Teru Teru Boozu, Please Don’t Stop The Rain Fall
Tittle : Teru Teru Boozu, Please Don’t Stop The Rain Fall
Author : Aozora-tomomi (@aozoratomomi/Prima Nur Cahyaningrum)
Genre : Romance
Rating : PG-15
Lenght : Oneshoot
Cast :
Kim Heechul
Cho Yoonkyu
Super Junior
Aoi Hazegawa
Theme song (must listen) : Evanescence - My Immortal
*****
Teru-teru-bōzu, teru bōzu
Ashita tenki ni shite o-kure
Itsuka no yume no sora no yō ni
Haretara kin no suzu ageyo
Teru-teru-bōzu, teru bōzu
Ashita tenki ni shite o-kure
Watashi no negai wo kiita nara
Amai o-sake wo tanto nomasho
Teru-teru-bōzu, teru bōzu
Ashita tenki ni shite o-kure
Moshi mo kumotte naitetara
Sonata no kubi wo chon to kiru zo
*****
Teru-teru-bozu, teru bozu
Do make tomorrow a sunny day
Like the sky in a dream sometime
If it’s sunny I’ll give you a golden bell
Teru-teru-bozu, teru bozu
Do make tomorrow a sunny day
If you make my wish come true
We’ll drink lots of sweet booze
Teru-teru-bozu, teru bozu
Do make tomorrow a sunny day
but if it’s cloudy and I find you crying
Then I shall chop your head off
Osaka, Juni 2009
*Cho Yoonkyu POV
Sudah beberapa menit aku duduk di bangku halte ini. Menunggu bis yang jadwal kedatangannya sebenarnya masih sedikit agak lama. Kesempatan menikmati hujan, betapa aku sangat suka hari hujan, seperti saat ini. Hanya duduk di sini sendiri dan sesaat memandangi langit. Mengalun lembut instrumen piano mengiringi lagu My Immortal yang dibawakan oleh Evanescence dari headset ipodku. Kupejamkan mataku untuk menghirup udara segar akibat guyuran hujan yang menyentuh tanah dan segala di sekitarku. Saat kubuka mataku, aku terkejut karena sudah ada seorang gadis kecil berumur sekitar 5 tahun duduk disampingku, memandangiku seperti melihat sesosok makhluk asing. Heran, datar dan penasaran, itulah yang tampak diwajah gadis kecil itu saat menatap lekat padaku.
“Naze oneechan wa sono youni ame wo mistumeru no desuka?”(trans: mengapa kakak memandangi hujan seperti itu?) kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir gadis kecil yang sangat manis itu.
“Heeeh, uh.. ame ga sukidakara” (trans: karena aku suka hujan) jawabku sambil tersenyum padanya.
“Hitori desuka, daijoubu desuka, oneechan wa?” (trans: apakah kakak sndirian, kakak baik-baik saja?)
Mengapa gadis cilik ini bertanya aneh seperti ini, dia terlihat jadi lebih dewasa dari umurnya dengan pertanyaannya yang menyelidik dan pandangannya yang agak curiga ini.
“Mochiron, hitori demo daijoubu yo. Doushitano?” (trans: tentu saja, meskipun sendirian aku baik-baik saja kok. Memangnya kenapa?”)
“Iee, nanimo arimasen.” (trans: tidak, tidak ada apa-apa kok) jawabnya singkat dan memalingkan pandangannya ke depan. Kemudian bergumam dengan bahasa yang tak dapat kumengerti.
Bukankah gadis ini yang aneh, dia juga sendirian tapi tidak takut. Kulihat gadis kecil ini memakai rok selutut berwarna pink dan badannya dibalut jas hujan transparan serta membawa payung kecil. Di tas ranselnya tergantung sebuah boneka teru teru boozu mungil.
“Ini, kakak sepertinya membutuhkannya.” Gadis itu memberikan boneka teru teru boozunya padaku.
“Kenapa kau berikan ini padaku adik manis?” tanyaku heran.
“Karena kulihat kakak tidak suka membawa payung juga tidak memakai jas hujan. Jika kakak bawa ini, bisa mendatangkan hari cerah. Itu... bukankah kakak seharusnya bergegas” ucapnya sambil menunjuk selembar kertas yang kuselipkan pada majalah dan kuletakkan di samping tempatku duduk. Kutenggok kertas yang ditunjuk gadis cilik itu, menyembul tepat pada bagian jadwal kegiatanku hari ini. Pukul 9 pagi reharsal, Kyocera Dome, Osaka.
“Kyaaaaaaaaa....aku akan terlambat jika begini. Mana bis belum datang, hujan juga belum reda, aduh bagaimana ini!!” jeritku panik dan membuat pandangan gadis kecil itu semakin heran.
“Ah..kore wa arigatou ne! Ja matta” (trans: terima kasih untuk ini. Sampai jumpa) Aku bergegas berlari mencari taksi dan meninggalkan gadis itu melongo melihatku.
Hari ini impianku sejak bertahun-tahun lamanya akhirnya akan terwujud. Setelah lolos audisi bertahap-tahap yang melelahkan, aku terpilih untuk bisa sepanggung dengan mereka. Super Junior, mereka adalah impianku. Tidak sia-sia aku berlatih semua tarianku selama ini. Tentu saja, aku juga akan bertemu dengan Heechul oppa. Namja impianku.
*****
*Heechul POV
Hujan deras mengguyur Osaka sejak semalam. Jangankan pergi keluar, untuk bangun saja aku sangat malas. Aku sangat membenci hari hujan seperti sekarang. Karena ini akan mengingatkanku pada Hangeng. Mengingatkan kenangan saat merakyakan ulang tahunku di bawah guyuran hujan bersamanya. Hangeng sudah memilih jalannya, dan ini membuatku sedih. Menurut prakiraan cuaca televisi lokal, bulan ini adalah puncak musim hujan di Jepang. Artinya akan sering terjadi hujan dan itu cukup meyebalkan bagiku. Banyak jadwal yang harus aku lakukan hari ini, tapi benar-benar tak sanggup membuka mata meskipun hanya untuk mengintip di balik kelopak mataku.
“Yaah...Chulie, irona pali. Jangan sampai kita terlambat ke gedung pertunjukkan, banyak yang harus kita lakukan.” Leeteuk menghambur ke kamarku dan menyibakkan selimut yang masih membungkus tubuhku. Aiiisshhsh..hyungku satu-satunya ini sangat mengganggu. Aku bahkan tak pernah memanggilnya hyung.
Tanpa banyak bicara aku hanya segera bergegas mandi dan bersiap. Saat turun ke bawah semuanya sudah menungguku di mobil menuju Kyocera Dome. Dua malam ini kami akan tampil dalam Super Junior special stage untuk album ketiga.
Mobil kami beriringan berjalan menyusuri jalan utama kota Osaka. Meskipun tidak sebising Tokyo, Osaka juga kota besar dan banyak orang sudah memulai aktifitasnya di jalan-jalan. Beberapa terlihat memakai payung juga jas hujan untuk melindungi tubuh mereka dari derasnya hujan. Mobil berhenti ketika tepat di perempatan lampu merah. Tidak ada ELF terlihat mengikuti perjalanan kami menuju Kyocera Dom. Jalan raya justru terlihat sedikit lengang.
Berusaha mengusir jenuh, kucoba menyapukan pandangan ke beberapa sudut jalan di luar kaca mobil. Embun nafasku menempel pada kaca dan kuusap dengan telapak tangan untuk mengenyahkannya. Sudut mataku tertambat pada sesosok yoeja dengan pakaian sedikit awut-awutan. Dia mengenakan matel tebal, dengan rambut dikepang dua kanan dan kiri, serta kakinya dibalut kaos kaki panjang berwarna-warni dibawah rok mininya dengan menenteng tas dekil dipundak kirinya. Yoeja itu duduk sendiri di halte bus tepat di sebelah mobil ini berhenti, terlihat sedang mendengarkan sesuatu dari headsetnya. Matanya seolah nanar memandang langit yang sedang menangis.
“Aneh sekali, di hari hujan begini dia bahkan tidak membawa payung atau jas hujan. Bukankah sejak semalam hujan sudah turun? Jika begini kejadiannya, stasiun tv akan merugi dan sia-sia sudah menayangkan prakiraan cuaca”
“Hyung apa yang kau bilang?” Kyuhyun menepuk pundakku heran dengan gumamanku yang lebih kutujukkan pada yoeja di halte itu.
“Bukan urusanmu bocah” sahutku ketus padanya membuatnya menjauhkan kepalanya, sebenarnya aku tidak terlalu mendengarkan tegurannya. Ku alihkan pandangan ke arah jalanan di depan.
“Sepertinya mood Heechul hyung sedang tidak bagus. Sebaiknya kau menyingkir Kyunie, atau dia bisa memakanmu” kudengar bisik-bisik di bagian belakangku, suara cempreng yang kukenali sebagai suara Eunhyuk.
Mobil melaju kembali setelah lampu rambu-rambu menyala hijau, tapi entah mengapa rasanya pemandangan penampilan yoeja itu menarik perhatianku. Wajahnya tadi sangat absurd tergambar sesuatu yang sangat polos dan murni atau bodoh lebih tepatnya.
*****
Acara reharsal ini akan membuatku gila. Kenapa tidak langsung shownya saja sih. Bukankah kami juga sudah berlatih berrminggu-minggu lamanya untuk mempersiapkan konser ini. Hujan benar-benar merusak moodku hari ini, padahal aku dituntut terus tersenyum di hadapan semua fans nanti malam. Dari semua latihan yang kubenci adalah latihan dance. Semua tahu aku tidak suka menari meskipun gerakan menariku sedikit lebih baik dari Yesung.
“Yaaa..yaaa...Chulie, itu gerakanmu salah lagi. Kita sudah berlatih berminggu-minggu. Kenapa bagian itu masih selalu salah sih. Apa perlu guru koreonya langsung yang mengajarimu?” Leeteuk mengomeliku karena selalu salah pada gerakan yang sama. Sial rasanya benar-benar menyebalkan.
“Kau....Heechul pergilah bersama Donghae dan Eunhyuk untuk melatih dancemu tadi di backstage. Ingat Chulie kau ada perform solo juga kan, berlatihlah dance dengan penarinya.” Ucap manager Kim menambah kekesalanku.
“Hyung, aku tidak sanggup mengajarimu lagi.” Enhyuk sudah tampak menyerah dengan semua gerakan yang mereka ajarkan padaku.
“Nde hyung aku juga. Penari latarmu yang akan menari duet saat perform solomu nanti belum datang ya? Seharusnya dia ada untuk berlatih gerakan terakhir denganmu.” Donghae mengingatkanku bahwa aku masih ada satu latihan dance terakhir dengan penari talent.
“Ah sudahlah, aku ke ruang ganti sebentar” aku pun keluar dari backstage berjalan melewati lorong berniat kembali ke ruang ganti. Dari kejauhan terlihat seorang yoeja yang sedang berlari dengan tergesa-gesa dan tanpa sengaja menyenggol pundakku.
“Sumimasen...hountouni sumimasen” (trans: maafkan saya, benar-benar mohon maaf) ucapnya singkat dan menoleh ke arahku.
“Kau orang Korea? Ah ounnie choesong hamnida...aku buru-buru jadi menabrakmu” sambungnya kemudian dan menyalamiku sambil tersenyum kemudian meninggalkanku begitu saja dengan wajah bingung. Sesaat kulihat sebuah benda berwarna putih tadi terjatuh dari tas dekil yang ditentengnya.
Sebuah boneka? Boneka apa ini seperti pernah melihatnya. Bentuknya hanya seperti biksu dengan kepala plontos dan mengenakan rok panjang. Boneka yang aneh.
“Hey..kau menjatuhkan ini…” belum sempat kuselesaikan kalimatku dia sudah menghilang dari pandanganku.
“Mwo? Ounnie katanya? Hyaaaa....gadis itu..haissshhhh. Tunggu dulu yoeja itu kan... mimpi apa aku semalam bisa bertemu dengannya dan dipanggil ounnie. Apakah aku benar-benar secantik itu? Dia bisa bahasa Korea, apakah dia juga orang Korea?” berbagai macam pertanyaan di kepalaku membuatku hampir gila.
Saat masuk ruang ganti benda pertama yang ingin kujumpai adalah cermin. Kupandangi wajahku di cermin dan kaget melihatnya.
“Pantas saja dia memanggilku ounnie, lihatlah riasan yang belum selesai ini. Omooo…aku bahkan lebih manis dari Sohee...hehehehehe” gumamku terkekeh sendiri melihat bayanganku di cermin yang ternyata sangat luar biasa cantik (?). Kalau gadis itu mengenaliku sebagai anggota Super Junior dia pasti akan histeris dan pingsan (?).
Setelah mengambil beberapa perlengkapan yang kubutuhkan, aku kmbali ke backstage untuk melatih gerakan terakhirku bersama dancer talent yang terpilih dari audisi.
“Hyung, kenapa lama sekali. Lihatlah Leeteuk hyung sampai ketiduran” Donghae menyemburku dengan omelan saat aku tiba di tempat latihan tadi dan melihat Leeteuk tertidur di salah satu bangku yang ada di tempat itu. Kasihan sekali Leeteuk harus mengatur segalanya sampai tidurnya lebih sedikit dibandingkan kami semua.
“Biarkan saja dia tertidur, jangan kalian ganggu sampai saatnya harus konfrensi pers nanti arra?” ancamku pada yang lain. Aku tidak suka melihat Leeteuk terlalu lelah. Kuambil sehelai kain untuk menyelimutinya dan kembali pada yang lain untuk berlatih dance lagi.
“Anyeong haseo...choesong hamnida karena terlambat” suara seorang yoeja yang tiba-tiba masuk di tempat kami sedang melatih tarianku.
“Kau yoeja yang tadi menabrakku dan..tunggu, kau juga yoeja yang sama dihalte itu” seruku heran melihatnya berada di sini.
“Apakah aku mengenalmu? Atau kita pernah bertemu?” dia bertanya dengan matanya yang bulat menatap tajam tepat di retina mataku membuat jantungku berdegup kencang.
“Aaahh..ounnie yang tadi kutabrak, tapi kenapa suaramu agak ngebas begitu? Apakah kau sedang batuk? Aku tidak tahu kalau ounnie adalah salah satu crew di sini” tanyanya polos dan semua di ruangan itu tertawa terbahak-bahak terutama Kyuhyun yang merasa puas dengan keadaan ini.
“Mwo? Crew katamu? Ah lupakan saja. Aku salah orang” jawabku ketus. Aku tidak mau dia merasa terlalu pede dengan ucapanku tadi.
“Ounnie bukan crew ya? Choesong hamnida, aku diminta kemari untuk berlatih tarian bersama Kim Heechul. Hari ini akulah penari latar yang akan menari bersamanya” ucapannya mengalir deras dari bibirnya yang mungil dan uhh...kenapa bibirnya sangat memerah. Aku seperti melihat bayangan bibirku sendiri pada cermin. Tanpa sadar aku menelan ludahku sendiri dan terpana melihatnya yang sangat berbeda dengan saat tadi kulihat dia di halte bus.
“Itu dia orangnya, kalian berdua kami tinggal ya. Oh ya nona, hemmm, berhati-hatilah dia agak sedikit galak hari ini, jadi bersabarlah. Atau kau perlu untuk aku temani berlatih nona?” ucap Donghae sambil mengerlingkan mata genit ke arah gadis itu.
“Ah kamsa hamnida, tidak perlu. Lalu dimanakah Kim Heechul-sshi?” tanyanya yang semakin membuatku naik darah. Dia bahkan tidak mengenaliku, aku si bibir terseksi Kim Heechul Super Junior?
