home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Breathe

Breathe

Share:
Author : megadelians
Published : 17 Apr 2014, Updated : 17 Apr 2014
Cast : Choi Zelo and Oh Hayoung
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |2325 Views |4 Loves
Breathe
CHAPTER 1 : Breath


*playing Taylor Swift - Breath*
-I see your face in my mind as I drive away,
Cause none of us thought it was gonna end that way.
People are people,
And sometimes we change our minds.
But it's killing me to see you go after all this time-


Hayoung duduk dibangku taman sambil meminum grape float kesukaannya. Disebelahnya ada mocca float yang masih utuh tapi sudah mulai meleleh. Dia memandang mocca float itu dengan tatapan dalam.

*flashback*
"Kau terlihat sangat keren saat bermain skateboard" kata Hayoung memuji pacar kesayangannya, Zelo. Zelo hanya tersenyum dan kemudian berhenti memainkan skateboardnya.
"Mau mencoba?" tanya Zelo sambil menarik pelan tangan Hayoung dan melirik skateboardnya.
Gadis manis berambut coklat sebahu itu tersenyum kecil dan mengangguk.
"Baiklah, sekarang naikklah ke skateboard." pinta Zelo. Hayoung melakukan semua yang Zelo perintahkan. Zelo kemudian memegang kedua tangan pacarnya itu lalu mulai berjalan mundur menariknya. Senyum mengembang diwajah Hayoung. Dia terlihat sangat bahagia. Begitupun Zelo yang tertawa melihat ekspresi lucu Hayoung yang sesekali menjerit kecil karena takut jatuh.
"Yak! Ayo kita hentikan, aku mulai khawatir akan jatuh, hahaha" kata Hayoung sambil tertawa kecil.
"Tunggu dulu, aku mau menunjukkan sesuatu padamu" kata Zelo sambil menarik pelan tangan Hayoung
"Menunjukkan apa?" tanya Hayoung bersemangat. Zelo kemudian menarik pelan pinggang Hayoung agar merapat kebadannya. Chu~ bibir Zelo menempel sempurna dibibir mungil Hayoung yang sekarang sejajar dengan Zelo karena papan skateboard yang dia naiki. Hayoung membulatkan matanya. Jantungnya berdegup 50x lebih cepat dari biasanya. Pipinya memanas. Itulah ciuman pertamanya. Ketika Zelo melepaskan ciumannya, Hayoung hanya diam dan memandang Zelo.
"Aku akan membeli mocca float, aku sangat lelah. hehe Tunggu aku disini ya!" kata Zelo sambil tersenyum dan berjalan pergi. Tiba tiba dia berhenti dan berlari kecil ke arah Hayoung,
"Gomapta, saranghae Hayoung-ah~" lanjutnya sambil berbisik ditelinga Hayoung.
*flashback off*

-Music starts playin' like the end of a sad movie,
It's the kinda ending you don't really wanna see.
Cause it's tragedy and it'll only bring you down,
Now I don't know what to be without you around.-


(Hayoung POV)
Aku melihat lagi jalanan yang ada didepanku. Aku sama sekali tidak ingin melewatinya, aku hanya ingin melihatnya.
"Noona, apa kau bisa menyelesaikan rubik ini?" tiba tiba ada anak berumur sekitar 7 tahunan duduk disampingku sambil menunjukkan rubiknya. Aku tersenyum dan menggelengkan kepalaku.
"Maaf, tp noona tidak bisa menyelesaikannya" kataku sambil mengelus rambut anak tadi.
"Hffffh.. Baiklah noona" katanya lesu sambil meninggalkanku sendiri. Aku memandang lagi rubik milik Zelo yang berada di tasku.
'Bagaimana bisa dia menyelesaikannya'

*flashback*
Aku sudah menunggu sangat lama disini dan Zelo belum juga kembali. Aku jadi khawatir. Aku mencoba mengiriminya pesan, tapi tak ada balasan. Sekarang aku mulai gusar dan memutuskan untuk menyusulnya.
'Incoming call! Incoming call!'
ringtone ponselku menghentikan langkahku, ada nomer asing mencoba menghubungiku.
'pipp..'
"Yeoboseyo?" kataku membuka pembicaraan di telpon.
...“Apakah betul ini nona Hayoung?“
"Ah, ne. Maaf, tapi siapa anda? Dan ada perlu apa menghubungi saya?" tanyaku sesopan mungkin
...“Kami dari pihak rumah sakit. Teman nona Hayoung, Zelo mengalami kecelakaan lalu lintas dan sekarang berada di ICU. Dia membutuhkan transfusi darah karena pendarahan di kepala yang di alaminya. Bisakah nona menghubungi keluarganya?" jelas penelpon itu panjang lebar. Aku hanya terdiam dan mencoba meyakinkan diriku bahwa ini tidak benar. Aku menutup telpon dan segera berlari ke KFC dekat taman, tapi berapa kali pun. aku memutarinya, aku tetap tak melihat sosok Zelo.
"Eottohkae?" keluhku lirih. Air mata ini tak mau berhenti mengalir. Dada ini rasanya sesak akan sesuatu. Kepalaku terasa sangat berat. Aku berdiri dari tempat dudukku dan berlari menuju halte. Kebetulan ada sebuah bis yang berhenti dan aku langsung menaikinya. Disana aku hanya menatap keluar kaca bis. Aku menerawang bagaimana keaadaan Zelo sekarang dan aku teringat ibunya.

