Akhirnya aku kembali ke rumah ini. Rumah Jung Soo oppa. Aku akan mencoba menikmati setiap perasaan rindu pada oppa, setiap kenangan yang tertinggal di rumah ini. Tapi tiba-tiba aku teringat rumah Kim Heechul. Orang-orang disana sangat baik padaku. Kim Heechul sedikit demi sedikit juga mulai melunak, tapi orang itu benar-benar tidak bisa ditebak. Sifat pemarahnya bisa muncul tiba-tiba. Hh, kenapa aku malah teringat pada orang itu, ya? -Yumi-
“Ini rumah temanmu?” tanya Donghae. Donghae membantu Yumi pindahan hari ini. “Bukan. Rumah pacarku,” jawab Yumi. Donghae tampak bingung mendengar jawaban Yumi. “Bukankah kalian sudah putus?” tanyanya penasaran. “Tadinya iya. Sekarang dia sedang mengikuti wajib militer,” terang Yumi.
“Heenim tahu kau pindah kesini?” tanya Donghae. “Tidak. Dia memang tahu tempat ini, tapi dia tidak tahu aku pindah kesini. Aku harap dia tidak usah tahu. Eh, terima kasih kau sudah membantuku hari ini. Kau pasti kelelahan,” kata Yumi. “Tidak apa-apa. Aku senang bisa menolong temanku,” Donghae tersenyum. Alangkah baiknya pria ini.
Di lain tempat, di kediaman Kim Heechul. Seperti biasanya Heechul memainkan gadgetnya. Tapi sebenarnya ia memikirkan Yumi. Ia teringat pada Yumi yang hari ini resmi tidak tinggal bersamanya lagi. Sesekali Heechul melihat ke layar ponselnya. Heechul akhirnya menelpon Yumi, tetapi Yumi yang begitu kelelahan sudah terlelap saat ini. Sementara ponselnya di setting mode diam, jadi ia tidak tahu kalau ada yang meneleponnya.
_____
Terdengar suara ketukan berkali-kali di pintu depan. Yumi masih tidak mendengarnya. Lagi-lagi orang itu mengetuk pintu dengan keras berkali-kali hingga membuat Yumi terbangun. Yumi bergegas membukakan pintu sambil mengucek-ngucek matanya yang sangat mengantuk.
Yumi sedikit membelalakan matanya saat melihat tamu yang berdiri di hadapannya, “Kau? Dari mana kau tahu aku disini?” Yumi terkejut melihat Heechul berdiri di hadapannya saat ini. “Aku tahu kau pasti disini,” jawab Heechul.
Yumi bisa mencium bau minuman yang berasal dari mulut Heechul. Yumi mempersilahkan Heechul masuk. Ia membantu memapah Heechul untuk duduk di sofa ruang tamu. “Kenapa kau pergi tanpa mengatakan apapun? Kenapa pergi begitu saja?” Heechul meracau. “Hei, kenapa kau senang sekali minum-minum, sih?” Yumi mengambilkan segelas air putih untuk Heechul.
“Kembalilah ke rumah,” kata Heechul setelah ia meneguk air minum yang diberikan oleh Yumi. “Rumah siapa? Itu bukan rumahku,” jawab Yumi. “Yumi-ssi!” Heechul tiba-tiba memegangi lengan atas Yumi dengan erat hampir seperti sebuah cengkraman kasar.
“Lepaskan! Ini sakit!” pinta Yumi seraya meronta. “Kepalaku sakit,” ucap Heechul. Ia kali ini memegangi kepalanya yang terasa sakit. “Tentu saja kepalamu sakit, pasti kau minum banyak lagi hari ini!” timpal Yumi. Tapi Yumi sedikit terkejut melihat hidung dan sebagian wajah Heechul memerah. Meskipun berkali-kali ia melihat Heechul dalam keadaan mabuk, tapi wajah Heechul tidak pernah sampai seperti itu.
Yumi meletakkan telapak tangannya di atas kening Heechul, “Astaga, apa kau demam?” Yumi mendadak panik. “Aku tidak tahu. Tapi kepalaku pusing, dan rasanya sangat dingin, makanya aku banyak minum,” terang Heechul. Rupanya Heechul malam ini banyak minum untuk menghangatkan tubuhnya yang merasa kedinginan.
“Bagaimana ini? Ish, kenapa kau sakit malah datang ke tempatku, sih?” Yumi geleng-geleng kepala. Terpaksa ia memapah Heechul ke dalam kamar dan membaringkannya. Kalau ia tetap berada di sofa malah akan memperparah demamnya. Setidaknya di dalam kamar Jung Soo lebih hangat.
“Aku akan mengompres keningmu,” kata Yumi, tapi Heechul malah menahan tangan Yumi. “Sebentar saja, aku mau mengambil lap basah dan air hangat untukmu,” kata Yumi. Heechul akhirnya melepaskan tangan Yumi.
Yumi kembali dengan membawa lap dan wadah berisi air hangat untuk mengompres kening Heechul. “Sebenarnya kalau kau berada di rumahmu akan lebih nyaman untukmu. Kau tinggal memanggil dokter pribadimu,” tutur Yumi.
“Kau saja yang merawatku,” ucap Heechul lirih. “Huh? Kau serius?” tanya Yumi tidak yakin. Tapi Heechul tidak menjawab. Kali ini tubuhnya menggigil kedinginan. Yumi mengeluarkan selimut tebal untuk dipakaikan pada Heechul, tapi setelah beberapa lama ia masih juga menggigil.
Sekilas Yumi teringat pada saat Jung Soo demam, “Ini sama persis ketika Jung Soo oppa sakit. Hanya saja saat itu aku memeluk oppa sampai oppa merasa hangat. Tapi... aku tidak mungkin, kan memeluk dia? Aku masih ingat betul kata-kata Jung Soo oppa saat itu,” pikir Yumi seraya memandangi Heechul.
“Pelayan, matikan AC-nya!” pinta Heechul. Suara Heechul membuyarkan lamunan Yumi. “Hei, tuan muda. Ini bukan rumahmu, disini tidak ada AC, tahu! Kau benar-benar kedinginan, ya? Padahal tubuhmu panas begitu, tapi kau malah merasa kedinginan. Sudah tahu demam malah minum-minum,” Yumi terus saja mengomel seperti seorang ibu yang memarahi anaknya.
“Kau jahat sekali mengomeli orang yang sedang sakit,” timpal Heechul dengan suara bergetar. Yumi melirik Heechul dengan tatapan yang enggan, “Kemarikan tanganmu!” Yumi meraih tangan Heechul dan mengusapnya bergantian supaya menjadi hangat, “Apa sudah lebih hangat? Aku buatkan Krim Sup, ya!” tawar Yumi.
Beberapa saat setelah Yumi selesai membuat Krim Sup, ia menyuapi Heechul perlahan-lahan. Yumi benar-benar ketakutan dengan sakitnya Heechul. Ia takut kalau sampai Heechul kenapa-napa ia akan disalahkan nantinya.
“Sudah,” ucap Heechul. Ia sudah tidak mau menghabiskan supnya. “Habiskan! Meskipun aku sudah pindah kau tetap saja merepotkanku. Sekarang kau harus menghabiskan supnya! Hargai orang yang sudah membuatnya untukmu!” racau Yumi. Yumi paling tidak suka pada orang yang suka membuang-buang makanan, tidak menghargai makanan. Padahal di luar sana banyak orang yang tidak beruntung dan mau melakukan apa saja agar bisa mengisi perutnya dengan makanan.
Heechul menatap wajah Yumi tanpa sepengetahuan Yumi, “Aku mengantuk, tapi rasanya susah untuk tidur,” kali ini Heechul sudah menghabiskan supnya. Yumi menyuapi obat untuk Heechul. Heechul kembali berbaring, “Mendekatlah...,” pinta Heechul.
Yumi pun perlahan mendekat. Heechul langsung memeluknya dengan tiba-tiba membuat Yumi berada dalam posisi setengah duduk di sisi tempat tidur seraya berada di atas tubuh Heechul.
“Heechul-ssi, jangan seperti ini!” pinta Yumi yang mulai sangat gugup. “Kumohon, sebentar saja. Rasanya lebih hangat kalau begini,” ucap Heechul yang masih sedikit gemetaran. Suhu tubuhnya yang panas membuat Yumi ikut kepanasan juga.
“Rasanya sangat nyaman kalau seperti ini,” ucap Heechul lirih. “Nyaman apanya? Kau sedang demam,” timpal Yumi. Heechul tidak menjawab. Rupanya ia sudah tertidur. Akhirnya Yumi bisa bangkit dari posisinya.
***
Pagi hari di kediaman Kim Heechul.
“Tuan muda, ayah anda sudah kembali sejak semalam. Beliau menanyakan anda. Anda dari mana saja?” Bibi Jang terlihat panik. Heechul baru saja tiba bersama dengan Yumi. Mendengar Tuan besar Kim Jaebum sudah kembali membuat Yumi sedikit gugup.
“Ayahmu sudah kembali?” tanya Yumi pada Heechul untuk lebih meyakinkan dirinya. Heechul mengangguk, “Kau tidak usah takut. Ada aku disini,” kata Heechul mencoba menenangkan Yumi. Tapi dari kata-kata Heechul itu malah membuat Yumi semakin gugup dan takut.
“Anakku! Kemana saja kau?” Tuan Kim Jaebum datang menyapa Heechul. Rupanya Bibi Jang langsung memberitahu Tuan Besar kalau Heechul sudah kembali. Heebum kucing piaraan di rumah ini berlari mendekati kaki Tuan Kim. Pria itu langsung mengangkat tubuh Heebum dan menaruhnya dalam gendongannya.
“Ow, rupanya dia... Ayumi yang mendapat bea siswa itu, kan? Dia pacarmu?” tanya Tuan Kim saat melihat Yumi bersama dengan Heechul. “Selamat pagi, Tuan Besar! Aku Yumi,” Yumi memberi salam pada Tuan Kim. “Selamat pagi. Jadi, semalam Heechul menginap di rumahmu?” tanya Tuan Kim.
Yumi merasa tidak enak pada tuannya, “Bukan! Bukan seperti yang tuan pikirkan. Heechul-ssi datang ke rumahku dalam keadaan demam, jadi aku hanya berusaha membantu merawatnya semalam,” terang Yumi yang sangat panik karena takut dimarahi oleh Tuan Kim.
“Oh, santai saja! Kau seperti takut aku akan memakanmu saja,” Tuan Kim terkekeh. Yumi tertunduk karena masih merasa sungkan pada Tuan Kim. Ia tidak berani melihat wajah Tuan Kim lebih lama.
“Ayo, duduk! Ayah ingin mengobrol dengan anak ayah. Kau juga Yumi-ssi,” ajak Tuan Kim. Ketiganya sekarang duduk di sofa ruang keluarga. “Ayah sudah mendengar skandal kalian dari Choi Siwon. Ayah dan ibumu bisa mengerti semangat kalian sebagai anak muda. Tapi dari pada kalian terus membuat skandal yang memalukan lebih baik kalian resmikan saja hubungan kalian,” kata Tuan Kim seraya duduk sambil mengusap-usap kucing kesayangannya yang sejak tadi tidak pernah lepas dari gendongannya.
“Tapi...,” Yumi panik. Heechul memegangi tangan Yumi sebagai tanda agar tidak memotong kata-kata ayahnya.
“Heechul, kau kelak akan menjadi penerusku. Tidak apa-apa kalau kau bisa mendapatkan pendamping dari sekarang. Lagi pula ayah sudah tahu betul bagaimana prestasi Yumi-ssi selama ini. Ayah mendukung kalian. Dengan begitu keluarga tahu kalau putra kami yang selama ini sangat dingin ternyata normal. Dan Yumi-ssi, aku dengar kau yatim piatu. Apa kau benar-benar tidak memiliki sanak saudara di Indonesia atau disini?” tanya Tuan Kim.
“Tidak ada, tuan...,” jawab Yumi seraya tertunduk.
“Ayah, apa maksud ayah dengan mengatakan itu? Tentu saja aku normal!” protes Heechul. “Normal apanya? Sebagai laki-laki kau terlalu cantik seperti wanita, kulitmu terlalu putih dan halus. Kau tidak suka permainan dan olahraga laki-laki. Kau juga menolak untuk dijodohkan dengan Jessi padahal dia cantik, kau malah bilang kalau kau lebih cantik darinya. Kau bahkan belum pernah terlihat bersama seorang wanita sebelum kau mengenal Yumi. Makanya ayah dan ibumu senang mendengar kau sekarang memiliki pacar seorang wanita. Kami kira kau berpacaran dengan Kyuhyun dan Donghae selama ini. Ayah juga sudah mendengar dari kakakmu bagaimana kau memperlakukan Yumi,” ujar Tuan Kim panjang lebar.
“Ayah, sudahlah!” protes Heechul. Heechul tidak ingin ayahnya lebih mempermalukan dirinya lagi di hadapan Yumi.
Yumi tertegun setelah mendengar Tuan Kim menyebut nama Jessi. “Heechul dengan Jessi? Jessi model majalah itu?” Yumi penasaran apakah Jessi yang dimaksud Tuan Kim adalah Jessi yang selama ini meneror dirinya.
“Iya! Kau kenal dengan Jessi? Hm, kalau ternyata kalian menolak bertunangan, berarti terpaksa ayah akan menjodohkan Heechul lagi dengan Jessi,” ucap ayah lantang. “Tidak ayah! Aku akan bertunangan dengan Yumi!” jawab Heechul mantap.
“Apa? Hei! Tapi kenapa aku?” protes Yumi yang terjebak dengan keadaan yang sungguh diluar dugaan. “Diamlah. Dari pada harus menikah dengan wanita aneh itu lebih baik aku menikah denganmu,” sahut Heechul yang sudah kehilangan akalnya.
Ayah tertawa mendengar pernyataan Heechul, “Bagus kalau begitu, sekarang kita semua sudah sepakat!” Tuan Kim terkekeh lantas meninggalkan Heechul dan Yumi dengan membawa Heebum digendongannya.
Heechul hanya bisa diam mematung, berbeda dengan Yumi yang benar-benar panik dan tidak tahu harus berbuat apa. Ia benar-benar ingin mengacak-ngacak wajah Heechul saat ini. Heechul meninggalkan Yumi ke dalam kamar. Yumi berlari menyusulnya. Sekarang keduanya berada di dalam kamar Heechul.
“Apa lagi yang kau coba lakukan, huh? Kenapa mengambil keputusan tanpa memikirkan perasaanku?” protes Yumi. Sekarang ini Yumi rasanya benar-benar ingin menjambak rambut gondrongnya Heechul untuk melampiaskan kekesalannya.
Heechul terlihat lebih tenang, “Aku tidak ada pilihan lain. Lagi pula tidak ada ruginya kau menikah denganku,” jawab Heechul. Yumi melotot, “Heechul-ssi! Ini tidaklah semudah pikiranmu itu! Aku sudah bertunangan!” seru Yumi. Gadis itu terlihat hampir frustasi kali ini.
Heechul terperangah mendengar pengakuan Yumi, “Apa katamu? Tidak mungkin. Dengan siapa? Bukankah kau sudah dicampakkan?” tanya Heechul penasaran sekaligus tidak percaya. Yumi mendengus kesal, “Tentu saja dengan pacarku! Aku dan Jung Soo oppa sudah bertunangan. Kami akan menikah setelah dia selesai menjalani tugas militernya,” terang Yumi.
“Tidak mungkin. Kenapa jadi seperti ini masalahnya?” Heechul menunduk dan mengacak-ngacak rambutnya sendiri. Ia benar-benar dalam masalah. Tapi sampai matipun ia tidak akan mau berjodoh dengan Jessi si anak manja dan angkuh itu. Selain itu, ia juga sekarang telah jatuh hati pada gadis pelayannya sendiri. Namun, setelah mendengar pengakuan gadis itu bahwa ia telah bertunangan dengan kekasihnya, itu cukup membuat Heechul merasa frustasi.
Yumi lantas duduk di sebelah Heechul, “Salahmu sendiri selalu berbuat semaumu!” rutuk Yumi. Ia memandangi namja di sebelahnya dengan tatapan sinis dan sebal. Heechul menoleh pada Yumi, “Kenapa kau tidak bilang, huh? Tapi aku juga tidak mau menikah dengan yeoja seperti Jessi. Tidak ada cara lain lagi. Ya, kita harus berpura-pura berpacaran dan menerima pertunangan itu. Kau harus berpura-pura. Kau mau, kan?” paksa Heechul.
Lagi-lagi Yumi dibuat terbelalak oleh ide bodoh Kim Heechul, “Apa? Aku tidak mau! Kenapa kau selalu saja membuat segalanya bertambah rumit, huh? Kau, kan tinggal bilang saja pada ayahmu kalau kau keberatan dijodohkan dengan Jessi. Begitu saja apa susahnya, sih?” omel Yumi seraya meninju lengan Heechul.
“Ayolah! Ini tidaklah semudah yang kau pikirkan. Setidaknya pacarmu yang sedang wajib militer itu tidak akan tahu. Lagi pula kita tidak akan sampai menikah! Yumi-ssi, kali ini aku benar-benar memohon padamu. Kau tidak tahu yeoja seperti apa yang bernama Jessi itu,” sahut Heechul mencoba meyakinkan Yumi. “Aku tahu. Justru karena aku tahu makanya aku tidak mau. Dia itu selalu menerorku. Dia juga yang melukai kepalaku saat malam perayaan ulang tahun kampus,” terang Yumi.
“Apa? Nah, karena kau sudah tahu dia yeoja jahat seharusnya kau mau menolongku, kan? Aku janji tidak akan lama, tidak akan sampai menikah. Mungkin sampai kita bertunangan saja. Sampai aku putuskan berakhir maka semuanya berakhir. Sebagai gantinya aku akan memberikan apapun yang kau mau. Kau setuju, kan?” ujar Heechul. Namja ini mencoba membuat kesepakatan dengan Yumi.
Yumi tampak berpikir, “Aku takut Jessi akan membunuhku. Aku takut In Young eonni dan ibunya Jung Soo Oppa akan salah paham suatu saat nanti. Lagi pula kau juga selalu mengasariku,” tutur Yumi yang juga ingin mencari aman.
“Aku janji akan merubah sikapku! Aku sudah mengatakannya sebelumnya, kan? Ok, aku juga akan membayar semua biaya kuliahmu dan kau juga tidak perlu lagi bekerja di rumah ini. Kalau kau perlu apa-apa kau bisa bilang padaku. Aku janji akan membahagiakanmu selama denganku!” seru Heechul seraya memohon.
Yumi tertawa meledek, “Membahagiakan? Sudahlah, jangan berlebihan. Seolah-olah kita benar-benar akan menikah saja,” ucap Yumi jengkel. “Lalu bagaimana?” tanya Heechul lagi terkesan memaksa.
Yumi menghela nafas, “Baiklah. Tapi jangan sampai kau menyentuhku! Aku bisa membantumu asalkan cukup status palsu saja! Aku tidak ingin terlalu banyak berbohong,” sahut Yumi. “Setuju!” seru Heechul gembira. Mereka berjabat tangan sebagai tanda kesepakatan mereka.
_____
Di sebuah kafe milik keluarga Kyuhyun. Para Prince biasa berkumpul di kafe itu. Heechul meminta Kyuhyun dan Donghae untuk bertemu. Ia membutuhkan teman untuk berbagi cerita. “Apa? Kau dan Yumi akan bertunangan? Mana mungkin?” Donghae tersentak mendengar berita itu langsung dari mulut Heechul.
“Hei, Donghae! Jangan berlebihan begitu. Heenim bilang, kan hanya pura-pura,” timpal Kyuhyun. “Bagaimana bisa kau melibatkan Yumi dalam permainan seperti ini, huh? Dia tidak mungkin menerimanya, kan?” tanya Donghae sedikit kesal.
“Kami sudah membuat perjanjian dan dia setuju,” ujar Heechul. “Apa? Tidak mungkin!” Donghae masih belum bisa menerimanya. “Donghae-ya, kau harus merelakan yeojamu diambil Heenim,” goda Kyuhyun seraya terkekeh. Heenim terkejut dengan kata-kata Kyuhyun. Matanya langsung tertuju pada Donghae dengan tatapan yang aneh dan terkesan menyelidik.
“Apa maksudnya? Bagaimana bisa dia jadi yeojaku? Kau ini mengada-ada! Sejak awal aku menganggap Yumi hanya sebagai temanku,” kilah Donghae yang entah kenapa terlihat gugup. Heechul jadi merasa tidak nyaman dengan perbincangan ini. “Kalin berdua ini...,” ucap Kyuhyun tanpa melanjutkan ucapannya. “Aku harus pergi. Aku harap kalian jangan membocorkan rahasia ini,” pinta Heechul.
***
Satu bulan kemudian.
Yumi memandangi sebuah kotak kecil dengan cincin di dalamnya. Cincin itu adalah cincin pertunangan yang diberikan Jung Soo padanya. Terpaksa Yumi harus menyimpannya kembali dalam kotaknya karena ia harus memakai cincin pemberian Heechul. Yumi merasa bersalah pada Jung Soo karena harus melakukan ini, tapi ia berharap ini tidak akan lama. Meskipun yang melingkar di jari manisnya kini adalah cincin milik Heechul, tapi yang mengikat hati Yumi tetap hanya Jung Soo seorang.
Tanpa terasa sudah satu bulan lamanya ia dan Heechul bersandiwara sebagai pasangan kekasih. Selama itu pula teror di kampus terus berdatangan pada Yumi. Jessi, gadis jahat itu bahkan pernah menyewa beberapa preman untuk mencelakai Yumi, untung saja Yumi memiliki tiga pria penyelamat sehingga ia bisa bebas dari tangan preman-preman itu.
Yumi yang sekarang bukan lagi Yumi yang dulu. Kim Heechul mendandani Yumi seperti layaknya tunangannya yang sebenarnya. Yumi menjadi lebih menawan dan elegan. Ini semua dilakukan agar orang lain tidak ada yang curiga. Tapi Yumi masih cemas kalau-kalau berita pertunangannya ini sampai ke telinga keluarga Park Jung Soo, tunangan Yumi yang sebenarnya.
“Kau sedang apa? Aku menunggu di mobil sejak tadi, kau tidak mendengarku memberi klakson berkali-kali, ya?” tanya Heechul yang tiba-tiba muncul di depan pintu kamar Yumi, lebih tepatnya kamar Jung Soo.
Lamunan Yumi akhirnya buyar, “Maaf, aku tidak dengar. Kau kenapa masuk begitu saja? Tidak sopan!” protes Yumi. “Ini, kan rumah tunanganku. Aku bebas keluar masuk semauku,” timpal Heechul seenaknya. Heechul yang sekarang sudah jauh berbeda dengan Heechul yang dulu. Ia jauh lebih tenang, dan tidak menggunakan nada tinggi lagi ketika berbicara dengan orang lain. Ia sudah tidak seangkuh dulu.
“Enak saja! Ini juga rumah tunanganku, tahu!” timpal Yumi. “Iya. Iya. Tidak usah diingatkan lagi, aku juga sudah tahu,” sahut Heechul. “Ayo, kita berangkat. Aku tidak mau telat masuk kuliah gara-gara berdebat denganmu,” seru Yumi. Tiba-tiba saja reaksi wajah Yumi berubah seperti orang yang terkejut karena saat melihat ke pintu Park In Young telah berdiri disana. Entah sejak kapan wanita itu ada disana. Matanya berkaca-kaca.
“Kak...,” ucap Yumi dengan suara tertahan. In Young menangis. Ia mengabarkan sesuatu yang buruk telah menimpa Jung Soo, adiknya. Seketika itu juga tubuh Yumi melemas. Ia terjatuh dengan lutut yang mendarat di lantai lebih dulu.
“Aku tidak percaya ini...,” dada Yumi naik turun dengan cepat secepat jatuhnya bulir bening yang mengalir deras dari kedua pelupuk matanya. Tiba-tiba gelap.
Heechul menahan tubuh Yumi agar kepala gadis itu tidak membentur lantai. Gadis itu tiba-tiba pingsan. Ia tidak sanggup bertahan setelah mendengar kabar buruk itu. In Young semakin menangis bercampur panik melihat reaksi Yumi yang sampai pingsan setelah mendengar kabar kematian Jung Soo akibat serangan teroris.
Heechul memindahkan Yumi dan membaringkannya di tempat tidur. Ia tidak bisa berkata apa-apa saat ini. Melihat keadaan tunangan palsunya saat ini membuat hati Heechul iba. Bahkan saat memejamkan matapun Yumi masih menitikkan air matanya. Ia benar-benar tertekan karena kehilangan orang yang paling dicintainya.
