Hayoung duduk di bangkunya sambil menyandarkan kepalanya ke tangan kanannya. Tangan kirinya sibuk membuka lembaran-lembaran buku Fisika-nya. Hari ini ada ulangan Fisika, tapi ia sama sekali belum belajar tadi malam.
Duk!
Dari arah bangku di sebelahnya, terdengar suara tas yang dibanting ke meja. Tentu saja, pasti itu Soeun. Hayoung hanya melirik sekilas, kemudian kembali membaca buku Fisika-nya.
“Hei, girl. Belum belajar lagi kali ini?” tanya Soeun sambil memiringkan kepalanya mencoba menyeimbangi Hayoung.
Hayoung mencibir. “Menurutmu?”
“Kau bisa minta tolong pada Junhong jika kau mau,” Soeun tertawa kecil sambil menunjuk Junhong dengan dagunya.
Hayoung mendongak, kemudian menatap Soeun dengan sinis. “Kau gila, hah? Sejak kapan aku bertanya pada Junhong?” gadis itu berdecak kemudian malah menenggelamkan kepalanya ke meja.
Soeun hanya mengedikkan bahunya sambil tersenyum jahil, kemudian berjalan ke arah meja Junhong yang dipenuhi oleh murid lainnya – yang meminta bantuan Junhong untuk belajar.
Setelah Soeun pergi, Hayoung mengangkat kepalanya menatap punggung Soeun. Beginilah setiap murid-murid lain meminta bantuan Junhong, Hayoung hanya diam di tempat duduknya tanpa berniat meminta bantuan Junhong juga. Alasannya? Hayoung seringkali mendapat ejekan dari teman-teman sekelasnya. Mereka berkata bahwa Hayoung menyukai Junhong. Bahkan beberapa murid dari kelas lain juga mengejeknya.
-----
Sekolah telah usai sejak beberapa menit yang lalu. Murid-murid telah keluar dari kelas masing-masing, kemudian berjalan melewati pagar sekolah menuju ke rumah masing-masing. Tapi, tidak dengan Hayoung. Dengan almamater kuning khas sekolahnya tergantung di tangan kirinya, ia berdiri di depan kelas Namjoo. Sudah biasa ia menunggu Namjoo untuk sekalian pulang bersama.
“Hayoungie!” Namjoo keluar kelasnya dan segera menghambur ke arah Hayoung begitu melihat Hayoung di depan pintu kelasnya. Namjoo memeluk pundak Hayoung kemudian berbisik pada gadis itu, “Kata Soeun kau menyukai Junhong, ya?”
Junhong? “Ya! Eonni, bagaimana bisa kau tau soal itu?” Hayoung spontan mendorong lengan Namjoo.
“Wah, jadi itu benar, ya? Mungkin sebentar lagi akan ada pasangan idol baru,” Namjoo tertawa kemudian menyenggol pelan lengan Hayoung.
Ah, sepertinya Namjoo salah paham. “Tidak! Aku tidak menyukainya!” Hayoung berteriak kemudian berjalan cepat dan meninggalkan Namjoo yang masih berdiri di depan kelasnya.
“Ya, Hayoung-ah! Aku hanya bercanda. Jangan marah. Maafkan aku, ya?” Namjoo berlari mengejar Hayoung yang masih berjalan tanpa menghiraukan Namjoo.
-----
“Seminggu lagi akan ada penilaian kelas terkreatif. Jadi, saya memerlukan sukarelawan untuk menghias kelas. Ada yang berminat?” Jo seonsaengnim memberikan pengumuman pada murid-murid di kelas Hayoung.
Hayoung mengangkat tangannya, membuat Soeun segera menoleh ke arahnya.
“Kau akan ikut?” tanya Soeun terkejut. Hayoung mengangguk. “Ya, kau ini, kan, sibuk. Tapi, kenapa masih ikut yang seperti ini?”