To: Zelo's Eomma~
Ahjumma, aku mendapat kabar tentang Zelo yang mengalami kecelakaan. Dia membutuhkan transfusi darah. Tolong datanglah ke ICU Seoul Hospital, kamsahamnida
*send*

(Author POV)
Hayoung sampai dihalte dekat rumah sakit dan dia langsung berlari menuju ICU. Hayoung tidak mau ada hal buruk menimpa pacarnya.
Karena ruang ICU ada tepat didepan rumah sakit Hayoung tidak kesulitan menemukannya.
"Maaf suster, apa ada pasien baru bernama Choi Zelo? Dia korban kecelakaan? Dia mengenakan baju hitam dan rambutnya agak blonde?" tanya Hayoung mencoba tenang.
"Apa nona saudaranya? Atau temannya?" tanya Suster itu balik.
"Aku temannya." jawab Hayoung singkat. Suster itu kemudian mengantar Hayoung untuk melihat Zelo. Hayoung masih merasa sangat khawatir.
"disinilah kamarnya" kata suster itu sambil menghentikan langkahnya.

(Hayoung POV)
Aku menarik nafasku panjang. Aku melihat dari celah pintu. Mataku membulat. Dadaku terasa sangat sesak. Berbeda dengan perasaan tadi, kali ini rasanya sakit sekali. Aku berjalan perlahan mendekatinya. Zelo yang terbaring dengan selimut yang menutupi tubuh sampai wajahnya. Aku harap aku adalah orang idiot yg tidak tahu apa artinya hal ini, tapi kenyataannya aku mengerti. Disebelah jasadnya ada meja kecil dan disitu terdapat rubic cube yang bertulis OHY disetiap 3 sisinya. Rubic cube itu telah selesai dan ada sedikit bercak darah disana. Aku mengambilnya dan sedikit meremasnya. Dada ini makin sesak, rasanya seperti ada yang mencekikku. Aku tidak bisa mengatakan apapun dan air mataku pun tak mau berhenti mengalir.
"Uljimma" kata seseorang memelukku dari belakang.
"Ikhlaskan dia, ini sudah jalannya, tugasnya didunia sudah selesai" lanjut wanita itu masih sambil memelukku. Punggungku terasa basah. Aku membalikkan badan dan menyadari bahwa ternyata ibu Zelo yg sedari tadi memelukku. Beliau menangis, tapi tangisnya mencerminkan bagaimana ikhlas dan tabahnya seorang ibu. Aku tau hati beliau lebih sakit daripada aku, tapi beliau sangat tabah.
"Ahjumma!!!" aku kemudian memeluk ibu Zelo sangat erat.
"Mianhae...... Mianhaeyo ahjumma" lanjutku sambil terisak dibahunya.
"Gwenchanayo, ini sudah takdir Zelo. Uljimma Hayoung-ah.. Uljimma" ucap beliau tetap menenangkanku.
*flashback off*

-And we know it's never simple,
Never easy.
Never a clean break, noone here to save me.
You're the only thing I know like the back of my hand,
And I can't,
Breathe,
Without you,
But I have to,
Breathe,
Without you,
But I have to.-


(Author POV)
Hayoung membuka pintu apartemennya dan berjalan pelan ke arah jendela. Untungnya dia sudah sampai di lobby apartemen saat hujan mulai turun. Dia menerawang jauh ke luar jendela dan melihat betapa indahnya pemandangan kota Seoul dari sana.
"Hayoung-ah, kau baik baik saja?"

(Hayoung POV)
"Hayoung-ah, kau baik baik saja?" kata seseorang sambil memeluk pinggangku.
"Hm... maafkan aku" kataku lirih.
"Gwenchana.. Bukankah semuanya sudah takdir? Sudah 3 tahun dari hari itu, maafkanlah dirimu sendiri, lagipula kau tidak bersalah." bisiknya. Aku membalikkan badan dan memeluknya erat. Aku tidak mau dia pergi, dan aku tidak akan membiarkannya pergi meninggalkanku lagi.
"Zelo-ah, tolong jangan tinggalkan aku" kataku mulai terisak.
Zelo hanya diam dan balik memelukku.
"Bukankah aku selalu ada bersamamu? Tenanglah" katanya menatapku lekat. Mata kami bertemu dan wajahnya mulai mendekati wajahku. Aku memejamkan mata dan merasakan sesuatu yg dingin menyentuh bibirku.
"Zelo....." kataku lirih sambil membuka mata. Tidak ada siapa siapa. Mungkin hanya halusinasi, tapi bisa melihatnya kembali adalah kebahagiaan bagiku. Ini sangat sulit melihat orang yang aku cintai pergi secepat itu. 3 tahun ternyata belum cukup untuk melupakan Zelo. Dan lagipula aku tidak mau melupakannya. Aku sangat mencintainya.

-end-

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK