home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > My Pretty Boy

My Pretty Boy

Share:
Author : megadelians
Published : 17 Apr 2014, Updated : 17 Apr 2014
Cast : Song Alice, Lee Chunji & Xi Luhan
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |574 Views |0 Loves
My Pretty Boy
CHAPTER 1 : Pretty Monster Boy

"apakah kau akan pergi?" tanya Alice kepada Luhan sambil menggosok giginya. Luhan menggendong tasnya dan kemudian masuk ke kamar mandi. Dia menemui wanita pujaannya. Malaikat cantik yang sangat teledor. Walaupun begitu, dia sangat mencintai Alice. Luhan kemudian mencium kening alice yang baru saja selesai menggosok giginya.
"aku akan sangat sibuk dalam beberapa hari, jangan hubungi aku dulu ok?" kata Luhan sambil tersenyum. Senyumnya sangat manis dan membuat hati Alice meleleh sejak pertama kali mereka berjumpa. Alice mengangguk dan memeluk Luhan.
"aku akan sangat merindukanmu, cepatlah pulang" kata Alice manja. Luhan hanya tersenyum dan kemudian pergi.

~
(Alice POV)
Aku memandangi daun daun yang gugur ditaman. Musim baru saja berganti, selama itukah? Sudah sebulan setelah dia pergi, tanpa kabar. Aku mencoba menghubungi ponselnya dan teman temannya, tapi hasilnya nihil. Aku sangat mengkhawatirkannya.
"apa kau Song Alice?" tiba tiba ada seorang laki laki duduk disebelahku dan bertanya padaku. Aku sangat kaget darimana lelaki ini, yang bahkan baru kali ini aku lihat bisa tahu namaku.
"K-kau siapa?" kataku sambil bergeser dari tempat duduk.
"Hai noona! Perkenalkan! Aku Lee Chunji! aku baru datang dari Jepang dan aku akan berlibur disini, dan kata ayahku aku akan tinggal dirumahmu" katanya dengan nada yang sangat tengik. Hah! Gayanya sangat menyebalkan dan dia akan tinggal dirumahku? Memang siapa dia?
"Ini, Lee Chan Yeol, ayahku yang tidak lain adalah sahabat Song Jin Woon ahjussi" katanya sambil menunjukkan foto keluarganya. Mwoya? disitu ada foto ayahku dan bahkan ayahku tidak memberi tahuku sebelumnya.
"Jadi, secara tidak langsung kau noona, akan menjadi tour-guideku" katanya dengan nada yang sangat menyebalkan. Aku mengabaikannya dan mencoba menelpon ayahku.
*connected ---- APPA*
"Halo? Appa? Yak! Appa! Kenapa Appa tidak memberitahuku bahwa akan ada monster datang dan tinggal di apartemenku?.........Mwo? Sebulan? Apa Appa mau membunuhku pelan pelan?!.... Yak! Appa?!... Appa?!"
*disconnected*
apa apaan? kenapa ayah tiba tiba menutup telponnya? Dia pikir ini lucu?!
"Hai noona.. Monster tampan ini harus istirahat, dan makan. Haah! Aku adalah tamu, bawalah aku kerumahmu" katanya dengan santai. Anak ini benar benar menyebalkan, bahkan saat pertama kali aku melihat wajah tengilnya. Aku meremas ponselku dan berdiri. Menghembuskan nafas dari mulut dan mencoba meredam rasa dongkolku pada anak ini.
"Hfff.. Ikutilah aku! Bawa semua kopermu! Dan jaga jarak 5 meter dariku!" kataku sambil berjalan meninggalkannya.

(Author POV)
Alice sedang menyiapkan makan malam untuk dirinya dan Chunji. Sudah seminggu Chunji tinggal dirumah Alice dan hampir membuat Alice gila. Dia hanya mengajak Alice jalan jalan setiap hari dan Alice berpikir bahwa sebentar lagi kakinya akan terlepas karena terlalu banyak berjalan.
"Noona, ini foto siapa? Pacarmu? Kenapa dia terlihat cantik? Lihat saja senyumnya sangat manis seperti perempuan" kata Chunji tiba tiba datang membawa foto Luhan. Chunji kemudian menirukan senyum Luhan dihadapan Alice. Hal itu membuat gadis berambut pirang ini sangat kaget.
"K-kenapa dadaku rasanya berhenti berdetak? Senyum itu.. Sangat mirip.. Senyum itu.. Perasaan ini.. Sama seperti saat pertama kali bertemu Luhan" kata Alice dalam hati. Dia hanya tertegun melihat Chunji. Chunji dengan muka bingung mencoba menyadarkan Alice dari lamunannya.
"bau ini..... bau sekali" kata Alice sadar dari lamunannya dan menyadari bahwa masakannya gosong. Dengan panik Alice mematikan kompor dan kemudian melenguh kesal.
"Heuhh.. Eottohkae?" gerutu Alice. Chunji meletakkan foto Luhan didalam laci dan mengambil jaket Alice.
"pakailah, kita akan makan diluar" dia kemudian memakai jaket dan menarik Alice keluar dari rumah.

(Chunji POV)
Alice noona hanya menurut mengikutiku. Dia berjalan menunduk dibelakangku. Aku tidak tahu apa yang salah, tapi dia terlihat sangat sedih. Apa karena masakannya gosong? Walau baru seminggu aku mengenalnya tapi aku tahu dia bukan orang yang cengeng hanya karena hal sepele seperti itu. Aku berhenti dan dia menabrakku. Tapi ekspresinya masih sama, membuatku sangat penasaran. Aku gandeng tangannya dan mulai berjalan lagi. Dia melihatku bingung dan mencoba melepaskan tangan tapi aku menahannya.
"Sudahlah noona, diam saja, ikuti saja aku"
Kami sampai di sebuah restaurant Jepang yang terkenal di Seoul. Kami duduk dan kemudian memesan beberapa menu. Alice noona masih terlihat sedih. Dia hanya meletakkan kepalanya dimeja dan bermain dengan jarinya.
"Yak! Kau ini kenapa? Jangan meletakkan kepalamu disitu!" kataku sambil memukul pelan kepalanya dengan sendok. Tak lama makanan kami datang. Dan yang kulihat, dia bahkan tak menyentuh makanan yang ia pesan. Alice noona menggeser piringnya dan meletakkan kembali kepalanya diatas meja. Benar benar, gadis ini membuatku sangat bingung.

(Alice POV)
Aku kehilangan nafsu makanku. Pandanganku entah kemana. Setelah seminggu aku lupa, kini aku mengkhawatirkan Luhan lagi. Aku merasa sangat sedih dan marah dalam saat yang bersamaan. Aku sangat mengkhawatirkannya, aku sangat merindukannya.
"noona~" tiba tiba Chunji meletakkan kepalanya didepanku. Sekarang kami bertatapan. Wajahnya terlihat manis. Kita belum pernah sedekat ini sebelumnya dan ini membuatku sedikit canggung.
"Hmm.. Wae?" tanyaku malas.
"Apa ada yang membuatmu sedih?" tanyanya. Entah mengapa aku bisa dengan mudah menceritakan semuanya, dari awal hubunganku dengan Luhan sampai saat dimana dia pergi dan belum kembali sampai sekarang. Aku tidak bisa membendung air mataku. Perasaan ini sangat rumit dan hatiku sepertinya akan meledak sebentar lagi.
"noona, bolehkah aku mengatakan sesuatu?" tanya Chunji saat aku selesai bercerita dan mulai tenang. Aku hanya mengangguk.
"kau terlihat sangat buruk saat menangis, lihat dirimu.. hidungmu merah, matamu bengkak, pipi tembemmu basah.. Jika aku jadi dirimu, aku pun tak mau melihat wajahku dikaca" katanya santai. Hah! Anak ini takkan bisa membantu. Kenapa dengan bodohnya aku bercerita kepada monster tengik ini. Bodoh.
"Aku akan membayar, cucilah mukamu. Aku tidak mau berjalan dengan noona yang bermata sembab seperti itu, apa kata orang nanti" kata Chunji sambil berlalu pergi. Aku hanya mengusap wajahku dengan tisu basah yang ada disaku jaketku dan kemudian berjalan mengikuti Chunji.

(Author POV)
Hari sudah larut saat Alice dan Chunji berjalan pulang. Chunji menggandeng tangan Alice dengan sangat erat sejak keluar dari restaurant tadi.
"Harusnya aku tidak menceritakannya padamu" kata Alice sambil menendang batu dikakinya. Chunji hanya diam dan terus berjalan.
"Kau pasti akan terus mengejekku karena kejadian tadi dan kau pasti bahagia atas penderitaanku dan......." Chu~~~
Bibir Chunji mendarat sempurna dibibir Alice dan membuat Alice memutus kata katanya.

-to be continued-

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK