Aku terduduk lemas di pojok ruangan sambil menggenggam sebilah pisau yang berlumuran darah. Pandanganku perlahan mengabur saat memandang sosok yang sudah tidak bernyawa di depanku. Seseorang yang aku sayang dan cinta, tapi itu semua berubah saat seorang gadis muncul di hidupku dan namja ini. Namja ini selalu menghindariku, dan sejak saat itu aku berfikir bahwa tak ada yang bisa memilikinya selain diriku. Ku fikir membunuhnya adalah keputusan terbaik, tapi semuanya tak seindah yang aku bayangkan.
“Yeoboseyo.”
“Hanni-ah, eomma mau memberitahumu bahwa, namja chingumu adalah—“
“Apa eomma? Ada apa? siapa Luhan oppa? Kenapa dia? Dia namjachinguku eomma, dia namjachinguku. Mwoya?”
“Luhan adalah kakakmu nak, kakakmu yang hilang 12 tahun yang lalu. Maafkan eomma nak. Maafkan eomm—“
“Eomma pasti salah, dia bukan kakakku eomma, dia bukan anak eomma yang menghilang. Dia Luhan oppa namjachinguku eomma.”
“Tidak Hanni, dia kakakmu yang menghilang saat kecelakaan itu, maafkan eomma sayang.”
“Tidak akan!” kubanting ponselku ke lantai hingga hancur, berusaha meluapkan semuanya dengan cara itu. Aku jatuh terduduk, kupeluk lututku dan mulai terisak menyesali semua yang telah terjadi dan tak bisa kembali seperti semula.
***
“Mianhae oppa, ini salahku. Aku egois. Semua ini salahku, kalau saja pikiranku tidak pendek kita masih bisa bersama oppa. Maafkan aku oppa. Bagaimana aku bisa mendapatkan maafmu oppa? oppa maafkan aku, aku tau akan sulit mendapatkan kata maaf darimu oppa, tapi aku akan menebus semuanya oppa. Aku akan menyusulmu oppa. Tunggu aku oppa. Di kehidupan kedua nanti kita akan bertemu lagi. Annyeong oppa. Mianhae.”
Aku berjalan gontai keluar area pemakaman. Difikiranku hanya ada Luhan oppa. Semuanya Luhan oppa lalu semuanya gelap hanya suara riuh orang-orang yang berlarian ke arahku dan suara klakson mobil yang nyaring. Saat aku bangun semuanya terasa familiar, tapi tidak dengan tempat yang aku pijak. Ada Luhan oppa disampingku, mengulurkan tangannya mengajakku pergi. Inikah kehidupan kedua itu?