home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > [ Henry ] || Saying I Love You, Please! - Part 1

[ Henry ] || Saying I Love You, Please! - Part 1

Share:
Author : SJFF_INA
Published : 18 Feb 2014, Updated : 18 Feb 2014
Cast : Henry Lau [Super Junior - OOC] , Cho Hyun Mi a.k.a Cho Rara [OC]
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |676 Views |0 Loves
[ Henry ] || Saying I Love You, Please! - Part 1
CHAPTER 1 : [ Henry ] || Saying I Love You, Please! - Part 1

Title : Saying I Love You, please!

Author : Jinnie Kim || Facebook || @JinnieKimhae

Genre : AU, Romance, Friendship

Main Cast :

- Henry Lau [Super Junior - OOC]

- Cho Hyun Mi a.k.a Cho Rara [OC]

Rating : T

Length : Chapter

Cover by : leemidah@kyulhae4ever.wordpressDisclaimer : FF ini asli buatan author, plot dan semuanya. Tidak ada unsur menjiplak atau memplagiat karya orang lain. Jika ditemukan sebuah kesamaan, itu bukanlah sebuah kesengajaan bahkan saya tidak tahu.

Warning : Typo mungkin akan sedikit bertebaran disini. Cerita akan membosankan –mungkin-. Don’t copas+plagiat please!

AN : Sesuai target, aku bakal post kalau chapter 2 udah selesai dalam tahap pengerjaan. Dan inilah hasilnya. 

 

~~~^Happy Reading^~~~

 

#Henry POV

Blam!

Kututup pelan pintu mobil Ferari putih milikku. Sambil menggendong ransel ukuran sedang, aku melangkah menjauhi mobil kelas atasku yang sebelumnya ku kunci dulu dengan remote otomatisku. Meninggalkan area parkir, aku mulai memasuki area kampus. Dengan menyembunyikan tanganku di saku jeansku, ku lewati sapaan gadis-gadis itu. Tak ada senyum khusus untuk mereka. Sekedar lirikan, sudah cukup bukan?

Sampai di kantin, ku biarkan mataku berkeliaran di setiap sudut ruangan tanpa sekat ini untuk mencari meja kosong yang pas. Setelah cukup lama, ku dapatkan meja kosong tepat di bagian pojok dekat jendela kaca besar. Segera ku hampiri meja yang sepertinya sudah menjadi ‘jodohku’ itu.

Tepat saat ku dudukkan bokongku di bangku panjang ini, mata-mata para gadis itu menatapku aneh. Aku risih, tatapan mereka seperti ingin memakanku saja. Apa mereka seganas itu? Tak ingin ku ambil pusing pada mereka, ku angkat tangan kananku dan segera memesan pada penjaga kantin itu. “Ahjumma, semangkuk jajangmyeon dan jus jeruk!”

Dengan pesanan singkat tadi, aku lalu melipat kedua tanganku di meja. Mataku memilih untuk menikmati keindahan pagi milik Tuhan yang diberikan pada umat-umatnya. Taman kampus yang disinari cahaya matahari pagi yang sehat untuk tubuh tersebut begitu terlihat indah. Sedikit silau memang, tapi itulah ciri khas suasana pagi yang terkadang dilewati sia-sia oleh banyak orang.

“Henry-ssi?” Dahiku mengerut sesaat setelah suara panggilan namaku masuk ke indra pendengaranku. Tanpa menebak siapa pelakunya, ku tolehkan kepalaku. Kini tersaji di depanku dua orang gadis dengan tinggi sama seraya tersenyum manis –yang menurutku terlalu manis- padaku. Alis sebelahku terangkat, heran sekali.

“Ada apa?”

“Aku dan Hyo Hoon membawakan ini untukmu. Semoga kau menyukainya.” Salah satu gadis meletakkan sebuah kotak berbungkus manis di meja tempatku. Huh, seharusnya sudah bisa kutebak ini sebelumnya. Aku menatap mereka dan tersenyum, hanya untuk sebagai ucapan terima kasih. Dengan sikap mereka yang terlihat geregetan, mereka langsung meninggalkanku.

Aku menatap kado biru polos itu. Kado pertama untuk hari ini. Dan entah akan ada kado berwarna apa yang akan menutupi pembagian kado untukku hari ini. Benar-benar menyebalkan. Bukannya sombong, tapi ya beginilah takdir menjadi mahasiswa popular di kampus ini. Tanpa rasa penasaran untuk mengetahui isi dari kotak persegi panjang itu, segera ku masukkan benda itu ke dalam tas. Dan menunggu kembali pesananku datang.

“Gamsahamnida ahjumma.” Ujarku ramah ketika wanita paruh baya menaruh semangkuk jajangmyeon dan segelas jus jeruk di depanku. Dia tersenyum hangat dan berlalu pergi. Wanita itu memang benar-benar baik dan sangat dikenal oleh warga Kyunghee University ini.

Aku segera melahap masakan yang menurutku tak terlalu panas dan sangat lezat ini. Perutku sudah tak bisa bersabar sejak tadi untuk diisi. Walaupun terkesan aku seperti kelaparan, tentu saja aku tak akan merusak image tampanku. Semangkuk mie dengan saus kedelai hitam ini setidaknya cukup untukku sampai lima jam kemudian.

“Henry!!”

“Uhuk..uhuk..” Makanan yang akan ku telan dengan biasa tiba-tiba melewati tenggorokanku dengan cepat, membuatku tersedak. Segera ku minum jus jerukku untuk melegakan jalan masuknya makananku kembali. Setelah lega, mataku memicing pada orang yang membuatku menderita sesaat tadi. Cho Kyu Hyun, teman sekelasku yang berbeda hampir setahun dariku dengan ke-evilannya yang tak tertandingi.

“Wae? Jangan menatapku seperti itu, Mochi! Tak pantas untuk wajahmu!” Cercanya seraya menaikkan salah satu sudut bibirnya. Aku hanya bisa mengumpat dalam hati. Aku tak akan bisa menang jika beradu mulut dengan lidah tajamnya. Ditambah lagi panggilan kesayangan ‘Mochi’ itu tak bisa lepas dari bibirnya untuk memanggilku. Aku lebih memilih melanjutkan sarapanku yang tertunda. Sedangkan dia, berkencan dengan istri sehidup sematinya –PSP.

“Kau, apa sudah mengerjakan tugas dari Jung saem?” Tepat saat suapan terakhir, dia membuka suaranya untuk bertanya padaku. Namun tetap, pandangannya tak beralih dari PSP berwarna hitam miliknya itu. Memang benar, mungkin ia akan menikah dengan benda itu suatu saat nanti.

“Tentu saja sudah. Apa kau belum mengerjakannya, Tuan Cho?” Ku coba mengalihkan matanya dari benda pembuat orang menjadi malas itu. Yah walaupun aku yakin dia pasti sudah mengerjakannya. Ku lihat dia mem-pause permainannya dan menatapku remeh. Ck, ekspresinya begitu merendahkan!

“Huh, aku? Seorang pemenang olimpiade Matematika secara berturut-turut belum mengerjakan tugas? Apa kau bercanda, huh? Ckckck, sepertinya kau salah menuduh orang tampan nan pintar dan kaya sepertiku ini.” See? Kepercayaan dirinya meninggkat drastis. Dalam hati ku kata-katai dia. Jadi type seperti ini yang mereka puja-puja dari seorang Cho Kyu Hyun? Tidak bisa dipercaya.Aku sudah tak ingin berdebat dengannya, segera bibirku ku sentuhkan pada pinggir gelas dan langsung meminum jus jerukku ini.

“Aku pasti dengan mudahnya mengerjakan itu, Mochi. Yeodongsaeng-ku pandai pelajaran IPA.” Sesapanku dari sebuah sedotan ini terhenti saat mendengar lanjutan ucapannya yang terdengar begitu santai. Adik? Seorang Cho Kyu Hyun mempunyai adik? Yang aku tahu hanyalah dia hanya memiliki Cho Ah Ra sebagai noona-nya. Ku tatap wajahnya yang terpaku pada keindahan benda bertombol itu.

“Eh, yeodongsaeng? Kau mempunyai dongsaeng, Cho?”

“Tentu! Apa aku belum memberitahukannya padamu? Atau kau yang terlalu sibuk dengan buku-buku itu? Padahal berita ini sudah tersebar sejak kepulangannya dari Jepang. Dia setahun lebih muda darimu. Suatu saat akan ku kenalkan padamu.”

Setelah itu, aku tak mempunyai mood lagi untuk menanggapi ucapannya. Pikiranku sibuk menerka-nerka mengapa aku setertinggal ini. Sahabatku yang mempunyai adik saja baru aku tahu sekarang. Tapi sebenarnya itu sedikit wajar, setiap bermain ke rumahnya aku hanya bertemu Ah Ra noona dan Cho ahjumma sebagai perempuan disana. Dan kemudian, tebakan-tebakkanku mengenai wajah seorang adik Cho Kyu Hyun akan seperti apa nanti. Apa dia…secantik Ah Ra noona?

“Mochi, ayo ke kelas!”

****

#Author POV

Entah karena apa matahari yang seharusnya bersinar dengan cahayanya yang begitu menyengat kini hanya hawa dingin yang dirasakan oleh warga Seoul. Sepertinya ini pertanda musim akan berganti. Para mahasiswa/i Kyunghee University yang awalnya hanya memakai t-shirt, buru-buru menggunakan pakaian mereka yang lebih tebal, termasuk Henry dan Kyu Hyun yang baru saja menyelesaikan kelas mereka bersama Jung Yong Dae, dosen mereka.

“Cho, apa kita jadi membeli kaset game bersama?” Tanya Henry saat dirinya baru memasukkan tas bermerk ‘Polo’-nya ke dalam mobil. Menatap Kyu Hyun yang masih setia berjalan di belakangnya sejak keluar kelas. Tidak biasanya Kyu Hyun mau didahului. Bukankah dia seorang yang keras kepala dan tak mau mengalah, kan?

“Sepertinya tidak, Mochi. Aku harus menemui Park saem, dia memanggilku tadi. Dan lagi, aku ingin segera menemui yeodongsaeng-ku.” Tolak lelaki berambut cokelat ikal yang sedang mengobrak-abrik isi tasnya. Henry mengangguk, sepertinya janji mereka hari ini harus dibatalkan. Sebenarnya Henry juga seorang pecinta game, namun tidak se-fanatik Kyu Hyun.

“Mau ku tunggu?”

“Tak perlu, Mochi. Ah, ketemu! Baiklah, aku pergi dulu. Bye!” Dalam sekejap, lelaki jangkung dengan kulit putih tersebut menjauh dari hadapan Henry, kembali memasuki gedung kampus yang begitu besar dan luas tersebut. Sejenak, ia menghembuskan nafasnya kasar.

“Haruskah aku pulang secepat ini sekarang?” Gumamnya pelan. Ditatapnya sekeliling tempatnya berdiri, masih ada beberapa orang yang ada di kampus ini. Tentu saja, kampus elit bagai tak pernah tidur karena tidak jarang mahasiswa maupun dosen memilih menyelesaikan tugas atau membahas suatu kegiatan disini sampai tengah malam bahkan sampai pagi, Kyunghee University.

Mendadak mata Henry terhenti saat menatap ke arah taman kampus yang ukurannya memanjang sana. Seperti sebuah dorongan, kakinya seketika melangkah maju menuju taman hijau sana. Rasa penasaran begitu membuncah dalam diri Henry. Dirinya sangat jarang mengunjungi tempat itu. Ini karena kegiatannya yang begitu padat dengan segala jenis tugas dari dosennya. Dan karena itu, Henry bahkan ingat dia mendatangi tempat indah itu tiga tahun yang lalu saat dia menjadi mahasiswa baru di sana.

“Wooaa.. Aku bahkan tak tahu kalau kampus ini mempunyai danau.” Lelaki itu bergumam kagum saat memandang ke arah di depannya. Sebuah danau yang terbentang di halaman belakang Kyunghee University yang begitu indah. Dia semakin mendekat ke pagar pembatas di bibir danau, menikmati angin sejuk yang dengan seenaknya menabrak tubuhnya.

“Memang seharusnya aku tak terlalu bergelut dengan buku-buku tebal itu. Ah bodoh, aku bahkan baru menyadari keindahan yang tersembunyi di balik kampus megah-ku ini.” Lanjutnya lalu mengulum senyum. Wajahnya dihadapkan oleh luasnya langit biru diatas, kemudian menutup matanya. Suasana ini, sudah tak membekas di otaknya sejak ia sibuk dengan kuliahnya. Setelah dirasa puas, ia berbalik.

Beberapa saat Henry membatu. Tatapan matanya mendadak terhenti pada satu titik di sana. Untuk beberapa saat, dia lupa bagaimana caranya bernafas bahkan berkedip. Seorang gadis yang dengan nyamannya duduk bersandar di bawah pohon maple, tak jauh dari tempatnya berdiri. Gadis berambut panjang cokelat dan coat yang berwarna senada rambutnya terlihat begitu menikmati suasana pinggir danau seraya menenggerkan earphone di telinganya. Ditambah lagi keindahan wajah cantik nan manis itu. Matanya tertutup, membuat pesona gadis itu begitu menyilaukan beberapa pria termasuk Henry.

Deg Deg …

Suara detak jantung yang begitu memburu hanya terdengar oleh Henry seorang disini. Jantungnyalah yang berdegup tak normal. Gadis itu penyebabnya, gadis yang belum pernah dia lihat di area kampus ini sebelumnya. Untuk pertama kalinya, Henry yang terkenal sebagai mahasiswa ‘antilove’ kini sedang menikmati rasa jatuh cinta. Cinta pada pandang pertama. Dan matanya dengan teliti mengamati gerak-gerik gadis yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Dilihat dari samping, gadis itu begitu mempesona bagi Henry.

Henry sedikit kaget ketika gadis itu tiba-tiba bangkit dari duduknya. Sejenak gadis bercelana jeans hitam itu melihat sejenak arlojinya lalu mengetikkan sesuatu di ponselnya. Gerakannya terlalu cepat, membuat Henry heran apa yang sedang dilakukan gadis yang berani mencuri hati lelaki tampan ini. Belum terjawab pertanyaannya, gadis itu tiba-tiba pergi berlari meninggalkan tempatnya tadi. Henry menatap kepergiannya dengan agak kecewa.

“Siapa dia? Aku belum pernah melihat gadis itu disini. Akan kucari tahu tentangmu.”

****

#Henry POV

Minggu pagi yang indah. Hari libur inilah yang dinantikan sebagian besar orang di dunia ini termasuk diriku. Hari dimana orang-orang memanfaatkannya untuk memulihkan tubuh mereka agar besok bisa kembali bekerja dengan tenaga yang maksimal, itulah yang kualami sendiri. Dan minggu pagi ini, aku memilih untuk keluar. Kepenatan begitu mengurung diriku jika aku terus-terusan berada di dalam apartemen.

Disinilah aku. Myeongdong, pusat perbelanjaan yang begitu besar dan terkenal di Korea Selatan. Tempat yang sudah dipenuhi oleh berbagai macam orang walau masih belum terhitung siang hari. Tempat yang tidak akan pernah sepi dari kerumunan orang yang memadati berjenis-jenis toko disini. Orang lain yang datang ke sini dengan tujuan tertentu, berbeda denganku yang hanya memilih untuk menyehatkan kakiku dengan mengelilingi Myeongdong. Selain itu, sepertinya aku harus sarapan sekarang.

Kakiku terhenti saat menatap sebuah restoran sederhana yang tak jauh dariku. Restoran itu tak terlalu ramai, dan sepertinya akan menjadi tempatku sarapan kali ini. Aku langsung memasuki restoran bertema biru yang dari luarnya begitu modern. Ku pilih meja paling pojok di sini, sesuai kebiasaanku. Ini pertama kalinya aku mampir ke restoran ini, Blue Restaurant.

Aku mulai menikmati suasana restoran yang ditemani oleh alunan lagu lokal kesukaanku seraya menyaksikan kegiatan jual beli di luar sana dari kaca besar jendela ini. Namun tiba-tiba sebuah tangan menjulur memberikan sebuah buku, aku terkaget. Ku lihat siapa dia, ternyata seorang pelayan. Tapi…eh bukankah dia…gadis yang ku lihat di kampus beberapa hari lalu? Aku membisu menatap wajahnya.

Mendadak dia tersenyum, kembali membuat kinerja jantungku berlipat. Mata cokelat yang bersinar itu..terlihat begitu indah. Tanpa sadar, kini sudah tercipta seulas senyum balasan dariku. Waktu terasa berhenti, seperti ikut mendukungku dalam suasana ini. Perasaan ini sama seperti yang lalu saat bersamanya, entah apa namanya. Bisakah lebih lama lagi aku memandang gadis cantik ini?

Aku jadi tersadar saat dia kembali menyondorkan buku hitam sedang dan sebuah buku kecil seperti catatan juga pena. Aku menerimanya, ia masih tersenyum dengan memiringkan sedikit kepalanya. Ku rasa ia menyuruhku menulis sendiri apa yang ingin ku pesan. Dengan tangan lincah, tanganku bergerak menulis kata-kata di buku kecil ini. Sedikit bingung memang karena dia tak menanyakannya langsung padaku. Setelah ku rasa hanya itu yang perlu ku tulis, kedua buku dan pena itu aku kembalikan.

Terlihat olehku dia sedikit terkejut membaca pesananku, aku tertawa kecil. Sepertinya ia membaca tulisanku “Aku Henry Lau. Siapa namamu?”. Lucu memang, tapi ingin sekali aku menggoda gadis ini. Dia lagi-lagi tersenyum. Oh, tak tahu kah kau senyummu itu begitu berkuasa atas tubuhku. Tiba-tiba ia menunjukkan kalung yang membentuk namanya yang terpasang di leher jenjangnya.

“Namamu…Hyun Mi?” Dia mengangguk, pertanda bahwa tebakanku memang sangat tepat. “Nama yang indah.” Pujiku, ku lihat pipinya memerah. Setelah itu aku kembali meminta buku kecil tadi. Dengan keheranan, dia memberikannya. Kembali ku tulis sesuatu di sini. Cukup singkat dan setelah itu aku kembalikan lagi. Dia membaca, tawa’an kecil dapat ku lihat dari wajahnya. Dia memandangku lagi, dari matanya seolah mengatakan ‘Untuk apa nomor ini?’. Lantas ku berikan ‘wink’ padanya. Hahaha, sungguh dia begitu lucu. Dan ku harap dia menghubungi nomor yang ku berikan tadi nanti.

Membungkuk sesaat, dia langsung berlalu dari depanku. Tak percaya aku dapat bertemu dengannya di sini. Ku rasa aku akan sedikit berlama-lama di sini. Setidaknya sampai aku puas memandang wajah bercahayanya itu. Namun pikiranku melayang memikirkan; mengapa dia tak mengeluarkan suaranya? Apa dia malu?

****

#Author POV

“Mengapa kau tidak menjawab telfonku kemarin, Mochi?!” Suara tegas yang terdengar sinis tadi mengarah pada Henry. Pemuda yang baru saja duduk di bangkunya mengalih pada sumber suara, mendapati Kyu Hyun yang sedang sibuk bermain dengan PSP-nya seraya berwajah sebal. Henry tersenyum, teman yang hampir menjadi kakaknya itu benar-benar kekanakkan.

“Eoh, kau menghubungiku kemarin? Mianhae, kemarin aku sibuk mengejar cintaku.” Jawab Henry sambil memandang ke langit-langit kelas, mengingat saat dirinya bersama Hyun Mi setelah gadis itu pulang kerja kemarin. Mereka benar-benar menghabiskan hari mereka di Lotte Park, tak jauh berbeda dengan sepasang kekasih yang sedang berkencan. Dan seharian itu Henry tak membuka ponselnya yang sudah bordering puluhan kali dari orang-orang berbeda termasuk Kyu Hyun.

Pemuda tadi tertarik dengan ujaran Henry barusan. Ia langsung mematikan benda tercintanya itu dan menatap Henry seduktif. Merasa dipandangi berlebihan, Henry menoleh dan hampir terjengkang ke belakang melihat wajah bodoh Kyu Hyun sudah berada di depannya. “Yak! Apa yang kau lakukan hah?”

“Cintamu? Apa ada seorang gadis yang sedang kau sukai huh?” Kyuhyun mulai mengintrogasi Henry. Sedangkan pemuda bermarga ‘Lau’ itu hanya senyum tidak jelas sambil mengangguk. Kyu Hyun menatapnya kagum. Memang tak biasanya Henry menyukai gadis. Dan ini adalah berita baru yang terdengar langsung dari sumbernya.

“Woooaaa.. Jinjja? Siapa dia? Apa aku mengenalnya? Kau bertemu dengannya di mana? Siapa namanya? Apa dia cantik? Tinggi kah? Apa sesuai type-mu? Apa—mmpptt!” Ocehan panjang seorang Cho Kyu Hyun tiba-tiba dihentikan oleh sumpalan kue kering yang diberikan Henry. Pemuda berdarah Kanada ini benar-benar tak tahan jika Kyu Hyun sudah menunjukkan sikap ‘mulut besar’nya itu. “Yak!”

“Dasar setan bermulut besar!”

“Aku hanya ingin tahu, Mochi-ya. Padahal ingin ku kenalkan kau dengan adikku, dan setelah itu kalian yah aku restui. Tapi jika kau sudah mendapatkan gadis lain, sudahlah.” Henry menengok cepat. Kyu Hyun ingin menjodohkannya dengan adik perempuannya? Tak biasanya! “Ah! Bukankah kau adalah mahasiswa yang tak pernah menyukai gadis? Wah sepertinya harus aku sebarkan berita ini.”

Kyu Hyun tak menggubris tatapan tajam dan tak percaya dari Henry. Pemuda itu langsung naik ke atas kursinya. Karena melihat Kyu Hyun –yang memang idol kampus- seperti itu, mata para gadis maupun yang lainnya menatapnya heran. “Teman-teman, aku punya pengumuman untuk kalian. Teman kita Henry Lau sekarang SUDAH MEMPUNYAI YEOJACHINGUUUU!!!”

“MWO?!”

“Yak CHO KYU HYUUUUNNN!!”

****

“Apa benar Henry oppa sudah mempunyai yeojachingu?”

“Aigo, patahlah hatiku! Aku sudah sangat berharap padanya.”

“Hwaaaa! Aku tidak rela!”

Dan banyak lagi tanggapan-tanggapan dari seluruh mahasiswi Kyunghee University setelah mendapatkan pengumuman mendadak dari Cho Kyu Hyun. Mereka yang mengakui sebagai ‘penggemar mati Henry Lau’ hanya bisa mengutuk dan menyumpah serampahi gadis yang dengan seenaknya merebut hati seorang Henry. Sungguh ini mimpi yang terburuk untuk mereka semua hadapi saat ini.

Henry sendiri yang mendengarkan semua ocehan dari teman, hoobae dan sunbaenya hanya bisa menutup rapat telinganya. Ia tak peduli dan dibuat pusing oleh perasaan para gadis itu. Bukankah ini perasaannya, tak berhak pula mereka atas hati Henry. Terlebih lagi sebenarnya ia belum berpacaran dengan gadis yang bernama Hyun Mi itu, hanya baru dalam masa pendekatan. Memang semua ini gegara mulut Kyu Hyun yang sembarangan. Dan sekarang pemuda itu baru saja keluar dari kantor dosen setelah bertemu dengan Ban Dong Hyung, dosennya. Masih dengan gayanya yang cool, dia melewati para gadis yang sudah memasang tampang sedih di depannya.

“Henry-ya, apa benar kau sudah mempunyai yeojachingu huh?” pertanyaan dari temannya yang tiba-tiba sudah menyamakan langkahnya di sampingnya kembali membuat telinga Henry panas. Namun Henry masih tak menghiraukan pertanyaan Kim Jeong Min, temannya. “Henry-ya?!”

“IYA! YA AKU MEMANG SUDAH BERPACARAN! PUAS?!” Sekali hentak Henry melanjutkan langkahnya yang sudah penuh emosi. Disekililingnya teriakan-teriakan sedih dan kecewa memenuhi indra pendengarannya. Kalimat yang dilontarkan pemuda itu benar-benar terasa menusuk tepat di ulu hati penggemarnya itu.

Blam!

Satu kali tarikan keras pintu mobil Henry sudah tertutup keras. Dia yang sudah berada di dalamnya hanya mendengus kesal. Pertanyaan demi pertanyaan yang bertopik sama terus terlontarkan padanya, lagipula jawaban yang ia berikanpun sama-sama berinti ‘Ya’. Apa mereka tidak punya otak untuk mencerna kata ‘Ya’ huh, umpatnya kesal.

Ancang-ancang mau melajukan mobilnya, ia dibuat kaget oleh keberadaan orang yang seketika muncul dengan sudah terduduk di sebelahnya. Tatapan tajam Henry hanya dibalas Kyu Hyun dengan cengiran tak berdosa. Ia tahu kalau Kyu Hyun akan menumpang dengannya. Karena saat ini Henry tak punya mood untuk bertengkar dengan pemuda bermarga Cho itu, dengan kecepatan sedang ia melajukan mobilnya membelah padat namun lancarnya jalanan Kota Seoul.

“Aku punya tantangan untukmu, Mochi.” Henry yang diajak bicara tak bergeming. Baginya keramaian berbagai kendaraan di depan matanya sana lebih menarik untuknya, setidaknya untuk saat ini. Kyu Hyun pun tidak merasa teracuhkan karena PSP yang sudah merada dalam genggamannya sudah memberikan perhatian penuh untuknya.

“Aku menantangmu untuk membawa gadis pujaanmu itu ke Kona Beans untuk bernyanyi di sana dan mengungkapkan rasanya padamu tiga bulan lagi. Tepat saat ulang tahun adikku sambil mengisi acara di sana. Eotthe?” Mendengar ucapan panjang dari Kyu Hyun, perhatian Henry sedikit teralih. Matanya melirik Kyu Hyun yang masih berkutat dengan ‘istri’nya itu. Sejenak ia memikirkan tantangan dari Kyu Hyun tersebut.

‘Membuat Hyun Mi bernyanyi? Itu mustahil! Aku mendengar suaranya hanya untuk memanggil namaku saja belum pernah ku dengar, dan sekarang aku ditantang untuk membuatnya bernyanyi di pengunjung kafe miliknya. Aish, yang benar saja!’ Batin Henry bergejolak. Ia menggigit bibir bawahnya agar membuatnya dapat dengan cepat memikirkan tantangan dari Kyu Hyun. Kebiasaannya saat sedang gugup. Lagi pula jika ia menolak itu sama saja ia menjatuhkan harga dirinya sebagai lelaki yang paling diminati oleh setiap gadis di kampus. Tidak mungkin ia rela!

“Mobil sport-ku untukmu.” Lanjut Kyu Hyun lagi seraya meletakkan kunci mobilnya di depan Henry. Sedangkan Henry hanya bisa meneguk air liurnya. Mobil sport yang dimiliki Kyu Hyun adalah impiannya sejak dulu yang belum bahkan tidak pernah dikabulkan oleh kedua orang tuanya. Pikiran dan hatinya kembali bertarung.

“Baiklah, aku terima tantanganmu.”

 

—TBC—

 

Wkwkwkwk.. Apa’an nih? FF kah? Gaje banget ya >o<gomawo>

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK