Yumi sudah kembali ke kediaman Kim Heechul. Pagi-pagi Yesung mengantarkan Yumi kesana meskipun dengan sedikit berat hati. Akhirnya Yesung memang harus melepaskan Yumi untuk kembali pada Heechul.
“Terima kasih, oppa. Aku sudah sedikit tenang sekarang,” ucap Yumi pada pria berkaca mata itu. Yumi mencoba untuk tersenyum dan melupakan masalah semalam. Ia harus tetap melakukan aktivitasnya seperti biasa. Hari ini ia sudah berjanji pada Heechul untuk pergi ke panti asuhan lagi.
“Aku senang bisa sedikit meringankan bebanmu. Aku ingin bicara pada Aerin agar tidak mengganggumu lagi,” kata Yesung. “Tidak, oppa. Aku takut dia malah lebih cemburu lagi nantinya,” komentar Yumi.
“Tapi dia harus mengerti kalau aku hanya mencintaimu, Ay. Dia harus berhenti menjahatimu. Lihat apa yang sudah dia lakukan padamu! Dia itu seorang kriminal,” tambah Yesung. “Dia tetap sahabatku. Aku menyayanginya. Sekarang ini dia hanya dibutakan oleh perasaan cemburu buta. Kalau oppa memang ingin membantuku oppa harus kembali padanya,” ujar Yumi. Yumi tetap ingin menyatukan Yesung dengan Aerin.
“Tapi aku, kan...,” Yesung berusaha mengelak karena yang ia cintai adalah Yumi. “Aku sudah bertunangan dengan Jung Soo oppa!” sahut Yumi sedikit meninggi. Ia tidak ingin Yesung terus membantahnya dan memaksanya kembali ke pelukannya.
Yesung langsung terdiam setelah mendengar pengakuan Yumi. Hatinya berasa remuk. Yumi benar-benar tidak akan memilih dirinya, bahkan gadis itu telah bertunangan dengan pria lain.
Tidak ingin berlama-lama berdebat dengan Yesung, Yumi akhirnya pamit pada Yesung untuk masuk ke dalam rumah Heechul. Yumi terpaksa meninggalkan Yesung dengan hati remuk untuk ketiga kalinya. Yang pertama adalah saat ia memutuskan Yesung untuk Aerin. Sedangkan yang kedua, saat di kontrakan Yumi ketika Yesung meminta untuk kembali menjalin hubungan dengannya.
Yumi baru saja menginjakkan kakinya satu langkah saat memasuki rumah besar Heechul, tetapi Heechul sudah langsung memanggilnya, “Kau semalaman dari mana? Kenapa baru kembali?” tanya Heechul ketus. Ia sebenarnya menutupi perasaan khawatirnya pada Yumi.
“Aku menginap di rumah teman,” jawab Yumi. “Eh, apa yang terjadi dengan kepalamu itu?” Heechul berjalan mendekati Yumi. Ia memperhatikan perban yang menempel di pelipis yeoja itu. Yumi sedikit gelagapan. “Ini... semalam aku terjatuh. Memang dasar aku yang ceroboh,” jawab Yumi berbohong.
“Jawab sejujurnya! Semalam apa yang terjadi? Kenapa kau menangis dan pergi? Siapa yang melakukan ini padamu?” tanya Heechul memaksa. Yumi bersikeras tidak terjadi apa-apa semalam, hanya karena kecerobohan dirinya yang membuatnya sampai terluka.
“Aku tahu kau bohong! Aerin yang melakukannya? Jawab aku!” paksa Heechul bersikukuh ingin tahu siapa yang telah melukai Yumi. “Sudahlah. Aku harus bekerja,” Yumi menghindar dari Heechul. Tapi tanpa Yumi mengaku juga Heechul memang sudah menduga kalau Aerin lah yang melakukan kekerasan itu pada Yumi. “Jangan lupa siang ini kita harus ke panti asuhan!” seru Heechul mengingatkan.
_____
Di panti asuhan. Yumi dan Heechul melakukan wawancara dengan Kepala Pengurus panti, pekerja panti dan beberapa anak dari panti asuhan St. Angela tersebut. Setelah proses wawancara selesai, Heechul sepakat dengan Yumi untuk bermain dulu dengan anak-anak disana. Yumi dan anak-anak bernyanyi bersama, sedangkan Heechul sempat membacakan cerita untuk anak-anak. Mereka juga bermain kucing-kucingan di taman. Sejenak Yumi dapat melupakan masalahnya dengan keceriaan yang ia dapat dari anak-anak itu. Yumi dan Heechul duduk di atas kain yang sengaja digelar diatas rumput pendek, tepatnya di bagian belakang panti asuhan itu.
“Eh, tadi aku tidak melihat Heejin eonni. Memangnya dia pergi kemana?” tanya Yumi. “Nuna sudah kembali ke Inggris. Dia, kan harus bekerja,” jawab Heechul. Yumi mengangguk mengerti. “Aku baru tahu kalau kau punya kakak perempuan. Eh, aku sempat merasa kakakmu itu aneh. Dia mengatakan sesuatu yang aneh menurutku. Kak Heejin bilang tadinya semuanya mengira kau memiliki kelainan dan tidak menyukai wanita. Entah kenapa saat aku mendengar dia mengatakan itu seperti terdengar aneh di telingaku,” ujar Yumi.
“Apa yang aneh?” tanya Heechul. “Eh, jangan-jangan dia mengira aku ini pacarmu!” tebak Yumi berubah wajah menjadi panik. Ia menoleh pada Heechul dengan wajah panik. Heechul langsung salah tingkah melihat reaksi Yumi, “Sebenarnya iya,” jawab Heechul ragu-ragu dan terlihat kikuk tetapi tetap memaksakan image dingin.
“Apa?! Kalau kau tahu kenapa kau tidak menjelaskannya? Apa orang tuamu juga...,” omel Yumi. “Nuna dan kedua orang tuaku, mereka tahunya kau itu pacarku. Tuan Choi yang menceritakannya pada mereka. Tuan Choi dengan keluargaku berteman akrab. Jadi semua gosip di kampus tentangku mereka bisa dengan mudah mengetahuinya,” terang Heechul.
“Hh, kau membuatku gila! Hei, apa orang tuamu seperti orang tua yang ada di drama-drama Korea?” Yumi memasang wajah panik. “Apa maksudmu?” Heechul mengernyitkan dahinya pertanda ia tidak mengerti.
“Galak, suka mengatur, menyeramkan, suka menyiksa menantunya,” tambah Yumi. “Tentu saja tidak! Lagi pula kau pikir siapa yang mau menikahimu, huh?” Heechul nyolot pada Yumi, matanya setengah melotot.
“Bisa tidak kalau tidak usah membentakku?! Jangan besar kepala, aku juga tidak mungkin mau menikah denganmu! Pacaran saja aku tidak mau, apalagi kalau harus menikah denganmu,” Yumi balas nyolot. Setelah beberapa saat akhirnya mereka berdua kembali tenang.
“Hei, kau kenal pada yeoja bernama Jessi?” tanya Yumi. “Huh? Kenapa kau tiba-tiba menanyakan itu?” Heechul terlihat heran. “Jawab saja! Kenal atau tidak?” sahut Yumi. “Kenal. Lalu apa maumu?” Heechul seolah menantang.
“Gadis itu cantik, ya! Apa dia memiliki pacar? Atau jangan-jangan pacar gadis itu adalah salah satu dari kalian,” tanya Yumi. Sebenarnya secara tidak langsung Yumi sedang mencari tahu siapa yang dimaksud dengan ‘milikku’ oleh Jessi saat malam terjadinya peristiwa yang tidak mengenakkan itu.
“Hei, apa kau memiliki kelainan? Kau bilang dia cantik? Kau menyukai gadis itu?” Heechul malah menggoda yumi dengan gaya menyebalkan. Pria itu terkekeh sendiri. “Jawab saja pertanyaanku!” protes Yumi yang terlihat benar-benar serius kali ini.
“Aku tidak tahu dia punya pacar atau tidak. Bukan urusanku. Hanya saja dia memang selalu mengganggu kami,” terang Heechul. “Yang benar? Dia mengganggumu atau Donghae?” tanya Yumi begitu antusias. Karena malam itu yang berdansa dengannya adalah Donghae dan Heechul, jadi ia curiga kalau salah satu dari dua namja itu sedang diincar oleh Jessi.
“Kenapa kau begitu ingin tahu?” tanya Heechul yang sepertinya mulai curiga. “Apa? Ah, aku... biasa saja,” kelak Yumi.
***
Di sebuah kafe yang terletak di Apgujeong-ro, tepatnya di 1F 640-9 Sinsa-dong, Gangnam-gu, Seoul. Aerin membuat janji pertemuan dengan seseorang. Mimik muka Aerin tampak menegang. Gadis ini terlihat dingin. Sepertinya pertemuan hari ini sangat serius. Seseorang yang ditunggu akhirnya datang.
“Lama tidak bertemu,” sapa Aerin pada namja di hadapannya itu. Namja itu mengambil tempat duduk berhadapan dengan Aerin. “Aku tidak ingin terlalu lama berbasa-basi. Lagi pula aku memang tidak senang melakukannya, jadi aku akan berterus terang padamu. Tolong jangan ganggu Ay lagi,”
“Huh? Jadi setelah sekian lama tidak bertemu dan tiba-tiba oppa mengajakku bertemu hanya untuk mengatakan ini? Hei, Yesung! Apa kau ini lelaki yang tidak punya perasaan, huh?! Apa isi kepalamu itu hanya ada Ay dan Ay saja, huh? Ternyata aku hanya membuang-buang waktuku!” Aerin bersiap untuk pergi tapi Yesung menahan tangan Aerin dan menariknya agar duduk kembali.
“Aku sudah tahu semuanya yang kau lakukan padanya,” kata Yesung lagi. “Cih! Dia pengadu juga rupanya,” umpat Aerin dengan penuh kebencian. “Dia tidak pernah mengadu! Aerin, apa kau melakukan semua itu karena aku? Kalau memang karena aku limpahkanlah kemarahanmu padaku! Jangan buat dia menderita seperti itu!” sahut Yesung yang juga sedikit emosi.
“Cih! Kalian berdua sangat memuakkan. Jadi kau ingin melindunginya? Baik, lindungilah dia! Aku tidak akan berhenti mengacaukan kebahagiaan kalian!” sahut Aerin geram sampai nafasnya jadi tidak beraturan.
“Kau benar-benar menyedihkan,” ucap Yesung sambil tertawa sinis. “Apa?” Aerin tampak terkejut dengan ucapan Yesung. “Kau terlihat sangat menyedihkan. Tadinya aku pikir kau setidaknya sahabat yang baik bagi Ay. Ternyata berterima kasih padanya pun kau tidak mau dan malah mati-matian membencinya. Orang yang kau benci itu, dia rela melepaskan cintanya demi sahabatnya, bagaimanapun aku menolaknya dia tetap memaksa, bagaimanapun sakitnya hatiku dan hatinya, tapi dia tetap lebih mempedulikan kebahagiaan sahabatnya, kebahagiaanmu! Pernah kau bayangkan bagaimana perasaannya saat dia melakukan itu? Kenapa kau hanya peduli pada perasaanmu sendiri, huh?” ujar Yesung berapi-api.
Aerin hanya bisa gelagapan. “Aku... aku kecewa karena oppa masih mencintai dia padahal yang ada dihadapan oppa adalah aku. Setiap saat melihat matamu hatiku sakit karena aku tidak pernah melihat cinta untukku. Meskipun oppa setiap hari mengatakan oppa mencintaiku tapi aku tahu itu bukanlah dari hatimu,” ucap Aerin dengan mata berkaca-kaca.
“Aku bukannya tidak mencintaimu. Aku selalu mencoba mencintaimu, terlebih di mataku kau adalah yeoja yang baik. Kalau saja kau bisa sedikit bersabar dan memberikanku waktu, aku tentu bisa untuk belajar mencintaimu. Tapi rupanya kau malah kalap dan dengan teganya menyakiti sahabatmu sendiri,” ujar Yesung.
“Oppa...,” ucap Aerin lirih di sela tangisnya. “Aku harus pergi. Untuk sementara aku akan meninggalkan negara ini. Maaf, sudah membuang waktumu,” Yesung bangkit dari duduknya. “Apa? Oppa mau kemana?” Aerin sedikit terkejut mendengar Yesung lagi-lagi akan pergi dan kali ini namja itu akan meninggalkan negaranya.
“Aku akan tinggal di Jepang. Oh, iya. Aku tidak keberatan kalau kau mau menyusulku nanti,” ucap Yesung yang memaksakan tersenyum lalu ia pergi meninggalkan kafe, sementara itu Aerin menangis sendirian masih dalam posisi yang sama. Aerin merasa beban di kepala semakin menumpuk. Perasaan menyesal juga turut memenuhi kepalanya. Ia tidak tahu harus berbuat apa, ditambah Yesung juga sekarang akan pergi entah sampai berapa lama.
Di lain tempat, Yumi tengah mengerjakan paper dengan Heechul di kediaman Heechul. Dilihat sekilas saja mereka terlihat sangat akur, tapi sebenarnya ...
“Kenapa menulis seperti itu, sih? Kata-katamu itu aneh sekali!” protes Yumi seraya menunjuk-nunjuk ke layar notebook Heechul. Heechul mulai jengah, “Apanya yang aneh? Bagian mana yang aneh? Dari pada kau, mengetik saja tidak becus seperti siput!” timpal Heechul penuh ambisi menjatuhkan Yumi.
Yumi tidak terima dikata-katai oleh Heechul, “Setidaknya kata-kataku lebih ilmiah! Lihat saja punyamu itu, cih! Seperti makalah anak SMP saja,” timpal Yumi tidak mau kalah.
“Kalau begitu kerjakan saja sendiri!” Heechul murka dan membanting notebook-nya. Ia pergi meninggalkan Yumi sendirian lantas masuk ke dalam kamarnya. Yumi langsung berdiri dan melotot ke arah Heechul, “Kasar sekali! Hih, dasar egois!” rutuk Yumi.
Heechul rupanya merasa tersinggung pada kata-kata Yumi, makanya dia mengurung diri di kamar sejak pertengkarannya tadi dengan Yumi. Di lain sisi, Yumi akhirnya merasa bersalah. Ia merasa sedikit keterlaluan pada Heechul yang rupanya cukup sensitif perasaannya. Yumi tiba-tiba mendapatkan ide untuk membuat pancake kimchi untuk permintaan maafnya pada Heechul.
Sampai malam hari rupanya Heechul belum keluar dari kamarnya.
“Semarah itukah dia?” pikir Yumi menebak-nebak. Di sebelah tangannya sekarang membawa sepiring pancake kimchi untuk diberikan pada Heechul. Dengan sedikit ragu-ragu Yumi mengetuk pintu kamar Heechul tetapi lama sekali tidak ada jawaban. Yumi akhirnya menyerah. Ia berbalik hendak kembali menuju dapur. Tapi pintu itu kemudian terbuka.
“Mau apa lagi?” tanya Heechul pada Yumi yang membelakangi dirinya. Yumi langsung berbalik pada Heechul dan mengeluarkan senyuman kikuknya. Heechul terlihat tidak semangat dan kembali ke dalam kamarnya tanpa menutup pintunya.
Yumi berinisiatif untuk ikut masuk menyusul namja itu, “Aku mau minta maaf. Aku tahu kata-kataku tadi sedikit keterlaluan,” kata Yumi seraya terkekeh. “Sedikit katamu? Mulutmu itu seperti mercon, tahu!” timpal Heechul tetapi tanpa nada nyolot ala Heechul yang seperti biasanya.
“Iya, maaf. Aku tahu aku salah. Um..., Heechul-ssi. Aku membuatkan ini untukmu,” Yumi menyodorkan pancake kimchi buatannya pada Heechul. Yumi sengaja memasang wajah innocent-nya agar Heechul bersedia memaafkannya.
Heechul yang sedang duduk di sisi tempat tidur refleks memundurkan badannya dan memandang dengan tatapan yang aneh pada makanan yang dilihatnya itu. “Kenapa? Kau tidak suka? Aku sudah capek-capek membuatnya untukmu. Ini sebagai permohonan maafku,” ujar Yumi seraya tertunduk lesu.
Melihat ekspresi sedih Yumi akhirnya Heechul sedikit tersentuh hatinya, apalagi yeoja itu sengaja membuat ini untuk dirinya. “Benar ini buatanmu?” tanya Heechul yang dijawab dengan anggukan oleh Yumi. “Untukku?” tanya Heechul lagi. Lagi-lagi Yumi mengangguk. Tanpa disangka, Heechul meraih sendok lalu mencicipi pancake buatan Yumi. Sesaat tidak terlihat reaksi apapun di wajah Heechul saat mencicipi pancake itu.
“Bagaimana rasanya?” tanya Yumi hati-hati. Sejak tadi Yumi menunggu komentar dari mulut namja itu. Ia sangat penasaran kenapa Heechul tidak bereaksi apapun. “Biasa saja,” jawab Heechul dengan sedikit salah tingkah. Padahal dalam hatinya ingin menjawab lain. Pancake Kimchi buatan Yumi sangat enak.
Terlihat mimik wajah Yumi yang kecewa. Tiba-tiba ponsel Yumi berbunyi memperdengarkan lagu kesukaannya dengan Jung Soo, yaitu No Other dari Super Junior. “Halo, Yesung oppa!” sapa Yumi saat menjawab teleponnya. Heechul tampak penasaran saat mengetahui yang menelpon Yumi adalah Yesung. “Apa? Oppa menunggu di depan? Oh, baiklah. Aku akan segera kesana!” Yumi menutup teleponnya.
“Hei, mau kemana kau?” tanya Heechul. “Temanku menungguku, aku harus menemuinya,” jawab Yumi. “Tapi ini sudah malam!” Heechul mencoba melarang Yumi. “Sebentar saja. Lagi pula dia menunggu di depan rumah ini,” jawab Yumi lagi. Ia benar-benar pergi meninggalkan kamar Heechul demi menemui Yesung.
“Oppa, tumben malam-malam menemuiku!” sapa Yumi saat melihat Yesung yang masih membelakanginya. “Ay, aku tidak akan berlama-lama. Aku kemari untuk berpamitan,” kata Yesung seraya mencoba agar ekspresi wajahnya senetral mungkin.
“Berpamitan? Oppa mau pergi kemana?” Yumi cukup terkejut mendengar Yesung berpamitan padanya malam-malam begini. “Aku akan pindah ke Jepang dan membuka usaha disana,” jawab Yesung seraya menyentuh bahu Yumi.
Yumi sedikit terkejut, “Apa karena aku?”
“Huh?”
“Karena aku oppa pergi,” tebak Yumi. Tiba-tiba muncul rasa bersalah di hati Yumi karena pertemuan terakhir mereka kemarin yang tidak menyenangkan.
“Tidak. Ya, mungkin salah satu alasannya karena itu juga. Aku ingin menata perasaan dan hatiku,” ujar Yesung. Yumi terlihat berkaca-kaca. Ia membaur ke pelukan Yesung, “Bagaimana bisa oppa pergi seperti ini? Aku belum melakukan apa-apa untuk oppa. Maafkan aku. Aku sudah menyakiti hati oppa. Biarkan aku membalas semua kebaikan oppa,”
“Tidak apa-apa. Kau tidak usah berkata apa-apa ataupun melakukan apapun untukku. Aku mengerti. Siapapun yang kau pilih, aku akan mendo’akan agar kalian bahagia selamanya,” ucap Yesung setulus mungkin meskipun hatinya sakit.
“Terima kasih, oppa! Aku menyayangi oppa. Aku bahagia bisa mengenalmu. Terima kasih untuk semuanya. Kalau tidak ada oppa saat itu mungkin aku sudah tinggal di jalanan,” ucap Yumi dengan bulir bening yang mengalir dari pelupuk matanya.
“Jaga dirimu, Ay. Oppa juga menyayangimu lebih dari siapapun di dunia ini,” Yesung mengusap-usap punggung Yumi.
Kenapa Yesung oppa harus pergi? Aku tidak punya keluarga lagi disini. Dia sudah seperti kakak bagiku. Semoga oppa bahagia dengan keputusan yang oppa ambil. Maafkan aku karena telah menyakiti hati oppa yang sangat mencintaiku. Aku harap oppa bisa mengerti dan menerima keadaan kita yang berbeda sekarang. Aku akan selalu mendo’akanmu. -Yumi-
***
Hari ini tugas paper kelompok dikumpulkan. Tugas paper itu adalah tugas akhir untuk semester ini. Tahu, kan apa artinya? Yup! Holiday! Tidak terasa satu bulan ini aku berurusan dengan Kim Heechul demi paper Dosen Shin. Untung saja sekarang semuanya sudah berakhir. Eh, tapi... tidak! Ini belum berakhir! Aku lupa kalau aku menumpang dan bekerja menjadi pelayan di rumahnya, dengan begitu ini entah kapan akan berakhir. Mungkin sampai Jung Soo oppa selesai wajib militer dan datang menjemputku. Oppa, cepatlah kembali! Aku sangat merindukanmu. -Yumi-
“Kau pulang saja duluan. Aku mau pergi ke suatu tempat dengan Kyuhyun dan Donghae,” kata Heechul membuyarkan lamunan Yumi yang sedaritadi menunggunya. “Ya, sudah!” jawab Yumi. “Jangan lupa bersihkan kamarku!” seru Heechul. “Iya, cerewet!” timpal Yumi. Di dunia ini hanyalah Yumi pelayan yang berani bicara lantang seperti itu pada majikannya sendiri.
Yumi berjalan seorang diri di koridor. Keadaan di kampus mulai membaik, setidaknya sekarang ini sudah tidak ada serangan lagi yang ditujukan untuk Yumi. Dari arah berlainan Jessi berjalan dengan langkah bak seorang model, tapi memang yeoja yang satu ini adalah seorang model majalah yang tengah naik daun.
Tatapan mata Jessi terlihat sinis dan menusuk pada Yumi. Ia muak melihat Heechul masih saja dekat dengan gadis Indonesia itu. “Sial! Aku muak melihat yeoja itu. lihatlah bagaimana caranya bicara pada Heechul! Berani sekali dia! Dia pikir dirinya itu siapa, huh? Aku tidak habis pikir kenapa Heechul diam saja, padahal perempuan itu sudah berani bertingkah padanya. Ish! Akan aku beri pelajaran kau nanti,” batin Jessi.
Yumi memberanikan diri untuk tetap melihat lurus ke depan dan jangan sampai menunduk, kalau tidak Jessi akan mengecapnya sebagai seorang pengecut. Ketika mereka berpapasan, Jessi sengaja menyenggol bahu kanan Yumi dengan keras lantas berlalu begitu saja. Yumi hanya bisa mengusap dada seraya mencoba bersabar menghadapi ego orang kaya itu. Yumi merasa tidak habis pikir kenapa Jessi mati-matian membenci dirinya, padahal ia tidak pernah memiliki urusan apapun dengan perempuan itu.
Hari ini Yumi sudah berencana akan mendatangi kafenya Jung Soo. Ia berharap dengan datang ke kafe akan sedikit mengobati perasaan rindunya pada Jung Soo. Tetapi saat sampai di gerbang ada satu mobil yang memberi bunyi klakson pada Yumi.
Di sebuah taman yang cukup dekat dengan kafenya Jung Soo. Ternyata orang bermobil yang menunggu Yumi di gerbang kampus adalah Aerin. Awalnya Yumi masih sedikit trauma bertemu dengan Aerin, tetapi kali ini Aerin kelihatan tenang. Yumi mencoba berfikir positif kalau Aerin tidak akan mencelakainya lagi kali ini.
Aerin tampak menghela nafas, “Aku mengajakmu kesini agar kita bisa bebas bicara. Aku akan pindah kuliah. Aku sudah memutuskan untuk menyusul Yesung oppa ke Jepang,” terang Aerin. “Kenapa kau mengatakannya padaku?” tanya Yumi. “Aku juga ingin meminta maaf padamu atas semua insiden yang terjadi belakangan ini. Aku tahu kau pasti sangat membenciku sekarang ini. Aku bisa menerimanya,” tambah Aerin.
“Aku tidak membencimu. Tidak pernah sedikitpun terlintas dipikiranku untuk membencimu. Entahlah, tapi rasanya aku mengerti alasanmu kenapa bisa sampai membenciku,” ujar Yumi. “Aku juga sebenarnya tidak membencimu, aku hanya sempat... merasa iri. Apa kau mau memaafkanku?” sambung Aerin terlihat serius.
“Ada satu syarat!” seru Yumi seraya tersenyum. “Syarat? Apa?” Aerin mengernyitkan dahinya. “Kwon Aerin harus mau menjadi sahabatku lagi!” seru Yumi dengan wajah ceria, ia membuat Aerin terharu. Senyuman manis terukir di bibir kedua yeoja itu.
“Sepertinya kau memaksa. Baiklah, aku mau menjadi sahabatmu lagi!” canda Aerin seraya tertawa. Yumi pun ikut tertawa. Mereka berdua berpelukan sebagai tanda persahabatan mereka.
“Kalau sudah di Jepang nanti sering-sering hubungi aku, ya! Disini aku kesepian,” kata Yumi setelah melepas pelukan mereka. “Bukankah ada Kim Heechul?” goda Aerin. “Hih! Dia itu namja membosankan dan penggerutu. Bisanya hanya memerintah,” timpal Yumi. Aerin tertawa mendengar kata-kata Yumi.
“Tapi kau betah dekat dengannya. Datang dan pulang dari kampus juga selalu bersama. Aku pikir kau berhasil mengubah tabiat buruknya,” komentar Aerin. “Benarkah? Apa kau tahu? Aku rasa dia itu pria yang aneh, seperti punya dua kepribadian dan susah ditebak!” kata Yumi.
“Um, jangan-jangan kau mulai peduli padanya, ya? Hati-hati jatuh cinta!” goda Aerin seraya terkekeh. “Tidak mungkin! Kalaupun ada yang jatuh cinta pasti dia orangnya!” Yumi terkekeh. “Aku akan menunggu kabar selanjutnya,” Aerin tersenyum menggoda Yumi. “Iih, kau ini!” rengek Yumi.
_____
Yumi memasuki kafe. Kafe yang sudah ia tinggalkan untuk bekerja pada Heechul. Kim Heechul melarangnya untuk bekerja di dua tempat, alasannya Yumi tidak akan bisa membagi waktu. Di dalam kafe terlihat Park In Young. In Young melihat kedatangan Yumi. Ia langsung menghampiri gadis itu dan mengajaknya duduk bersama untuk mengobrol.
“Eonni, apa ada kabar dari oppa?” tanya Yumi. “Iya, aku lupa memberitahumu. Minggu lalu sebelum dia dipindahkan ke camp dia menelepon ke rumah. Katanya dia sangat kesepian disana, tapi sejauh ini semuanya berjalan dengan baik. Dia juga mengatakan padaku kalau dia merindukanmu, Yumi-ssi...,” ujar In Young. Mata Yumi langsung berkaca-kaca karena terharu.
“Eonni, aku juga sangat merindukannya,” keluh Yumi. “Sudahlah, jangan menangis. Kita semua juga merindukan Jung Soo. Kita berdo’a saja agar Jung Soo baik-baik saja disana dan segera kembali, ya!” ucap In Young memberikan semangat pada Yumi. Yumi kemudian mengangguk dengan mata yang masih berkaca-kaca.
“Eh, kau tinggal dimana sekarang? Lalu kau bekerja dimana?” tanya In Young. Yumi mendadak gugup karena In Young menanyakan tempat tinggal dan pekerjaannya sekarang. “Aku sementara ini tinggal dengan teman kuliahku. Aku juga bekerja membantu orang tua temanku itu,” jawab Yumi menutupi kalau ia tinggal dan bekerja pada Kim Heechul.
“Kau betah tinggal disana? Kalau kau mau, kan kau bisa tinggal di tempat Jung Soo,” saran In Young. “Aku... takut akan teringat Jung Soo oppa terus kalau aku tinggal disana. Aku berencana untuk mencari kontrakan lain saja. Kalau uangku sudah terkumpul, aku berencana segera meninggalkan rumah temanku itu dan menyewa kontrakan lagi,” terang Yumi.
“Hh, seandainya saja masih ada satu kamar lagi di rumahku, aku akan memintamu tinggal di rumahku saja. Lagi pula kita sebentar lagi akan menjadi keluarga,” kata In Young seraya tersenyum lebar menunjukkan deretan giginya yang putih. “Gomawo, eonni!” Yumi terkekeh malu.
***
Kediaman Kim Heechul. Yumi terburu-buru pulang dari kafe karena ia teringat pesan Heechul untuk merapikan kamarnya. Yumi buru-buru berganti pakaian dan langsung melakukan semua pekerjaannya. Selesai membersihkan dan merapikan kamar Heechul, Yumi menuju dapur.
“Bibi Jang, sedang masak apa? Boleh aku membantu bibi?” Yumi menghampiri Bibi Jang yang tengah memotong lobak. “Kemarilah! Tentu aku senang kalau ada yang membantuku,” seru Bibi Jang. Yumi langsung sumringah.
“Heechul belum pulang, ya Bi?” tanya Yumi. “Maksudmu Tuan Muda?” Bibi Jang meralat kata-kata Yumi hingga membuat yeoja muda itu salah tingkah. “Iya, maksudku Tuan Muda Kim Heechul,” ralat Yumi seraya terkekeh.
“Apa kau sudah dengar? Tuan besar akan segera kembali,” kata Bibi Jang. “Tuan Besar?” Yumi sedikit takut mendengar kata Tuan Besar. “Ada apa? Kenapa reaksimu begitu?” tanya Bibi Jang. “Tidak. Aku hanya merasa gugup. Aku takut Tuan Besar akan mengusirku dari sini,” ujar Yumi terus terang. “Huh? Yang benar saja? Kau belum pernah bertemu Tuan Besar, ya? Kalau begitu kau akan segera mengetahuinya,” kata Bibi Jang.
Hh, jujur saja saat mendengar Tuan Besar akan datang aku sedikit bergidik ngeri. Aku pikir aku harus segera meninggalkan tempat ini. Rasanya tidak enak harus tinggal dengan orang lain yang bukan keluargaku. Bukannya aku tidak betah di rumah ini, disini semuanya serba tersedia, tapi ini tetap bukan rumahku dan keluarga Kim Heechul belum tentu menyukai kehadiranku di rumah ini. Kalau begitu aku akan mencoba bernegosiasi dengan Heechul. Semoga saja dia bisa mengerti. Tidak apa-apa kalau gajiku berkurang karena membayar uang sewa rumah. Atau mungkin aku bisa mempertimbangkan saran In Young eonni untuk tinggal di rumah Jung Soo oppa. -Yumi-
Terdengar suara ribut-ribut. Sepertinya suara dua orang pria. Tapi entah siapa. Yumi ketakutan kalau itu adalah suara Tuan Besar, padahal Tuan besar tidak akan pulang hari ini. Kemudian terdengar suara pintu yang dibanting dan disusul dengan suara benda yang jatuh. Yumi sangat penasaran karena sepertinya suara itu tidak jauh dari kamarnya.
Di lain tempat, di dalam kamar Kim Heechul. Sang pemilik kamar rupanya baru kembali dalam keadaan mabuk dengan Kyuhyun bersamanya yang juga sama mabuknya dengan dirinya. Setelah minum-minum tadi Heechul rupanya merasa kepanasan, jadi ia membuka pakaiannya disusul oleh Kyuhyun. Rupanya Kyuhyun yang kuat minum juga sampai mabuk begitu, entah sudah berapa botol yang sudah diminumnya.
“Heh, awas. Itu tempat tidurku! Kau tidak berniat menghabiskan tempat, kan?” Heechul mengusir Kyuhyun dari tempat tidurnya. Kyuhyun yang lebih dulu berbaring terlentang di atas tempat tidur enggan untuk merubah posisinya. Tiba-tiba saja Heechul menjatuhkan diri di atas tubuh Kyuhyun.
“Tuan muda, apa kau sudah pulang?” Yumi tiba-tiba membuka pintu kamar Heechul. “HUH?!” Yumi terbelalak terkejut melihat pemandangan yang baru pertama kali ini dilihatnya. Ia lantas menutup kedua matanya dengan kedua tangannya.
“Uhm?” Heechul yang masih dalam keadaan mabuk menoleh pada Yumi. Refleks ia tersadar. Ia melihat pada Kyuhyun yang sedang ditindihnya, rupanya namja itu sudah lebih dulu tidak sadarkan diri. Dengan cepat Heechul kembali menoleh pada Yumi dan bangkit dari tubuh Kyuhyun.
“Maaf, aku mengganggu waktu kalian!” Yumi buru-buru berbalik seraya menutup pintunya kembali. “Hei, ini tidak seperti dugaanmu!” seru Heechul terdengar panik.
***