“Yumi-ssi, ireona! Jangan seperti ini. Aku tahu kau bersedih. Aku juga sedih. Ibuku juga sedih kehilangan putra kesayangannya,” ucap In Young seraya menggenggam tangan Yumi sementara Heechul masih berdiri di belakang In Young. Yumi sama sekali tidak sanggup menatap wajah In Young.
Yumi menarik nafas dengan susah payah, “Kenapa oppa meninggalkan aku?” ucap Yumi lirih di sela tangisnya. “Apa dia lupa sudah berjanji padaku? Kenapa dia pergi dengan cara seperti itu? Apa dia lupa kalau kami akan menikah? Jahat! Oppa jahat! Aku tidak mau hidup tanpa oppa!” Yumi yang masih terbaring menangis histeris seraya memukuli tempat tidurnya dengan kedua tangannya. Diremasnya sprei dengan penuh amarah kekecewaan. Ia menangis pilu sampai suara tangisannya terdengar menyayat hati.
In Young semakin tidak tega melihat Yumi. Ia memeluk gadis tunangan mendiang adiknya itu untuk sedikit menenangkannya. Meskipun In Young maupun Heechul tahu betul tidak ada yang bisa menghibur Yumi di saat seperti ini. “Yumi, meskipun Jung Soo sudah tidak ada kau harus tetap hidup dengan baik. Itu... Jung Soo juga pasti berharap demikian,” ujar In Young. In Young kemudian pamit untuk pulang. In Young meninggalkan Yumi di kamar seorang diri.
Heechul mengantar kepergian In Young sampai ke teras. “Terima kasih. Tapi kau ini siapa? Aku sebenarnya sejak tadi ingin bertanya ini padamu, tapi keadaannya tidak memungkinkan,” kata In Young pada Heechul.
“Aku temannya Yumi. Teman kuliahnya. Tadinya kami akan pergi untuk mengerjakan tugas kuliah, tapi ternyata...,” ujar Heechul. “Kalau begitu maafkan aku,” ucap In Young. “Ah, tidak apa-apa. Berita yang kau sampaikan jauh lebih penting baginya,” ujar Heechul.
“Tapi setelah melihat reaksinya aku jadi merasa bersalah,” suara In Young melemah. “Dia pasti sangat terpukul dengan kepergian tunangannya,” ucap Heechul. “Hh..., aku sangat mengerti perasaannya. Ini sudah larut. Aku pulang dulu,” In Young pamit untuk pulang.
Di dalam kamar Yumi. Air mata Yumi seakan tidak ada habisnya. Kali ini ia sudah tidak di pembaringan lagi. Ia bangkit mendekati meja, lantas membuka laci dan mencari sesuatu. “Kalau kau tidak ada di dunia ini, maka aku juga tidak akan ada...,” Yumi meraih sebuah pisau cutter. Dengan mata yang masih basah oleh air mata, perlahan-lahan ia arahkan pisau cutter itu ke pergelangan tangannya. “Oppa... ayo, kita bertemu!” Yumi menghela nafas panjang dan semakin mendekatkan cutter itu pada pergelangan tangannya.
“Apa yang kau lakukan?!” bentak Heechul. Dengan gerakan secepat kilat ia meraih tangan Yumi dan mengambil pisau cutter itu dari tangan Yumi kemudian dilemparnya entah kemana.
“Jangan halangi aku!” Yumi lagi-lagi menangis histeris. “Apa kau sudah gila, huh? Kau pikir dia akan pergi dengan tenang kalau tahu kau seperti ini? Dia juga tidak akan suka kalau tahu kau terpuruk karena dia!” omel Heechul yang sebenarnya merasa panik dan sangat mengkhawatirkan Yumi saat ini. Yumi masih dalam posisi duduk di lantai dengan air mata yang menetes sampai membasahi lantai kamar itu.
“Aku tidak mungkin meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini,” gumam Heechul. Heechul berlutut di hadapan Yumi. Lengannya meraih tubuh ringkih itu. Yumi jatuh dalam dekapan Heechul. Ia menangis sepuasnya disana hingga ia kembali tidak sadarkan diri.
***