Detik demi detik waktu mulai berlalu dengan cepat. Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun sudah berlalu dengan begitu saja. Seorang gadis muda berambut hitam panjang sedang duduk termenung di beranda rumahnya. Gadis itu adalah salah satu gadis yang sedang merasakan kecepatan waktu yang terasa sekejap.
Jung Hye Mi. Gadis berusia 17 tahun itu sudah ditinggalkan kedua orang tuanya selama 5 tahun. Orang tuanya meninggal dalam kecelakaan pesawat terbang. Jasad kedua orang tuanya tidak bisa ditemukan sampai saat ini. Hal itu membuat Hye Mi semakin terpukul.
Hari ini, 17 July, adalah hari kematian ayah dan ibunya. Seluruh keluarganya akan datang mengunjungi rumahnya hari ini. Hye Mi merapatkan rumahnya serapat mungkin. Di hari kematian ayah dan ibunya, ia hanya ingin sendiri. Sendiri memikirkan kenangan-kenangannya bersama ayah dan ibunya.
Air mata mulai jatuh berlinangan, membasahi pipinya. Kejadian-kejadian masa lalu mulai berkeliaran di kepalanya. Kejadian saat mendapat kabar kedua orang tuanya meninggal, kejadian saat seluruh keluarganya menolak untuk mengurus Hye Mi, kejadian saat semua usaha yang digarap oleh ayahnya direbut begitu saja oleh keluarganya.
Hye Mi kini hanya sendiri. Sendiri menjalani kehidupan pahitnya, sendiri menahan rasa sakit yang berkecamuk di dadanya, sendiri menghadapi masalah-masalah yang terus datang menimpanya. Hye Mi tidak butuh keluarga ataupun teman. Dia bisa melaluinya sendiri tanpa campur tangan mereka semua.
Suara ponsel Hye Mi tiba-tiba saja membuyarkan isi pikiran Hye Mi. Di gapainya ponsel miliknya sendiri dan dibacanya sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal.
“Jung Hye Mi-ssi, aku wali kelas barumu. Ku dengar kau sudah satu minggu tidak masuk sekolah, apa kau sakit?”
Hye Mi melempar ponselnya ke sembarang tempat. Saat ini ia tidak ingin memikirkan apapun, termasuk tentang sekolahnya. Hye Mi tidak peduli dengan urusan sekolah, karena dia jarang sekali pergi ke sekolah. Hye Mi lebih sering melamun di dalam rumah.
Ponsel Hye Mi kembali lagi berdering. Hye Mi mengambil kembali ponselnya yang kali ini tertulis nama “Choi Eun Soo” di layarnya. Hye Mi pun menekan tombol “jawab” dan menempelkan ponselnya di telinga.
“Hye Mi…,” teriak Eun Soo di sebrang sana. “Kau kemana saja? Aku mengkhawatirkanmu,” lanjut Eun Soo.
Hye Mi terdiam sejenak. Selama ini, orang yang sangat memperdulikannya hanya Eun Soo. Setiap hari Eun Soo selalu menelpon Hye Mi, bahkan akhir-akhir ini ia sering berkunjung ke rumah Hye Mi namun Hye Mi tidak pernah membukakan pintu rumah untuknya. Eun Soo selalu menginginkan agar Hye Mi bercerita semua tentang kesakitan yang di alaminya, tapi Hye Mi lebih memilih diam dan menanggung semua kesakitannya sendiri tanpa membebani siapapun.
“Aku ada,” jawab Hye Mi singkat. “Kau jangan mengkhawatirkanku terus, aku masih ada di dunia dan belum mati,” lanjut Hye Mi.
“Yak Jung Hye Mi! Aku sangat mengkhawatirkanmu! Kau dirumah kan sekarang? Aku akan kesana,” ucap Eun Soo dengan sedikit nada kekesalan namun terdengar juga kekhawatirannya pada Hye Mi. “Baiklah, kau boleh datang kemari,” jawab Hye Mi. Eun Soo berteriak-terak kegirangan di sebrang sana dan ia mengatakan supaya Hye Mi menjamunya dengan baik di rumah dan kemudian menutup telponnya.
Hye Mi terdiam kembali. Haruskah ia meluapkan kesedihannya kepada Eun Soo?
***
“Baguslah! Kau harus menjamuku dengan meriah di rumahmu! Ingat ya!!”
