“once destiny guides you to the one you want, it's up to you to hold on or not”
Terkadang untuk menulis sebuah cerita dibutuhkan suatu inspirasi. Inspirasi itu bisa datang dari mana saja dan kapan saja. Terkadang inspirasi tidak datang dengan mudah, namun disisi lain harus memenuhi waktu yang telah ditentukan. Itulah sebuah krisis yang harus dijalani oleh seorang penulis. Saat ini aku sedang mengalami krisis itu, entah mengapa tak ada satu inspirasi pun datang ke pikiranku padahal deadline sudah ada di depan mataku. Malam semakin larut, aku masih berkutat dengan tumpukan draft yang belum juga aku susun dan layar microsoft word yang masih kosong tanda belum ada satu draft pun yang aku ketik.
“Kim Hyuna, ayo istirahat. Ini sudah larut malam, kau bisa selesaikan pekerjaan itu besok.” Seorang pria memegang pundakku dari belakang.
“Tidak apa-apa oppa, aku masih belum mengantuk. Sebentar lagi pekerjaan ini akan selesai.” jawabku dengan senyum.
Pria itu menatapku dengan pandangan menyelidik dan kemudian mengusap rambutku pelan.
“Aish.. Kau ini sangat keras kepala, baiklah aku beri kau waktu sampai jam 2. Setelah itu kau harus tidur...” dia memberikan senyum yang begitu hangat sembari mencium keningku.
“Baiklah.”
Aku dan pria itu sudah menikah selama 2 tahun. Dia adalah Luhan, pria yang paling baik yang pernah aku temui. Dia sangat tampan, setiap hari aku selalu dibuatnya marah karena banyak teman sekantornya yang menyukai suamiku itu. Aku merasa beruntung bisa menjadi salah satu perempuan yang dia pilih untuk menjadi pendamping hidupnya.
Luhan sangat mendukung pekerjaan yang aku lakukan baik sebagai guru dance maupun penulis. Ia selalu ada di sampingku, menemaniku saat aku dikejar deadline, yah walaupun terkadang ia tertidur juga.
Tak ada inspirasi yang muncul, aku mencoba membuka-buka kumpulan folder di handphone-ku barang kali aku mendapatkan sesuatu dari barang kesayanganku itu. Tiba-tiba aku mengingat suatu hal yang manis sekaligus menyakitkan, setelah membuka sebuah folder yang selama ini sengaja tidak aku buka.
15 Juli 2011
Yay! Busan, I’m coming! Akhirnya setelah satu tahun kuliah yang indah bersama tugas serta ujian –dan jangan lupakan pidato Pak Choi di kelas- hari ini aku pergi liburan ke Busan! Nenek, aku sangat merindukanmu, dan apa kabar si bocah desa itu?
---
“Oh Hyuna, apa kabar? Waaah sejak tinggal di Seoul kau semakin cantik saja.”
Seorang pria menyambut kedatanganku sambil tersenyum.
“Aku baik-baik saja. Ya Kim Sunggyu, kau ini selalu saja menggodaku, awas nanti kalau kau jatuh hati padaku.” jawabku sambil mencubit pipinya.
“Ah hentikan! Mana mungkin aku jatuh cinta padamu bodoh, kau ini kan saudaraku”
“Hahahaha tapi saudaramu yang paling cantik kan?”
“Aishh kau ini...” Sunggyu menjawab sambil memalingkan wajahnya ke arah lain, tapi apa itu? Kenapa mukanya memerah?
“Kenapa mukamu memerah? Ya Kim Sunggyu, jangan-jangan kau benar-benar menyukaiku?”
“A-apa? Mana mungkin bodoh, sudah ayo ke kamarmu. Cepat bereskan barang-barangmu dan kita makan bersama. Nenek sudah menunggu kita”.
“Ya ya aku mengerti.” Jawabku sambil menarik koperku.
“Sunggyu!!! Kenapa air di kamar mandiku tidak keluar?” hah mana sih bocah itu.
“Aish, kau merepotkanku saja. Kenapa kau sela....” sunggyu yang baru saja datang langsung berbalik memunggungiku.
“Kenapa kau berbalik? Ada yang- oh!” astaga aku masih hanya memakai handuk untuk menutupi tubuhku. Aku langsung berlari memasuki kamarku lagi.
“Y-Ya Hyuna, aku ini sudah menjadi pria, bukan bocah desa seperti yang ada di otakmu itu.”
“Maaf, maaf, baiklah aku akan berganti pakaian dulu.”
“Ehm tapi ngomong-ngomong...”
“Ya?” aku memunculkan kepalaku dari pintu kamar dan memandangnya. Kemudian ia berbalik dan menatapku geli.
“Kau tambah seksi ya.”
“A-apa?! Ya, Kim Sunggyu!” Apa-apaan bocah itu! Akupun berlari ke luar kamar untuk mengejarnya. Sunggyu terlihat kaget dan berusaha untuk berlari, namun aku berlari lebih cepat darinya. Tapi sepertinya keberuntungan sedang tidak ada di pihakku.
“Ahhh!!!”
“Aduh!”
Aku terjatuh dengan bodohnya tepat di atas Sunggyu. Tapi, kenapa jantungku berdetak kencang sekali seperti ini? Dan kenapa mukaku jadi terasa panas?
“Cepat turun dari badanku, kau ini berat tahu!” Sunggyu memprotes, membuyarkan lamunanku.
“A-ah iya, Ma-maaf“ aku langsung cepat-cepat berdiri dan menutupi kedua pipiku yang sepertinya sudah seperti tomat. Ada apa dengan dirimu, Hyuna?!
“Tapi, kulitmu juga semakin lembut saja ya.”
“Ya! Kau ini mencari kesempatan dalam kesempitan!”
“Kan kau yang menabrakku.”
“Kau mau kutindih lagi?!”
“Tidak! Kau itu berat!”
“Dasar kau ini, sudah, aku mau mandi!”
Akupun berjalan memasuki kamar dan menutup pintunya, sebenarnya apa yang terjadi denganku? Kenapa aku berebar-debar saat bersama Sunggyu? Tidak mungkin aku menyukai saudaraku sendiri kan? Tentu saja tidak mungkin Kim Hyuna, tentu saja tidak mungkin. Ya, tidak mungkin…
---
30 Juli 2011
Malam ini begitu indah, aku bisa melihat bintang dari kamarku. Langit Busan sangat berbeda dengan langit Seoul. Aku bisa melihat bintang yang banyak di sini.
“Kim Hyuna... bagaimana dengan pacarmu?”
“oh Baro.. aku sudah putus dengannya. Dia sangat kasar dan overprotective , aku ingin mempunyai pacar yang baik, sabar, dan bisa memberikan kenyamanan padaku.”
“apa kau belum menemukan pria seperti itu sampai sekarang?”
“eeemmm”. Aku terdiam sejenak sembari melihat wajah Sunggyu yang sangat dekat dengannya, sehingga aku bisa melihat jelas mata sipitnya itu.
“hei kenapa memandangku seperti itu, aku tau aku satu-satunya pria yang sangat baik padamu”. Aku melihat wajah Sunggyu memerah, aku sangat suka membuat wajah Sunggyu seperti itu. Entah mengapa aku sangat suka membuatnya seperti itu dari dulu.
“ya! Sunggyu.. kau ini..”
“tapi bagaimana jika aku benar-benar menyukaimu Hyuna?” pertanyaan Sunggyu itu membuat jantungku berdebar lagi.
Perasaan apa ini? Kim Hyuna.. come on wake up... dia suadaramu. Gumamku dalam hati.
“Ya! Jangan bercanda.. kau selalu membuatku kesal Sunggyu!!” kataku sambil memukul dada Sunggyu namun dengan pelan.
Tapi apa yang terjadi? Sunggyu menggenggam tanganku itu. Wajahnya semakin dekat dengan wajahku, tanpa kusadari aku menutup mataku karena aku tak kuasa memandang wajahnya saat itu. Aku merasakan bibir Sunggyu menyentuh bibirku lembut.... lembut sekali bagaikan permen kapas... dan rasanya manis. Rasa hangat menyelimuti malam itu sehingga aku tak mencoba sedikitpun melepaskan ciuman dan pelukannya itu.
Setelah cukup lama... dia melepaskan pelukannya lalu membisikkan suatu kata yang sangat manis tetapi menyakitkan “saranghae.....”
Kubuka mataku namun Sunggyu sudah menghilang dari hadapanku. Sekarang yang tertanam dipikiranku adalah “apakah ini benar? Tapi aku tidak bisa menghilangkan rasa ini begitu saja...”
---
“Hyuna... kemari.. ini ada partner nenek dari China”
“iya nek..” jawabku dengan banyak pertanyaan yang ada di pikiranku saat ini.
“kenalkan mereka keluarga Lu”
Kemudian aku memberikan salam kepada keluarga itu. Meski mereka dari China tapi mereka sangat fasih berbahas Korea.
“perkenalkan.. ini Tuan Lu, Ny. Lu, dan putranya yang tampan dan pewaris tunggal dari usaha ayahnya Lu Han”.
Sekarang aku mengerti mengapa aku dipanggil ke sini. Oh My God!!! Aku mendapat firasat buruk untuk ini.
“perkenalkan ini cucuku yang paling cantik, Kim Hyuna...”. kulihat nenekku yang sangat antusias dengan pertemuan ini. Aku berada di sini hanya pasang senyum tanpa mengatakan apapun bahkan memperkenalkan diriku. Huuuffft.
Kulihat Luhan yang sedari tadi tersenyum kearahku dan terpaksa aku juga membalas senyumnya itu. Sebagai wanita normal tentu saja Luhan adalah seorang pria tampan. Dia memakai kaos kasual tapi rapi dan terlihat sopan, warna rambut yang coklat dengan hair style ala holang kaya -_- dan memang dia pewaris tunggal, kulitnya yang putih, bibirnya yang merah, ditopang dengan badan yang tinggi..
Tunggu Hyuna! Apa kau mulai mengaguminya? Tentu saja tidak... ini hanya pandangan wanita normal biasa untuk pria seperti Luhan itu. Tapi sepertinya dia tidak asing bagiku.
---
Setelah pertemuan keluarga itu hatiku semakin penuh dengan kecamuk. Di dalam pikiranku banyak sekali hal yang aku pikirkan. Aku menyukai saudaraku sendiri dan lebih beratnya adalah kita sama-sama mencintai, ditambah dengan situasi saat ini yaitu aku dijodohkan dengan Luhan, yang ternyata dia satu kampus denganku. Oooh Tuhan.. bagaimana ini. Aku tidak ingin orang-orang yang aku cintai menderita. Di sisi lain aku tidak ingin menyakiti dan mengecewakan nenek dan aku juga tidak ingin membuat hati Sunggyu hancur.
Beberapa hari ini aku tidak bertemu dengan Sunggyu setelah pertemuan keluarga itu. Walaupun aku belum mengatakan kepadanya bahwa aku juga mencintainya, tapi aku yakin Sunggyu pasti mengetahui bahwa aku mencintainyainya. Semuanya berjalan baik, kita menghabiskan waktu bersama, dia memperlakukanku lebih kepada yeojachingu-nya daripada saudara perempuannya, begitu juga sebaliknya kepada Sunggyu. Namun semua berbeda sejak pertemuan keluarga itu. Aku yakin Sunggyu sangat terluka mendengar berita ini.
Aku harus menemui Sunggyu. Gumamku dalam hati
Aku mencari sesosok namja yang sangat aku cintai ke semua tempat, tapi nihil..
Langit sudah mulai mendung menandakan hujan deras akan datang. Aku semakin khawatir dengan keberadaan Sunggyu
Sunggyu di mana kamu?
Hujan deras mengguyur Busan sore ini, namun aku takan menyerah menemukan namja itu. Sampai di sebuah taman kulihat sosok yang selama ini aku rindukan sedang duduk di bangku sendirian di tengah hujan.
Tanpa kata-kata aku duduk di sampingnya dan memayunginya. Aku memandang khawatir namja yang aku cintai ini.
“aku kedinginan....” katanya lirih
“sebaiknya kita pulang sekarang” kataku pada Sunggyu yang wajahnya sudah mulai pucat.
Kami berdua beranjak dari bangku itu. Aku mengira kita akan pulang namun yang terjadi adalah Sunggyu menggenggam tanganku, kemudian dia memelukku. Aku tersentak kaget dengan hal itu, membuat payung yang menaungi kami berdua terlepas dari tanganku. Alhasil kami berdua kehujanan.
“aku hanya ingin pelukanmu... pelukanmu yang bisa membuatku hangat saat ini”
Aku merasakan tubuhnya bergetar.... dia pasti menangis... aku eratkan pelukanku padanya. Aku merasakan sakit dan tak bisa bernafas. Ini bukan karena pelukan tetapi karena cinta kami yang terlalu rumit.
Entah berapa lama kami berpelukan dan menangis di tengah hujan dan akhirnya kami melepaskan pelukan kami.
“apa kau yakin dengan hubungan ini....?” aku masih menunduk terdiam dengan pertanyaan Sunggyu itu. Aku tidak berani menatap matanya.
Kedua tangannya meraih kedua pipiku dan berhasil membuatku menatap matanya.
“hiduplah bahagia, jangan pernah mengeluh karena dia tidak seperti aku yang sabar dengan aneka keluhanmu itu, dan jadilah istri yang baik untuknya...”
Mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Sunggyu membuat air mataku dengan sukarela mengalir deras. Aku tak sanggup berkata-kata karena terlalu sakit yang aku rasakan saat ini.
“hei jangan menangis cantik... kau adalah saudaraku yang paling cantik dan tidak akan ada yang menggantikannya... mengerti?” senyum palsu keluar dari bibirnya.
Bagaimana bisa dia berpura-pura senyum seperti itu, membuat hatiku semakin hancur melihatmu.
“saranghae...” hanya itu yang bisa aku ucapkan.
Wajah Sunggyu kutatap lekat-lekat. Melihat setiap sudut wajahnya. Pipinya yang agak chuby, hidungnya yang mancung, dan tentu saja matanya yang sipit.
Betapa aku sangat mencintai orang ini.
Sunggyu menyentuh pipiku dengan lembut, mengusapkan hidung mancungnya ke hidungku, lalu di menyentuh bibir lembutnya itu ke bibirku. Yaaa aku sangat merindukan hal ini, mungkin selamanya.
“saranghae...” kata terakhir Sunggyu setelah melepas ciuman itu. Kubuka mataku dia sudah menghilang dari hadapanku.
Hal ini sama saat pertama kali dia mengucapkannya padaku yang berbeda saat ini adalah dia menghilang dari hadapanku untuk selamanya sebagai seorang namjachingu-ku.
Sekarang dia adalah saudara laki-laki ku yang sangat aku cintai lebih dari yang orang lain ketahui
---
“chagi.... bangun.. sudah pagi...” kubuka mataku yang sebenarnya masih ingin menutup ini, samar-samar kulihat seorang namja bagaikan malaikat karena efek sinar mentari pagi.
Aku tersenyum dan Luhan mencium keningku. Aku baru menyadari bahwa aku sudah tidur di ranjang dan tentu saja sudah di samping Luhan yang sedang memandangku dan memegang tanganku erat.
“morning... kissss” kataku manja
Cuuuup
“morning kiss untuk istriku yang paling cantik” kata Luhan dan kemudian memelukku.
Kulihat draft masih menumpuk.... tanpa aku sadari kenangan yang tidak ingin aku ingat itu malah sekarang membuat aku memimpikannya dan mimpi itu terlihat sangat jelas.
Apa kisahku ini akan aku buat suatu novel?
Aku sendiri tidak ingin membuka bekas luka di hatiku, tapi di sisi lain kisah ini terlalu manis untuk aku simpan sendiri walaupun sad ending. Dan hanya ini yang dapat menjadi inspirasiku saat ini untuk bisa menulis lagi....
End