Pagi ini terasa lebih dingin dari biasanya padahal ini masih awal musim dingin dan itu mau tak mau membuat semua orang berjalan dibalik long coat milik mereka. Apa mungkin dinginnya pagi ini pertanda akan turunnya salju pertama?
“Salju turun!” Yep! Tebakku benar!
Semua orang disekitar mendongakkan kepala hanya untuk melihat pemandangan langka tersebut.
Bukannya menjerit karena salju pertama telah jatuh, mereka langsung memasang tudung jaket dan memayungi diri lalu dengan langkah yang lebar dan lebih cepat—seperti sedang terburu-buru– mereka keluar dari lingkungan sekitar sekolah yang cukup menyesakkan.
Tidak seperti yang lain, satu dari puluhan orang di depan gerbang yang ramai dan padat itu malah menyingkap lengan jaketnya hingga sesiku serta melepaskan sarung tangannya lalu dia menadahkan tangannya, membuat butiran-butiran salju jatuh serta meleleh di tangannya dan itu cukup membuat senyum lebar mengembang di bibirnya.
“Hangatnya....”gumam orang –lebih tepatnya gadis itu senang sampai tak ‘sengaja’ mengeluarkan suara ‘nyaring’ khas wanita lalu dia kembali memandangin telapak tangannya.
Aneh bukan? Tapi sepertinya orang-orang di sekitarnya hanya menatapnya sebentar lalu kembali menatap lurus ke jalanan yang akan mereka lalui serta berekspresi ‘sudah biasa’ ‘dia memang begitu’ ‘dasar’ dan beragam ekspresi lainnya kecuali seorang pemuda memandang gadis tadi yang berkata ‘hangatnya’ lagi dengan tatapan datar. Dalam hati, pemuda ini sedikit merasa dongkol dengan sikap kekanak-kanakkan gadis di depannya.
“Salju ini tidak bisa membuat kau mati dengan cepat,”sahut pemuda tersebut dengan nada sinis yang ia tahan. Giginya bergemelutuk bukan menahan dingin karena menahan rasa gemasnya pada orang yang membelakanginya tersebut. rasanya ia ingin memotong gadis tersebut menjadi dua.
Gadis yang membelakangi tubuh pemuda itu membalikkan badannya sampai berhadap-hadapan dengan pemuda tersebut.
“Jarang sekali ada yang peduli. Anak baru ya? Ah...Anak baru dari kelas sebelah bernama Byun Baekhyun yang terkenal itu?”tanya gadis itu tanpa ekspresi senang dan lengkungan bibir tipisnya ke atas lagi, sekarang ia lebih memilih menunjukkan ekspresi ‘heh, kau anak baru berumur beberapa minggu dan aku anak lama berumur 2 tahun disini. Meskipun kita satu angkatan tapi jangan bertindak sesuka hatimu ya’.
“Aku tidak peduli hanya saja heran. Sekolah ini kenapa membiarkan orang,”Baekhyun memandang gadis tersebut dari atas kepala sampai ke ujung kakinya dengan tatapan menyelidik.
Rambutnya yang seperti gaya rambut dirinya namun lebih terkesan acak-acakkan –atau memang sengaja diacak-acak?– dan berwarna hitam kemerahan, memakai anting hitam di telinga kanannya seperti anak preman, seragamnya yang untungnya tidak terlalu melanggar peraturan sekolah karena ada banyak noda di almaternya dan terlihat usang.
Dimata semua orang itu pasti gadis sengak ini dibilang keren atau aneh tapi di mata seorang Byun Baekhyun, gadis ini seperti minta cari perhatian. Penampilannya tomboy, mungkin dia menjadi tomboy karena menyukai suka hal-hal yang biasanya disukai laki-laki lalu si gadis ini akan berbicara tentang kesamaan kesukaan mereka lalu blablablabla BLAM! Mereka akhirnya berpacaran. Terdengar mudah bukan?