Gadis bertubuh mungil yang bernama Choi Eun Soo itu langsung menutup telponnya dan mengacungkan jempolnya ke arah seorang pria yang sedang melipatkan kedua tangannya di depan dada. Eun Soo berjalan dengan semangat ke arah pria itu. “Bagaimana sonsaengnim?” tanyanya.
Pria yang ia panggil guru itu hanya tersenyum. “Terima kasih,” ucapnya. “Kau bisa belajar kembali Choi Eun Soo,” lanjut pria itu.
Eun Soo melebarkan matanya. Dia sangat ingin masuk ke dalam rumah Hye Mi dan ketika ia sudah mendapatkan peluang yang sangat besar, Cho Kyuhyunsonsaengnim malah menyuruhnya kembali belajar. “Cho sonsaengnim, kenapa aku tidak boleh ikut? Aku kan sudah dapat peluang emas,” protes Eun Soo.
“Kau belajar saja dulu, jika sudah belajar kau bisa menemuiku di rumah Jung Hye Mi, bagaimana?” Tawaran Kyuhyun tadi membuat Eun Soo terdiam dan berpikiran dengan matang. “Baiklah,” jawabnya.
Kyuhyun pun kembali tersenyum.
Dengan bermodalkan data siswa yang di pinjam dari sekolah, Kyuhyun mengelilingi komplek Hye Mi dengan jalan yang berbelok-belok. “Rumahnya yang ini apa yang ini…,” gumamnya pelan dengan mata yang mencari-cari sebuah rumah.
Kyuhyun menghentikan mobilnya saat melihat rumah bertuliskan ‘C12’. Rumah itu adalah rumah Jung Hye Mi. Nomor rumah itu sangat persis dengan data yang tercantum di profil Hye Mi. Kyuhyun pun beranjak dari mobilnya dan menghampiri rumah Hye Mi.
Kyuhyun tertegun saat melihat tanaman-tanaman yang layu dan juga lantai yang berdebu. Entah apa yang dirasakan anak itu saat ini, Kyuhyun bisa menebaknya dengan keadaan rumah yang tidak terurus. Anak itu pasti sedang mengalami depresi berat.
Kyuhyun menekan tombol rumah. Kemudian, ia pun sekali lagi menekan tombol rumah Hye Mi dan seseorang pun mulai muncul di balik pintu berwarna putih.
Dengan penampilan yang serba tak terurus, Hye Mi berhadapan dengan Kyuhyun langsung. Awalnya, Kyuhyun mengira itu bukanlah Hye Mi, tapi setelah memandingkan wajahnya dengan foto profil Hye Mi, Kyuhyun yakin bahwa itu adalah Hye Mi. Kyuhyun merasa prihatin dengan keadaan gadis muda ini.
“Kau Jung Hye Mi?” tanya Kyuhyun yang dijawab dengan anggukan saja. “Perkenalkan aku wali kelas barumu,” ucap Kyuhyun ramah.
“Kau kesini ingin bertanya kenapa aku tidak pernah sekolah kan?” tanya Hye Mi datar yang berhasil membuat Kyuhyun terdiam sejenak.
“Ah iya… tujuanku memang seperti itu. Bisakah kau memberi alasan padaku kenapa kau tidak pernah datang ke sekolah?” Hye Mi terdiam saat Kyuhyun bertanya seperti itu. Hye Mi terlihat sedang menimbang jawaban yang akan di katakannya karena bagaimanapun juga, ia harus memberi sebuah alasan. “Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan lagi di dunia ini,” jawab Hye Mi yang sontak membuat Kyuhyun sedikit terkejut.
“Jangan bertanya padaku lagi sonsaengnim, aku sedang membutuhkan istirahat yang banyak saat ini. Sebaiknya sonsaengnim pulang saja dan katakan hal tadi kepada kepala sekolah. Aku tidak keberatan jika kepala sekolah mengeluarkanku dari sekolahan,” kata Hye Mi.
Kyuhyun sudah bingung untuk mengeluarkan kata-kata lagi. Apalagi Hye Mi langsung menutup pintu rumahnya.
“Maaf tuan, apa kau ingin bertemu orang di rumah itu?” tanya seorangahjumma yang sedang melewat.
“Ne ahjumma,” jawab Kyuhyun sambil berjalan mendekati ahjumma tersebut.
“Pemilik rumah itu sedang mengalami depresi.”
“Depresi?”
***
Kyuhyun menyandarkan tubuhnya saat ia sampai di rumahnya. Perkataanahjumma yang tadi ia temui di depan rumah Hye Mi, terputar kembali di otaknya.
“Hye Mi mengalami depresi, dia terpukul dengan kematian kedua orang tuanya 5 tahun yang lalu ditambah dengan keluarganya yang jahat padanya. Selama 5 tahun dia tidak pernah berinteraksi lagi dengan kami. Sebelumnya, dia adalah anak yang ramah dan ceria.”
Wajah datar Hye Mi tiba-tiba terbayang oleh Kyuhyun. Sangat terlihat sekali bahwa anak itu mengalami depresi. Kyuhyun tiba-tiba teringat sesuatu dan ia pun mengambil ponsel yang ia simpan di saku jaketnya.
Kyuhyun mengirim sebuah pesan. Pesan kepada Yoo Na Ya, seorang dokter yang kenal dengannya.
“Na Ya, bisakah kita bertemu? Aku ingin bertanya padamu.”
Kurang dari satu detik, sebuah pesan balasan sudah muncul di layar ponsel Kyuhyun.
“Tentu. Tapi aku hanya bisa bertemu jam 12 saja.”
“Baiklah. Kau bisa temui aku di SMA Namsan, oke?”
“Oke Kyu~”
Kyuhyun memasukkan kembali ponselnya ke dalam jaket. Entah kenapa ia sangat ingin membantu memperbaiki kehidupan anak bernama Hye Mi itu. Mungkin saja tuhan sedang merencanakan sesuatu untuknya dan mungkin saja untuk Hye Mi juga.
***
Yoo Na Ya, gadis itu terkejut saat melihat sebuah pesan dari Kyuhyun di saat yang seperti ini. Na Ya mengira bahwa Kyuhyun sedang dalam bahaya atau apapun itu. Tapi ternyata dugaan Na Ya salah, Kyuhyun hanya ingin mengajaknya bertemu. Na Ya hanya tersenyum samar, ini kali pertamanya Kyuhyun yang mengajaknya bertemu selama 5 tahun terakhir ini.
“Siapa?” tanya seorang pria yang duduk di samping Na Ya. “Kyuhyun,” jawab Na Ya sambil memperlihatkan ponselnya pada Donghae, pria yang hari ini telah resmi menjadi tunangannya. Raut wajah Donghae langsung berubah seketika. “Ada apa dengan Kyuhyun?” tanya Donghae panik.
Na Ya memandang tunangannya itu dengan lembut dan kemudian tersenyum manis pada Donghae, “Dia mengajakku bertemu,” jawab Na Ya. “Kau mengira sesuatu terjadi padanya?” lanjut Na Ya yang dijawab dengan anggukkan kepala Donghae.
“Kyuhyun tidak dalam bahaya lagi chagi, dia sepertinya baik-baik saja,” kata Na Ya.
“Aku khawatir dengannya, haruskah kita menemuinya setelah acara pertunangan kita selesai?”
“Tidak usah. Aku akan bertemu dengannya besok, jika mau kau bisa ikut bersamamu menemuinya.”
“Boleh. Biar tidak terjadi sesuatu antara kau dan mantan kekasihmu itu.”
Sebuah pukulan yang cukup keras mendarat di kepala Donghae. “Yak Lee Donghae! Hentikan pemikiranmu itu!” Donghae cepat-cepat menghindar dari hadapan Na Ya sambil tertawa geli.
Na Ya hanya mendengus pelan. Sudah berkali-kali Na Ya melarang Donghae untuk memanggil Kyuhyun dengan “Mantan kekasih Na Ya”.
Tapi, tiba-tiba saja Na Ya teringat kembali kejadian beberapa tahun lalu saat ia masih bersama dengan Kyuhyun. Kyuhyun adalah pria yang paling berharga bagi Na Ya, walaupun sekarang ada Donghae di sampingnya tetapi Donghae tidak akan pernah bisa menggantikan posisi Kyuhyun. Bukan berarti Na Ya belum bisa melupakan semua rasa cintanya pada Kyuhyun, tetapi kebaikan Kyuhyun lah yang belum bisa ia lupakan sampai saat ini.
“Na Ya kau melamun?” tanya ibu Na Ya yang entah kapan sudah berada di hadapan Na Ya. “A—ah i—iya eomma,” jawab Na Ya.
“Apa yang kau lamunkan?”
Na Ya berpikir sejenak untuk memikirkan jawaban yang tepat, “Aku memikirkan Kyuhyun.”
“Kyuhyun? Bagaimana keadaan anak itu sekarang, sudah lama sekalieomma tidak bertemu dengannya.”
Na Ya tersenyum saat mendengar respon ibunya. Ia mengira bahwa ibunya akan melarangnya untuk memikirkan terus Kyuhyun.
“Mungkin saat ini ia baik-baik saja.”
***
Hari ini isak tangis Hye Mi kembali keluar. Karena terlalu merindukan orang tuanya, Hye Mi menonton video pesta ulang tahunnya saat ia kecil dan air matanya keluar begitu saja saat melihat wajah orang tuanya.
Wajah berseri-seri kedua orang tuanya di dalam video, membuat Hye Mi semakin tidak bisa menahan air matanya yang terus berlinangan. Kasih sayangnya terhadap orang tuanya begitu besar, sehingga ia sangat tidak bisa menerima begitu saja kematian orang tuanya. Walaupun kematian orang tuanya sudah sangat lama sekali.
Seluruh badan Hye Mi tiba-tiba saja melemas. Badan Hye Mi ambruk di atas lantai. Hye Mi baru sadar, sudah tiga hari ia belum memakan apapun. Ia terlalu sibuk dengan ingatannya yang selalu tertuju pada orang tuanya.
Suara bel rumah terdengar. Hye Mi tidak tahun siapa yang datang kali ini. Akhir-akhir ini bel rumahnya selalu berbunyi, entah dari keluarganya, Eun Soo ataupun guru barunya yang kemarin datang tanpa di undang sama sekali. Hye Mi mencoba untuk bangun dari atas lantai, namun tenaganya seperti benar-benar habis. Hye Mi hanya bisa menatap pintu rumahnya dengan samar dan sedetik kemudian entah apa yang terjadi Hye Mi sudah tidak bisa mengingatnya lagi.
Diluar, Kyuhyun bersama Na Ya sedang menunggu Hye Mi membukakan pintu rumah. Sebelumnya, Kyuhyun bertemu Na Ya dan memintanya untuk membantu menyembuhkan Hye Mi dari depresinya. Awalnya Na Ya menolak tapi dengan rayuan Kyuhyun, Na Ya mengabulkan keinginan Kyuhyun karena Kyuhyun berkata itu bisa jadi keingin terakhirnya.
“Kyu, di rumahnya ada orang?” tanya Na Ya bingung karena Hye Mi belum membuka pintunya. “Kurasa ada, karena Hye Mi tidak pernah meninggalkan rumahnya,” jawab Kyuhyun.
Kyuhyun beranjak dari tempatnya dan melihat keadaan rumah dari jendela rumah yang tertutup oleh tirai. Mata Kyuhyun mulai mencari-cari sedikit lubang yang bisa membantunya melihat keadaan rumah. Kyuhyun melihat tirai yang sedikit terbuka. Mata Kyuhyun kini mulai mengelilingi isi rumah Hye Mi dengan serius. “OMO!!!” teriaknya saat melihat Hye Mi tergeletak di lantai.
“Ada apa?” tanya Na Ya seraya menghampiri Kyuhyun. Kyuhyun tidak menghiraukan pertanyaan Na Ya. Ia berlari ke arah pintu dan mencoba mendobrak pintu dengan semua kekuatannya.
Pintu berhasil terbuka. Kyuhyun dan Na Ya berhamburan masuk ke dalam rumah secepat mungkin. Raut wajah Kyuhyun seketika langsung panik melihat wajah Hye Mi yang pucat.
Na Ya yang berada di samping Kyuhyun, menatap raut wajah pria itu dengan seksama. Ia ingat wajah Kyuhyun seperti itu saat orang tuanya mendapat kecelakaan 5 tahun lalu. Pada saat itu, Kyuhyun dan Na Ya sedang berada di kampus bersama tapi tiba-tiba saja Cho Ahra—kakak perempuan Kyuhyun—menelponnya sambil menangis. Wajah Kyuhyun berubah. Ekspresi panik bercampur sedih tergambar jelas di wajahnya. Dan hari ini Na Ya kembali melihat ekspresi itu lagi di wajah Kyuhyun. Apa Kyuhyun memiliki hubungan special dengan gadis yang satu ini?
Kyuhyun menggendong Hye Mi dan menidurkannya di sofa. Sementara itu, Na Ya berlari ke dalam mobil untuk mengambil peralatan dokternya karena Kyuhyun tadi menyuruhnya agar menangani Hye Mi secepat mungkin.
Na Ya kembali ke dalam rumah. Dia mulai memeriksa Hye Mi. Na Ya bisa merasakan tulang-tulang Hye Mi yang mulai melemah.
“Kyu, dia hanya perlu makan saja agar dia bisa mendapatkan energy lagi dan mungkin aku hanya bisa memberinya vitamin,” ucap Na Ya sambil menatap Kyuhyun yang saat ini sedang menatap Hye Mi.
“Iya baiklah, aku akan mengurusnya selama beberapa hari.”
“Apa kau pernah mengenal gadis ini atau kau pernah memiliki hubungan dengannya?” tanya Na Ya yang sudah sangat ingin menanyakan hal itu kepada Kyuhyun. Kyuhyun hanya tersenyum samar pada Na Ya. Tidak ada tanda-tanda Kyuhyun akan menjawab pertanyaan Na Ya. Na Ya pun sudah pasrah terlebih dahulu jika Kyuhyun sudah seperti itu.
“Kembalilah ke rumah sakit dan suruh Donghae hyung menjemputmu.”
“Iya. Aku akan datang lagi setelah semua pekerjaanku selesai dan kuharap kau bisa menangani gadis ini sendirian.”
“Oke. Jika kau bertemu dengan ibuku, katakan padanya bahwa aku sedang konsultasi dengan murid, oke?” kata Kyuhyun saat mengingat rumah sakit tempat Na Ya bekerja sama dengan rumah sakit tempat ibunya bekerja juga.
“Baiklah. Kau jangan telat makan juga, kau harus memperhatikan dirimu sendiri sebelum memperhatikan orang lain.”
“Iya. Sudah sana pergi.”
Na Ya tersenyum dan ia pun berjalan keluar rumah. Na Ya rasa ia harus pergi sendiri ke rumah sakit karena Donghae tidak mungkin ada untuknya saat ini. Kemarin Donghae berbicara padanya bahwa ia harus menyelidiki sebuah kasus yang terjadi di Samudera Hindia. Oh sudahlah, mungkin Na Ya sudah rindu pada tunangannya yang langsung pergi setelah tadi malam resmi menjadi tunangannya.
Kyuhyun membuka lemari es di dapur Hye Mi. Kyuhyun awalnya mengira tidak akan ada makanan di dalamnya. Tapi Kyuhyun salah, di dalam lemari es Hye Mi sangat banyak makanan. Apakah dia tidak pernah memakannya?
Kyuhyun mengambil sebuah roti dan ia tidak lupa mengecek tanggal kadaluarsanya. Mungkin roti ini bisa dimakan oleh gadis itu. Kyuhyun pun keluar dari dapur setelah menemukan satu makanan untuk Hye Mi.
Kyuhyun terkesiap saat melihat Hye Mi sudah terduduk di kursinya. Sebenarnya bukan itu yang membuat Kyuhyun terkesiap, tapi karena Hye Mi sedang menatapnya tajam.
“Kenapa sonsaengnim berani masuk ke rumahku?”
“Emmm… konsultasi guru dan murid,” jawab Kyuhyun asal. Kyuhyun bingung untuk menjawab pertanyaan Hye Mi, tapi kata-kata itulah yang meluncur dengan lancar di bibir Kyuhyun.
Jawaban Kyuhyun tadi sepertinya berhasil membuat Hye Mi agar tidak protes kepadanya. Hye Mi menatap sesuatu yang ada di tangan Kyuhyun. Roti. Hye Mi melihat roti. Perutnya mulai keroncongan melihat roti.
Dengan mempertimbangkan semua gengsi dan rasa malunya, Hye Mi melesat ke arah Kyuhyun dan mengambil roti di tangan Kyuhyun. Hye Mi langsung memakan roti itu dengan lahap karena ia merasa lapar adalah hal yang tidak bisa tahan selain menangis memikirkan orang tuanya. Kyuhyun hanya menatapnya tak percaya.
***
Guru baru itu menatap Hye Mi dengan tatapan tak percaya. Hye Mi merasa malu, risih dan juga gengsi saat melihat gurunya melihat seperti itu. Apakah guru ini fansku? Kenapa dia menatapku seperti it uterus, batin Hye Mi.
Hye Mi tersedak karena ia makan terlalu banyak. Kyuhyun pun dengan cepat berlari ke dapur mengambil air minum dan untung saja ada persediaan air minum di rumah ini.
“Minumlah,” ucap Kyuhyun lembut kepada Hye Mi. Hye Mi meneguk airnya dengan saat cepat. Ini pertama kalinya Hye Mi melihat orang yang care padanya selama 5 tahun terakhir ini. Tapi Hye Mi tidak akan mudah luluh pada orang yang carekepadanya. Bisa saja orang itu hanya berpura-pura.
“Kamsahamnida,” ucap Hye Mi. Hye Mi menatap Kyuhyun. Kenapa dia masih disini? Seharusnya ia cepat-cepat pergi setelah melihat Hye Mi sadar. “Kenapasonsaengnim masih disini?” tanya Hye Mi. Kyuhyun menjawabnya dengan menyodorkan sebotol vitamin yang tadi di berikan Na Ya padanya.
“Untukku?” tanya Hye Mid an dijawab oleh anggukan Kyuhyun. “Sonsaengnimbisa pergi sekarang.”
“Minum dulu itu baru akan pergi.”
“Aku janji akan meminumnya. Sonsaengnim kan harus pergi ke sekolah.”
“Kau juga harus pergi ke sekolah.”
Hye Mi terdiam. Kyuhyun seperti menantangnya. Hye Mi menarik tangan Kyuhyun. Kyuhyun sedikit terkejut tapi dia berusaha menyembunyikan keterkejutannya. Hye Mi menarik tangan Kyuhyun dan juga Kyuhyunnya keluar dari rumah.
“Jung Hye Mi! Kau mengusir gurumu?” gerutu Kyuhyun.
“Konsultasinya sudah selesai,” kata Hye Mi sambil menutup pintunya. Kyuhyun terlihat murka di balik pintu rumah Hye Mi. Baru pertama kali dia di usir oleh seorang wanita apalagi wanita ini adalah muridnya sendiri. Dengan kesal, Kyuhyun melangkahkan kakinya untuk pergi dari rumah Hye Mi. Mungkin, besok ia akan kembali lagi ke rumah ini tentunya harus membawa Choi Eun Soo.
Di dalam rumah, Hye Mi mengambil seluruh makanannya di dalam dapur dan membawanya ke kamarnya sendiri. Setelah ‘mengusir paksa’ gurunya, Hye Mi merasa tenang untuk makan sebanyak mungkin. Rasa laparnya mengalahkan rasa rindu pada kedua orang tuanya.
Hye Mi menatap kembali makanan-makanan yang masih terbungkus rapi di hadapannya. Dia lupa siapa yang menyimpan makanan ini di dapurnya. Hye Mi sempat berpikir bahwa gurunya lah yang memberikan ini semua padanya. “Oh gomawo sonsaengnim,” ucapnya sambil terus mengunyah makanan.
Satu persatu makanan mulai habis. Hye Mi sudah kelelahan karena terlalu banyak makan. Perlahan Hye Mi mulai bosan. Ia pun beranjak ke ruang tengah, bermaksud untuk menonton TV karena selama 5 tahun terakhir dia jarang menonton televisi.
Tunggu. Apa Hye Mi sudah mulai berubah? Hye Mi menghentikan langkahnya dan berpikir sejenak. Dia mulai mengingat sesuatu yang tergambar dengan samar di pikirannya.
“Ah jinjja,” gerutu Hye Mi saat otaknya mulai sedikit pusing. Ia pun melanjutkan langkahnya dan duduk di sofa sambil menyalakan televisi.
Layar mulai menampilkan wajah-wajah para idola yang sedang melakukan penampilan khusus untuk sebuah variety show. Hye Mi tidak ingat kapan terakhir kali ia menonton variety show seperti ini. Pandangan Hye Mi kini tertuju pada sebuah botol yang berada di samping televisi. “AH!” teriaknya saat mengingat tentang vitamin yang diberikan gurunya tadi.
Hye Mi melesat ke arah televisi untuk mengambil vitamin pemberian gurunya itu. “Apa ini tidak ada racunnya?” gumam Hye Mi sambil membalik-balikan botol vitaminnya. “Aku rasa tidak,” ucapnya seraya meneguk sedikit vitamin. Hye Mi merasa tubuhnya sedikit fresh.
Ya. Sedikit fresh.
***
Na Ya memandangi seorang pria yang sedang duduk di hadapannya dengan wajah kesal dan datar. Cho Kyuhyun, apa pria itu harus bertingkah kekanak-kanakan seperti ini? Batin Na Ya.
Na Ya beranjak dari tempatnya dan mendekati Kyuhyun. Kyuhyun segera memutar kursinya karena sadar Na Ya mendekatinya. “Sudah selesai kesalnya Mr.Cho?” tanya Na Ya. Kyuhyun hanya menatapnya datar, tapi kemudian ia pun berbicara. “Na Ya, kau harus berada di posisiku dan merasakan bagaimana