Hayoung menggeleng. “Tidak. Lagipula, aku sedang ingin,” jawab Hayoung, kemudian kembali memperhatikan Jo seonsaengnim di depan kelas.
“Baik. Oh Hayoung dan Choi Junhong, saya minta tolong hias kelas ini sebagus mungkin,” kata Jo seonsaengnim sambil merapikan buku-buku yang tergeletak di meja guru. Kemudian, beliau berdiri. “Saya sudahi hari ini. Selamat siang,” Jo seonsaengnim melangkah menuju pintu.
Hayoung membulatkan matanya segera. Kemudian ia berdiri. “Joesonghabnida, ssaem …,” Hayoung hendak berbicara lagi pada Jo seonsaengnim, tetapi lelaki paruh baya itu telah pergi keluar kelas. Hayoung membanting tubuhnya ke kursinya.
Soeun tertawa tertahan saat melihat apa yang terjadi di hadapannya. Benar-benar tidak mengerti perasaan temannya. Hayoung melirik Soeun sinis.
“Kau dan Junhong akan berduaan pulang sekolah ini!” Soeun tertawa keras membuat murid lain juga menertawakan Hayoung dan Junhong.
“Ini gila,” bisik Hayoung pada dirinya sendiri.
-----
Bel pulang sekolah telah berbunyi, Son seonsaengnim juga telah keluar dari kelas. Murid-murid di kelas Hayoung tengah membereskan buku-buku mereka, kemudian memasukkannya ke dalam tas masing-masing.
Sekarang hanya tersisa beberapa murid saja di dalam kelas. Hayoung dan Junhong tentu saja ada di sana, mereka akan menghias kelas.
Taejin menepuk pundak Junhong. “Selamat berkencan!” katanya.
Hayoung yang mendengar itu langsung saja mendorong meja di depannya dengan kakinya. Sialan! Mereka, kan, hanya akan menghias kelas. Mereka juga tidak ada hubungan apa pun. Apakah itu bisa disebut ‘kencan’? Ya, mungkin untuk beberapa orang yang tahu Hayoung dan Junhong.
Hayoung berdiri dari duduknya – sejak bel, ia masih saja duduk di kursinya. “Ya, Choi Junhong. Ayo, kita lakukan dengan cepat sehingga aku bisa cepat pulang ke asrama!” seru Hayoung sambil menoleh ke arah Junhong yang terlihat asyik bermain ponsel.
“Hm?” Junhong mengangkat kepalanya. Aish, sebenarnya lelaki ini menyebalkan juga. Hayoung diam saja – tidak berniat menjawab pertanyaan Junhong. “Ah, ya, tadi Hyewon sudah memberiku beberapa kertas karton serta hiasan lain. Jadi, kita akan mulai dari apa?”
Gadis bertubuh tinggi itu diam sembari duduk di atas meja, ia sedang berpikir. Kemudian, ia berjalan menuju ke meja di mana Junhong duduk. “Kemarikan kartonnya!” kata Hayoung sambil menarik kursi di depan meja Junhong. “Bagaimana jika kita membuat tulisan selamat datang dulu. Nanti kita letakkan di depan kelas,” tanpa menunggu persetujuan Junhong, Hayoung meraih pensil, kemudian menggambar apa yang ada di pikirannya.
Hayoung masih asyik menggambar selama sepuluh menit, sampai ia menyadari bahwa Junhong diam saja sedari tadi. Hayoung melirik Junhong, rupanya Junhong sedang menatap Hayoung yang tengah bekerja sejak tadi.
“Kau kenapa?” tanya Hayoung sambil menatap Junhong sinis.
Junhong tampak terkejut. Pipinya sedikit memerah. “Ah, tidak. Hanya saja …,” lelaki itu tidak melanjutkan kata-katanya. “Kau cantik,” katanya akhirnya – yang membuat mata Hayoung membulat.
Hayoung menatap Junhong dengan curiga, kemudian meraih tumpukan kertas karton di sebelahnya. Hayoung meletakan kertas karton itu di depan Junhong. “Jangan bergurau dan cepat bantu aku!”
“Kata siapa aku sedang bergurau?” tanya Junhong sambil tertawa pelan. Lima menit ia diam kembali, begitu juga dengan Hayoung. Hayoung sudah mulai meraih pensilnya lagi – masih menganggap kata-kata Junhong adalah gurauan belaka. “Perkataan teman-teman …, apakah itu benar?”
“Yang mana?” tanya Hayoung malas.
Junhong memutar bola matanya. “Katanya kau menyukaiku,” Hayoung mencibir mendengar jawaban Junhong. “Apakah benar?” tanya Junhong lagi.
Hayoung mengangkat bahunya. “Kenapa kau menanyakan ini?” tampaknya gadis ini tak nyaman mendengar Junhong menanyakan itu.
Junhong terdiam, seperti sedang berpikir alasan kenapa ia menanyakan hal tersebut. “Karena aku menyukaimu,”
-----
*Hayoung POV*
“Karena aku menyukaimu,”
Hah? Apa tadi?
Aku mendongak menatap Junhong. Sepertinya lelaki ini sudah tidak waras lagi. Harusnya aku tidak usah bertanya tadi.
Kurasa gurauannya itu sudah tidak perlu ditanggapi lagi. Nanti ia juga lelah sendiri.
“Aku serius,” kata Junhong.
“Junhong-ah, jangan bicara yang ti …,” sial, lelaki ini memotong perkataanku.
“Kau masih tidak percaya? Apakah perlu aku buktikan?” Junhong bertanya padaku. Aku diam saja tidak menanggapinya. “Baiklah, tunggu saja besok,” kali ini ia berdiri dan melangkah ke arah jendela.
Aku menyangga kepalaku dengan tangan kiri. “Jangan berbuat aneh-aneh, Junhong!” seruku pelan.
“Tidak. Hanya kejutan kecil saja, kok,” apa maksudnya?
-----
*Normal POV*
Musim semi. Musim yang indah sekali. Melihat bunga-bunga bermekaran, rasanya menyenangkan sekali.
Kini Hayoung duduk di meja yang berada di samping jendela – menatap bunga-bunga yang bermekaran di taman sekolah. Itu meja Jaehee, tetapi karena Jaehee belum datang, Hayoung duduk di meja itu.
“Hayoung-ah!” suara Soeun membuat Hayoung menoleh. Tetapi, Soeun sendiri sedang tidak melihat ke arahnya, ia malah menatap lurus ke depan. Ke arah papan tulis. Hayoung mengikuti arah mata kawannya itu.
Di depan papan tulis, terpasang banner besar berwarna merah muda dengan tulisan biru. Terpasang juga banner yang sedikit lebih kecil berwarna putih di bawahnya.
‘Hayoung-ah, saranghae.
Would you be my girlfriend?’
‘-Junhong’
“Choi Junhong! Kau gila?!” seru Hayoung setelah membaca tulisan yang dipasang Junhong itu. Jadi ini yang dimaksud Junhong kemarin?
Junhong yang bersandar di depan kelas hanya melambai sambil tersenyum lebar kepada Hayoung. Hayoung berdiri dan berjalan ke arah Junhong.
“Jadi, apa jawabanmu?” tanya Junhong begitu Hayoung ada di hadapannya.
“Terima saja!” suara teman-teman Hayoung dan Junhong menyoraki mereka berdua. Wajah Hayoung memerah.
Hayoung menunduk, kemudian mengangguk pelan.
Junhong tertawa senang. Kemudian memeluk Hayoung. “Saranghae,” bisiknya.
-----
Oke, aku tau ini FTV banget-_- tapi ya sudahlah yang penting sudah niat bikin. Ini aku bikin cuma beberapa jam dan tanpa pengeditan. Jadi, maklumi saja kalau ada banyak sekali kekurangan x3