home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > FIRST LOVE

FIRST LOVE

Share:
Author : miithaayaaaa
Published : 18 May 2014, Updated : 18 May 2014
Cast : Seo Joohyun, Jung Yonghwa, Shim Changmin
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |8432 Views |1 Loves
FIRST LOVE
CHAPTER 1 : PART I - I MISS YOU

Seoul Station, 11th February 2010

 

Seorang gadis  yang berumur 20 tahun berdiri menghadap pintu keluar mengharap seseorang yang ia tunggu sudah sekian lama akan tiba. Dia menatapnya dengan tatapan kosong. Ia tahu apa yang ia lakukan adalah sia – sia karena selama ini ia menunggu dia  tidak pernah ada.

 

Ia menunggu sampai pemberhentian kereta yang terakhir. Rambut panjangnya yang terurai dan bergelombang berantakan tidak karuan tertiup angin berhembus yang dihasilkan dari pemberhentian kereta. Ia memegang erat mainan kalung yang ia pakai. Kalung yang diberikan oleh seseorang yang sangat dia cintai dari dulu hingga sekarang. Ia sendiri bahkan tidak tahu seberapa besar ia mencintai orang tersebut hingga sampai sekarang ia masih menunggunya.

 

Pintu keluar kembali terbuka. Ia melihat dengan pasti orang – orang yang keluar dari pintu keluar, Ia semakin erat memegang kalungnya berharap dia akan datang, berharap dia muncul dari pintu keluar dan menghujaninya dengan pelukan betapa ia sangat merindukan orang itu.

 

Kedua ujung bibirnya tertarik membentuk senyuman. Bukan senyuman kebahagian melainkan senyuman yang menyedihkan. Tangannya bergetar memegang kalung dilehernya. Memegangnya cukup kuat. Seseorang yang ia tunggu tidak ada. Ia mencoba untuk tegar. Menahan air mata yang mulai memaksa untuk keluar. Ia mencoba untuk menjadi kuat ia tidak ingin melihatkan sisi lemahnya pada orang.

 

Pintu keluar kembali tertutup menandakan orang terakhir telah keluar. Ia menunduk kebawah masih memegang kalungnya. Tess..

 

Setetes…

 

Dua tetes...

 

Cairan bening yang ia tahan akhirnya menyeruak keluar dari ujung matanya. Ia tidak bisa menahannya lagi. Ia merasakan dadanya yang teramat sesak karena menahan tangisannya.

 

‘lagi..lagi..dan lagi…ini selalu seperti ini. Kau mengingkarinya lagi. Kapan kau datang?’

 

‘Aku.. merindukanmu Yonghwa… Aku sangat merindukanmu Jung Yonghwa’

 

‘Tuhan…aku merindukannya’

 

Ia merasakannya dadanya semakin sesak. Tangannya yang semula menggenggam kuat kalungnya kini turun kearah dimana bagian tubuhnya yang terasa sesak. Ya, hatinya begitu sakit sekarang. Tidak, bukan hanya sekarang. Itu sering sakit saat ia mengingat orang yang tunggu  Jung Yonghwa.

 

Ia kembali menegakkan kepalanya melihat kearah pintu keluar dengan tatapan kosong. Pandangannya kabur karena air matanya. Ia mengepalkan tangannya meremas sedikit bajunya di dadanya yang sesak.

 

‘Jangan menghukumku seperti ini Tuhan… Aku tidak sanggup’

 

‘Aku mohon…Kembalilah Yonghwa…Jebal’

 

 

***

 

Seoul Station, 11th February 2014

 

Ditempat yang sama, ditanggal yang sama dan dibulan yang sama hanya tahun yang berganti. Ia masih tetap menunggu Yonghwa. Ia tidak pernah menyerah untuk menunggunya.

 

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun dan sejalan dengan pergantian musim ia masih tetap menunggu. Berharap Yonghwanya akan datang turun dari kereta dan berdiri dihadapannya.

 

Walaupun tahun berganti, tidak ada yang berbeda dari penampilannya. Dia tetap sama, dengan rambutnya yang panjang yang bergelombang, kulit putihnya, bibirnya yang merah dan wajahnya yang cantik. Hanya saja ia terlihat lebih matang dengan umurnya yang terus bertambah. kedewasaannya bertambah dan membuat aura kecantikannya semakin terlihat. Dia tetap sama, Dia  Joohyun. Seo Joohyun yang menunggu kedatangan Yonghwa.

 

Namun perasaannya saat ini sedikit berubah dari beberapa tahun terakhir ia menunggu. Ia bisa mengontrol perasaannya. Ia tidak menangis lagi seperti bebepa tahun belakangan ini. Dan ia juga berpikir bahwa menangis tidak membuat Yonghwa datang, menerima kenyataan bahwa orang yang ia tunggu tidak ada tanda kehadiran dan kenyataan bahwa ia sudah bertunangan tepat setahun lalu. Saat ayahnya menyuruhnya untuk melupakan Yonghwa dan berhenti melakukan hal yang dianggap bodoh menunggu seseorang yang tidak pernah ada kabarnya. Ia menerima pertunangannya tapi ia sekali lagi masih berpegang janjinya untuk menunggu Yonghwa.

 

Joohyun menarik napas dalam ‘haruskah aku menyerah’ ia mengelus cincin yang melingkar manis dijari keempatnya dengan ibu jari. Tatapannya masih kearah pintu keluar melihatnya hampa.

 

Flashback

 

16th February 2013

 

Disudut persimpangan jalan berdiri sebuah rumah yang kokoh, bertingkat dua penuh dengan cat berwarna putih memiliki taman kecil di halamannya terlihat sederhana memang tapi memiliki arti yang sangat hangat untuk keluarga yang menempatinya.

