Once upon a time… Kalimat yang selalu menjadi sebuah awal kisah dari sebuah dongeng. Pada suatu hari ketika sang putri yang cantik jelita di sebuah negeri antah berantah memulai kisahnya dan pada akhirnya akan menemukan sang pangeran, belahan hidup dan jiwanya… Bukankah itu cerita yang manis. Setiap yeoja selalu bermimpi menjadi seorang putri, memulai kisah mereka dalam sebuah pertemuan dengan sang pangeran, mungkin berdansa di sebuah pesta dansa istana, hingga pada akhirnya mereka menikah dan hidup bahagia bersama sang pangeran pujaan hati. Tapi ini seoul, bukan negeri antah berantah. Ini seoul kota megapolitan dengan gedung tinggi yang mencakar langit bukan negeri dengan kastil indah. Seoul tetaplah seoul…Dan seorang bae suzy tetaplah seorang bae suzy.. Bukan putri negeri dongeng. Dan tak pernah tercatat kehadiran tokoh seorang pangeran dalam kisah seorang bae suzy.. “Sayang usiamu akan menginjak 20 tahun sebentar lagi,”“Aku juga ingin memiliki seorang pangeran seperti kisah lainnya, mengawali kisahku dengan kalimat once upon a time, tidak bisakah?”“Jangan pernah dekat, bicara ataupun berinteraksi dengannya, arasseo!”“Kau bisa memiliki kisah indah seperti itu, tentu saja,”“Noona.. Jangan pergi ke sana,”“Kau pangeranku? Jinjja?”“Kau bisa melakukannya?”“Yeoja bodoh..”“Noona hati-hati dengannya, waspadalah,”“Omo..kenapa langitnya mendadak gelap.. Anginnya kencang sekali,”“Jangan..jangan..andwae.. Aku mohon jangan,”