Merasa seperti tertarik ke sebuah medan magnet terkuat,
Yang membuatku terbawa masuk ke dalam dimensimu.
Namun saat itu pun aku tahu,
Bahwa takdir telah mempermainkanku...
Eunah meletakkan tangannya di dada Hyukjae ketika bibir Hyukjae berada di relung lehernya. Mencoba melepaskan kemejanya yang sudah terlihat sangat kacau dengan susah payah. Sedangkan tangan Hyukjae yang semula berada di atas paha Eunah beralih untuk membantu sebelah tangannya yang lain untuk meloloskan dress milik Eunah terlepas dari tangannya.
Ciumannya terhenti ketika dress milik Eunah sudah nyaris terlepas mencapai pinggangnya. Tiba-tiba Hyukjae menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Eunah dan menenggelamkan wajahnya di atas bantal tepat disebelah kepala Eunah berada. Tangan kirinya meremas seprai kencang, berusaha membantu dirinya menahan nafsunya agar tidak melakukannya lebih dari ini.
“Apa aku harus melanjutkannya?” Ucapannya berbisik lirih di telinga kiri Eunah. Sejenak Eunah berpikir bahwa memang tidak seharusnya mereka melakukan hal semacam ini. Entah apa yang akan dikatakan Deui Patron jika mendengar salah satu malaikatnya melakukan hubungan semacam ini. Tapi disisi lain, keinginannya untuk tetap bersama Hyukjae dan berharap waktu untuk berhenti saat ini juga sama besarnya.
“Aku rasa... aku tidak bisa. Maaf jika aku mengecewakanmu, tapi mungkin... tidak untuk saat ini. Maaf.”
“Berikan aku alasannya, kalau begitu.”
“Ada satu hal yang membatasiku...”
“Apa?”
“Aku akan memberitahumu secepatnya, tapi tidak untuk saat ini.” Ucapan Eunah membuat Hyukjae mengerang pelan dan bergerak untuk memeluk tubuh Eunah, melampiaskan sisa emosinya sehingga membuat Eunah kesulitan untuk bernafas.
“Apa aku salah jika aku mulai mencurigaimu? Kau terlalu misterius dan tidak manusiawi bagiku. Aku bahkan tidak mengetahui sedikitpun asal-usul tentangmu, tapi kenapa kau bisa dengan mudahnya menarikku kedalam bayanganmu?” Suara Hyukjae terdengar sangat pelan, sehingga mungkin jika dia tidak mengucapkannya tepat di telinga Eunah, dia tidak akan bisa mendengarnya.
“Takdir telah mengatakan bahwa aku tidak akan pernah bisa bersamamu. Tapi untuk saat ini, ijinkan aku dulu untuk berusaha merubah takdir itu sehingga aku bisa terus bersamamu. Jika memang sudah waktunya, kau akan tahu siapa aku sebenarnya dan dari mana aku berasal. Ini hanya tinggal menunggu waktu, Hyukie-ah. Jadi aku mohon persiapkanlah dirimu untuk semua kemungkinan yang akan kau dengar dan akan terjadi nantinya.” Eunah menelusupkan jari-jarinya kedalam rambut Hyukjae dan menggenggamnya pelan. Mendorong kepala Hyukjae untuk membiarkannya menghirup oksigen di sela-sela rambutnya.
“Berikan aku batas waktu.”
“Besok malam, kalau kau mau.”
“Aku pegang janjimu. Jika kau tidak menceritakan semuanya pada batas waktu yang ditentukan, jangan salahkan aku jika aku akan menghabisimu nantinya. Kau mengerti maksudku kan?”
“Ya, besok malam. Kau bisa pegang janjiku.”
“Kalau begitu, selamat malam, Eunah-ya~.” Hyukjae mengecup pipi kiri Eunah lembut. melepaskan pelukannya dan menggantinya dengan pelukan yang lebih hangat. Menarik tubuh Eunah membiarkannya menenggelamkan wajahnya di dadanya sedangkan tangannya melingkari tubuh Eunah. Dengan perlahan menarik selimut sampai menutupi tubuh mereka berdua, sebelum akhirnya tertidur.
***
Eunah membuka matanya dan mendapati dirinya sudah tidak lagi berada di kamar Hyukjae. Dia mengenal tempat ini. Dia sering mengunjungi tempat ini bersama Hyejung. Dia memandang padang bunga Daffodil di hadapannya. Memikirkan beberapa kemungkinan yang bisa membuatnya berada disini. Malaikat yang tertidur tidak akan bisa bermimpi. Dia memandang tubuhnya yang mengenakan baju terusan selutut berwarna putih gading yang terasa sangat lembut dan ringan di permukaan kulit putihnya. Dia bergerak menuju arah barat padang daffodil. Saat itulah dia menyadari bahwa hanya rohnya yang berada disini sedangkan tubuhnya tetap tertidur di kamar Hyukjae.
Dia duduk di tangga pualam yang menghadap langsung ke padang daffodil. Melihat beberapa malaikat kecil berwajah cerah sedang memetik daffodil kuning yang menandakan sudah siap untuk di petik. Seketika angin sejuk bertiup dari arah belakang tubuhnya membawa wangi bunga akasia yang menandakan akan hadirnya Hyejung di sekitarnya.
“Hyejung-ah, siapa yang membawaku kesini?” Ucap Eunah tanpa menatap Hyejung yang sudah bergerak mendekatinya dan ikut duduk di sampingnya.
“Aku yang membawamu kesini.”
“Ada apa?”
“Aku hanya rindu melihatmu berada di kerajaan langit, Eunah-ya~. Kau lebih cocok untuk menjadi bagian dari kami.”
“Jadi karena itu kau membawaku kesini? Kalau begitu lebih baik kau kembalikan aku ke bumi.”
“Tidak tidak! Aku hanya ingin mengobrol sedikit denganmu. Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan sejak kemarin.”
“Apa?”
“Apakah kau tidak merindukan sayapmu? Bagaimana rasanya menjadi malaikat tanpa sayap? Apa menyenangkan?”
“Kau ingin aku menjawab jujur atau.....”
“Tentu saja jawaban yang sebenarnya.”
“Eung~ aku sempat rindu dengan sayapku beberapa hari lalu, saat Deui Patron baru saja menurunkanku ke bumi. Tapi entah kenapa, aku merasa lebih ringan tanpa sayap itu. Rasanya menyenangkan ketika mengingat bahwa ada seseorang yang menyimpan sayapmu dengan baik walaupun dia tidak menyadarinya. Jujur saja, itu membuatku secara tidak langsung menjadi seakan bergantung pada keberadaannya. Seakan-akan, aku bukanlah aku jika tanpanya. Kau mengerti maksudku, kan?”
“Ehm, ya aku mengerti. Walaupun aku tidak pernah merasakan hal yang sama sepertimu. Tapi aku bersyukur kau tidak melakukannya lebih dari tadi.”
“Maksudmu?”
“Kau dan Hyukjae, maksudku. Yang kalian berdua lakukan tadi sesaat sebelum kalian tertidur. Kau tahu kan tidak seharusnya kau melakukan hal itu?”
“Sudah kuduga cepat atau lambat kau pasti akan membicarakan ini.” Eunah bergumam pelan dan mengalihkan tatapannya memandang batu pualam berwarna abu gelap di bawahnya.
“Kau harus ingat bahwa malaikat perempuan dewasa pun bisa hamil walaupun mereka tidak boleh menikah. Tapi kau tahu kan bahkan sampai saat ini tidak ada malaikat perempuan yang pernah melahirkan?” Eunah mengangguk. Dia mengangkat kepalanya memandang malaikat-malaikat kecil di hadapannya. Mereka memang tidak dilahirkan dari rahim seorang malakat perempuan dewasa, melainkan mereka dilahirkan melalui sebuah kerang perak besar di dunia malaikat kelahiran.
Disana memang terdapat beberapa kerang perak berukuran besar yang akan melahirkan seorang malaikat kecil dalam beberapa periode tertentu. Kehadiran seorang malaikat kecil dari kerang itu adalah sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu karena mereka di anggap sebagai malaikat kecil yang sangat berharga seperti hal nya sebuah mutiara yang sangat jarang di dapat langsung dari sebuah kerang.
Saat mereka kecil mereka akan diberi tugas untuk memetik daffodil, tapi setelah sudah cukup dewasa mereka akan di pilih akan dimasukan ke bagian dunia mana nantinya. Ada yang diutus untuk menjadi seorang malaikat kelahiran, malaikat penjaga, malaikat cinta, dan sebagainya.
Selain melalui kerang, Roi Du Ciel atau Raja Langit pun langsung turun tangan untuk menangani lahirnya seorang malaikat. Roi Du Ciel menciptakan malaikat dengan caranya sendiri, tanpa ada yang tahu dan mengerti bagaimana caranya karena tidak mungkin ada yang berani bertanya pada Raja Langit. Namun malaikat yang diciptakan langsung oleh Roi Du Ciel akan menjadi malaikat yang terlihat lebih spesial atau berbeda dengan malaikat yang lain, entah itu kemampuan mereka ataupun fisik mereka yang jauh lebih sempurna. Mungkin karena itulah yang membuat Eunah dan Kyuhyun terlihat berbeda dibandingkan dengan malaikat yang lainnya, karena mereka diciptakan langsung oleh Roi Du Ciel.
“Hyejung-ah, apa yang terjadi jika seorang malaikat melakukan hubungan intim dengan seorang manusia lalu akhirnya mereka melahirkan seorang anak?”
“Hah? Ak...aku tidak tahu. Belum pernah ada kasus seperti itu sebelumnya kan?”
“Haruskah aku mencobanya?”
“Mwoya?! YAK! Kau gila hah?!”
“Kalau tidak ada yang pernah mencobanya kita tidak akan pernah tahu kan?”
“Lebih baik kau berubah menjadi manusia daripada kau melakukan hal bodoh seperti itu, Kim Eunah-ssi!”
“Oh! Baiklah. Aku pilih opsi kedua untuk menjadi manusia, kalau begitu. Aku jadi membayangkan akan seperti apa anakku jika aku menikah dengan Hyukjae nanti.”
“Oh Tuhan! Yak Kim Eunah, apa yang sudah Hyukjae lakukan padamu hah? Aku tidak habis pikir bagaimana kau bisa memiliki pikiran seperti itu. Biar bagaimanapun juga, sampai kapanpun tidak akan pernah ada takdir yang menuliskan bahwa seorang malaikat bisa hidup bersama seorang manusia!”
“Aku yang akan merubahnya, kalau begitu. Apa kau pernah mendengar bahwa kitapun bisa memperbaiki takdir buruk milik kita sebelum itu terjadi?”
“Tapi bukankah manusia tidak akan bisa mengetahui apa yang akan terjadi dengan takdir mereka dimasa depan kecuali jika manusia itu punya kekuatan khusus?”
“Untuk saat ini aku bukan manusia, kau ingat?”
***