 

Didalamnya terdapat tiga kamar tidur yang cukup luas yang terdiri dari kamar tidur utama, kamar tidur tau dan tentu saja kamarnya Joohyun. Ini rumahnya. Seluruh ruangan dicat dengan warna putih. Joohyunlah yang mendedikasi warna rumahnya karena ia sangat menyukai warna putih yang melambangkan dengan kesucian.

 

Didekat ruang keluarga terdapat Grand Piano Model O dan tentunya berwarna putih juga. Hadiah dari ayahnya saat lulusan sekolah menengah. Joohyun melanjutkan studinya ke universitas mengambil jurusan music, ia lulus dengan hasil yang memuaskan dan sekarang ia menjadi guru music khususnya piano disalah satu sekolah ternama di korea. Didalam rumahnya juga terdapat sebuah kolam kecil berukuran 2 meter  terletak disudut dinding yang dihidupi beberapa ekor ikan koi yang juga memiliki tanaman untuk mempercantik kolam dan air terjun yang turun dari selah selah dinding. Rumahnya benar – benar memiliki kenyamanan untuk keluarga Joohyun.

 

“omma kau terlihat sangat sibuk, bisakah aku bantu?” Joohyun turun dari anak tangga menghampiri ibunya yang sibuk didapur menyiapkan  makanan untuk tamunya.

 

“benarkah?” Joohyun mengangguk. “kalau begitu kau bisa membantu omma mengurus ini” Ibu Joohyun menyerahkan beberapa tumpuk bawang Bombay untuk iris.

 

“apakah seseorang akan datang?”

 

“hmm” ibu Joohyun menggumam sebagai jawaban.

 

“apa mereka special?”

 

“tentu saja, mereka teman ayahmu sewaktu sekolah. Kalau kau melihat anaknya kau juga akan mengenalnya. Anaknya sunbaemu waktu disekolahmu” Jawab ibunya tanpa berpaling dari sup yang dimasaknya.

 

Joohyun mengernyitkan dahinya bertanya – tanya siapa. “Sunbaeku? Sunbaeku terlalu banyak disekolah, semua atasanku adalah sunbaeku omma” Joohyun berkata main – main.

 

“siapa yang bilang semua atasanmu adalah hoobaemu” Ibu Joohyun tersenyum mengejek kearahnya. Mereka berdua tertawa.

 

“aku jadi penasaran. Aku harap dia tampan” Joohyun tertawa ringan sedikit melirik keibunya yang hanya menggelengkan kepalanya melihat Joohyun.

 

Setelah beberapa jam berkelebat dengan alat dapur Joohyun dan ibunya akhirnya menyelesaikan beberapa hidangan untuk kunjungan tamunya. Ada kimchi, sup, daging panggang dan tentunya masih banyak hidangan yang lainnya. Mereka membuatnya dengan senang hati yang diiringi dengan canda gurau antara anak dan ibunya.

 

“waahhh, ini akan menjadi hari yang special” Seorang paruh baya datang yang tidak lain adalah ayahnya Joohyun menatap tak percaya melihat hidangan yang ditata sedemikian rupa di atas meja makan.

 

“Joohyun-ah kau harus bersiap – siap berdandanlah yang cantik, appa ingin menunjukkan putri appa yang cantik”

 

“Ne~” Joohyun tersenyum ke ayahnya melepaskan celemek yang ia pakai dan berjalan kearah kamarnya.

 

Malam tiba. Tamu yang ditunggu oleh keluarga Joohyun pun kini telah datang. Sepasang suami istri yang masih terlihat romantis walaupun diumur mereka yang lanjut usia. Seorang pria yang tidak lain anaknya duduk manis tepat disebelahnya ibunya yang berhadapan dengan orang tua Joohyun.

 

Wajahnya yang tampan, postur badan yang tinggi, bola mata hitam, kulitnya yang bersih dan senyumnya yang membuat para gadis – gadis yang melihatnya akan melting. Setelan jas yang ia pakai  lebih memperlihatkan sisi kharismanya.

 

Joohyun yang keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga dengan cepat menuju ruang tamu tempat dimana keluarganya berkumpul dengan tamunya. Ia memakai gaun biru muda selutut dengan rambut digerai yang memiliki jepitan pita kecil disamping kiri kepalanya. Semua terpanah melihat kecantikan alami Joohyun.

 

“kenalkan ini putriku Seo Joohyun dan Joohyun ini teman ayah Shim Dongyoon samcheon” Ayah Joohyun memperkenalkan anaknya kepada temannya saat Joohyun tiba disebelahnya.

 

“Annyeonghasaeyo Seo Joohyun Imnida” Joohyun menyapa sopan membungkuk pada teman ayahnya dan memberikan senyuman khasnya.

 

“annyeong Joohyun. wahh kau terlihat sangat cantik” Tuan Shim takjub.

 

“Terima kasih Samcheon” Joohyun tersipu atas sanjungannya. Dia melirik kesamping tepat disebelah istri teman ayahnya. Dia menyipitkan matanya merasa akrab dengan wajahnya.

 

“Changmin sunbae?” Tanya Joohyun ragu

 

“oh. Aku sunbaemu disekolah Changmin, Shim Changmin. Sudah lama tak bertemu kau terlihat semakin cantik Joohyun” Kata Changmin terus terang membuat Joohyun semakin tersipu malu membuat pipinya memerah.

 

“Kau juga semakin tampan sunbae”

 

“Aigoo anak zaman sekarang sukanya langsung blak – blakan membuat wajah yang dipuji menjadi memerah seperti tomat” Canda Ayah Joohyun yang membuat keluarga Shim dan keluarganya tertawa.

 

“Baiklah karena semua sudah mengumpul bagaimana kita melanjutkan dengan makan malam, aku dan Joohyun sudah menyiapkan makanan yang lezat untuk menyambut kalian” ajak ibu Joohyun seraya bangkit mengajak keluarga Shim untuk makan malam.

 

Dua keluarga yang bergabung menikmati makan malam dengan gembira berbincang satu sama lain di atas meja makan. Tuan Seo dan Tuan Shim berbicara nostalgia mengingat hal – hal yang mereka lalui saat mereka duduk dibangku sekolah. Nyonya Seo dan Nyonya Shim juga berbincang tentang hal yang disukai oleh perempuan seperti perhiasaan dan lainnya. Tidak jauh berbeda dengan kedua orang tuanya, Joohyun dan Changmin juga banyak bercerita tentang saat mereka disekolah. Ya. Mereka dekat sebagai hoobae dan sunbae saat mereka disekolah mereka mengambil ekskul yang sama saat disekolah.

 

“bagaimana kalau kau memanggilku oppa? Kita akan terlihat lebih dekat. Dan aku juga bukan sunbaemu lagi Joohyun hoobae” tawar Changmin riang.

 

“aku rasa itu tidak buruk dan aku bukan hoobaemu lagi” terima Joohyun dengan senang hati. Mereka berdua tertawa membuat kedua orang tua mereka menjadi focus memperhatikan mereka.

 

“hmm” Tuan Shim berdehem. “Aku rasa mereka sudah cukup dekat. Temanku Seo bagaimana dengan pembicaraan kita yang kemarin kau sudah memberitahu Joohyun?”

 

“Aku sudah memberitahu istriku tapi belum dengan Joohyun, aku ingin membuatnya seperti kejutan”

 

“kejutan? kalian sedang membicarakan apa appa?” tanya Joohyun ingin tahu.

 

“begini, appa dan Tuan Shim telah membuat persetujuan untuk menjodohkanmu dengan Changmin. Tuan Shim sudah berbicara dengan istrinya dan Changmin dan Changmin menerimanya. Bagaimana denganmu?” Jelas Tuan Seo.

 

Ini benar – benar kejutan buat Joohyun. Kejutan yang membuat hatinya sakit. Ayahnya tahu kalau ia mencintai orang lain dan itu lebih menyakitkan saat ayahnya menjodohkannya dengan orang lain. Joohyun membeku ditepatnya. Ekspresi wajahnya berubah seketika menjadi muram, ia mencoba sebisa mungkin untuk menahan rasa tidak terimanya pada ayahnya. Tapi saat ini ia berpikir bahwa ia sedang berkumpul dengan teman ayahnya dan ia tidak ingin membuat ayahnya malu didepan temannya karena sikapnya.

 

Ia diam. Tangan kirinya merosot kebawah memegang sedikit gaun birunya. Saat ia mencoba untuk menjawab ‘tidak’ sesuai dengan keinginan hatinya. Sebuah tangan hangat ibunya menggemgang tangan mungil Joohyun. Menatapnya dengan mata teduh ibunya tahu apa yang akan dibilang Joohyun. Joohyun tahu apa yang ibunya isyaratkan melalui matanya seolah berbicara ‘jangan melawan hanya dengarkan’. Joohyun menunduk.

 

Changmin yang duduk dihadapan Joohyun melihat ada perubahan dengan ekspresi muram dari wajah Joohyun. Ia tahu ia pasti ditolak. Changmin memang sudah menyukai Joohyun saat mereka disekolah bahkan sampai sekarang. Ia menyebut dirinya sebagai pengagum rahasianya Joohyun. Dan saat ayahnya memberitahu dia untuk menjodohkannya dengan Joohyun ia sangat senang dan langsung menerimanya. Tapi saat melihat ekpresi wajah Joohyun yang tiba – tiba seperti ini, ia tidak yakin kalau ini akan lancar seperti yang ia inginkan. Kedua orang tua Changmin juga merasakan hal yang sama dengan Changmin dilihat dari ekspresi Joohyun.

 

Joohyun mendongak membuat senyuman sebisa mungkin “aku akan memikirkannya appa” Joohyun juga memberikan senyuman singkat kepada Tuan dan Nyonya Shim dan juga Changmin.

 

Changmin tersenyum, ia berpikir mungkin ada sedikit harapan buatnya dari senyuman Joohyun.

 

Malam telah larut. Keluarga Shim sudah pulang sejam yang lalu dan jam sudah menunjukan pukul sebelas malam. Joohyun dan ibunya sedang membersihkan meja makan setelah penjamuan keluarga Shim kerumahnya. Hingga tiba – tiba ayahnya memanggil untuk berbicara dengannya diruang keluarga.

 

“Joohyun-ah, kau sudah dewasa sudah waktunya untuk memikirkan hal - hal kedepan. Memikirkan kebahagianmu. Appa ingin kau menikah dengan Changmin”

 

“tapi appa kau tahu aku mencintai orang lain dan kau juga tahu kalau aku menunggu Yonghwa”

 

“appa tahu Joohyun-ah, kau sangat mencintai Yonghwa kau bahkan menunggunya sampai bertahun – tahun. Tapi appa ingin kau juga sadar bahwa apa yang kau lakukan itu adalah hal yang bodoh” Tuan Seo memberi jeda “Kau menunggunya tanpa tahu kabarnya dan kau juga tidak tahu keberadaannya Joohyun. Appa tahu kau sudah dewasa kau seharusnya sudah mengerti untuk membedakan mana yang lebih terbaik untukmu. Kau bukan lagi seorang gadis yang berusia belasan tahun yang sedang jatuh cinta pada cinta monyetmu” ayahnya berbicara selembut mungkin untuk tidak terlalu menyakiti hati putrinya.

 

Joohyun menunduk. Ibunya yang berada disampingnya mencoba menenangkan putrinya dengan menggenggam tangan putrinya dan mengelus sisi bahu kanannya. Matanya sudah terasa panas. Setetes cairan bening berhasil lolos dari ujung matanya. Ia sangat tahu ayahnya orang yang baik. Ia tahu ayahnya berbicara selembut mungkin untuk tidak menyakiti hatinya. Tapi justru kata – kata ayahnya membuat ia merasa jatuh. Ia merasakan sakit yang dalam dan sesak didadanya.

 

“tapi aku sudah berjanji padanya untuk menunggunya appa..” kata Joohyun lemah.

 

“Appa tahu Joohyun-ah. Appa tahu. Kau memegang janjimu pada Yonghwa. Tapi apakah janji itu masih berlaku saat kau tahu orang yang kau tunggu itu tidak ada. Bahkan dia tidak pernah mengirimimu kabar sekalipun”

 

“apakah dia tahu apa yang kau lakukan? Apakah dia tahu  kau hidup seperti apa? Dan apakah dia tahu kau masih menunggunya? Dan siapa yang tahu kalau Yonghwa sudah menikah atau tidak Joohyun-ah. Kita benar – benar tidak tahu Joohyun” Tambah Tuan Seo yang sedikit meninggikan suaranya.

 

Joohyun hanya diam menunduk kebawah dan membalas genggaman ibunya kuat sebagai penopang untuknya bertahan. Air matanya semakin memberontak keluar saat ayahnya mengatakan fakta bahwa Yonghwa sudah menikah atau tidak.

 

Ia menggenggam tangan ibunya kuat.

 

“Yonghwa.. dia berjanji padaku untuk kembali appa.. dia berjanji padaku” Joohyun menatap ayahnya yang duduk bersebrangan dengannya mengatakan disela – sela isak tangisnya.

 

“Joohyun-ah..” ibunya membuka suara lirih mengelus punggung putrinya memberikan ketenangan.

 

“Kau sudah dewasa Joohyun-ah, appa harap kau mengerti apa yang appa katakan padamu sekarang. Belajarlah untuk menerima kenyataan walaupun itu pahit Joohyun-ah. Pikirkanlah baik – baik nak. Appa harap jawabanmu tidak mengecewakan appa dan ommamu”

 

Tuan Seo berdiri.

 

“ini sudah malam, sebaiknya kau tidur” Joohyun menatap nanar punggung ayahnya berjalan meninggalkan ia dan ibunya di ruang keluarga.

 

Joohyun melihat ibunya. Matanya berkaca – kaca dan pandangan juga kabur karena air matanya.

 

“omma..”

 

Ibunya kembali mengelus punggung putrinya. Joohyun menatap ibunya bertanya ‘apa yang harus ia lakukan’ lewat matanya. Ibunya hanya bisa menggeleng memberikan tanda tidak tahu apa yang harus diperbuat hanya mendengarkan kata suaminya. Ia memeluk ibunya. Ia terisak dan memeluk ibunya kuat.

 

“apa yang harus aku lakukan omma..apa yang harus aku lakukan” Joohyun merasakan sakit yang mendalam dihatinya dan ia merasakan sesak didadanya membuat dia sulit bernapas.

 

Seminggu berlalu. Dan seminggu itu pula Joohyun hidup seperti orang yang kehilangan nyawanya.  perkataan ayahnya benar – benar mempengaruhi pikirannya. Pikirannya kosong, ia seperti hidup didalam raga yang tidak memiliki jiwa. Hanya melamun. Hingga sampai satu hari, ia benar – benar membulatkan tekadnya dengan jawabannya. Dan ia berpikir ia menerima tawaran ayahnya. Tidak sepenuhnya tawaran. Bukan menikah, tapi ia hanya ingin melakukan pertunangan dulu sampai ia benar – benar siap melupakan Yonghwa dan menikah dengan Changmin.

 

Ayahnya sempat kecewa padanya. tapi istrinya meyakinkannya untuk menerima jawaban yang Joohyun berikan. Tuan Seo tahu ini akan memerlukan waktu yang lama. Tapi ia yakin dengan Joohyun untuk membuka hatinya sedikit buat orang lain.

 

Setelah sebulan Joohyun memberikan jawabannya. Pesta pertunangan dilangsungkan dirumah Joohyun. Pesta yang sederhana, namun awal kebahagian untuk kedua orang tua Joohyun bahwa putrinya akan mencoba untuk membuka hatinya buat orang lain.

 

Flashback End

 

Joohyun masih berdiri betah di stasiun, berdiri mematung masih menatap kearah pintu keluar. Ia bergetar saat ia tiba – tiba teringat dengan kata – katanya ayahnya.

 

‘Tapi apakah janji itu masih berlaku saat kau tahu orang yang kau tunggu itu tidak ada. Bahkan dia tidak pernah mengirimimu kabar sekalipun’

 

“aku masih menunggunya appa..” Joohyun berkata lirih seolah memberi jawaban pada pikirannya.

 

‘apakah dia tahu apa yang kau lakukan? Apakah dia tahu  kau hidup seperti apa? Dan apakah dia tahu kau masih menunggunya? Dan siapa yang tahu kalau Yonghwa sudah menikah atau tidak Joohyun-ah. Kita benar – benar tidak tahu Joohyun’

 

“kau benar appa.. aku tidak tahu apa yang dia lakukan.. aku juga tidak tahu dia memegang janjinya atau tidak.. aku tidak tahu appa, aku benar – benar tidak tahu” jawab Joohyun kali ini dengan isak tangisnya.

 

Air matanya berhasil menyeruak keluar membanjiri pipinya. Ia terisak ditempatnya. Dadanya terasa sakit dan sesak. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya menangis tersedu. Bahunya naik turun, ia menangis keras. Ia tidak peduli pada orang – orang yang melihatnya saat ini. Ia hanya ingin menangis.

 

“apa yang harus aku lakukan appa…” ia berkata lirih disela isak tangisnya.

 

“agashi kau baik – baik saja?” seorang wanita paruh baya menghampiri Joohyun. Menepuk punggungnya pelan dan sedikit menundukkan kepalanya untuk bisa melihat wajah Joohyun.