Semua gadis sama saja. Mencari perhatian para namja tampan dan terkenal sepertiku tapi....benar-benar.....cara gadis ini benar-benar payah dan kuno. Dia mungkin akan mendapatkan namja dengan mudah tapi bukan namja yang ‘tampan dan terkenal’ tapi namja berandalan tidak jelas
“Sudah sana pergi, kau menghancurkan moodku,” usir gadis itu seraya mengibaskan tangannya berkali-kali di depan wajah Baekhyun dan pemuda berambut kecoklatan tersebut hanya menyeringai untuk menanggapinya.
“Kalau mau menarik perhatian para lelaki jangan seperti ini bodoh,” kalinat terakhir dari Baekhyun hanya bisa membuat gadis itu mengerutkan keningnya, merasa Baekhyun berbicara tidak jelas dan aneh seperti orang meracau.
“Dasar aneh.”gumam gadis tersebut lalu dia kembali menadahkan tangannya, kembali menikmati salju lagi seakan-akan pertemuan anehnya tadi hanya sekedar angin lalu.
***
Krek....
Baekhyun membuka lebar pintu ruang guru tanpa rasa takut atau apapun. Lagipula buat apa takut? Toh para guru belum datang. Ini masih jam 5 pagi dan terlalu pagi untuk Baekhyun masuk ke ruang guru untuk bicara seperti ‘Annyeonghaseyo! Aku murid baru dan ini data diri blablablabla’ di hadapan ketua kesiswaan.
Lagipula Ketua Kesiswaan yang akan didatangi Baekhyun itu pamannya jadi itu tidak usah melakukan hal yang membosankan itu. Lalu kenapa Baekhyun datang lebih pagi? Padahal rumahnya hanya berjarak 1 km kurang dari sekolah. Entahlah....Mungkin Baekhyun hanya sedang iseng.
Sret....
Jari-jari Baekhyun menarik salah satu berkas di map yang tertulis dengan jelas ‘Kim Chanyoung’ dalam tulisan hangul dengan rapih seperti orang yang profesional dalam –ehem–mengambil data-data seperti itu .
Baekhyun yang mengetahui Kim Chanyoung ternyata gadis yang ia temui kemarin lewat pas foto yang tertempel di data sana hanya bisa tersenyum meremehkan.
Sudah kutebak anak ini lumayan seirng berurusan dengan pamanku
Nama : Kim Chanyoung
Kelas : 10-2 (sekarang: 11-1)
Gadis ini lumayan cerdas juga ternyata hoh~
TTL : Gyeonggi-do, 01 Agustus 1996
Riwayat : - Saat kelas 10 terlibat adu cekcok dengan murid alumni tahun lalu karna suka menyuruh dan senoritas yang tinggi
- Akhir kelas 10 terjadi pertengkaran satu pihak antara Chanyoung dengan kelas 11 tahun lalu karna dianggap merebut pacar orang.
“Sudah kubilang anak ini caper, ck,”gumam Baekhyun menutup keras data yang ia pegang lalu meletakkan data itu ke dalam map dengan rapih seperti semula.
“Byun Baekhyun? Sedang apa kau disini?” Baekhyun menoleh dan melihat orang yang informasinya baru dia ketahui –Kim Chanyoung sudah berdiri di depan pintu ruang guru dengan kedua tangannya yang terlipat di depan dada dan salah satu alisnya yang naik ke atas.
“Mengurusi kepindahanku mungkin,”ujar Baekhyun asal bicara dan tiba-tiba ia sudah berdiri berhadapan dengan Chanyoung. Mungkin para gadis akan jatuh terduduk karena berhadapan dengan seorang Baekhyun yang langsung menjadi cassanova baru di sekolah tapi Chanyoung hanya bergeming dengan mata besarnyayang menatap mata Baekhyun yang tajam.
“Aku sudah tau kau ini keponakkan dari Byun Baekyon –ketua kesiswaan sekolah ini,” sahut Chanyoung dengan nada ringan seakan-akan status Baekhyun bukanlah rahasia lagi bagi setiap orang.
“Oh, kau sudah? Stalker?”
“Haruskah orang yang tau kau bilang stalker?”tanya Chanyoung balik membuat Baekhyun hanya memutar kedua bola matanya.
“Aku kesini pun hanya karena penasaran ada satu orang yang datang sebelum aku datang. Selamat. Kau siswa pertama yang datang mendahuluiku. Dan selamat juga kau sekolah memakai jaket dengan celana pendek,” kata Chanyoung menyindir Baekhyun secara terang-terangan.
“Sepertinya kau terdengar begitu tidak suka saat tau aku datang lebih dulu darimu,” Baekhyun mengangkat dagunya ke atas, ekspersi seolah-olah berkata ‘aku ini lebih-lebih darimu tau? Jangan kurang ajar.’ karena tinggi Chanyoung hanya sebahu dirinya.
“Merasa tersaingi Tuan Byun? Ah, seingatku orang seperti kita tidak pedulian lalu kenapa kau peduli? Ah apa sikap acuh-tak-acuhmu itu hanya topeng?”
“Bukankah seharusnya aku yang mengatakan hal itu untukmu?” tanya Baekhyun balik dengan seringainya, yakin kalau ucapannya kali ini akan menjadi skatmat yang bagus.
“Sok tau, Tau apa kau tentangku. Jangan merasa tau tentangku hanya karna membaca file milik Baekyon songsaengnim.”
Mulut Baekhyun yang separuh terbuka untuk membalas ucapan gadis itu kembali tertutup kembali.
Skatmat.....
Tubuhnya pun juga terasa membeku padahal suhu pagi ini sesuai berita tidak terlalu dingin.
Baekhyun sendiri juga bingung kenapa bisa-bisanya dia begitu ‘ingin tau’ tentang Chanyoug yang jelas-jelas tidak menarik itu? Tidak mempunyai wajah cantik menawan, kharismatik, wajah babyface, wajah imut, atau tubuh yang seksi.
Hanya seorang gadis yang selalu berbicara tanpa nada, mungkin juga ia kekurangan ekspresi wajah dan wajahnya bisa mencair hanya karena salju dengan tingginya yang standar serta tubuhnya yang rata tanpa lekukan apapun. Tapi kebingungannya soal ‘ingin tau’nya masih kurang besar untuk kebingungannya kenapa Chanyoung tau kalau dia membuka datanya.
“Katamu semua gadis sama saja lalu kenapa kau sampai membuka file milik pamanmu? Bukankah dimatamu para gadis itu mencari perhatian para namja tampan dan terkenal? Kau sudah tau lalu kenapa mencari tau lagi? Lucu sungguh,” Chanyoung menatap jam tangan led apple yang melingkar manis di tangan kirinya.
“Pamanmu akan datang. Moodku untuk mengadu pada pamanmu langsung hilang saat melihatmu. Cepat ganti bajumu kalau tak mau dikira orang gila dengan busana seperti itu.” Mengadu.....Hal yang tentu saja diadukan ke pamannya pasti soal kenakalan remaja yang tentu marah terjadi disaat umur sedang labil begini.
Otak Baekhyun berkerja dan dia baru menyadari maksud dari kata ‘mengadu’ secara pasti saat melihat plester di bawah mata Chanyoung yang dia kira itu tempelan seperti kulit.
Gadis itu pasti bermasalah lagi.
“Kau....”Baekhyun menggantungkan kalimatnya saat Chanyoung sudah tidak ada di depannya dan itu membuat ia merasa gondok setengah mati namun otaknya masih terus berkerja.
Gadis itu kenapa bisa tau kalau aku membuka file? Kenapa bisa tau kalau aku beranggapan para gadis itu sama? Sama-sama mencari perhatian para namja tampan dan terkenal? Seorang cenayang kah?
-TBC-