kenapa kau tidak mengalah untuk hal sekecil itu. Kau sudah besar, berikan pada Jung, jika sudah bosan dia akan mengembalikannya padamu.” Suara ibunya terdengar dari dapur.
Ia benci kata-kata itu. Ibunya selalu membela adiknya, menyuruhnya untuk mengalah dan hal lainnya. Ia tidak suka itu. Jung So Jung hanya lebih muda dua tahun darinya tapi ibu dan ayahnya selalu saja membela adiknya itu.
So Hee mendengus dengan kencang lalu beranjak ke kamarnya. Ia naik ke atas ranjang lalu menenggelamkan wajahnya di bantal. Meredamkan kekesalannya.
“Hee-ya, kemarin aku membeli maskara apa kau melihatnya?” So Yeon keluar dari kamar mandi dan duduk di depan meja sambil berdandan.
“Jung mengambilnya.” Ucap So Hee dari bawah bantal.
“Mwo?” So Yeon langsung membuka pintu kamar mereka lalu berteriak pada So Jung.
Tidak perlu melihatnya lagi So Hee sudah tahu apa yang terjadi. So Yeon akan mengambil maskaranya sambil memarahi So Jung dan ibunya akan membela adik bungsunya. So Jung akan berkata bahwa So Hee-lah yang mengambil maskara itu dari kotak kosmetik So Yeon dan So Yeon akan datang ke kamar dan memarahi So Hee. Begitulah akhirnya. So Jung yang mengunakan maskara So Yeon tapi So Hee yang terkena marah baik oleh So Yeon maupun oleh ibu mereka.
“Ini tidak adil?” lirih So Hee dalam hati.
Apa-nya yang tidak adil?
Sebuah suara masuk kedalam pikiran So Hee. So Hee yakin ia tidak mendengar suara itu tapi otaknya merasakan sesuatu.
Bukankah sangat menyenangkan?
So Hee mengangkat bantal-nya dan mengerdarkan pandangannya ke seluruh ruang kamarnya. Tidak ada siapapun tapi ia merasa mendengar sesuatu.
Kau mencariku?
So Hee menoleh ke Kiri dan mendapati seorang pria yang tidak jauh berbeda dengannya bersandar di nakas. Pria itu menatap So Hee dengan tatapan bersahaja namun tetap membuat So Hee bergidik ngeri.
Kau tidak usah takut. Aku bukan manusia jahat.
So Hee bersumpah jika ia tidak melihat bibir pria itu bergerak atau mendengar suara pria itu. Ia merasakan sesuatu berdengung di kepalanya seperti sedang mendengarkan apa yang di ucapkan oleh pria itu.
Bagaimana? Tanya So Hee dalam hatinya.
Telepati. Jawab pria itu membuat So Hee semakin terpesona. Pria itu nampak seperti manusia biasa dengan seulas kain putih yang di lilitkan keseluruh tubuh dan potongan rambut seperti jamur Shitake. Kantung matanya terlihat tebal dan menghitam tapi tidak membuat wajah menjadi jelek.
Bagaimana kau melakukannya? Siapa kau? Tanya So Hee masih tidak percaya.
“Jung So Hee! Jika kau ingin memiliki suatu barang, belilah dengan uangmu sendiri.” So Yeon berjalan ke meja rias lalu meletakkan maskaranya di sana. Ia kemudian berjalan ke arah lemari.
So Hee menatap kakaknya dan pria itu bergantian. Pria aneh itu masih bersandar di tempat yang sama sedangkan So Yeon bertingkah seperti tidak ada orang lain.
“Ya! Micheoseo??” teriak So Hee saat melihat So Yeon hendak membuka handuk kimononya.
“Wae?” teriak So Yeon sambil memengang dadanya. Jantungnya hampir copot saat mendengar teriakan So Hee.
“Pakai bajumu di kamar mandi—” So Hee memperingatkan kakaknya tentang pria di sebelahnya tapi saat ia menoleh pria itu sudah tidak ada di tempatnya lagi.
So Hee tidak mempedulikan kakaknya yang melepas handuk di hadapannya. Ia masih bingung dengan apa yang terjadi padanya. Pria itu nyata. So Hee bisa merasakan hawa panas dari pria itu tapi logikanya tidak mempercayainya.
>>deson<<
“Kau sedang menggambar siapa?” Chan Yeol menyerahkan susu coklat dingin pada So Hee. Pria itu sudah tahu kebiasaan So Hee yang selalu meminum coklat dingin ketika sedang menggambar. Ia bahkan hafal setiap hal kecil dari So Hee.
So Hee yang bertubuh munggil yang tidak suka bermain basket. So Hee yang menyukai makanan pedas, So Hee yang selalu membutuhkannya untuk membuka kaleng atau tutup botol.
“Menurutmu bagaimana?” So Hee menyodorkan hasil gambarnya pada Chan Yeol.
Dan So Hee yang selalu mencarinya ketika gadis itu bingung atau sekedar meminta pendapat untuk gambarnya. So Hee-nya. Jung So Hee.
“Bagus?” ucap Chan Yeol di ikuti gelengan So Hee. Ia tidak mengerti apa maksud So Hee, meskipun hanya satu kata yang keluar tapi biasanya So Hee langsung mengerti. So Hee bilang semua yang ia katakan terdengar dari nada bicaranya. Gadis itu bisa langsung mengerti apa yang di pikirkannya tanpa perlu menjelaskannya dengan kata-kata yang panjang, “Wae? Apa kau sedang menggambar aku?”
“Micheoseo?” So Hee menarik gambarnya lagi. Ia menatap gambar setengah jadi itu sekali lagi, “Malaikat tapi bisa jadi juga setan.” Gadis itu tidak yakin dengan apa yang di gambarnya. Ia pikir dengan menunjukannya pada Chan Yeol, pria itu bisa memberikannya pendapat tapi malah sama saja.
“Ku kira kau tidak suka mengambar potrait seseorang. Kenapa kau sekarang sangat berusaha membuatnya.” Chan Yeol mencoba menguraikan apa yang ada di pikirannya.
So Hee kembali memandang gambarnya. Gambar itu adalah sosok yang di lihatnya di kamarnya kemarin. Tidak terlihat seperti malaikat ataupun setan. Tapi ia bisa merasakan bahwa pria itu bukan manusia. Aura pria itu terlalu menyesakkan. Bahkan So Hee bisa merasakannya sampai sekarang.
“Ah! So Yeon noona akan tampil di SM Café. Apa kau mau melihatnya bersamaku?”
So Hee mendecak, “Aku bosan melihatnya setiap hari.”
“Hee-ya!”
“Chan Yeol-ah.” So Hee menggeleng.
“Aku berjanji tidak akan menyuruhmu menyanyi. Aku bernyanyi tidak akan berteriak bahwa kau adik So Yeon noona dan aku berjanji tidak akan berteriak-teriak. Bagaimana?”
So Hee menatap gambarnya sesaat. Ada perasaan ragu di hatinya tapi ia tidak mampu menolak keinginan Chan Yeol. Sudah lama juga ia tidak pergi ke SM café. Bukan hanya karena So Yeon tapi ia benar-benar tidak nyaman berada disana.
“Shiro.” Jawab So Hee tegas, “Aku akan berkencan hari ini.” So Hee meneguk susu coklatnya hingga habis dan membereskana barang-barangnya.
Chan Yeol menatap wajah So Hee tidak percaya. Bertahun-tahun ia berteman dengan So Hee, ia tidak pernah mendengar So Hee dekat dengan pria manapun. Teman perempuan So Hee pun bisa di hitung dengan jari. Tapi sepertinya ia salah. So Hee sudah jauh lebih dewasa dari yang di kiranya. Mungkin saja gadis itu mempunyai seseorang yang spesial tanpa memberitahunya.
Melihat sorot wajah Chan Yeol yang membeku membuat So Hee menjadi merasa bersalah. Tapi perasaan itu kemudian menghilang berganti menjadi perasaan yang senang. Chan Yeol cemburu. Selama bertahun-tahun mereka berteman, So Hee baru melihat ekspresi wajah cemburu Chan Yeol,
“Ey Chan Yeol-ah… dungdamia.” Aku hanya bercanda goda So Hee menyenggol lengan Chan Yeol untuk membuyarkan lamunan panjang pria itu, “Jika aku mempunyai kekasih aku akan mengenalkannya padamu.”
“Ya! Kau hampir membuat jantungku copot.” Chan Yeol mengacak-acak rambut So Hee gemas. Pria itu benar-benar kesal sehingga melampiaskan semuanya pada So Hee.
“Kajja… ayo kita ke SM café.” So Hee mengulurkan tangannya pada Chan Yeol.
Dengan malu-malu Chan Yeol mengapai uluran tangan So Hee,
“Kau harus baik pada saudaramu. Jika tidak oppa ini akan menghukummu.” Chan Yeol menarik pipi So Hee dengan gemas, “dan jangan tipu oppa ini lagi. Mengerti?”
>>deson<<
So Yeon bernyanyi dengan sangat baik. Seperti biasanya. Di mata So Hee kakaknya sangat biasa. Ia lebih suka mendengar suara kakaknya yang fals di kamar mandi. Senadainya ia bisa merekam suara kakaknya di kamar mandi dan memberikannya pada Chan Yeol. Mungkinkah Chan Yeol akan berhenti menyukai kakaknya?
“Baek Hyun-ah!” Chan Yeol melambaikan tangannya ke pria yang bernyanyi di sebelah So Yeon.
So Hee menarik tangan Chan Yeol yang mulai menarik perhatian orang-orang.
Baek Hyun mendekati So Hee dan Chan Yeol dengan senyuman lebar. Mengambil tempat tepat di sebelah So Hee.
“Hee-ya, bagaimana penampilanku?” tanya Baek Hyun dengan senyman besar.
“Tentu saja bagus, bukan begitu Hee-ya?” So Yeon menatap So Hee dengan tatapan berbinar.
“Biasa saja.” Jawab So Hee cuek.
“So Hee benar-benar gadis yang pemalu.” So Yeon mencoba mengelus rambut So Hee perlahan namun langsung di tangkis oleh So Hee. Melihat tingkah So Hee, So Yeon tidak ambil diam ia langsung menatap Baek Hyun, “Ku dengar kau menyukai Shinhwa. So Hee Juga sangat menyukainya?”
“Jinjja?” ucap Baek Hyun berseri, “Aku mempunyai tiket konser Shinhwa. Apa kau mau menontonnya denganku?”
“Tentu saja dia mau.” Ucap So Yeon sebelum So Hee menjawab, “Dia akan sangat berterimakasih padamu.”
“Eonni, dimana toiletnya?” So Hee menarik Lengan So Yeon dengan keras.
So Yeon akhirnya menuruti ke inginan adiknya, “Kau tahu kamar mandinya kenapa minta diantar?”
“Eonni! Kenapa kau selalu saja menjodohkanku dengan Byun Baek Hyun, o?” ucap So Hee begitu mereka tiba di dalam kamar mandi.
So Yeon mendecak, “Ya! Apa kau tidak sadar, Byun Baek Hyun lebih pantas denganmu dari pada Park Chan Yeol.”
“Kenapa kau selalu sibuk mengurusi kehidupan pribadiku. Lebih baik kau cari pasangan hidupmu saja.”
“Kau adalah adikku dan aku bertugas untuk menjagamu.”
“Kau bukan oppa. Berhetilah menjadi kakak yang baik. Aku bukan anak kecil lagi.”
“Jung So Hee.”
“Miwoyo.” Ucap So Hee pada So Yeon. Ia meninnggalkan So Yeon sendiri di kamar mandi sementara ia tidak berniat sedikitpun kembali ke mejanya.
So Hee pergi keluar tanpa memberitahu Chan Yeol. Ia tidak ingin So Yeon menyuruh Baek Hyun mengantarnya pulang. Ia merasa kasihan pada Baek Hyun jika sampai melakukan hal itu.
Ya! Jika kau memiliki satu kesempatan untuk hidup lagi. Apa yang kau inginkan?
Saudara laki-laki.
Wae?
Kami tidak akan berebut barang yang sama. Ada seseorang yang melindungiku bukan mengatur hidupku. Seseorang yang dapat mengerjakan apa yang tidak dapat aku kerjakan. Dia bermain gitar dan aku yang bernyanyi. Seseorang yang bisa di andalkan dan dibanggakan untuk teman-temanku. Aku ingin berkata dengan bangga, “dia oppa-ku”.