 

Tidak ada jawaban. Joohyun masih menangis dengan menutupi wajahnya. Orang – orang yang berlalu lalang menatap mereka heran. Wanita paruh baya itu mengelus punggung Joohyun lembut.

 

 

***

 

Sepasang suami istri yang berada di ruang keluarga duduk sibuk kegiatan mereka masing – masing. Orang tua Joohyun selalu berkumpul diruang keluarga pada saat malam hari. Mereka hanya berbincang – bincang mengenai apa yang mereka telah lewati kegiatan seharian mereka. Dan seperti biasa ibunya Joohyun merajut untuk sekedar melakukan hobinya, sedangkan ayahnya membaca bebarapa laporan perusahaannya.

 

“yeobo dimana Joohyun?” Tanya ayah Joohyun tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen didepannya.

 

“kau lupa hari ini tanggal 11 February?”

 

Tuan Seo meletakkan dokumennya diatas meja yang dihadapannya dan melihat istrinya “Joohyun masih melakukan itu?”

 

Ibunya meletakkan rajutannya diatas pahanya mengangguk pelan kearah suaminya sebagai jawaban.

 

Tuan Seo menarik napas dalam. “apa yang dipikirkan anak itu, aku menjodohkannya dengan Changmin supaya dia bisa melupakan Yonghwa. Kalau dia begini terus aku akan memaksanya untuk menikah secepatnya dengan Changmin”

 

“Kau tidak perlu memaksaku appa, katakan pada samcheon aku ingin menikah akhir bulan ini. Aku akan beritahu Changmin oppa besok” Joohyun mengatakan dengan lemah saat ia mendengar perkataan ayahnya saat memasuki rumah.

 

“Joohyun-ah..” Ayahnya terkejut dengan apa yang dibilang Joohyun.

 

“Jangan tanya alasanku appa.. Aku hanya ingin mempercepat pernikahannya”

 

“Baiklah.. appa akan membicarakannya dengan Tuan Shim” Jawab Tuan Seo yang masih bingung dengan tingkah dan ekspresi lemah Joohyun.

 

“terima kasih appa” Joohyun pamit dan berjalan kearah kamarnya.

 

 

***

 

Semilir angin yang berhembus membuat poni Changmin berantakan. Ia bersandar disamping sisi mobilnya menunggu Joohyun selesai mengajar. Joohyun mengirim pesan pada Changmin kemarin malam kalau hari ini ada yang ingin disampaikan.

 

Sesekali Changmin melirik kearah kaca spion mobilnya untuk melihat tampilannya, merapikan rambutnya yang tertiup angin. Dia hanya ingin terlihat tampan didepan Joohyun. Ia melambaikan tangannya saat Joohyun keluar dari tempat mengajarnya. Ia membuka  pintu mobil satunya buat Joohyun dan ia juga berlari kecil kearah sisi satunya memasuki mobil. Hanya percakapan kecil yang terjadi didalam mobil sepanjang perjalanan.

 

Pertanyaan – pertanyaan kecil yang ditanyakan oleh Changmin hanya dijawab seadanya oleh Joohyun. Selama beberapa menit berkendara mereka akhirnya sampai disebuah restoran yang sering mereka kunjungi. Restoran Itali yang menyajikan beberapa makanan khasnya terutama pastanya yang terkenal lezat.

 

Mereka mengambil tempat duduk  yang berisikan hanya dua tempat duduk yang berada diujung ruangan yang menghadap kearah sisi jalan luar. Alunan musik yang lembut mengisi seluruh ruangan membuat suasana restoran bertambah nyaman. Seorang pelayan datang dengan membawa buku menu untuk diserahkan pada mereka. Pelayan mencatat menu yang dipilih oleh Joohyun dan Changmin dan setelah selesai dia membungkuk hormat untuk pergi kebelakang memenuhi pesanan mereka.

 

“Joohyun..”

 

“Birakan aku yang berbicara duluan oppa” Joohyun memotong kata Changmin. Changmin mengangguk heran dan memenuhi permintaannya.

 

“Aku.. Aku sudah memutuskan untuk pernikahan kita”

 

“Apa maksudmu Joohyun?”

 

Joohyun menarik nafas “Aku ingin pernikahan kita diadakan akhir bulan ini. Aku sudah membicarakannya pada appa semalam dia setuju dan akan mengaturnya”

 

“Kau tidak bercandakan Joohyun?” Tanya Changmin memastikan dan dijawab dengan anggukan Joohyun.

 

Changmin tidak percaya apa yang didengarnya, menit sebelumnya saat Joohyun berbicara tentang pernikahannya ia pikir Joohyun akan mengakhiri pertunangannya dan pernikahan tidak akan pernah diadakan. Tapi setelah mendengar pengakuan Joohyun ia merasa hatinya seperti ingin meledak karena senang. Ini yang ia inginkan, Joohyun akhirnya menyetujui pernikahannya dan ia bertambah senang mengetahui bahwa Joohyun ingin melakukannya akhir bulan ini.

 

Senyum yang mengembang tidak lepas dari wajah Changmin. Ia ingin berjingkrak lompat dan berteriak untuk mengekspresikan kesenangannya, tapi melihat keadaan sekitarnya ia tidak mungkin bisa melakukan itu.

 

“Oppa, aku sudah memutuskan untuk melupakannya. Appa benar aku tidak mungkin berada didalam situasi seperti ini terus. Oppa aku mohon bantulah aku untuk melupakannya, bantulah aku untuk mulai belajar mencintaimu” Joohyun menatap Changmin dengan mata nanarnya. Ia mengatakan dengan kesungguhannya.

 

Changmin mengambil tangan Joohyun yang bebas diatas meja, ia menggenggamnya lembut. “aku pastikan kau akan melupakannya dan aku akan membuatmu jatuh cinta padaku perlahan-lahan sampai kau tidak akan pernah untuk melupakanku” Changmin mengatakan dengan percaya dirinya.