“Apa maksudmu nona?” Eunhyuk bertanya sambil melirik ke arahku dan menahan tawanya.
“Yaaah...kalian pergilah, berisik sekali sih” kuusir dua orang dongsaengku itu sebelum mereka mulai merayu gadis ini dengan cara yang aneh.
“Dan kau gadis cilik, siapa namamu? Berhentilah memanggilku ounnie. Karena meskipun aku sangat cantik aku masih namja normal arra?”
“Mwo? Jadi ounnie adalah Kim Heechul? Kenapa berbeda sekali dengan yang kulihat di TV. Ounnie ..eh maksudku oppa benar-benar sangat cantik. Naneun Cho Yoonkyu imnida. Kalau begitu bisakah kita mulai berlatih?”
“Tentu saja, memangnya mau menunggu tahun depan apa? Kau ini aneh sekali” kataku mencibir padanya.
Suasana yang sangat aneh kurasakan, ketika ternyata dia tersenyum manis dan tidak marah dengan cibiranku tadi. Ini membuatku sangat penasaran.
“Oppa, gerakan tarian duet kita tidak banyak jadi hanya beberapa gerakan saja yang harus dilatih, tapi kau ada tarian group yang masih belum baik, jadi aku sekalian diminta untuk mengajarimu.”
“Mworago? Yaakh...kau gadis kecil sepertimu kah yang jadi dancer dan mentorku? Siapa yang sudah memilihmu saat audisi huh?”
Lagi-lagi senyum padaku, seolah-olah tak punya emosi marah atau kesal saja. Jangan-jangan dia bukan manusia.
Terpaksa aku mengikuti gerakannya saat dia memulai. Kuperhatikan gerakan tubuhnya sangat lentur, badannya meskipun tidak terlalu tinggi tapi sangat proporsional. Setiap gerakan yang dihasilkannya benar-benar sangat memikat. Meskipun ini hanya latihan tapi dia sangat menjiwai setiap gerakan yang dilakukannya. Seperti sudah berada dipanggung besar. Apakah dia benar-benar penari profesional, menurutku ini adalah expert atau lebih tepatnya dia sangat ahli dengan semua tariannya.
Penampilannya juga sangat manis ternyata. Memakai hotpants dan snickers memperlihatkan kakinya yang jenjang, juga T-shirt dan jaket dengan jumper di belakang kepalanya. Kali ini kepangannya diikat menjadi satu ke belakang sehingga terlihat tengkuknya yang indah. Haissshhh...dia ini kenapa seperti mau menggodaku saja. Benar-benar sangat berbeda dengan gadis yang kulihat di halte bus tadi pagi.
“Hey...sudah-sudah cukup latihannya. Aku sudah bisa. Bukankah tadi kau lihat aku sudah mahir kan?”
“Nde, benar Heechul oppa sudah banyak kemajuan. Kita selesai saja latihannya dan beristirahat dulu” jawabnya dengan terus tersenyum dan meninggalkanku. Apakah dia sudah gila karena dari tadi terus tersenyum apa pun yang aku katakan.
Ah tunggu, boneka kecil itu tadi yang dijatuhkannya belum sempat kukembalikan padanya. Mungkin nanti saja setelah selesai pertunjukkan.
*****
*Cho Yoonkyu POV
Menunggu detik-detik naik panggung. Aku berdiri bersiap di back stage karena beberapa menit lagi adalah performance pertamaku di atas panggung besar, impianku yang menjadi kenyataan. Lampu-lampu yang meyinari Kyocera Dom pun meredup tanda pertunjukan akan segera dimulai.
Berdoa dan gugup, itulah yang sedang kurasakan saat ini. Meskipun hanya untuk dua malam, menjadi penari latar mereka dan bertemu mereka secara langsung benar-benar membuatku bahagia. Meskipun aku harus menahan diri untuk tidak memeluk mereka dan tetap bersikap profesional. Terutama terhadap Heecul oppa yang akan menari duet denganku nanti. Dia sangat manis. Hampir saja tadi siang salah mengira dia seorang yoeja. Benar-benar aslinya lebih manis dari yang tampak di layar kaca.
Semoga semua lancar dan baik-baik saja malam ini. Selangkah lagi aku akan benar-benar mewujudkan mimpiku. Hujan deras masih mengguyur Osaka di luar Kyocera Dom. Rasanya ingin sekali berlari keluar dan merasakan guyuran hujan. Bahagia saat hujan turun, dan lebih bahagia saat bisa bersama mereka Super Junior di atas panggung megah yang sama. Bersama-sama Super Junior melihat lautan sapphire blue.
Deg..deg..jantungku berdetak sangat kencang. Apakah karena aku terlalu merasa bahagia hari ini. Tapi rasanya kenapa semakin sakit. Nyeri ini terasa lagi, nyeri yang sama selama dua bulan ini. Aku tidak boleh menyerah sekarang, tidak sebelum malam ini berakhir. Tuhan berikan aku waktu lebih lagi, sedikit lagi, jebal. Rasanya sangat sesak dan menyakitkan. Pandangan mataku mulai kabur dan berkunang-kunang. Tubuhku serasa hilang keseimbangan. Aku pasti bisa bertahan, aku pasti bisa.
“Cho Yoonkyu, you are supergirl. Just hang on, ok?” bisikku pada diri sendiri menahan rasa sakit di dadaku.
“Gwenchana?” tanya sebuah suara di sampingku yang terdengar khawatir. Kupandang samar-samar seorang namja berwajah malaikat di sampingku mengrenyitkan dahinya dan memegangi lenganku, seolah ikut menopang tubuhku yang mulai limbung. Uhmm…kurasa apakah aku bertemu malaikat yang akan menjemputku? Kemudian semua berubah menjadi gelap.
*****
* Kim Heechul POV
Sudah separuh jalan konser malam ini berlangsung. Tapi sejak tadi tidak kulihat gadis itu. Bukankah dia akan menjadi duet dancerku saat perform soloku sebentar lagi?
“Chulie, kata manajer Kim ada perubahan arahan dari stage director. Kau perform solo dengan dancer pengganti” Leeteuk membuyarkan pikiran sesaatku.
“Mwo? Lalu kemana gadis tadi yang berlatih bersamaku? Bukankah dia yang lolos audisi di peringkat pertama? Kenapa baru memberi tahu sekarang” ucapku kesal dengan perubahan jadwal ini.
“Gadis itu terjatuh pingsan dan dilarikan ke rumah sakit tadi saat kita membuka konser malam ini. Aku sengaja tidak langsung memberitahumu juga yang lainnya karena aku takut ini akan mempengaruhi konsentrasi kita.” Leeteuk memberi penjalasan padaku dengan terbersit perasaan bersalah di wajahnya yang terlihat sangat jelas.
“Apa yang terjadi dengannya? Apakah dia terluka atau cedera?”
“Anniya, kau tidak usah khawatir. Setelah pertunjukkan ini kita semua akan ke rumah sakit untuk mengetahui keadaannya. Bagaimanapun dia juga seorang ELF.” Jawab Leeteuk mencoba menenangkanku. Tapi dia pun tahu usahanya sia-sia, karena berita ini membuat moodku semakin buruk setelah sejak pagi sudah dirusak oleh hujan dan jadwal latihan yang melelahkan, berita ini benar-benar menghancurkan semua suasana hatiku. Bagaimana pun sebentar lagi giliranku perform solo dan tanpa gadis itu. Aku harus tetap professional, meskipun dalam hatiku rasanya ingin semua cepat selesai. Entah mengapa aku menghawatirkan gadis itu. Apa yang sebenarnya terjadi?
*****
Kulihat seorang yoeja menangis saat berbicara dengan dokter yang memeriksa dan menangani Yoonkyu dengan bahasa Jepang yang tidak ku mengerti. Yoeja itu kemudian terduduk lemas di bangku tunggu di luar kamar tempat Yoonkyu dirawat. Kabar yang kudengar dari Leeteuk, Yoonkyu dilarikan ke rumah sakit karena serangan jantung. Benarkah itu?
“Apakah anda keluarganya?” tanyaku pada sang yoeja yang masih terlihat berlinang air mata.
“Bukan, aku bukan keluarganya. Tapi akulah keluarga satu-satunya yang dilmilikinya sekarang. Dia teman serumahku” jawab yoeja itu sedikit terbata-bata karena isakan tangisnya.
“Maksudmu, apakah dia sebatang kara?”
“Iya, dia sudah yatim piatu sejak umur 5 tahun dan dibesarkan di sebuah panti asuhan di Korea. Setelah lulus SMA dia mendapat beasiswa karena prestasi menarinya untuk belajar ke Jepang. Dia selalu memimpikan hari ini. Hari dimana dia bisa satu panggung dengan kalian semua Super Junior. Aku sudah menganggapnya sebagai adikku sendiri selama ini. Tidak kusangka penyakitnya kambuh di saat terakhir dia akan tampil bersama kalian.”
“Apa yang terjadi sebenarnya? Apakah penyakitnya parah?”
“Nde, dia menderita Atrial Septal Defect. Kelainan jantung bawaan sejak lahir. Ini bukan seperti penyakit jantung pada umumnya. Sejak lahir katup jantung bagian atasnya tidak sempurnya sehingga terdapat lubang. Dia pernah menjalani operasi dua kali tapi sepertinya operasinya hanya membuatnya bertahan hidup bebepa waktu. Dan dokter mengatakan harus dilakukan operasi lagi, tapi kemungkinan berhasil hanya 10 persen. Akibat kegagalan operasi sebelumnya telah menjadi kerusakan yang lebih parah di jantungnya. Selama ini Yoonkyu selalu tersenyum dan menutupi penderitaannya. Hanya kalianlah yang membuatnya tetap semangat. Terutama kau Heechul-sshi. Dia sangat menyukaimu. Ketika mendengar lolos audisi dan akan menjadi dancer pasangan duet denganmu dia sangat bahagia. Seharusnya dia tidak boleh merasa terlalu bahagia atau juga terlalu bersedih, karena itu akan berpengaruh terhadap kondisi jantungnya.”
Aku hanya bisa tertegun mendengar penjelasan dari yoeja yang ternyata bernama Aoi Hazegawa teman dan juga kakak untuk Yoonkyu. Hatiku miris mendengar semuanya. Jadi, dia selama ini tidak menceritakan riwayat penyakit bawaannya kepada tim audisi dan terus berjuang berlatih hanya demi untuk bertemu dengan Super Junior dan aku.
Aku adalah namja yang sangat jarang menangis untuk hal-hal yang menyedihkan. Tapi kali ini air mataku tak dapat kubendung. Mataku terasa sangat panas. Baru sebentar aku mengenal yoeja yang selalu tersenyum ini. Dia selalu tersenyum terhadap apa pun yang aku katakan, tersenyum disaat apa pun kondisinya. Dan menanggung semuanya sendiri sejak dia berumur 5 tahun. Perasaan kesepian yang tak tampak di wajahnya menggelayut di hatiku. Belum pernah kurasakan perasaan seperti ini sebelumnya karena seorang yoeja.
*****
*Cho Yoonkyu POV
Panggung yang sangat megah ini, disinilah sekarang aku berdiri. Aku sangat bahagia menari bersama Heechul oppa, The Cinderella Man. Music yang mengiringi kami dan suara merdu Heechul oppa membuatku bersemangat dengan semua gerakan yang sudah kami latih tadi siang. Semua benar-benar nyata. Oppa menggengam tanganku dan kami menari bersama sampai semua selesai dan barisan ribuan sapphire blue pun bertepuk tangan riuh. Cahaya lampu panggung pun meredup dan semua tampak gelap.
Dimana aku berada…? Aku seperti melayang di antara waktu. Kegelapan yang menyelimutiku berangsur menghilang dan tergantikan dengan cahaya putih menyilaukan. Mataku terasa sangat berat saat kucoba mengerjapkannya. Terlihat langit-langit sebuah ruangan yang terang dan begitu menyilaukan. Apakah pertunjukan akan dimulai lagi?
Saat mataku sudah benar-benar terbuka, kulihat sekelilingku. Aoi chan dan beberapa namja terlihat mengelilingiku. Wajah mereka begitu bersinar namun menyiratkan kesedihan. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku terbaring di sini?
“*Oneechan, doushitano? Doushite atashi wa kokoni iruno?” (trans: Kakak ada apa, kenapa aku ada di sini?) kucoba bertanya pada Aoi chan dengan suara tercekat dan terbata-bata.
“Yoonkyu-ah, kau tadi pingsan sebelum perform di atas panggung. Gomenne, (= mianhe, trans: maafkan aku) tapi kau tidak bisa meneruskannya lagi. Dokter benar-benar sudah melarangmu dengan kondisimu saat ini. Dan kau juga harus menjalani operasi lagi”
“Andweee….aku harus tampil, jebal.” Air mata ini tak terbendung lagi. Mimpiku, Tuhan kenapa kau mengambilnya lagi. Wae….
*****
Kesedihanku semalam masih terasa. Aku tidak ingin melakukan apa pun lagi saat ini. Dokter mengatakan aku harus segera dioperasi dan aku sudah tidak bisa berlatih untuk dance lagi dengan kondisiku sekarang. Tuhan mengapa kau pilih aku untuk menjadi seperti ini. Air mataku kembali mengalir deras, saat Aoi chan membawaku jalan-jalan dengan kursi roda untuk menghirup udara segar ke taman di lingkungan rumah sakit.
“Oneechan, bisakah tinggalkan aku sendiri?”
“Baiklah jika kau membutuhkan sesuatu telpon saja aku. Aku akan berada di kamar rawatmu?”
“Uh..wakatta” (trans: baiklah aku mengerti)
Beberapa saat sendirian di taman menghirup udara segar membuat hati sedikit tenang. Teringat semua kenangan saat audisi dan semua perjuangan yang sudah aku lewati untuk bisa berada di panggung itu. Apakah aku benar-benar tidak ditakdirkan untuk bisa satu panggung dan menari mengiringi mereka.
“Ige..pakailah sapu tangan ini untuk menghapus air matamu itu. Kau terlihat jelek sekali jika menangis” sebuah suara seorang namja mengagetkanku.
“Oppa sejak kapan kau ada di sini?”
“Hmmm…sejak kau hanya menundukkan kepala, mengangkatnya lagi dan menundukkannya lagi berkali-kali. Memangnya itu tidak membuatmu lelah?” Tanya namja yang ternyata adalah Heechul oppa.
“Uhmm..aku…” tak bisa kuselesaikan ucapanku dan hanya bisa terdiam sambil masih terisak.
“Aku temani kau berjalan-jalan berkeliling ya.” Heechul oppa mendorong kursi rodaku dan mengajakku menikmati udara dan cuaca yang sedikit mendung.
“Ige…benda ini terjatuh saat kau tidak sengaja menabrakku kemarin. Sebenarnya benda apa ini, kenapa bentuknya sangat aneh.” Oppa memberikan sebuah boneka mungil berwarna putih padaku.
“Ini namanya teru teru boozu, apakah oppa belum pernah mendengarnya?”
“Oh, boneka yang dipercayai sebagai penangkal hujan itu?”
“Nde, tapi lebih tepatnya boneka yang dipercayai untuk mencegah datangnya hujan dan mendatangkan hari yang cerah. Seorang gadis kecil memberikannya padaku kemarin. Dia bilang aku membutuhkannya karena kemarin aku tidak membawa payung juga jas hujan.”
“Lalu apakah dengan membawa ini hujan akan benar-benar tidak datang dan hari akan cerah?”