>>deson<<
Sudah kukatakan bahwa manusia itu lemah. Tidak bisa di bandingkan dengan makluk Planet EXO. Jika mereka mau, orang-orang di planet EXO bisa menghabiskan seluruh isi bumi tapi tidak ada keuntungan bagi planet EXO. Mereka hanya akan menghapus keseimbangan alam.
Yang mereka ingin tahu adalah satu hal. Cinta. Dengan metode apapun orang-orang Planet EXO akan mencari tahu apa itu cinta. Sampai menemukan jawaban yang tepat. Sampai mereka puas dengan jawaban yang mereka dapatkan.
>>deson<<
“So Hee-ya…” Seseorang menguncang-guncangkan tubuh So Hee dengan sangat keras, “Hee-ya.”
So Hee membuka matanya dengan malas, “wae?”
“Apa kau melihat bola basketku?”
So Hee memutar otaknya sesaat. Ia membuka matanya dan melihat seseorang pria menatapnya dengan tatapan tidak sabar. Pria itu tidak memakai baju hanya memakai boxer hitam dan handuk putih yang di sampirkan di lehernya.
“Joon Myun Oppa.” Lirih So Hee pelan. Otaknya dengan cepat mengumpulkan imformasi yang ada.
Nama Kim So Hee. Anak ketiga dari pasangan Kim Hee Chul dan Han Yeo Shin. Mempunyai dua kakak laki-laki, Kim Min Suk —2 tahun lebih tua dan Kim Joon Myun —1 tahun lebih tua serta seorang adik laki-laki bernama Kim Jong In— 2 tahun lebih muda. Anak perempuan satu-satunya dalam keluarga. Mahasiswa tingkat 3 Jurusan Design grafis.
“Eonni-neun?” tanya So Hee dengan wajah bingung. Ia merasa bahwa ada yang terlewatkan oleh otaknya tapi ia tidak tahu apa. Ia merasa ada sesuatu yang salah.
“Aigoo… anak ini masih berada di alam mimpi. Bangun atau aku akan menendangmu dari kasur.” Joon Myun mendecak kencang lalu terjun ke atas kasur adiknya.
“Ya!” So Hee berusaha terhindar dari serangan kakaknya.
Joon Myun tidak menyerah ia menarik badan So Hee dan mengelikitikinya sampai So Hee berteriak minta tolong.
“Joon Myun- ah!” Min Suk berteriak dari pintu. Menghentikan serangan Joon Myun kepada So Hee.
So Hee mengambil nafas sebanyak-banyaknya ketika serangan Joon Myun berherti. Kepalanya terasa pusing karena mendapatkan serangan mendadak setelah bangun tidur. Ia merasa bahwa ia sudah tertidur amat panjang.
“Kalian sudah besar tapi kenapa masih bertingkah seperti itu?” Min Suk kembali berkomentar.
“Aku hanya membangunkannya saja.” Kilah Joon Myun.
So Hee melihat punggung Joon Myun membelakangi. Dengan kekuatan penuh ia mengambil ancang-ancang untuk terbang ke punggung kokoh itu.
“Arghh…” Joon Myun berteriak saat adiknya mendarat di punggungnya. So Hee segera melingkarkan tangannya di leher Joon Myun dan menguncinya dengan rapat.
“Hee-ya, kau mau mati huh?” Joon Myun mencoba melepaskan diri dari So Hee tapi gadis itu malah tertawa terbahak-bahak.
“Hee-ya! Hentikan.” Min Suk mencoba untuk menjauhkan adik perempuannya dari adik laki-lakinya itu tapi So Hee semakin mengeratkan peganggannya.
“Mian Eonni.” Ucap So Hee di tengah tawanya.
Eonni? Eonni! Eonni. Kata itu tidak asing di kepala So Hee tapi di mulutnya sangat asing. Kenapa ia terus menyebut kata Eonni. Dalam ingatan ia tidak mempunyai kakak perempuan. Tapi ia merasa ada sesuatu yang hilang. Bukan dalam ingatannya tapi dalam hatinya.
Ada apa ini?
TBC...
find more at desonzone.wordpress.com