 

Changmin selama ini tahu bahwa Joohyun tidak pernah menyukainya, mengabaikan perasaannya untuk seseorang yang Joohyun sendiri tidak tahu keberadaannya. Ia marah pada orang yang membuat Joohyun menderita selama ini menunggu tanpa kepastian, ia marah pada orang memiliki nama Jung Yonghwa yang membuat Joohyun seperti ini. ia sudah menunggu lama untuk ini, menunggu bahwa Joohyun akan membuka hati untuknya. Dan ini adalah akhirnya, penantiannya terjawab dengan pengakuan Joohyun sekarang.

 

“maafkan aku oppa, selama ini aku hanya memikirkan perasaanku saja, aku tidak memikirkan perasaanmu,aku membuatmu menderita dengan sikapku yang dingin selama ini padamu” Lanjut Joohyun penuh kesungguhan.

 

“aniya.. ini bukan salahmu sepenuhnya. Ini adalah pilihanku bahwa aku mencintai orang telah memiliki seseorang dihatinya”

 

“Joohyun-ah… lihatlah aku” Changmin mengambil dagu Joohyun dengan satu tangannya untuk menatap wajah Joohyun.

 

“mari kita mulai semuanya dari awal, kita lakukan bersama. Hmm?” lanjut Changmin dengan nada berbisik.

 

Joohyun menggangguk “Gomawo oppa” kedua sudut bibirnya membentuk senyuman. “aku akan berusaha oppa” Lanjutnya.

 

“aku percaya padamu” Changmin mempererat genggamannya. “kau melepaskankan kalungmu itu adalah langkah awal, terima kasih Joohyun-ah” Changmin tersenyum lembut menyadari Joohyun tidak memakai kalung yang diberikan Yonghwa seperti biasanya.

 

Joohyun menarik satu tangannya dari genggaman Changmin memegang lehernya “aku sudah memutuskan untuk tidak memakainya lagi. Mungkin itu akan membantuku untuk melupakannya” Joohyun tersenyum dan kembali meletakkan tangannya diatas tangan Changmin membalas genggamannya.

 

Setelah beberapa menit berbicara tentang rencana pernikahan mereka. Seorang pelayan datang membawa pesanan mereka. Hanya percakapan kecil yang terjadi disela makan mereka. Saling perhatian satu sama lain saat makan. Seperti Changmin menyulangkan makanannya pada Joohyun. Begitu juga dengan Joohyun.

 

Mereka berjalan berdampingan dengan lengan Joohyun diselipkan ke lengan Changmin kearah pintu keluar. Joohyun menahan lengan Changmin saat ia ingin membukakan pintu mobil untuk Joohyun.

 

“Wae ?” Tanya Changmin heran

 

“aku ingin mampir kesuatu tempat, oppa pulanglah dulu” Joohyun memberikan penjelasan.

 

“aku bisa mengantarmu, masuklah”

 

Joohyun menggeleng. “aku bisa pergi sendiri oppa. Oppa pulanglah duluan tidak perlu khawatir aku akan baik – baik saja” Joohyun meyakinkan Changmin.

 

“Kau yakin?” Tanya Changmin memastikan dan Joohyun mengangguk.

 

“Masuklah” Joohyun mengarahkan Changmin pelan menuju ketempat mengemudi dan mendorongnya masuk.

 

“aku akan baik-baik saja oppa” Joohyun memastikan sekali lagi melihat wajah kekhawatiran Changmin.

 

“telponlah aku kalau ada seseuatu”. Joohyun mengangguk.

 

“pergilah” Joohyun melambaikan tangannya kearah mobil Changmin yang mulai berjalan dengan pelan. Ia menarik nafas dalam ‘semua akan baik-baik saja Seo Joohyun, ini adalah keputusan yang kau ambil’ Joohyun menyakinkan dirinya sendiri dan masih melihat mobil Changmin yang perlahan-lahan menghilang dari pandangannya.

 

***

 

Joohyun berjalan diarea pejalan kaki dengan santai. Menikmati keramaian yang ada. Sesekali ia berhenti untuk melihat-lihat penjual accesoriss yang ada dipinggir jalan dan berhenti sejenak untuk mendengarkan alunan suara dari penyanyi jalanan. Bersenandung dengan irama yang ia suka, ia menggerakkan kepalanya menyesuaikan irama yang diciptakan dari penyanyi jalanan.

 

Ia kembali berjalan menelusuri pinggiran kota sebelum mencapai tujuannya. Ini sangat menyenangkan pikirnya. Ia bisa menenangkan pikirannya hanya sekedar berjalan mencari udara segar. Sampai ia berhenti diseberang depan toko perhiasan, ia melihat seseorang yang ia kenal didalam toko tersebut. Itu seniornya saat ia masih sekolah dan juga temannya Yonghwa, Lee Jonghyun.

 

Sudah lama ia tidak mendengar kabar Jonghyun setelah acara reunion sekolahnya 4 bulan yang lalu. Terakhir kabar yang ia dengar dari Jonghyun, ia akan menikah dengan pacarnya yang merupakan pacarnya saat ia berada di universitas.

 

Joohyun cukup lama memerhatikan Jonghyun yang berada didalam toko perhiasan memilah-milah cincin pernikahannya. Joohyun ingin sekali menghampirinya, tapi sekali lagi ia melihat jam tangannya, ini sudah hampir petang. Ia tidak ingin sampai disana malam hari.

 

“Mungkin lain kali” Joohyun berbicara pada dirinya sendiri.

 

Joohyun berbalik dan melanjutkan jalannya menuju stasiun kereta bawah tanah. Ia meletkan t-money cardnya dan menunggu kereta tiba. Ia mengeluarkan ipod dari tasnya memasangkan earphone ketelinganya. Mungkin ini bisa menghilangkan sedikit kebosanannya mendengarkan lagu sambil menunggu kereta. 

