Tik.. tik.. tik..
Suara jarum jam berdetik terdengar begitu jelas di telingaku. Berusaha memecahkan keheningan yang begitu sunyi di dalam kamarku.
Aku menghela napas panjang, “Ini menyesakkan,” batinku.
“[YOUR NAME], it’s just wasting time.” batinku berbicara pada ragaku. Berusaha untuk menyadarkanku dari lamunan dan penantian yang melelahkan ini.
Sudah 1 jam berlalu, aku masih mendapati diriku duduk termenung di depan meja belajarku. Tidak, aku tidak sedang termenung memikirkan Pekerjaan Rumah yang sulit. Tidak juga termenung menghafal rumus-rumus Matematika atau Fisika yang berbelit-belit. Yeah, aku sedang termenung menunggu benda elektronik berwarna biru yang bertengger manis di atas mejaku.
Menunggu ponselku bergetar, berbunyi, atau apa saja yang menandakan ada sebuah pesan masuk atau panggilan telepon di ponselku.
Aku gila? Stres? Frustasi? Kurang kerjaan? Bodoh? Entahlah, ini semua karena lelaki sok tampan macam Oh Sehun.
Lelaki yang menghilang ditengah kesibukan dunia kariernya. Lelaki yang telah membuat diriku gila seperti ini. Lelaki yang telah membuatku membuang-buang waktuku yang berharga. Lelaki yang telah mengontaminasi seluruh saraf kerja otakku.
Dan.. lelaki yang telah menguasai semua ruangan dalam hatiku. Lelaki yang sangat kucintai. Yeah, satu fakta dan kenyataan yang sama sekali tidak bisa kuhapuskan dalam hidupku.
Aku mencintainya dan dia.. mencintaiku. Begitulah, fakta yang kuketahui.
Untuk yang kesekian kalinya, aku menekan tombol ponselku. Mengecek apakah ada tanda-tanda panggilan atau pesan masuk di ponselku. Sebenarnya, tanpa aku mengeceknya aku tahu bahwa sejak tadi ponselku sama sekali tidak menunjukan getaran atau bunyi tanda ada pesan atau panggilan masuk.
Yeah, ponselku sama sekali tidak menunjukan adanya panggilan atau pesan masuk dari Oh Sehun.
Sumber dari segala sumber yang sejak tadi berkelubut ria di dalam otakku. Sumber yang sejak tadi menjadi pusat penantianku.
Aku mengacak-acak rambutku dengan kesal, “[YOUR NAME] Berhenti bersikap bodoh seperti ini!” Aku berseru frustasi. Sungguh, aku benar-benar tidak tahan seperti ini.
Namun, organ tubuhku selalu saja memaksaku untuk melakukannya. Yeah, seperti ini, menunggu ponselku berbunyi. Berharap ada satu pesan atau panggilan masuk dari Sehun.
Sudah hampir 2 minggu berlalu, sejak pertemuan kami di taman dekat rumahku, setelah hampir 1 minggu tidak bertemu karena kesibukan kariernya. Lelaki itu sama sekali tidak menunjukan batang hidungnya lagi di hadapanku, dan tentu saja sampai detik ini. Entahlah, pergi ke negeri antah berantah mungkin.
Sudah kucoba untuk mengirim pesan padanya, bahkan setiap pagi. Tetapi, apa? Satu pun sapaan ‘Selamat pagi’-ku tidak pernah mendapatkan balasan darinya. Sesibuk itukah dia? Hingga tidak bisa meluangkan beberapa detik saja waktunya hanya untuk sekedar membalas pesanku. Sekedar menjawab ‘Selamat pagi juga’, itu saja sudah sangat cukup untukku.
Mencoba meneleponnya terlebih dahulu? Sudah kucoba dan tentu saja hasilnya tetaplah nihil, selalu tidak diangkat. Apa susahnya sih mengangkat telepon? Sekedar berbicara sebentar saja, berkata ‘Halo’, ‘Apa kabar?’, atau ‘Aku merindukanmu’.
Apa berbicara begitu saja sangat sulit? Apa berkata begitu saja memerlukan waktu berjam-jam? Tidak tahukah dia bahwa seorang [YOUR NAME], gadis yang sangat mencintainya ini begitu sangat merindukannya?
Astaga, perlukah aku berteriak di depannya kalau aku sangat sangat sangat merindukannya? Aku bisa mati gila kalau begini terus.
Oh Sehun, Oh Sehun.
Kau benar-benar lelaki sok tampan penyebar virus kerinduan. Kau memang menyebalkan, dan membuatku selalu merindukan sisi menyebalkanmu. Oh Tuhan, hentikanlah penyiksaan tak tertara ini.
Aku kembali meraih ponselku. Tidak, kali ini aku tidak berniat mengecek ada pesan atau panggilan masuk di ponselku. Aku hanya ingin mencoba mengusir rasa kerinduan ini dengan memandangi sebuah senyuman manis yang amat sangat kurindukan dalam ponselku.
Ya, aku sedang memandangi wallpaper ponselku. Memandangi seorang lelaki tampan dengan wajah manis dan senyum penuh pesona yang terukir jelas di bibirnya. Oh Sehun.Yeah, wallpaper lelaki itulah yang tertera jelas di ponselku.
Yeah, inilah satu-satunya tempat diriku mengatasi rasa kerinduanku. Memandangi wajah seorang Oh Sehun. Aku tahu, mungkin ini hanya menambah rasa kerinduanku. Tetapi, ini lebih melegakan daripada menunggu ponselku bergetar menanti pesan atau panggilan masuk darinya.
Oh Sehun, Oh Sehun. Kau memang meracuni semua saraf kerja otakku.
Drrrt.. Drrrt..
Tiba-tiba, ponselku bergetar.
1 New Message
Tanpa berpikir dua kali lagi, aku segera menekan layar ponselku dan membuka sebuah pesan masuk itu. Tuhan, Tuhan, aku berharap ini pesan masuk dari Oh Sehun.
Annyeong, chagi-ya~
Mianhae, aku baru membalas pesanmu yang ke-20 ini. Ponselku ditahan oleh Sooman hyung .__.
Hayo~ sedang memandangi fotoku ya?
Kau pasti merindukanku, kan? Kkk~
Kuharap ya!
Kau tahu, aku juga sangat sangat sangat merindukanmu~ ♥
Terima kasih, Tuhan. Kau mengabulkan doaku. Aigo, kau tahu senyum merekah disertai pipi merona sedang menghiasi wajahku. Oh Sehun, kau.. menyebalkan!
Yeah, merindukanmu itu menyebalkan!