Malam itu kota Seoul terlihat begitu indah, kemeriahan kota terlihat jelas dari keramaian kota, gemerlap lampu kota sudah cukup memperlihatkan kota ini tidak pernah tidur. Seorang gadis berkulit sawo matang, berkaca mata dan berambut cepol berjalan menyusuri jalan Seoul dengan tas ransel dan tas yang cukup besar di tangannya. Dia berjalan sambil melihat pesona kota Seoul, tanpa menyadari jika orang – orang disekitarnya memperhatikannya karena penampilannya seperti orang ingin pindahan rumah .
“ Oh Seoul, kenapa aku bisa sampai di tempat ini ? “ , kata seorang gadis perawakan 100 % Indonesia sambil menaikan pundaknya. Kemudian dia berjalan tanpa mengetahui tujuannya .
“ Aku dimana ini ? “ , katanya sambil melihat sekitarnya.
“ Kenapa semua orang melihatku seperti ini? Ah, oh dia lelaki atau perempuan kenapa terlihat cantik. Tapi jika dia lelaki, kenapa menggunakan lipstik, tapi kota ini sungguh keren, semua orang yang berjalan sangat fasionista “ , kata gadis ini sambil mengamati sekitarnya.
“ Ya.. namaku Marsha Cahya Wibowo, sekarang ini aku sedang berada di Korea, tepatnya dikota Seoul. Terasa aneh disini karena aku berada ditengah – tengah orang fasionista sedangkan aku ( kemudian melihat penampilannya) ya aku tak peduli . Dan saat ini saya akan mencoba mencari jalan keluar dari keramaian kota ini. Ya aku tersesat, ya siapapun bantu aku! “ , kemudian dia menghentikan video amatir ciptaanya yang tidak mungkin untuk dipublikasikannya.
“ Apa harus aku kembali saja ketempat itu , oh tidak..tidak..tidak.. tidak tapi untuk saat ini , aku tidak mau “ , katanya didalam hatinya.
Diapun berjalan tanpa tujuan, kemudian dilihatlah suatu papan reklame milik suatu brand kecantikan sepertinya cukup ternama di Korea dan sudah dipastikan Marsha tidak dapat membaca tulisan itu karena menggunakan huruf hangul dan hanya huruf alfabet yang terbaca olehnya adalah EXO
“ EXO ? sepertinya tidak asing ", kemudian dia terdiam sebentar berpikir .
“ Oh iya ingat, seperti nama suatu kafe dekat rumah. Astaga aku tidak bisa membedakan wajah mereka, kecuali dia, yang tinggi, kupikir dia bukan asli Korea. Ah, apa yang aku katakan. “ kata Marsha sambil memandang sebentar seorang lelaki dari 12 lelaki yang sedang berfose tanpa ada satupun yang dikenalnya, tanpa berfikir panjang diapun berjalan mengikuti jalan.
Dia berjalan sambil memegang salah 1 dari 2 hpnya yang bisa dibilang sudah amat sangat ketinggalan jaman, karena hanya bisa untuk telepon dan mengirim pesan singkat, tidak bisa untuk berfoto apalagi untuk bersosial media. Tapi merupakan sumber bantuan baginya karena memiliki lampu senter.
“Jika handphone ini aku jual, kira – kira laku berapa ya di Korea, tapi jika aku tidak menjualnya aku mau makan dengan apa “ batin Marsha sambil memegang hp “ijo” kesayangannya itu , kemudian dipeluknya hpnya itu..
Kemudian dia berjalan menuju sudut dari sebuah jalanan yang menurutnya cukup sepi. Dia berjalan sambil mencari tempat yang cocok untuknya untuk beristirahat. Kemudian dia mencoba mengambil si ijo dari sakunya, tiba – tiba tidak sengaja ia menabrak seseorang
“ Oh, i’m sorry, really “ , kata Marsha menggunakan bahasa Inggris sambil membungkuk. Kemudian dia memandang orang yang ditabraknya dan timbulkan pertanyaan dalam hatinya.
“Dia wanita atau laki – laki ? “ batinnya dalam hati.
Tapi orang yang ditabraknya itu tidak memperlihatkan wajahnya, dan tak lama terdengar suara para remaja yang masih cukup muda berteriak
“ Luhan Oppa, Luhan Oppa, Luhan oppa, E.X.O “ , kata mereka sambil seperti mencari seseorang kemudian berjalan menuju arah Marsha. Marshapun teringat kemudian menghadap ke wajah Luhan.
“ EXO? Cafe?” , katanya polos didepan wajah Luhan, seketika ia menyadari sesuatu. Ketika ingin berkata, tangannya sudah ditarik oleh Luhan dan berjalan sedikit cepat.
“Oh tasku, heh apa yang kamu lakukan ? apa – apaan ini, seperti di drama – drama, ya lepaskan “ , kata Marsha sambil mencoba melepas genggaman dari Luhan
“ Tolong bantu aku dari kejaran mereka “ , kata Luhan sambil menatap Marsha dengan mimik wajah panik dengan menggunakan bahasa Korea
“Ah, what ? sorry i can’t speak Korea, sor..ry “ , kata Marsha terbata – bata.
Luhanpun memberi isyarat kepada Marsha, Marshapun menyadarinya kemudian membawa pergi Luhan tanpa mempikirkan tas besarnya yang tertinggal. Mereka berjalan cepat , tiba – tiba Marsha melepaskan kaca mata, karet rambut yang ia gunakan, dan jaket miliknya kemudian didorongnya Luhan ke dalam sebuah kotak, kemudian menutupi Luhan oleh jaket miliknya. Melihat keadaan sudah aman, Marsha kembali berjalan menuju jalanan, tiba – tiba datanglah segerombol remaja menuju kearahnya
“ Unni, apakah kamu melihat Luhan Oppa? “ , kata salah satu remaja itu
“ Oh Sorry, what do you say ? “ , kata Marsha sambil berakting binggung.
“ Oh , are you see Luhan Oppa walking around this way ? “ , kata salah satu remaja dengan menggunakan bahasa inggris .
“ Oh, No. Who is Luhan ? I don’t know it . Sorry but i have to go now, sorry “ , kata Marsha , lalu pergi meninggalkan mereka kemudian masuk ke sebuah kedai.
Tujuannya masuk kedalam kedai hanya untuk bersembunyi dari fans EXO tapi namanya juga manusia, Marshapun terasa lapar dan tiba – tiba perutnyapun bernyanyi. Dipegangilah perutnya, ia ingin membeli makanan tapi Dompetnya berada di dalam jaketnya. Diapun mengurungkan niatnya dan terdengar lagi suara perutnya, ketika hendak meninggalkan kedai tiba – tiba terdengar suara,
“ Apa kamu lapar ? “ kata Chanyeol
Chanyeol berdiri tepat disamping Marsha, Marshapun menoleh kesumber suara dan dia hanya bisa terdiam melihat sosok lelaki gagah tinggi berada di sampingnya dan seorang yang lebih pendek tapi sesaat sudah memikat hatinya.
“Sorry, I can’t speak Korea, sorry . “ , kata Marsha sambil tersenyum. Lalu iapun melihat keluar kedai dan ternyata anak – anak remaja tadi sudah pergi, kemudian meninggalkan kedai dan kembali menuju ketempat Luhan dan dia teringat
“Dejavu?”, gumannya dalam hati. Iapun teringat saat melihat reklame EXO .
“Ya seseorang yang aku lihat dari mereka adalah Luhan, ah namanya Luhan, seperti nama ikan”, gumannya dalam hati.
Setelah melihat keadaan yang sekiranya aman dari kejaran fans , iapun menuju tempat Luhan bersembunyi. Dan dilihatlah Luhan sudah berdiri sambil memegangi jaket miliknya dan menghampirinya sambil tersenyum sangat mempesona.
“ Oh Luhan, Sorry, I Do it because i want to help you from...your fans, that’s right? , sorry , really sorry, aduh aku tidak bisa berpikir ,ah “, kata Marsha sambil membungkuk , ia terlihat sedikit terbata – bata saat berkata pada Luhan.
" Gamsahabnida, terima kasih sudah membantuku. Maaf telah merepotkanmu” , kata Luhan kepada Marsha dengan menggunakan bahasa inggris juga.
“Oh it’s OK, i really happy ....because i can ...someone..ah sorry, i can’t speak English carefully “ , kata Marsha sambil mengaruk – garuk kepalanya yang tidak gatal sambil tersenyum
Merekapun berjalan bersama menuju jalan utama, Luhanpun memperhatikan Marsha yang sedang menjepit rambutnya lalu memakai kata matanya. Transformasinya berubah 100 %.
“Aigoo, kenapa dia terlihat sangat berbeda saat tidak menggunakan kaca mata” , kata Luhan dalam hati .
Keheninganpun terjadi, mereka berjalan tanpa ada sepatah katapun. Luhanpun akhirnya memecahkan keheningan itu dengan berkata,
“ Hm, kamu ingin pergi menuju arah mana ? “ , tanya Luhan halus pada Marsha.
“I don’t know , sepertinya aku tersesat “ , kata Marsha santai, tak tampak panik selayaknya orang tersesat
“ Ha? Congmal? Dari mana asalmu ?”, kata Luhan dengan menatap Marsha
“Aku dari Indonesia”, kata Marsha singkat
“Lalu apa yang kamu lakukan disini ? kamu sendirian ?“, kata Luhan penasaran
“Hmmm..ya..aku..aku mendapatkan.. paket liburan gratis di Korea, tapi sepertinya aku tersesat “, kata Marsha tanpa menatap luhan.
“Oh ya, apakah kamu mau membantuku ?”, sambung Marsha
“Oh , ya. Kamu telah membantuku tadi, aku akan membantumu”, kata luhan sambil tersenyum manis, membuat Marsha sesaat terpesona dan kemudian tersadar lalu berkata
“Apa kamu mau membeli handphone ini ?” , kata Marsha sambil mengeluarkan si ijo dari saku jaketnya
Luhanpun hanya menatap Marsha tajam, tanpa terkejut mendengar apa yang sudah dikatakan oleh Marsha.
“Kenapa dia menatapku tajam seperti ini, apa aku salah berbicara ? apa wajahku cukup menakutkan ? apa karna aku hitam ? “, batin Marsha