 

Ia memasuki kereta perlahan saat kereta berhenti dihadapannya. Ia mengambil tempat duduk paling ujung menghadap kearah jendela. Ia tidak memerhatikan orang–orang disekitarnya, ia hanya sibuk dengan diri sendirinya. Ia tidak tahu kalau sepasang mata coklat indah memerhatikannya, mengikutinya sedari tadi membuat sudut ujung bibirnya membentuk senyuman.

 

Joohyun terus berjalan menuju tempat tujuan sejak ia sampai di daerah tempat tinggal lamanya sebelum pindah kepusat Seoul, Gyeongju. Ia mengingat kenangan lamanya dengan Yonghwa. Ia ingat untuk pertama kalinya bagaimana ia bertemu dengan Yonghwa yang merupakan tentangganya. Mereka berdua masih benar-benar polos, anak remaja yang masih berumur belasan tahun. Ia berhenti disisi depan dua rumah sederhana yang memiliki pagar pembatas yang membatasi halaman rumah sederhana dengan jalan.

 

“Ini tidak berubah sama sekali” kedua ujung bibirnya membentuk senyuman melihat kedua rumah yang bersebelahan yang merupakan tempat tinggal dia dan Yonghwa.

 

Joohyun kemudian melanjutkan jalannya tidak jauh dari rumah lamanya dan menemukan taman bermain. Ia duduk disalah satu ayunan yang tersedia. Tidak banyak orang yang berada disana karena hari mulai gelap. Ia menggoyangkan ayunan kedepan dan kebelakan dengan kedua kakinya perlahan.

‘menyenangkan’ pikirnya, alangkah lebih senangnya jika Yonghwa duduk diayunan kosong tepat disebalahnya. Ayunan berhenti, Joohyun menolehkan kepalanya kesamping melihat ayunan yang kosong. Ia membayangkan wajah kecil Yonghwa yang berumur 12 tahun duduk diayunan tersebut.

 

“bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja?” Joohyun seolah – olah berkata dengan imajinasinya sendiri yang melihat Yonghwa remaja disebelahnya.

 

Tubuhnya bergetar, ia menggenggam erat tali ayunan dengan kedua tangannya untuk menahan air matanya yang ingin menyeruak keluar.

 

Ia berdiri memutuskan melanjutkan perjalanannya meninggalkan taman bermain. Ia tidak ingin berlama-lama karena akan membuat hatinya sakit mengingat kenangan lamanya dengan Yonghwa. Ia menuju tempat terakhirnya, itu sebuah danau kecil.

 

Danau kecil yang ia sering kunjungi dengan Yonghwa dulu. Suasananya sudah berubah mengingat waktu yang terus berjalan dan tumbuhan liar yang mulai tumbuh. Ia melihat rerumputan yang panjang yang tidak terawat berfikir bahwa danau ini jarang dikunjunigi oleh orang – orang. Namun ada dua objek yang tidak berubah dalam penglihatannya. Ia melihat pohon oak yang besar dan rimbun yang disampingnya terdapat tempat duduk yang terbuat dari kayu.

 

Joohyun berjalan mendekat. Ia melihat dengan seksama tempat duduknya, ia meletakkan satu tangannya diatas tempat duduk dan mengelus dengan lembut. Itu sudah berubah, berubah warna dan sedikit berlumut. Ia melihat sudut atas tempat duduk yang ditutupi lumut, ia menghapus dan mengusap – usapkan tangannya untuk menghilangkan lumut tersebut dan ia melihat tulisan yang diukir dengan ukiran tangan ‘Yong Hyun’. Ia mengelusnya, ia tidak bisa menahan air matanya yang keluar betapa ia merindukan hal yang dulu merindukan Yonghwanya dulu. Ia menutup mulutnya untuk menahan isakan yang keluar dari mulutnya.

 

Lututnya mulai lemas dan ia mulai runtuh. Ia berjongkok didepan bangku kayu dihadapannya, menangis terisak memegang lututnya. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menangisi kenangannya dengan Yonghwa, tapi sekarang ia mengingkarinya. Ia tidak bisa tidak menangis sekarang itu terlalu menyakitkan buatnya.

 

Setelah beberapa menit ia bisa menetralkan emosinya masih dengan posisinya yang bejongkok. Ia melihat sebuah kotak berbentuk persegi panjang  yang juga terbuat dari kayu dengan ukiran-ukiran tangan. Ia mengambilnya dan membawanya, Joohyun duduk diatas bangku kayu yang belumut dengan kotak kayu diatas pangkuannya mengahadap ketepi danau. Ia membuka kotak tersebut dan ia melihat kertas-kertas yang terlihat seperti surat. Ya, itu suratnya. Surat-surat yang ia buat tanpa balasan, surat-surat yang bertumpuk dan terlihat usang. Surat yang ia tulis untuk Yonghwa yang tidak tahu keberadaannya. Ia menulis surat untuk menyampaikan bagaimana perasaan bagaimana ia sangat merindukannya.

 

Didalam kotak tersebut juga terdapat beberapa barang mainan kecil punya Joohyun dan Yonghwa yang sengaja mereka tinggalkan didalam kotak tersebut. Joohyun mengambil salah satu surat yang terlihat sangat usang yang sudah bertahun-tahun disimpan didalam kotak tersebut. Itu bukan suratnya, melainkan surat yang dituliskan oleh Yonghwa saat ia berumur 12 tahun.

 

‘Hyun.. kau melihat tanda birukan dipohon oak? Kau pasti tahu. Ini adalah surat pertama yang aku buat didalam kotak ini. Sejak kita membuat perjanjian konyol tentang kotak ini aku berfikir ini akan membantu. Ada sesuatu yang tidak bisa aku katakan padamu. Setiap aku ingin mengatakannya padamu, mulutku selalu kaku dan tidak bisa berbicara apa-apa. Badanku seperti diguncang oleh kekuatan lain setiap ingin mengatakannya padamu. Hyun-ah… Aku menyukaimu. Hari-hari bersamamu membuat hatiku bergetar dan aku merasakan kebahagian banyak. Aku sangat menyukaimu, rasa suka ini akan semakin terus tumbuh menjadi cinta seiring berjalannya waktu bersamamu. Hyun-ah.. jadilah pacarku. Jika kau menerimanya, datanglah ketempat biasa sore ini aku akan menunggumu ditepi danau. Tapi jika kau menolaknya, kau bisa memberikan tanda pink dipohon oak dan membalas suratku ini. Aku  masih akan tetap menjadi sahabatmu jika kau menolakku.

                                                                                                                                                             From : Yong’

 

Joohyun tidak bisa tidak menangis. Lagi-lagi air matanya terus mengalir dari ujung matanya. Ia ingat bagaimana ia mengerjai Yonghwa tentang ini. Ia berpura-pura untuk menolaknya membalas surat Yonghwa dan membuat Yonghwa menunggu lama ditepi danau.

 

Ia menggenggam erat satu sisi kotak tersebut sedangkan satu tangan yang lainnya memegang surat yang usang. Ia membiarkan dirinya sekali lagi menangis dan mengingkari lagi janjinya untuk tidak menangis.

 

Joohyun kembali sadar bahwa hal yang dilakukannya ini adalah sia-sia. Ia melihat kedepan dan ia mengingat bahwa ia akan menikah dengan Changmin. Ia hampir lupa dengan tujuannya datang kesini untuk mengubur semua masa lalunya dengan Yonghwa dan menjalankan kehidupannya yang baru dengan Changmin. Joohyun mengambil kalung pemberian Yonghwa dari tasnya dan menempatkan kedalam kotak tersebut. Ia mengembalikannya kepada pemiliknya  melalui kotak ini.

“aku mengembalikannya oppa. Aku akan melupakanmu walaupun itu sulit untuk aku lakukan. Aku sudah memilih keputusanku” Joohyun menarik napas. “Oppa, aku akan menikah. Terima kasih telah memberikanku kenangan yang begitu berarti buatku” Joohyun berbicara pada kalung yang ia tempatkan pada kotak sebelum menutup rapat kotak tersebut.

 

Joohyun memandangi danau sejenak yang sudah cukup gelap karena hari sudah malam sebelum meninggalkan tempat ini. Ini adalah keputusannya, jadi apapun itu ia harus tetap menjalankannya. Ini akan menjadi hal baru untuknya, untuk memulai kehidupan barunya dengan Changmin.

 

Joohyun masih memegang kotaknya. Ia berdiri dan hendak mengembalikan kotak tersebut ketempak asalnya. Namun saat berdiri tiba-tiba hatinya berdebar, jantungnya berdetak cukup kuat. Ia merasakan perasaannya kembali kemasa lalu. Perasaan ini adalah perasaan sama saat ketika Yonghwa berada didekatnya.

 

“Hyun-ah…”

 

Tubuhnya bergetar ia mendengar suaru lembut menyapu telinganya. Suara itu, suara yang ia sangat rindukan. Apakah ia yang sedang bermimpi atau sedang behalusinasi.

 

“Hyun-ah…”

 

Joohyun membeku saat ia mendengar suara lembut itu lagi, ia sedang tidak bermimpi ataupun berhalusinasi itu nyata dan panggilan itu. Hanya satu orang yang memanggilnya seperti itu dan itu adalah Yonghwa.

 

Joohyun segera berbalik, ia membeku dan betapa terkejutnya ia melihat seorang yang dihadapannya. Ia berdiri membeku ditempatnya. Tatapan matanya tidak lepas dari wajah tampan orang tersebut. Ia menatap lekat wajahnya, tinggi badannya yang bertambah dan waktu yang membuatnya berubah ia semakin terlihat tampan dan berkharisma.

 

Joohyun perlahan-lahan berjalan selangkah demi selangkah melewati bangku kayu dan meninggalkan kotak tersebut yang jatuh ditanah karena keterkejutannya. Ia tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya.

 

“Seo Joohyun..”

 

Dia memanggilnya lagi dengan nama lengkapnya. Air mata Joohyun mengalir dengan sendirinya, ia berjalan dengan tertatih dan pelan sampai mencapai didepannya. Joohyun memandangnya lekat tanpa berkedip, ia tidak percaya apa yang dilihatnya saat ini didepannya. Tatapan matanya yang lembut masih sama seperti dulu. Tangan Joohyun dengan sendirinya berjalan menusuri lengkukan wajahnya. Ia menulusuri matanya, hidungnya, pipinya dan juga bibirnya.

 

“Neo.. Jinjja.. Y-yong oppa?” tanya Joohyun dengan suara gemetar dan mata yang berkaca-kaca.

 

Dia mengangguk pelan.

Joohyun dengan cepat memeluknya. Betapa ia sangat merindukan orang ini. Ia merindukannya seperti orang gila. Ia menangis didalam pelukannya. Tangisannya pecah saat Joohyun merasakan dia memeluknya kembali. Joohyun memperat pelukannya, ia meletakkan kepalanya dibahu Yonghwa. Ia lupa tentang keputusannya dengan Changmin. Yang dipikirannya sekarang ini adalah dia kembali, Yonghwa kembali dihadapannya.

 

-TBC-

 

 

Annyeong... aku kembali dengan fanfic terbaruku. ini akan menjadi TwoShoot. Aku minta maaf untuk fanfic Wedding For You karena belum melanjutkannya. Pekerjaanku benar-benar menyita waktuku selama 4 bulan aku akan mnyelesaikannya segera, terima kasih untuk menunggu ceritaku yang tidak sebagus yang diharapkan dan maaf telah menunggu. semoga kalian suka dengan fanfic baruku maaf kalau banyak typo harap maklum aku bukan penulis yang baik. hehehe like and coment pleasee....

terimah kasih^^

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK